Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

Kesehatan Reproduksi Remaja

Disusun Oleh :
Nofa Safitri (1614301003)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki
oleh remaja keadaan sejahtera fisik, mental, sosial secara utuh.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan (Yani Widyastuti, 2009). Di dalam kesehatan
reproduksi para remaja kususnya kaum wanita terutama dalam
menjaga dan merawat kebersihan organ reproduksi yang
dipengaruhi oleh pengetahuan tentang organ reproduksi, fungsi-
fungsi serta upaya merawat organ reproduksi termasuk
didalamnya membersihkan daerah kewanitaan (Daru Wijayanti,
2009).
Merawat organ reproduksi wanita yaitu dengan pemeriksaan
secara rutin oleh dokter sangatlah penting, untuk menjaga
kesehatan secara menyeluruh dan agar dokter mengetahui kalau
ada perubahan-perubahan yang kita alami, sehingga dapat segera
ditangani. Melakukan pemeriksaan kesehatan seksual secara
khusus juga sangat penting. Prawatan kesehatan reproduksi dan
seksual untuk perempuan dikenal dengan sebutan ginekologi.
Dokter ahlinya disebut dokter Spesialis Obstetri dan Genekologi
(DSOG). Pemeriksaan secara rutin akan bermanfaat untuk :
Mencegah berbagai penyakit dan keluhan yang berhubungan
dengan reproduksi, memberikan deteksi dini pada penyakit kanker
payudara dan leher rahim, mendeteksi secara dini penyakit
menular seksual dan kondisi lain sebelum menimbulkan dampak
yang lebih berbahaya, dapat mencegah kemandulan,
memperlancar kehamilan dan kelahiran bayi (Daru Wijayanti,
2009). Di Indonesia, wanita yang mengalami keputihan ini sangat
besar, 75% wanita mengalami keputihan minimal satu kali dalam
hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya
25% saja. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah
satu penyebab banyaknya wanita Indonesia yang mengalami
keputihan, hal ini berbeda dengan Eropa yang hawanya kering
sehingga wanita tidak mudah terinfeksi jamur (Elistyawaty, 2006)..
Badan Litbang Kesehatan menyatakan, hasil pengumpulan dan
analisa pada tahap pertama (1999/2000) di enam (Dati II
Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Bandung). Total
lokasi penelitia sebanyak 18 puskesmas. Responden terdiri 900
remaja, 180 orang tua remaja, 180 guru sekolah, 90 tokoh
masyarakat dan 90 petugas kesehatan. Penlitian menunjukan
bahwa 60% petugas kesehatan, 65% orang tua remaja, 83,3%
guru sekolah dan 77,3% remaja kurang pengetahuanya tentang
perkembangan reproduksi remaja, perubahan sikologis dan
emosional remaja, penyakit menular seksual dan tentang bahaya
kehamilan remaja serta abortus. Hasil penelitian menunjukan
bahwa 45 % remaja mendapat informasi dari teman sekolah, 16,5
% dari guru, 12,8 % dari petugas kesehatan, 8,7 % dari orang tua
dan 6,8 % dari tokoh agama (Suwondo, 2002). Salah satu usaha
yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman tentang
perawatan organ genetalia eksterna yaitu dengan dilakukan
penyuluhan kesehatan yang direncanakan untuk menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga siswi tidak saja sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu
anjuran yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan,
mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat
kesehatan, memaksimalkan fungsi dan peran siswi menjaga organ
reproduksi kewanitaannya (Machfoedz. Et al, 2009). Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pengampu bidang
studi biologi MAN 1 Bandar Lampung. Didapatkan masih
kurangnya pendidikan tentang kesehatan reproduksi yang
diberikan di Sekolah tersebut serta belum pernah mendapatkan
penyuluhan dan seminar kesehatan khususnya mengenai
kasehatan reprodukasi dan pengetahuan tentang perawatan organ
genetalia eksterna. Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti pada siswi MAN 1 Bandar Lampung bulan
April 2017 sebanyak 20 siswi, untuk diberikan pertanyaan
mengenai kesehatan reproduksi dan pengetahuan tentang
perawatan organ genetalia eksterna. 16 dari 20 siswi kurang
mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan dari 17 siswi tidak
pernah melakukan perawatan organ genetalia dengan benar. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan tentang
pengetahuan, sikap, dan praktik kesehatan reproduksi tentang
perawatan organ genetalia eksterna di kalangan remaja putri
dalam hal ini siswi MAN 1 Bandar Lampung .

B. Masalah Keperawatan
1. Perubahan pola minat dan prilaku remaja ditandai dengan:
a) mereka mulai memperhatikan penampilannya
b) mulai tertarik pada lawan jenisnya
c) melakukan usaha untuk menarik perhatian lawan jenis,
bertingkah laku lebih genit.
2. Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi dengan Sikap
terhadap Perilaku Seksual Pranikah.
3. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja.
4. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dengan
Perilaku Remaja Dengan Perilaku Reproduksi Sehat Di SMA.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan Remaja bertambah
pengetahuaanya dalam hal gangguan-gangguan yang dapat terjadi pada
Organ Reproduksi selama usia subur.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta dapat menjelaskan kembali:

a) Definisi Kesehatan reproduksi


b) Hak-Hak kesehatan reproduksi
c) Tumbuh kembang remaja
d) Pungsi Organ Reproduksi Dan penyakit
D. Rencana Tindakan

1. Topik

Topik Upaya Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri.

2. Metode
Penyuluhan kesehatan tentang Reproduksi Remaja dilakukan
dengan metode : A. Metode Ceramah dan Tanya Jawab
B. Leaflet
C. Power point
D. lembar Balik

3. media (Alat dan Bahan)


A. Laptop
B. Hangout
C. Leaflet
D. Lembar Balik
E. LCD

4. Waktu dan Tempat


Waktu : 09.00 – 11.00 WIB.
Tempat : Aula Sekolah
5. Pengorganisasian
Pembimbing : Novi Rahmawati, Amd.Kep
Indana zulfa.Mw,S.Pd,M.kes
Woro Setia Ningtyas, S.Keb.,bd
Moderator : Nofa Safitri, S.Keb
Penyaji : Ain Handayani, S.Kep
Observer : Nunik N.A.L., S.Kep
Fasilitator : Anselma E.M. Woda, S.Keb
Dhasih Afiat DP., S.Kep
Herlina, S.Kep
E. Kriteria Evaluasi

1. Kriteria Struktur
a. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Penyuluhan dilakukan di Aula MAN 1 Bandar Lampung
c. Pengorganisasian penyelanggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan sesudah saat penyuluhan.

2. Kriteria Proses

a. peserta penyuluhan antusias terhadap materi penyuluhan


b. Peserta penyuluhan mendengarkan penyuluhan dengan seksama.
c. peserta penyuluhan mengajukan pertanyaan

3. Kriteria Hasil

a. peserta penyuluhan dapat menyebutkan dan menjelaskan tentang


kesehatan reproduksi remaja.
b. Peserta penyuluhan dapat menyebutkan dan menjelaskan tentang
kehamilan tidak diinginkan.
c. peserta penyuluhan dapat menyebutkan pentingnya kebersihan organ
reproduksi remaja.

Anda mungkin juga menyukai