Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

INTRA NATAL CARE (INC)


PADA Ny. E (G1 P1001 A000) UK 38 MINGGU
PERSALINAN NORMAL RSUD BANGIL PASURUAN

Oleh:
NAMA : Erna Mujiati
NIM : P17220184057

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN LAWANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan INC PADA NY. E (G1 P1001 A000)
UK 38 MINGGU, PERSALINAN NORMAL DI RSUD BANGIL PASURUAN
Ini di periksa dan disetujui pada

Hari: ……………………………………
Tanggal:…………………………………

Mengetahui,
Mahasiswa

( Erna Mujiati )

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LAPORAN PENDAHULUAN INPARTU KALA 1 FASE AKTIF
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu ) tanpa disertai adanya
penyulit.(Asuhan Persalinan Normal,2007)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.(Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,2007)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
timbul dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.( Ilmu
Kebidanan,2007)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawiroharjo S,
2007).

B. Teori Terjadinya Persalinan


1. Penurunan Kadar Progesteron
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone yang menimbulkan relaksasi otot rahim dan estrogen yang
meninggikan kerentanan otot rahim di dalam darah. Tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
2. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah sehingga
timbullah kontraksi otot-otot rahim.
3. Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya kandung kencing, bila dindingnya teregang sampai
batas maksimal oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan
majunya kehamilan, maka otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama
dari biasa (postdate).
5. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan desidua diperkirakan menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hal ini juga dibuktikan dengan
adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
(Obstetri Fisiologi Universitas Padjajaran Bandung. 1983: hal. 221)

C. Klasifikasi
Persalinan berdasarkan caranya yaitu :
1. Persalinan biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah proses
lahirnya bayi dengan kekuatan ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta
tidak melukai ibu dan bayinya dan umumnya berlangsung <24 jam.
2. Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan dengan bantuan alat-alat
atau melalui dinding perut dengan operasi SC.
3. Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

D. Etiologi
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan
progesterone. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot polos
rahim akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his (kontraksi) bila kadar progesterone menurun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Turunya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi Rahim.
3. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan menegang menyebabkan iskemik otot-
otot Rahim sehingga mengganggu uterus plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terlihat ganglion servikale. Bila ganglion itu digeser
dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan
kontraksi pada Rahim.

E. Patofisiologi
1. Kala 1
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten pada kala satu
persalinan dan fase aktif pada kala satu persalinan.
2. Kala 2
Dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran
bayi. Palo primi 1-2 jam pada multi 30 menit
3. Kala 3
Disebut juga kala uri atau kala pelepasan plasenta. Dimulai setelah
lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebiih
dari 30 menit. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan
plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit.
4. Kala 4
Dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
Pada kala paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada 2 jam
pertama postpartum. Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala
empat adalah perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri,
laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan
pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan Setiap 15 menit pada
satu jam pertama pascapersalinan. Setiap 20-30 menit pada jam kedua
pascapersalinan, jika utrus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri yang sesuai.
Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan
amplitudo sekitar 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak
diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi
kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan
pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah
postpartum. Kekuatan his dapat diperkuat dengan memberi obat
uterotonika. Kontraksi ikutan saat menyusui bayi sering dirasakan oleh
ibu postpartum, karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis
posterior.
PATHWAY
F. Faktor-Faktor Penting Dalam Persalinan
1. Power
Power adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini
serupa dengan tenaga waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat
lagi. Tanpa mengejan anak tidak dapat keluar seperti pada pasien yang
lumpuh otot-otot perutnya maka persalinan harus dibantu dengan
forceps. Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenagalah yang
mendorong anak keluar. Selain his, dorongan terutama disebabkan oleh
kontraksi otot dinding perut yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat.
Power saat persalinan disebabkan oleh :
a) HIS ( kontraksi otot rahim )
Setiap kontraksi uterus bermula di fundus dekat salah satu
koruna dan menyebar ke samping dan ke bawah. Kontraksi tersebut
berlangsung paling lama dan paling kuat di fundus, tetapi
puncaknya terjadi secara bersamaan di seluruh uterus dan kontraksi
tersebut akan menghilang dari semua bagian uterus juga secara
bersamaan pola ini memungkinkan serviks untuk berdilatasi dan
fundus berkontraksi secara kuat untuk kontraksi mengeluarkan
janin. ( Myles Buku Ajar Kebidanan: 2009)
b) Tenaga Meneran
Pada sebagian besar kasus, mengejan merupakan reflex dan
spontan yang timbul pada persalinan kala II, tetapi kadang kala
wanita tersebut tidak mengerahkan daya ekspulsifnya dengan baik
dan memerlukan bimbingan. Tungkai sebaiknya berada dalam
posisi setengah fleksi sehingga ibu dapat menolakkan kakinya pada
alas. Hendaknya diinstruksikan untuk mengambil nafas dalam
segera setelah konstraksi uterus selanjutnya dimulai, dan sambil
menahan nafas, mengejan kuat ke bawah persis seperti ketika ibu
sedang mengeluarkan tinja. Ibu sebaiknya tidak dianjurkan untuk
“mendorong” setelah kontraksi uterus selesai. Sebaliknya ibu dan
janin seharusnya dibiarkan beristirahat dan memulihakan diri dari
efek –efek gabungan kontraksi uterus, menahan nafas dan upaya
fisik yang besar. Gardosi,dkk (1989) telah merekomendasikan suatu
posisi jongkok atau setengah jongkok dengan menggunakan bantal
khusus. Mereka mengatakan bahwa cara ini dapat mempersingkat
waktu persalianan kala dua melalui peningkatan daya ekspulsif dan
diameter pintu bawah panggul. Eason dkk. (2000) melakukan suatu
tinjauan yang ekstensif terhadap posisi tegak dengan penopang
tidak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan posisi berbaring.
Biasanya, mengejan menyebabkan penonjolan perineum, yaitu
akibat semakin turunnya kepala janin. Selain itu, kontraksi
diafragma, pelvis atau kekuatan mengejan serta ketegangan dan
kontraksi ligamentum rotundum juga berperan dalam memberikan
tenaga. (Fraser, 2009: 479-480)
2. Passenger
Passenger adalah penumpang yang melewati jalan lahir yaitu janin,
plasenta atau juga selaput ketuban yang harus dilahirkan melalui jalan
lahir. Karena itu, plasenta dan selaput ketuban serta cairan amnion
dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
a) Janin
1) Berat Janin
Berat normal bayi yaitu > 2500 gram sampai dengan < 4000
gram.
2) Panjang Janin
Untuk panjang bayi rata-rata 50 cm. Panjang bayi normal yaitu
> 45 cm sampai dneganh < 55 cm. Bila panjang bayi kurang
atau melebihi panjang bayi normal maka dicurigai adanya
penyimpangan kromosom.
3) Ukuran Kepala Janin
Ukuran kepala janin sangat penting untuk mengetahui apakah
janin bisa melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran
janin penting untuk mendeteksi resiko terjadinya CPD yang
dapat mempersulit persalinan. Ukuran diameter kepala janin :
(1) Diameter occipito frontalis : 11.5 cm
(2) Diameter mento occipitalis : 13,5 cm
(3) Diameter sub occipito bregmatika : 9,5 cm
(4) Diameter suboksipitofrontal : 10 cm
(5) Diameter submentobregmatika : 9.5cm
Ukuran sirkumferensia :
(1) Cirkumforensia frento occipitalis : 34 cm
(2) Cirkumferensia menta occipitalis : 35 cm
(3) Cirkumferensia sub occipito bregmantika : 32 cm
(Rustam Muchtar, 1998 : 67)
4) Letak Janin
Merupakan hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin
terhadap sumbu panjang (punggung ibu). Letak juga disebut
sebagai hubungan antara aksis panjang badan janin dengan
abdomen ibu yang digambarkan dengan membujur, melintang
dan miring. Letak janin normal adalah membujur dengan kepala
janin berada dibawah.
5) Presentasi
Yaitu bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang
menempati PAP, atau bagian janin yang pertama kali masuk
PAP. Bisa disebut bokong, kepala ataupun bahu. Presentasi bayi
yang normal adalah sub occipito bragmatika.
6) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin sangat penting untuk memantau
kesejahteraan janin dalam rahim. Pada persalinan normal, DJJ
diukur dengan cara auskultasi dengan menggunakan funduscope
ataupun dopler. Frekuensi denyut jantung janin sangat
dipengaruhi oleh beberapa factor penting yaitu kontraksi, posisi
dan kemajuan persalinan itu sendiri. DJJ normal 120-160
kali/menit.
b) Plasenta
Placenta merupakan alat transportasi darah, nutrisi, oksigen dan
juga sisa buangan dari ibu kepada janin dan sebaliknya. Uri
berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm dengan tebal
2-3 cm dan berat 500-600 gr.
1) Komponen Placenta
placenta terdiri dari desidua kompektel atas beberapa lobus dan
terdiri dari 15-20 kotiloden
2) Tali Pusat
Tali pusat atau funis memanjang mulai dari janin sampai
plasenta dan berisi pembuluh darah umbilikalis: dua arteri dan
satu vena. Pembuluh darah tersebut diselubungi jeli Wharton,
zat gelatin yang terbentuk dari mesoderm. Seluruh tali pusat
diselubungi oleh lapisan amnion, sama dengan yang
menyelubungi plasenta. Panjang tali pusat rata-rata adalah 50
cm. hal ini cukup untuk memungkinkan kelahiran bayi tanpa
menarik plasenta. Tali pusat dianggap pendek jika berukuran
kurag dari 40 cm. tidak ada kesepakatan spesifik tentang tali
pusat yang terlalu panjang, tetapi kerugian dari tali pusat yang
sangat panjang adalah dapat melilit leher atau tubuh janin atau
membentuk simpul. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan
oklusi pembuluh darah, terutama selama persalinan. Simpul
sejati harus selalu dicatat pada saat mememriksa tali pusat,
tetapi harus dibedakan dari simpul yang palsu, yaitu gumpalan
jeli Wharton di sisi tali pusat dan tidak signifikan.
(Fraser,2009;143)
c) Cairan Amnion
1) Fungsi Cairan Amnion
Cairan ini mendistensi kantong amnion dan memungkinkan
janin bertumbuh dan bergerak dengan bebas, meneyeimbangkan
tekanan, dan melindungi janin dari benturan dan cedera.
(Fraser,2009;142-143)
2) Asal Cairan Amnion
Cairan amnion dianggap berasal dari janin dan ibu. (Fraser,
2009: 142-143)
3) Volume
Jumlah total cairan amnion meningkat selama kehamilan sampai
usia gestasi 38 minggu adalah sekitar 1 liter. (Fraser,2009;142-
143)
4) Komponen Cairan Amnion
Cairan amnion adalah cairan berwarna kuning jerami yang pucat
dan jernih yang mengandung 99% air. Sisanya 1% adalah materi
terlarut yang mencakup zat makanan dan produk zat sisa. Selain
itu, janin melepaskan sel kulit, verniks. (Fraser,2009;142-143)
Untuk menganalisis ketuban pecah:
(a) Terlihat genangan atau drainase yang jelas bukan urine.
(b) Genangan pada forniks posterior. Khususnya jika cairan
dapat terlihat keluar dari ostium cerviks dengan
menggunakan maneuver valsava (meneran dengan
tenggorokan terkatup)
(c) Dengan lakmus, yaitu berubahnya lakmus merah menjadi
biru
(d) Makroskopis bau amis adanya lanugo, rambut dan verniks
(e) Mikroskopis, lanugo dan rambut
(f) Laboratorium, tes pakis posistif diratakan di kaca obyek dan
dikeringkan sebelum diperiksa.
3. Passage
Jalan lahir merupakan bagian keras yaitu tulang – tulang panggul
dan bagian lunak yaitu otot-otot panggul. (Fraser, 2009:102-103)

Ukuran panggul
a) Ukuran PAP
Batas PAP adalah promontarium sakrum, sayap atau ala sacrum,
sendi sakroiliaka, garis iliopectineal, eminensia iliopektinal, ramus
superior tulang pubis, batas dalam atas badan tulang pubis, batas
dalam atas simfisis pubis. Ada 3 ukuran :
1) Ukuran muka belakang
a) Diameter antero posterior
b)Konjungata vera (dari promontorium ke pinggir atas
symphisis, ukurannya 11 cm)
Konjugata vera dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam
mengukur konjugata diagnonalis (cv=cd 11,5 cm)
2) Ukuran melintang
ukuran terbesar antara linea innominata diambil tegak lurus
pada conjugate vera (12,5 cm)
3) Ukuran serong
dari articulation sacro iliaca ke tubercolum pubicum dari
belahan panggul yang bertentangan (13 cm)

b) Ukuran panggul tengah (bidang luas panggul)


Bidang terbentang antara pertengahan sympisis, pertengahan
acetabulum dan pertemuan antara luas sacral II dan III.
Ukuran muka belakang = 12,75 cm
Ukuran melintang = 12,50 cm

c) Bidang sempit panggul


Bidang ini setinggi pinggir bawah symphisis kedua spina
ischiadikum dan memotong secrum + 1-2 cm di atas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang = 11,5 cm
Ukuran melintang = 10 cm

d) Pintu bawah panggul


Ditentukan dengan mengukur jarak tuberoses ischium dan luar
perdagangan SBR dan pembukaan serviks. Besar pembukaan
ditentukan dengan cara memperkirakan diameter serviks.
Ukuran muka belakang (dari pinggir bawah symphisis ke ujung
sacrum = 11,5 cm)
Ukuran melintang (dari tuber ischiadicum kiri dan kanan sebelah
dalam = 10,5 cm)
Diameter sagitalis posterior (dari ujung sacrum ke pertengahan
ukuran melintang: 7,5 cm)
Cerviks
Cerviks juga merupakan bagian dari jalan lahir yang penting untuk
sebuah proses kelahiran. Suatu persalinan akan dimulai jika ada tanda-
tanda pendataran dan pembukaan cerviks. Ada tiga komponen cerviks
secara structural yaitu kolagen, otot polos, dan jaringan ikat atau
substansi dasar lainnya. Otot polos pada daerah cerviks memang jauh
lebih sedikit daripada di daerah fundus. Struktur yang seperti ini yang
menguntungkan dan menyebabkan terjadinya penipisan dan pembukaan
cerviks saat ada kontraksi dari fundus uteri. Saat terjadi perlunakan,
pendataran dan pembukaan cerviks yang terjadi merupakan perubahan
pada serabut-serabut kolagen dan jaringan ikat, serta perubahan relative
pada jumlah substansi dasarnya.
4. Psych (Psikis)
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu bersalin meliputi :
a) Kecemasan mengakibatkan peningkatan hormon seks yang terdiri
dari Bendosphin, Cortisol, Adenocus tricotropin, Epinephrin
Hormon – hormon tersebut mempengaruhi otot-otot halus uterus
yang dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus sehingga
menimbulkan distorsia (pembukaan serviks lambat sehingga dapat
mengganggu proses kemajuan persalinan).

b) Kegelisahan/ketakutan dan respon endokrin akan mengakibatkan


terjadinya Retensi Na, Ekskresi K, dan Penurunan glukosa sehingga
dapat mempengaruhi sekresi epinefrin dan dapat menghambat
aktivitas miometrium.
5. Penolong
Peran penolong selama proses persalinan memberikan pengaruh
pada ibu yang bersalin untuk melayani proses persalinan dengan sebaik-
baiknya. (Manuaba : 1998)
G. Proses Persalinan Normal
1. Tanda-tanda persalinan
a) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir
atau lender bercampur darah (blood show).
c) Dapat disertai ketuban pecah.
d) Dijumpai perubahan serviks.
e) Perlunakan serviks.
f) Pendataran serviks.
g) Pembukaan serviks.
2. Tanda-tanda inpartu
a) Adanya rasa sakit akibat his yang kuat dan teratur
b) Keluar lender yang bercampur darah lebih banyak karena robekan
kecil pada servik
c) Servik mendatar dan pembukaan sudah ada
d) Kadang-kadang ketuban pecah sendiri
3. Mekanisme persalinan
a) Engagement
Ketika diameter biparietalis melewati PAP : masuknya kepala
kedalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan flexi ringan. Masuknya kepala kedalam PAP pada
primigravida. Sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan
tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga
panggul ini akan dirasakan ibu sebagai Lightening.

b) Desent (penurunan)
Penurunan kepala janin ke dalam pelvis biasanya dimulai sebelum
awitan persalinan. Janin ibu nulipara biasanya turun ke dalam pelvis
selama seminggu terakhir kehamilan. Pada ibu multigravida, tonus
otot biasanya lebih lemah dan dengan demikian, engagement tidak
terjadi hingga persalinan benar-benar dimulai. Selama kala 1
persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus menyebabkan ruang
dalam uterus menjadi lebih sempit, memberikan tekanan pada janin
untuk menurun. Setelah rupture forewater dan pengerahan upaya
maternal, kemajuan persalinan dapat terjadi dengan cepat.
(Fraser,2009: 482)

c) Flexion
Flexi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin
bersentuhan lebih dekat dengan bagian posterior tengkorak; tekanan
ke bawah pada axis janin akan lebih mendesak oksiput daripada
sinsiput. Efeknya adalah meningkatkan fleksi, menyebabkan
diameter presentasi lebih kecil yang akan melewati pelvis dengan
lebih mudah. Pada awitan persalinan, terjadi presentasi suboksipital
yang berdiameter rata-rata sekitar 10 cm. Dengan fleksi yang lebih
besar, terjadi presentasi suboksipito-bregmatika dengan diameter
rata-rata sekitar 9,5 cm. Oksiput menjadi bagian yang terdepan.
(Fraser, 2009: 482)

d) Putar Paksi Dalam


Yang dimaksud putar paksi dalam adalah putaran dari bagian depan
sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan
bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang
terendah adalah bagian ubun-ubun kecil (UUK) dan bagian ini yang
melakukan putaran ke depan ke bawah symphisis. Putar paksi
dalam mutlak untuk melahirkan kepala karena merupakan usaha
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir. Putaran
paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak
terjadi sebelum kepala sampai Hodge III. Kadang-kadang baru
setelah kepala sampai di dasar panggul. Sebab-sebab putaran paksi
dalam :
1) Pada letak flexi, bagian belakang kepala merupakan bagian
terendah kepala.
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah dalam atas dimana terdapat hiatus genitalis
antara M. levator ani kiri dan kanan.
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
antero posterior.

e) Extention
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul
terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah pangul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Kalau tidak terjadi ekstensi kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang pertama
mendesak ke bawah dan yang kedua disebabkan tahanan dasar
panggul yang menolaknya ke atas. Result efeknya ialah kekuatan ke
arah depan atas. Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah
symphisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas
bagian yang berhadapan dengan sub occiput, maka lahirlah berturut-
turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung,
mulut dan akhirnya dengan dagu gerakan ekstensi.

f) External Rotation
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi
(putaran balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga ke
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak
(disisi kiri). Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar
yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisa
cranial menempatkan diri dalam diameter antero posterior dari pintu
bawah panggul).
g) Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphisis
dan menjadi hipomocclion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan
anak lahir searah dengan jalan lahir.
4. Tahapan persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala:
a) Kala I
Dimulai dari his yang menimbulkan pembukaan sampai
pembukaan cervix menjadi lengkap. Kala 1 disebut juga kala
pembukaan, yaitu mulai pembukaan 1 hingga 10 (lengkap).
Kala I dibagi menjadi 2 fase :
1) Fase Laten
a. Fase ini dimulai sejak awal terjadinya kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap yang berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm.
b. Pada umumya, fase laten berlangsung hampir atau sampai
8 jam.
c. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-
30 detik.
2) Fase Aktif
a. Fase ini berlangsung dari pembukaan 4 cm hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara).
b. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
c. Terjadi penurunan bagian terendah janin.(Asuhan
Persalinan Normal, JNPK-KR, 2007: 38)
b) Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Kala
II Disebut juga kala pengeluaran yang terjadi 20 menit hingga 3
jam. Kontraksi pada kala ini menjadi semakin kuat dengan lama
49-90 detik. Namun durasi kontraksi menjadi lebih panjang, yaitu
3-5 menit. Hal ini berguna untuk member waktu ibu beristirahat
dan menghindari terjadinya asfiksia pada janin. (Asuhan
Persalinan Normal, 2007: 75-94)
c) Kala III
Dimulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya placenta.
Disebut juga kala uri. Berlangsung 6-15 menit setelah bayi keluar.
Lama kala III maksimal 30 menit. (Sarwono Prawirohardjo. 2008:
hal. 334-335)
d) Kala IV
Dimulai setelah lahirnya placenta hingga 2 jam post partum.
(Syaifuddin, 2008: hal 101)
Observasi yang harus dilakukan adalah :
1) Tingkat kesadaran
2) Tanda-tanda vital
3) Kontraksi uterus
4) Adanya perdarahan
5) Kandung kencing

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah :
1. Infeksi
2. Rupture perineum
3. Atonia uteri
4. Retensi plasenta/ retensi sisa plasenta
5. Hematom pada vulva
6. Kolpaporeksis
7. Robekan serviks
8. Rupture uteri
9. Emboli air ketuban

I. Prognosis
Prognosis pada persalinan normal baik.

J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap
a) Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
b) Golongan darah = A, B, AB, & O
c) Faktor RH = +/-
d) Waktu pembekuan
e) Protein urine
f) Urine reduksi
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, animaly
janin, atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
3. Amniosintesis
Guna mengidentifikasi secara dini adanya kelainan kongenital
yang dialami oleh janin sehingga dapat ditentukan tindakan untuk
terminasi kehamilan atau melanjutkan kehamilan.
4. Amnioskopi
Guna membantu menseleksi kasus secara cermat untuk dilakukan
induksi persalinan bila pada kehamilan ditemukan risiko janin.
K. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Diagnosis dan penanganan persalinan
1. Kala I
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang
dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik.
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan
b) Jika ibu tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan,
lakukan perubahan posisi sarankan untuk berjalan
c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e) Membolehkan untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/.kecil.
f) Bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan
cara : gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan
mandi sebelumnya.
g) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan
cukup minum
h) Sarankan untuk berkemih sesering mungkin.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I
pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-
temuan yang ada pada partogram.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut :
a) Warna cairan amnion
b) Dilatasi serviks
c) Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama
mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan . Jika terdapat
kontraksi yang menetap periksa ulang wanita tsb setelah 4 jam untuk
melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa
tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in partu jika
tidak terdapat perubahan maka diagnosanya adalah persalinan palsu.
Pada kala II lakukan pemriksaan dalam setiap jam
Kemajuan Persalinan dalam Kala I 
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan
Kala I :
a) Kontraksi teratur  yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan
durasi
b) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan
c) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin

Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada


persalinan kala I :
a) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
b) Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif
c) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin

Kemajuan pada kondisi janin


a) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari 100
atau       lebih dari 180 denyut permenit ) curigai adanya gawat janin
b) Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi
sempurna digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi
c) Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama
tangani penyebab tersebut.
d) Kemajuan pada kondisi Ibu
e) Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
f) Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral
atau I.V. dan berikan anlgesia secukupnya.
g) Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
h) Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang
kurang segera berikan dektrose I.V.
2. Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin
sudah tampak di vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
a) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
mendampingi ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum,
mengipasi dan meijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri
c) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
d) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
e) Mengatur posisi ibu
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong
g) Memberikan cukup minum
Posisi saat meneran
a) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
b) Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu
untuk mengambik nafas
c) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 )
Kemajuan persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala II :
a) Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
b) Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat
persalinan tahap kedua : 
a) Tidak turunnya janin dijalan lahir
b) Gagalnya pengeluaran  pada fase akhir
c) Mintalah ibu mengedan atau memberikan  sedikit dorongan saat
kepala bayi lahir
d) Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
e) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
f) Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran
lendir/darah
g) Periksa tali pusat :
1) Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar
selipkan tali pusat melalui kepala bayi
2) Jika  lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat
kemudian digunting diantara kedua klem tersebut sambil
melindungi leher bayi.
h) Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya
i) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
j) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
k) Lakukan tarikan lembut  ke bawah untuk melahirkan bahu depan
l) Lakukan tarikan lembut  ke atas untuk melahirkan bahu belakang
m) Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi
sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke
punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
n) Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
o) Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai
pernafasan bayi
p) Jika bayi menangis atau bernafas ( dada bayi terlihat naik turun
paling sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
q) Jika  bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan
segera mulai resusitasi bayi
r) Klem dan pototng tali pusat
s) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan
kulit dada siibu.
t) Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut
dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari
hilangnya panas tubuh.
3. Kala III
Manajemen Aktif Kala III
a) Pemberian oksitosin dengan segera
b) Pengendalian tarikan tali pusat
c) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
d) Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta :
1) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran
bayi
2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau
memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
e) Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis
pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan
gerakan dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm
didepan vulva.
3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi
kuat ( 2-3 menit )
4) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang
terus-menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus.
5) PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
6) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan
tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas,
keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan
jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput
ketuban.
7) Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan
masase fundus agar menimbulkan kontraksi.
8) Jika menggunkan manajemen aktif  dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua
dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis
pertama.
9) Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episotomi.
4. Kala IV
Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis
bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang
luar biasa – sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedanmg
menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar.
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan
menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
b) Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
c) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
d) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering
e) Biarkan ibu beristirahat
f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi
g) Bayi sangat siap segera setelah  kelahiran
h) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan.
i) Ajari ibu atau keluarga tentang :
j) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
k) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

II. KONSEP ASKEP


A. Pengkajian
1. Pengkajian kala I
a) Integritas Ego
1) Dapat senang atau cemas
2) Nyeri/Ketidak nyamanan
3) Kontraksi reguler, peningkatan frekuensi, durasi dan
keparahan.
b) Keamanan
Irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilicus
(tergantung posisi janin)

c) Seksualitas
Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin lender merah
muda, kecoklatan, atau terdiri dari  plak lendir

d) Prioritas keperawatan
1) Meningkatkan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap
persalinan.
2) Meningkatkan kemajuan persalinan
3) Mendukung kemampuan koping klien/pasangan
4) Mencegah komplikasi maternal/bayi.
e) Secara Khusus
1) Memeriksa tanda-tanda vital
2) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan
penurunan karakteristik yang mengambarkan kontraksi
uterus: Frekwensi, Interval, Intensitas, Durasi dan Tonus
istirahat
3) Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks
pada kehamilan pertama dan seorang diikuti pembukaan
dalam kehamilan berikutnya
4) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif
dan kemajuan persalinan:
(a) Palpasi abdomen  (Leopold) untuk memberikan
informasi jumlah fetus,letrak janin,penurunan janin
(b) Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, foetus, station.
(c) Tes diagnostik dan laboratorium
(d) Spesimen urin dan tes darah
(e) Ruptur membran
(f) Cairan amnion : Warna ,karakter dan jumlah
2. Pengkajian kala II
a) Aktivitas Istirahat
1) Kelelahan
2) Ketidaknyamanan melakukan dorongan sendiri/tehnik
relaksasi
3) Latargi
4) Lingkaran hitam di bawah mata
b) Sirkulasi : Td dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi
c) Integritas ego : dapat merasa kehilangan kontrol
d) Eliminasi
1) Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada
kontraksi disertai dengan tekanan intra abdomen dan
tekanan uterus
2) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
3) Distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus
dikeluarkan selama upaya mendorong
e) Nyeri/ketidaknyamanan
1) Merintih/meringis selama kontraksi
2) Amnesia dan diantara kontraksi mungkin terlihat
3) Rasa terbakar/meregang di perineum
4) Kaki gemetar selama upaya mendrong
f) Pernapasan : frekuensi napas meningkat
g) Keamanan
1) Diaporesis
2) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
h) Seksualitas
1) Serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%
2) Peningkatan perdarahan pervaginam
3) Penonjolan rektum dengan turunya janin
4) Membran dapat ruptur jika masih utuh
5) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
3. Pengkajian kala III
a) Aktivitas Istirahat : perilaku senang sampai keletihan
b) Sirkulasi
1) TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudia
kembali normal dengan cepat
2) Hipotensi dapat terjadi sebagai respon analgetik
3) Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
c) Makanan/cairan: kehilangan darah
d) Nyeri/ketidaknyamanan: tremor kaki/menggigil
e) Keamanan
1) Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan
danya robekan atau laserasi
2) Perluasan epiostomi/laserasi jalan lahir
f) Seksualitas
1) Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta
lepas dari endometrium, biasanya 1-5 menit setelah bayi
lahir
2) Tali pusat memanjang
4. Pengkajian kala IV
a) Aktivitas Istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk aatu
berenergi.
b) Sirkulasi
1) Nadi biasanya lambat (50-70) karen ahipersensitivitas
vaginal
2) TD mungkin rendah terhadap respon anastesi atau
meningkat terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi
karena kehamilan.
3) Mungkin edema paa ekstremitas dan wajah
4) Kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml.
c) Integritas ego
1) Reaksi emosional bervariasi, seperti eksitasi tidak berminat
(lelah), kecewa
2) Takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan
segera pada neonatal.
d) Eliminasi
1) Hemoroid sering ada dan menonjol
2) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau
terpasang kateter
3) Diuresis terjadi jika tekanan bagian presentas menghambat
aliran urine.
e) Makanan/cairan: haus/lapar, mual
f) Neurosensasi
1) Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada
anestesi spinal
2) hiperfleksi
g) Nyeri/ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma epiostomi
h) Keamanan
1) Suhu tubuh sedikit meningkat (dehidrasi, pengerahan
tenaga)
2) Perbaikan epiostomi utuh
i) Seksualitas
1) Fundus keras terkontraksi
2) Drainase vagina/loklea jumlahnya sedang, merah gelap
dengan bekuan kecil
3) Perineum bebsa dari kemerahan, edema dan ekimosis
4) Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara
5) Payudara lunak, puting tegang

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kontraksi uterus
3. Resiko infeksi berhubungan dengan ruptur perineum
C. Intervensi
 Nyeri melahirkan berhubungan dengan kontraksi uterus
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
tingkat nyeri menurun
 Kriteria hasil : a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) gelisah menurun
 Intervensi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensi nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
4. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
5. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
R/ : Untuk mengetahui bagaimana cara mengetahui jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

1. Gangguan rasa nyaman


 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status
kenyamanan pasca partum meningkat.
 Kriteria hasil : meringis menurun, luka membaik, kontraksi uterus
membaik,
 Intervensi :
1. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Pencahayaan, suhu ruangan, kebisingan)
3. ajarkan strategi meredakan nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer (gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit,
perubahan sekresi ph, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah lama,
ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, statis cairan tubuh)
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
tingkat infeksi menurun
 Kriteria hasil : a) Nyeri menurun
 Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Ajarkan cara cuci tangan yang baik dan benar
5. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
6. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR RUJUKAN

Babak, dkk. 2004. Keperawatan Matrinitas. Jakarta : EGC.


Depkes RI. 2005. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.
Manuaba, Ide Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis Obstetrik. Jilid I. Jakarta : EGC.
(PPNI), P. P. (2018). SDKI,SLKI,SIKI. Jakarta: DPP PPNI.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP.SP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP.SP.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
Varney Helen. 1995. Asuhan Kebidanan Varney Jakarta, EGC.
Sulistyawati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai