Anda di halaman 1dari 101

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI AUTOGENIK


TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU
HAMIL DI BPM LISMARINI DAN
BPM KUSTIRAH PALEMBANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)

NAMA : SULASTRI
NIM : PO.71.24.2.14.030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
JULI 2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

LAPORAN PENELITIAN PENGARUH TEKNIK RELAKSASI


AUTOGENIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL
DI BPM LISMARINI DAN BPM KUSTIRAH PALEMBANG
TAHUN 2018

Nama : Sulastri

NIM : PO.71.24.2.14.030

Judul Skripsi : Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap

Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di BPM Lismarini

dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018

Telah disetujui untuk diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Palembang

Disetujui Pembimbing :

1. Siti Hindun, SKM, M.Kes (.................................)


NIP.195710081978112001

2. Nesi Novita, S.SiT, M.Kes (.................................)


NIP.197308121992032002

Mengetahui,
Ka. Prodi D-IV Kebidanan

Nesi Novita, S.SiT, M.Kes


NIP.197308121992032002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Pada Hari Kamis,

Tanggal 05 Juli 2018 dan Telah Diperbaiki Sebagai Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)

Nama : Sulastri

NIM : PO.71.24.2.14.030

Judul Skripsi : Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap

Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di BPM Lismarini

dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018

Dosen Penguji :

1. Mursyida AW, SKM, M.Kes (.................................)


NIP.195612221982022001

2. Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes (.................................)


NIP.195712291957112001

3. Heni Sumastri, S.Pd, M.Kes (.................................)


NIP.196919231990032001

Mengetahui
Ketua Prodi D-IV Kebidanan

Nesi Novita, S.SiT, M.Kes


NIP.197308121992032002

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : SULASTRI

NIM : PO.71.24.2.14.030

Tanda Tangan :

Tanggal :

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
 “Jadilah orang yang berguna bagi orang lain, walaupun orang lain belum tentu
berguna bagi kita”.
 “Cobalah untuk mengetahui satu hal tentang segala sesuatu dan segala hal
tentang sesuatu (Keingintahuan)”.
 “kado terbaik yang diberikan orangtua adalah sebuah nama, kado terbaik yang
diberikan Allah SWT adalah sebuah kemenangan”
 “Ridho kedua orangtua, itulah ridho Allah SWT”.
 “Be Positive and Be Feel Good”.

Ku Persembahkan Kepada :
 Sang pencipta Allah SWT yang senantiasa selalu memberikan pertolongan dan
perlindungan kepada hamba untuk menyelesaikan perjuangan ini, terima kasih
telah menjernihkan pikiranku, membangkitkanku dan menerangkan jalanku
sampai saat ini.
 Terima kasih kepada Abah (Sudirman) & Umak (Susilawati) yang sangat
kusayangi. Akan kuingat selalu cucuran keringatmu, kasih sayangmu, do’a-
do’amu, serta dukungan moril maupun material yang telah menghantarkanku
pada cita-cita, semoga saya bisa membahagiakan kalian amin....
 Terima kasih kepada Cek ban (Subandrio, A.Md) dan Ayuk (Sulistya, S.Psi) yang
telah memberikan do’a & dorongan serta semangat kepada saya, kalian adalah
motivasi saya sehingga saya sampai pada hari ini. Semoga kita bisa
membanggakan kedua orangtua kita amin....
 Terima kasih kepada seluruh keluarga besarku yang namanya tidak bisa
kusebutkan satu persatu yang telah memberikan do’a dan dukungan kepadaku.
 Terima kasih kepada pembimbing akademikku ibu Dahliana, SKM. M.Kes yang
telah menjadi orangtua kedua bagiku selama menuntut ilmu di poltekkes
kemenkes palembang.
 Sahabat-sahabatku tercinta mahasiswi D-IV Kebidanan angkatan 2014 yang telah
memberikan warna warni dalam kehidupanku dan telah menjadi keluargaku dari
awal masuk kuliah sampai sekarang.
 Adik-adik bimbinganku yaitu adek reni, adek yuyun, dan adek ica yang telah
menjadi keluargaku dan tidak lupa memberikanku semangat dalam situasi
apapun.
 Almamaterku tercinta.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan
rahmat dan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat
Kecemasan Ibu Hamil di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang
Tahun 2018”. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan pengikut-
pengikutnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
terapan kebidanan (S.Tr.Keb). Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak
mengalami hambatan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
maka Skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Hj. Siti Hindun, SKM, M.Kes
selaku dosen pembimbing utama dan ibu Hj. Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku
dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan
saran, baik yang diberikan secara lisan maupun tertulis, sehingga Skripsi ini dapat
diselesaikan. Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Ibu drg. Hj. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Palembang.
2. Ibu Hj. Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Ibu Hj. Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Ibu Mursyida AW, SKM, M.Kes selaku penguji 1 yang telah memberikan
kritikan, masukan dan saran.
5. Ibu Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes selaku penguji 2 yang telah memberikan
kritikan dan saran.
6. Ibu Heni Sumastri, S.Pd, M.Kes selaku penguji 3 yang telah memberikan
masukan dan saran.
vi
7. Pimpinan BPM Lismarini dan BPM Kustirah yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di BPM tersebut.
8. Seluruh dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan
Kebidanan.
9. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral.
10. Rekan-rekan seperjuangan dan sealmamater yang telah berjuang bersama
dalam pembuatan Skripsi.
Akhir kata, penulis berharap Semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan dimasa yang akan
datang. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi semua pihak. Amin.

Palembang, Juli 2018

Penulis

vii
ABSTRAK

Sulastri, 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat


Kecemasan Ibu Hamil di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang
Tahun 2018. Skripsi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang
Pembimbing : Siti Hindun, SKM, M.Kes dan Nesi Novita, S.SiT, M.Kes

Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Teknik Relaksasi Autogenik, Ibu Hamil


Primigravida Trimester III

Latar Belakang : Fase kehamilan terdapat berbagai macam masalah kehamilan


salah satunya yaitu masalah psikologis kehamilan yang berupa kecemasan.
Kecemasan dapat menyebabkan reaksi negatif terhadap kondisi ibu hamil seperti
perdarahan, kesakitan luar biasa, ketakutan bahkan menjadi penyebab terjadinya
angka kematian ibu dan janin. Saat ini banyak peneliti yang menemukan berbagai
macam metode yang dapat mengurangi rasa cemas secara non farmakologi yaitu
dengan bantuan relaksasi autogenik. Relaksasi autogenik adalah sugesti yang
bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata/kalimat pendek ataupun pikiran yang
bisa membuat pikiran tentram dengan merangsang peningkatan kerja saraf
parasimpatis dan menghambat kerja dari saraf simpatis, sehingga hormon
penyebab cemas dapat berkurang.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi
autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di BPM Lismarini dan BPM
Kustirah Palembang Tahun 2018.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
metode Pre-eksperimen dengan desain penelitian one group pretest posttest
design, sampel dalam penelitian ini yaitu ibu hamil primigravida trimester III
yang mengalami kecemasan dengan besar sampel sebanyak 30 responden.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan puposive sampling.
Hasil : Hasil pengolahan data dengan uji statistic Wilcoxon diperoleh ρ –value
sebesar 0,000 (< α 0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna
antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi
autogenik, sehingga terdapat pengaruh antara sebelum dan sesudah dilakukan
relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di BPM Kota
Palembang Tahun 2018.
Saran : Untuk mengatasi rasa cemas diharapkan bidan dapat memberikan metode
yang aman pada ibu hamil salah satunya yaitu teknik relaksasi autogenik.

Daftar Bacaan : 43 (2008-2015)

viii
ABSTRACT

Sulastri, 2018. The Effect of Autogenic Relaxation Technique on Anxiety Level


of Pregnant Women at BPM Lismarini and BPM Kustirah Palembang Year of
2018. Skripsi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang
Pembimbing : Siti Hindun, SKM, M.Kes dan Nesi Novita, S.SiT, M.Kes

Keywords : Anxiety Level, Autogenic Relaxation Technique, Pregnancy


Primigravida Trimester III

Background : In the phase of pregnancy there are various kinds of pregnancy


problems one of them is the psychological problem of pregnancy in the form of
anxiety. Anxiety can cause negative reactions to the condition of pregnant women
such as bleeding, extreme pain, fear and even the cause of maternal and fetal
mortality. Currently many researchers are finding a variety of methods that can
reduce anxiety in a non-pharmacological way with the help of autogenic
relaxation. Autogenic relaxation is a self-sustained suggestion of short words or
phrases that can make the mind tranquil by stimulating an increase in
parasympathetic nerve work and inhibiting the workings of the sympathetic nerves,
so that anxious hormones can be reduced.
Purpose : This study aims to determine the effect of autogenic relaxation
techniques on the anxiety level of pregnant mother in BPM Lismarini and BPM
Kustirah Palembang year of 2018.
Method : This research is a quantitative research using Pre-experiment method
with one group pretest posttest design research, the sample in this research is
pregnant primigravida trimester III who experience anxiety with big sample
counted 30 responden. Sampling in this study using puposive sampling.
Result : Results of data processing with Wilcoxon statistic test obtained ρ -value
of 0.000 (<α 0.05) which means there is a significant difference between anxiety
levels before and after autogenic relaxation technique is given, so there is
influence between before and after autogenic relaxation to the anxiety level of
pregnant mother in BPM Palembang City year of 2018.
Suggestions : To overcome the anxiety expected midwives can provide a safe
method in pregnant mother one of them is autogenic relaxation techniques.

Readist List : 44 (2008-2015)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................vi
ABSTRAK......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................9
A. Konsep Dasar Kehamilan..................................................................... 9
1. Definisi Kehamilan........................................................................... 9
2. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan..............................................10
3. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil..............................................14
4. Dampak Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil............................... 17
5. Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Masa Hamil...........19
B. Konsep Dasar Kecemasan.....................................................................22
1. Pengertian Kecemasan...................................................................... 22
2. Faktor Presipitasi Kecemasan........................................................... 23
3. Penyebab Kecemasan Pada Kehamilan............................................ 24
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Ibu Hamil....25
5. Dampak Kecemasan Ibu Hamil Terhadap Bayi................................26
6. Tanda Dan Gejala Kecemasan.......................................................... 28
7. Tingkat Kecemasan...........................................................................28
8. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).............33
9. Penatalaksanaan Kecemasan.............................................................35
C. Konsep Dasar Teknik Relaksasi Autogenik.......................................... 36
1. Latar Belakang Teknik Relaksasi Autogenik.................................... 36
2. Pengertian Teknik Relaksasi Autogemik...........................................37
3. Indikasi Terapi Relaksasi Autogenik.................................................38
4. Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik............................................... 38
5. Pengaruh Relaksasi Autogenik Bagi Tubuh......................................39
6. Kelebihan Dan Kekurangan Relaksasi Autogenik............................ 41
7. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Relaksasi Autogenik.. 42
8. Manfaat Relaksasi Autogenik Terhadap Kecemasan Ibu Hamil.......42
x
9. Langkah-Langkah Teknik Relaksasi Autogenik............................... 43
A. Kerangka Teori..................................................................................... 49
B. Kerangka Konsep Penelitian.................................................................50
C. Hipotesa/Pernyataan Penelitian............................................................ 51
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 52
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian..................................................52
B. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................53
C. Populasi dan Sampel............................................................................. 54
D. Variabel Penelitian................................................................................56
E. Definisi Operasional............................................................................. 57
F. Instrumen Penelitian............................................................................. 57
G. Uji Validitas dan Realibitas.................................................................. 59
H. Teknik Pengumpulan Data....................................................................59
I. Pengelolaan Data.................................................................................. 60
J. Langkah-Langkah Penelitian................................................................ 62
K. Analisa Data..........................................................................................62
L. Etika Penelitian..................................................................................... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 66


A. Gambaran Umum Daerah Penelitian BPM Lismarini.......................... 66
B..Gambaran Umum Daerah Penelitian BPM Kustirah............................ 67
C..Gambaran Umum Responden Penelitian.............................................. 69
D. Analisis Univariat................................................................................. 70
E..Uji Normalitas..................................................................................... 71
F.. Analisis Bivariat.................................................................................. 72
G. Pembahasan..........................................................................................73
H. Keterbatasan Penelitian.......................................................................85
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 86
A. Kesimpulan........................................................................................... 86
B. Saran..................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tingkat Kecemasan................................................................ 28


Gambar 2.2 Posisi Tidur............................................................................ 42
Gambar 2.3 Posisi Duduk Tanpa Sandaran................................................43
Gambar 2.4 Posisi Duduk Dengan Sandaran............................................. 43
Gambar 2.5 Teknik Pernafasan.................................................................. 44
Gambar 2.6 Kerangka Teori.......................................................................47
Gambar 2.7 Kerangka Konsep................................................................... 48

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain One Group Pretest Posttest Design.............................52


Tabel 3.2 Definisi Operasional................................................................ 56
Tabel 3.3 Langkah-Langkah Penelitian................................................... 61
Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur Keseluruhan BPM Kustirah................. 70
Tabel 4.2 Karakteristik Responden..........................................................71
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan.............................72
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data............................................................... 73
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Tingkat Kecemasan.................................73

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4. Instrumen Pengukuran Tingkat Kecemasan
Lampiran 5. Lembar Observasi
Lampiran 6. Standar Operasional Prosedur Relaksasi Autogenik
Lampiran 7. Data Penelitian
Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data
Lampiran 9. Etika Clearance
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian
Lampiran 11. Surat Selesai Penelitian
Lampiran 12. Lembar Konsultasi
Lampiran 13. Riwayat Hidup Peneliti

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang

serius di negara berkembang. Menurut laporan Sustainable Development Goals

(SDGs) tahun 2016 menjelaskan bahwa pada tahun 1990 dan 2015 rasio

kematian maternal global menurun sebesar 44% menjadi sekitar 216 kematian

per 100.000 kelahiran hidup, tidak mencapai MDGs dan jauh dari target 70

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup yang ditetapkan dalam agenda 2030.

Dibandingkan dengan negara ASEAN, Indonesia menduduki peringkat

tertinggi untuk angka kematian ibu. Singapura tercatat sebagai negara dengan

angka kematian ibu terendah hanya 3 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata

wanita meninggal selama dan setelah kehamilan atau persalinan, hampir semua

kematian ini terjadi di negara dengan tingkat perekonomian rendah dan

sebagian besar penyebab kematian bisa dicegah termasuk dengan memperluas

akses terhadap pelayanan kesehatan serta kemajuan untuk mengurangi angka

kematian ibu (AKI) yang lebih besar lagi dibuat (SDGs. 2016, p. 16).

Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih

lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat karena sensitifitasnya

terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun

kualitas. Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai 2007

yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan

peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian


2

ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar

Sensus (SUPAS) 2015. Sebagai upaya penurunan AKI pemerintah melalui

kementerian kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan Safe Motherhood

Initiative yaitu sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan

perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat (Profil Kesehatan Indonesia,

2015, p. 104).

Pada fase kehamilan ibu hamil juga mempunyai berbagai macam masalah

kehamilan. Salah satu masalah tersebut adalah masalah psikis atau psikologi

kehamilan yang berupa kecemasan. Ibu hamil yang tidak mempunyai persiapan

untuk melahirkan akan lebih cemas dan memperlihatkan ketakutan dalam suatu

perilaku diam hingga menangis. Hal ini tentunya tidak jauh beda dengan

kecemasan yang terjadi saat persalinan, kecemasan tinggi yang terjadi pada ibu

hamil juga menyebabkan reaksi negatif terhadap kondisi ibu sehingga

mengakibatkan perdarahan, kesakitan luar biasa, ketakutan bahkan menjadi

penyebab terjadinya angka kematian ibu dan janin saat proses persalinan

(Janiwarty & Pieter, 2013, p. 263).

Menurut SDKI (2012) dalam Mukhoirotin (2014, p. 1) Kecemasan

merupakan salah satu penyebab terjadinya partus lama dan kematian janin.

Partus lama memberikan sumbangsih 5% terhadap penyebab kematian ibu di

Indonesia. Rasa cemas yang dialami oleh ibu hamil itu juga dapat disebabkan

karena meningkatnya hormon progesteron. Selain membuat ibu hamil merasa

cemas, peningkatan hormon itu juga menyebabkan gangguan perasaan dan

membuat ibu hamil cepat lelah sehingga terjadi perdarahan antepartum.

Hormon yang meningkat selama kehamilan adalah hormon adrenalin. Hormon


3

adrenalin dapat menimbulkan disregulasi biokimia tubuh sehingga muncul

ketegangan fisik pada ibu hamil seperti mudah marah, gelisa, tidak mampu

memusatkan pikiran, ragu-ragu bahkan mungkin ingin lari dari kenyataan

hidup, kecemasan ini sering dirasakan pada kehamilan pertama atau

primigravida terutama dalam menghadapi persalinan.

Penanganan kecemasan yang terjadi pada ibu primigravida dapat dilakukan

dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Selama ini lebih banyak

penanganan kecemasan menggunakan farmakologi. Dengan farmakologi

tentunya memiliki dampak yang buruk apabila digunakan secara terus menerus,

salah satunya akan memicu yang namanya ketergantungan. Pengobatan non

farmakologi tentunya juga diperlukan misalnya terapi yoga, terapi meditasi,

terapi thai chi, relaksasi otot progresif salah satunya adalah relaksasi autogenik

(Neuman, 2010 dalam Murni dkk, 2014, p. 1198).

Relaksasi autogenik adalah salah satu tehnik yang bersumber dari diri

sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek yang bisa membuat pikiran

tentram. Relaksasi autogenik dilakukan dengan membayangkan diri sendiri

berada dalam keadaan damai dan tenang, berfokus pada pengaturan nafas dan

detak jantung sehingga menurunkan ketegangan fisiologis pada ibu hamil. Ibu

primigravida yang mengalami cemas akan timbul respon fisiologis berupa

peningkatan denyut jantung, sehingga dapat meningkatkan curah jantung yang

dapat menyebabkan preeklamsia. Respon tersebut dapat dikurangi dengan ibu

hamil melakukan teknik relaksasi autogenik yang akan menciptakan respon

relaksasi dari latihan nafas dalam dan latihan konsentrasi. Respon relaksasi

tersebut akan merangsang peningkatan kerja saraf parasimpatis yang akan


4

menghambat kerja dari saraf simpatis, sehingga hormon penyebab cemas dapat

berkurang (Asmadi, 2008, p. 151).

Penelitian I Mac (2011, p. 3) yang dilakukan di Kanada menyertakan

delapan uji coba (556 peserta) Percobaan terkontrol acak, melibatkan wanita

hamil yang mengalami kecemasan dari segala usia, dari pembuahan sampai

satu bulan setelah kelahiran, mengevaluasi hipnoterapi (satu percobaan),

penggambaran (lima uji coba), pelatihan autogenik (satu percobaan) dan yoga

(satu percobaan). Karena sejumlah kecil studi per intervensi dan keragaman

hasil pengukuran, kami tidak melakukan analisis meta, dan telah melaporkan

hasil masing-masing untuk setiap penelitian. Dibandingkan dengan perawatan

biasa, dalam satu penelitian (133 wanita), gambar memiliki efek positif pada

kecemasan saat persalinan (95%). Sedangkan pelatihan autogenik efektif untuk

mengurangi kecemasan wanita sebelum melahirkan.

Penelitian Farada (2011, p. 10) yang dilakukan di Kotakulon Kabupaten

Bondowoso menunjukkan bahwa tingkat kecemasan sebelum teknik relaksasi

autogenik semua responden 14 orang (100%) mengalami cemas dengan

kategori cemas ringan 10 orang (71,4%) dan sisanya adalah cemas sedang.

Setelah teknik relaksasi autogenik, 10 orang (71,45%) mengalami cemas

ringan dan sisanya tidak megalami cemas. Berdasarkan pengolahan data

melalui SPSS 16 didapatkan bahwa p-value (0.01) < α (0,05) yang berarti Ho

ditolak. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terdapat pengaruh yang

bermakna antara teknik relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan pada

ibu hamil primigravida trimester III.


5

Penelitian Saputri, F.,D (2016. P. 55-56) yang dilakukan di Yogyakarta

Sebelum dilakukan relaksasi didapatkan hasil persentase kecemasan ibu

primigravida yaitu 2,9% responden mengalami kecemasan berat, 64% dengan

kecemasan sedang dan 20,6 dengan kecemasan ringan. Persentase terbesar

dialami oleh ibu trimester III dengan kecemasan sedang. Setelah dilakukan

relakasi didapatkan hasil persentase kecemasan ibu hamil primigravida yaitu

trimester III yaitu 2,95 responden mengalami kecemasan berat, 26,5%

mengalami kecemasan sedang, dan 0,6% kecemasan ringan. Persentase

terbesar dialami oleh ibu hamil primigravida trimester III yaitu kecemasan

sedang dan terdapat penurunan tingkat kecemasan setelah dilakukan relaksasi.

Diketahui bahwa dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh statistik dengan

p-value sebesar 0,001 p < 0,05 yang berarti bahwa relaksasi berpengaruh

terhadap tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III.

Penelitian Murni. Dkk. (2014. P. 1197) yang dilakukan di Mataram yaitu

untuk melihat perbandingan yang antara skor kecemasan sebelum dan sesudah

perlakuan yang diberikan dalam mengurangi kecemasan ibu hamil

primigravida. Pada kelompok intervensi hasil uji beda diperoleh nilai

signifikansi < 0,001 artinya ada perbedaan yang bermakna rerata skor

kecemasan sebelum dan setelah pemberian relaksasi pada kegiatan kelas ibu

hamil. Pada kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan

nilai p-value 0,016. Hasil uji diantara kedua kelompok menunjukkan hasil p-

value 0,003 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna diantara

kedua kelompok, dan kegiatan latihan relaksasi efektif untuk mengurangi

kecemasan ibu hamil.


6

Berdasarkan studi pendahuluan (observasi langsung dan wawancara) yang

dilakukan kepada 10 ibu hamil primigravida trimester III di BPM Lismarini 10

responden mengatakan cemas dengan alasan belum punya pengalaman

melahirkan, ibu khawatir terhadap bayi yang akan dilahirkannya, takut terjadi

komplikasi serta mengaku cemas terhadap nyeri saat melahirkan, Ibu hamil

tersebut mengatakan untuk mengurangi kecemasan tersebut dengan cara

mengalihkan pikiran seperti sholat, tidur, dan kumpul dengan keluarga.

Berdasarkan uraian diatas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan

ibu hamil di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap tingkat

kecemasan ibu hamil di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun

2018?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap tingkat

kecemasan ibu hamil di BPM Kota Palembang Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya tingkat kecemasan ibu hamil sebelum dilakukan relaksasi

autogenik di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.


7

2. Diketahuinya tingkat kecemasan ibu hamil sesudah dilakukan relaksasi

autogenik di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.

3. Diketahuinya pengaruh relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan

ibu hamil sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi di BPM Lismarini

dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.

D. Manfaat

1. Manfaat Teorotis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan

serta memperkaya ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan kehamilan,

hasil penelitian dapat digunakan untuk data dasar dalam melaksanakan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengaruh teknik relaksasi

autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di BPM Lismarini dan

BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa

kebidanan dalam hal penanganan kecemasan pada ibu hamil dengan

terapi non farmakologi yaitu relaksasi autogenik.

b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang Visi dan Misi prodi

D IV kebidanan yaitu menolong persalinan dengan hypnobirthing dan

dapat dijadikan sebagai bahan pustaka di perpustakaan Politeknik

Kesehatan Palembang.
8

c. Sebagai bahan acuan para petugas kesehatan untuk memberikan

pelayanan dalam hal untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi

autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung dalam

40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester dimana trimester kesatu berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),

dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Prawirohardjo, 2014, p. 339).

Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau

fetus di dalam tubuhnya. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus yaitu

kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu)

(Kuswanti, Ina. 2014, p. 99).

Menurut Wiknjosastro (1991) dalam Yongki (2012, p. 3) kehamilan

merupakan urutan kejadian yang normal terdiri dari atas pembuahan,

implantasi, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin dan berakhir pada

kelahiran bayi. Ketika spermatozoa bertemu dengan ovum maka dimulailah

awal kehamilan, setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu

pembuahan ovum oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tersebut.
10

Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur (Ovum) dari indung telur

(Ovarium), yang ditangkap oleh umbai-umbai (Fimbriae) dan masuk

kedalam saluran telur. Seorang wanita biasanya mengovulasi (menghasilkan

ovum dari ovari) hanya menghasilkan 450 ovum selama masa

reproduksinya.

2. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil

Dengan adanya kehamilan, maka akan terjadi perubahan pada ibu baik

secara fisiologis dan psikologis. Perubahan tersebut sebagian besar adalah

karena pengaruh hormon yaitu peningkatan hormon estrogen dan

progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum yang berkembang menjadi

korpus graviditas dan dilanjutkan sekresinya oleh plasenta setelah terbentuk

sempurna (Dewi, V., N, 2012, p. 105).

Menurut Hani, U., dkk (2014, p. 72) ada beberapa perubahan fisiologis

yang timbul selama masa hamil dikenal sebagai tanda kehamilan :

a. Tanda-tanda presumptive (Dugaan hamil)

1) Amenorea (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak

dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir,

supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan hari perkiraan lahirnya.

2) Mual dan muntah (nausea dan vomitting)

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir

triwulan pertama dan sering terjadi pada pagi hari (morning sicknes).

Dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologis, bila


11

terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan

disebut hyperemisis gravidarum.

3) Mengidam (ingin makanan/minuman tertentu)

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi

menghilang dengan makin tuanya kehamilan

4) Tidak tahan suatu bau-bauan

5) Pingsan

Sering dijumpai bila berada di tempat-tempat yang ramai.

Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-

bulan pertama kehamilan dan hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

6) Tidak ada selera makan (anoreksia)

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama, tetapi setelah itu nafsu

makan akan timbul lagi.

7) Lelah (fatique)

8) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, yang disebabkan

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan

alveoli payudara, kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.

9) Sering kencing, terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim

yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul.

Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih

ditekan oleh kepala janin.

10) Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh

pengaruh hormone steroid.


12

11) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta,

dijumpai di muka (cloasma gravidarum), aerola payudara, leher dan

dinding perut.

12) Epulis (hipertropi dari papil gusi)

Merupakan suatu hipertropy papilla ginggivae. Sering terjadi pada

triwulan pertama kehamilan.

13) Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis, dan

vulva yang biasanya dijumpai pada triwulan akhir. Biasanya didapat

pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki, dan betis. Pada

kehamilan multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada

kehamilan yang terdahulu, yang kemudian timbul kembali pada

triwulan pertama.

b. Tanda kemungkinan hamil (tanda tidak pasti)

1) Perut membesar

Terjadi pembesaran abdomen secara progresif dari kehamilan 7

sampai 28 minggu. Pada minggu 16-22, pertumbuhan terjadi secara

cepat di mana uterus keluar panggul dan mengisi rongga abdomen.

2) Uterus membesar

Terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari rahim.

3) Tanda hegar

Konsistensi rahim yang menjadi lunak, terutama daerah isthmus

uteri sedemikian lunaknya, hingga kalau kita letakkan 2 jari dalam

forniks posterior dan tangan satunya pada dinding perut atas


13

symphysis, maka isthmus ini tidak teraba seolah-olah corpus uteri

sama sekali terpisah dari cerviks.

4) Tanda chadwick

Vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide)

yang disebabkan oleh adanya hipervaskularisasi. Warna porsio juga

akan tampak livide. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh

hormone estrogen.

5) Tanda piscaseck

Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke

jurusan pembesaran uterus.

6) Kontraksi-kontaksi kecil uterus bila dirangsang (Braxton hicks)

Bila uterus dirangsnag mudah berkontraksi. Saat palpasi atau

pemeriksaan dalam, uterus yang awalnya lunak akan menjadi keras

karena berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa

kehamilan.

7) Teraba ballotment

pada kehamilan 16-20 minggu, dengan pemeriksaan bimanual

dapat terasa adanya benda yang melenting dalam uterus (tubuh janin).

c. Tanda pasti (tanda positif)

1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba gerakan janin

pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18

minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu.

2) Denyut jantung janin:

a) Didengar dengan stetoskop monoral laenec


14

b) Dicatat dan di dengar dengan alat doppler

c) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram (pada kehamilan 12 minggu)

d) Dilihat pada ultrasonografi

Dengan USG, akan dapat terlihat gambaran janin yang berupa

ukuran kantong janin, panjangnya janin dan diameter biparietalis

hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.

3. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil

Beban psikologi pada seorang wanita hamil, lebih banyak terjadi pada

umur kehamilan trimester III dibandingkan pada trimester I dan II,

pertanyaan akan bayangan apakah dapat melahirkan normal, bagaimana cara

mengejan, apakah terjadi sesuatu saat melahirkan, atau apakah bayi akan

lahir selamat, akan sering muncul dalam benak ibu hamil. Rasa nyeri dan

sakit saat persalinan menjadi topik bahasan sejak dulu oleh wanita. ibu

muda atau primigravida sering merasa takut dan cemas pada saat menjalani

proses kehamilannya Menurut (Hasuki, 2009) dalam (Saputri, F.D., 2016, p.

2).

Menurut Hani, U., dkk, (2014, p. 68) perubahan psikologis pada ibu hamil,

yaitu:

a. Trimester Pertama

Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron

dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan

secara fisiologis pada ibu misalnya mual, muntah, keletihan, dan


15

pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologis

seperti sebagai berikut.

1) Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan,

penolakan, kecemasan, dan kesedihan.

2) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan

memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali

memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya.

3) Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang

meningkat libidonya tetapi ada juga yang mengalami penurunan.

Pada wanita yang mengalami penurunan libido akan menciptakan

suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur

dengan suami. Banyak wanita hamil yang merasakan kebutuhan

untuk dicintai dan mencinta, tetapi bukan dengan seks. Sedangkan

libido yang sangat besar dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual,

pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Sedangkan

bagi suami sering kali membatasi hubungan suami istri karena takut

mencederai istri dan calon bayinya. Hal ini perlu komunikasi lebih

lanjut jika dihadapkan dengan istri yang mempunyai libido yang

tinggi atau meningkat.

4) Sedangkan suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan, tetapi

bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah

bagi keluarga.
16

b. Trimester Kedua

Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan

kadar hormon yang tinggi serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan

sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum

dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan

dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.

Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu

mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan

dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan

rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan

merasakan meningkatnya libido.

c. Trimester Ketiga

Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada

sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya.

Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang

mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasakan khawatir

bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu

meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan

terjadinya persalinan pada ibu. Sering kali ibu merasa khawatir atau takut

kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyak ibu juga

akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau

benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya.. seorang ibu

mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul

pada waktu melahirkan.


17

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu

yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu, ibu juga merasa sedih

karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus

yang diterima selama hamil. Pada trimester ini ibu memerlukan

ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan. Trimester ini

juga saat perisapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi tua. Keluarga

mulai menduga-duga apakah bayi mereka laki-laki atau perempuan dan

akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama untuk bayi mereka.

4. Dampak Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil

Menurut Janiwarty & Pieter (2013, p. 242). dampak perubahan

psikologis pada ibu hamil, yaitu:

a. Sensitif

Awal penyebab wanita hamil menjadi lebih sensitif adalah faktor

hormon. Reaksi wanita menjadi lebih peka, mudah tersinggung dan

gampang marah. Apapun perilaku ibu hamil sering dianggap kurang

menyenangkan. Perubahan ini pasti berakhir jangan sampai perubahan

ini merusak hubungan suami istri menjadi tidak harmonis. Oleh sebab itu,

keadaan ini sudah sepantasnya dipahami suami dan jangan membalas

dengan kemarahan karena menambah perasaan tertekan. Perasaan

tertekan akan berdampak buruk dalam perkembangan fisik dan psikis

bayi.
18

b. Cenderung malas

Penyebab wanita hamil cenderung malas tidak begitu saja terjadi

melainkan pengaruh perubahan hormon yang sedang dialaminya.

Perubahan hormonal akan memengaruhi gerakan tubuh ibu, seperti

gerakannya yang semakin lamban dan cepat merasa letih. Keadaan ini

membuat ibu hamil cenderung menjadi malas.

c. Minta perhatian lebih

Perilaku ibu hamil akan menunjukkan sikap ini diperhatikan.

Terkadang kondisi ini mengganggu terutama jika pasangannya (suami)

kurang memiliki sikap perhatian atau berperilaku temprament. Perlu

diketahui bahwa biasanya wanita hamil akan tiba-tiba menjadi orang

yang manja dan ingin selalu diperhatikan. Perhatian yang diberikan

suami walaupun sedikit apapun akan berdampak memicu tumbuhnya

perasaan aman dan pertumbuhan janin lebih baik.

d. Gampang cemburu

Tidak jarang sifat cemburu ibu hamil terhadap suami pun mulai tanpa

alasan seperti jika pulang kerja telat sedikit ibu mulai bertanya macam-

macam. Sifat kecemburuannya meningkat. Faktor penyebabnya ialah

perubahan hormonal dan perasaan tidak percaya atas perubahan

penampilan fisiknya. Dia mulai meragukan kepercayaan pada suaminya

seperti takut ditinggalkan suami atau suami pacaran lagi. Suami harus

memahami kondisi istri dan melakukan komunikasi terbuka dengan istri.


19

e. Ansietas (kecemasan)

Ansietas menggambarkan rasa kecemasan, khawatir, gelisah dan

tidak tentram yang disertai dengan gejala fisik. Ansietas merupakan

bagian dari respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif

yang keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar.

Menurut Reva Rubin selama periode kehamilan hampir sebagian

besar ibu hamil sering mengalami kecemasan. Yang membedakannya

adalah tingkat kecemasannya. Setiap ibu hamil memiliki tingkat cemas

yang berbeda-beda dan sangat tergantung pada sejauh man ibu hamil itu

mempersepsikan kehamilannya.

Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan ibu hamil biasanya

berhubungan dengan kondisi kesejateraan dirinya dan bayi yang akan

dilahirkan, pengalaman keguguran kembali, rasa aman dan nyaman

selama masa kehamilan, penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi

orangtua, sikap memberi dan menerima kehamilan, keuangan keluarga,

support keluarga dan support tenaga medis.

5. Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Masa Hamil

Menurut Dewi, V., N (2012, p. 121) Faktor-faktor psikologis yang

mempengaruhi masa hamil, yaitu:

a. Stressor Internal dan Eksternal

1) Stressor Internal

Stressor Internal meliputi faktor-faktor pemicu stres ibu hamil

yang berasal dari diri sendiri. Adanya beban psikologis yang


20

ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan

bayi yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir. Anak akan tumbuh

menjadi seseorang dengan kepribadian yang tidak baik tergantung

pada kondisi stres yang dialami oleh ibunya, seperti anak yang

menjadi tempramental, autis atau orang yang terlalu rendah diri

(minder). Ini tentu saja tidak diharapkan. Oleh karena itu, pematauan

kesehatan psikologis pasien sangat perlu dilakukan.

2) Stressor Eksternal

Pemicu stress yang berasal dari luar bentuknya sangat bervariasi

misalnya masalah ekonomi, konflik keluarga, pertengkaran dengan

suami, tekanan dari lingkungan (respon negative dari lingkungan pada

kehamilan lebih dari 5 kali) dan masih banyak kasus yang lain.

b. Dukungan suami

Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri

yang hamil lebih mengedepankan sikap untuk saling berkomunikasi yang

jujur dan terbuka dan sudah dimulainya sejak awal kehamilan istrinya

dan menempatkan nilai-nilai penting dalam keluarga untuk

mempersiapkan diri menjadi orangtua.

c. Dukungan keluarga

Wanita hamil sering sekali merasakan ketergantungan terhadap orang

lain, akan tetapi sifat ketergantungan ibu lebih banyak dipengaruhi

kebutuhan rasa aman, terutama yang menyangkut keamanan dan

keselamatan saat melahirkan. Sangat dibutuhkan adanya dukungan

anggota keluarga besar baik dari keluarga istri maupun suami.


21

c. Tingkat kesiapan personal ibu

Beberapa kesiapan personal ibu yang berkaitan pada masa

kehamilannya ialah kemapuannya untuk menyeimbangkan perubahan

atas kondisi psikologisnya. Beban fisik dan mental atas kondisi adalah

hal yang normal dialami ibu hamil seperti bentuk tubuh yang melebar

dan kondisi emosi yang labil. Namun, terkadang beban seperti ini

seringkali diperparah dan munculnya trauma kehamilan, sehingga

masalah yang dihadapi pun semakin kompleks.

d. Pengalaman traumatis ibu

Dampak buruk traumatis ialah suasana emosi yang meledak-ledak

dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin,

aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma,

stres, atau tekanan psikologis akan memunculkan gejala fisik seperti letih,

lesu, mudah marah, gelisa, pening, mual atau merasa malas. Kondisi

traumatis ini dapat dirasakan janin. Bahkan janin sudah menunjukkan

reaksi pada stimulasi dari luar tubuh ibunya.

e. Tingkat aktivitas

Tidak ada bukti bahwa aktifitas yang teratur seperti jogging, bermain

tennis, berenang, atau berhubungan seks dapat menimbulkan masalah

seperti keguguran atau fetal malformation (janin yang cacat). kebanyakan

dokter melarang program olahraga baru pada awal hamil. Bentuk latihan-

latihan yang paling menguntungkan bagi wanita hamil ialah latihan

dengan gerakan yang menguatkan dinding perut untuk membantu

menopang uterus dan otot pinggul yang akan dibutuhkan saat mendorong.
22

Latihan kaki penting dilakukan ibu hamil untuk meningkatkan sirkulasi

dan menghindari kram otot.

B. Konsep Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Menurut Gufron, M., Nur (2012, p. 141) kecemasan merupakan

pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran

atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami

oleh seseorang. Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety)

yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap

kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut. Hal tersebut berupa

emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu dan bukan

kecemasan sebagai sifat yang melekat pada kepribadian. Mendefinisikan

istilah kecemasan sebagai suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan

mental kesukaran dan tekanan yang menyertai konflik atau ancaman.

Menurut Lestari, T (2014, p. 31) kecemasan disebut juga dengan ansietas

yaitu merupakan bagian dari respon emosional yang menggambarkan rasa

kecemasan, khawatir, gelisah, dan tidak tentram disertai dengan gejala fisik

dalam merespon terhadap penilaian individu yang subjektif yang

keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar. Ansietas merupakan

pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga

orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada

sesuatau yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala

otonomik yang berlangsung beberapa waktu.


23

2. Faktor Presipitasi Kecemasan

Menurut Asmadi (2008, p. 168) faktor pencetus kecemasan berasal dari

sumber internal dan eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan,

yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri:

a. Ancaman terhadap integritas fisik

Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang

akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme fisiologi

seperti jantung, sistem imun, regulasi temperatur, perubahan biologis

yang normal seperti kehamilan dan penuaan. Sumber eksternal dapat

berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, luka trauma. Kecemasan

dapat timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi yang

mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.

b. Ancaman tehadap sistem tubuh

Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga diri

dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitasn

melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja dan di

masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan,

orangtua, teman, perubahan status pekerjaan, dilema etik yang timbul

dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau budaya.

Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan

dilakukan sehingga akan menghasilkan sesuatu kecemasan.


24

3. Penyebab Kecemasan pada Kehamilan

Berkaitan dengan kemampuan perannya sebagai orang tua yang baik.

Mereka tidak yakin apakah dapat menjadi orang tua yang baik. Jika mereka

multigravida, kecemasan berhubungan dengan pengalaman yang lalu.

Banyak wanita hamil yang mimpi seperti nyata, dimana hal ini sangat

mengganggu. Mimpinya seringkali tentang bayinya yang bisa diartikan oleh

ibu apalagi bila tidak menyenangkan (Kamariyah. 2014, p. 143).

Menurut Janiwarty dan Pieter (2013, p. 243) Faktor-faktor yang menjadi

penyebab timbulnya kecemasan :

a. Kondisi kesejahteraan ibu dan bayi yang akan dilahirkan

b. Pengalaman keguguran

c. Rasa aman, dan nyaman selama kehamilan

d. Penemuan jati dirinya dan persiapan menjadi orang tua

e. Sikap memberi dan menerima kehamilan

f. Keuangan keluarga

g. Dukungan keluarga

h. Support tenaga medis

i. Usia ibu hamil

j. Dukungan suami

k. Tingkat persiapan personal ibu

l. Pengalaman traumatis ibu dan tingkat aktivitas.

Menurut Kushartanti, dkk (2009) dalam Wulandary (2014, p. 10)

Kehamilan dapat merupakan sumber kecemasan, terutama pada seorang ibu

yang labil jiwanya. Sejak saat hamil ibu sudah mengalami kegelisahan dan
25

kecemasan. Kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan merupakan

kejadian yang tidak bisa dihindari, hampir selalu menyertai kehamilan dan

bagian dari proses penyesuaian yang wajar terhadap preubahan fisik dan

psikologis yang terjadi selama kehamilan. Perubahan ini terjadi sebagai

akibat dari perubahan hormon yang akan mempermudah janin untuk tumbuh

dan berkembang sampai sakit dilahirkan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Ibu Hamil.

Menurut Manuaba, Ida Bagus Gde (2010, p. 340) dalam beberapa faktor

yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada ibu hamil :

a. Usia

Pada primigravida dengan usia dibawah 20 tahun kesiapan mental

masih sangat kurang, sehingga dalam menghadapi kelahiran mental

masih sangat kurang, sehingga dalam menghadapi kelahiran pun belum

mantap. Primigravida dengan usia diatas 35 tahun meskipun secara fisik

resiko terjadi komplikasi lebih besar, tetapi secara mental mereka lebih

siap. Penundaan kehamilan ini biasanya disebabkan faktor karir mereka

sudah tahu adanya alat pendeteksi dan pengobatan yang bisa

dimanfaatkan juga diperlukan.

b. Tingkat pendidikan

Pendidikan dan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi kecemasan

karena kurangnya informasi tentang kehamilan dan persalinan baik dari

orang terdekat, keluarga ataupun dari berbagai media seperti majalah dan

lain sebagainya.
26

c. Penghasilan

Pendapatan yang diperoleh tiap bulan, hasil dari jerih payah yang

dilakukan selama satu bulan penuh

d. Pekerjaan

Kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus guna memenuhi

kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan

sekunder akan mempengaruhi tingkat emosi dan pikiran seseorang

terutama pada ibu hamil. Meskipun ibu memiliki tingkat pengetahuan

yang baik, jika secara sosial ekonomi belum siap, kemungkinan yang

tidak cemas akan menjadi cemas dan yang sudah cemas akan menjadi

lebih cemas.

e. Dampingan orang terdekat (suami)

Suami dan orang terdekat dapat memberikan dorongan fisik dan

moral bagi ibu yang melahirkan, sehingga ibu akan merasa lebih tentram.

Tentang dampingan suami dalam menanggulangi kecemasan istri pada

trimester ketiga menunjukkan bahwa dampingan suami yang diberikan

pada calon ibu merasa tenang dan memiliki mental yang kuat untuk

menghadapi persalinan. Dampingan sosial terutama suami memberikan

dampingan informasi sangat berpengaruh pada persepsi istri terhadap

proses persalinan khususnya pada ibu hamil primigravida.

5. Dampak Kecemasan Ibu Hamil Terhadap bayi

Penelitian membuktikan bahwa bayi dalam kandungan sudah punya

kemampuan emosional dan intuisi untuk merasakan cinta kedua orang


27

tuanya. Janin sudah bisa melihat, mendengar, merasa, mengingat dan

berpikir sebelum dia lahir. Kondisi psikis ibu yang sedang hamil dapat

mempengaruhi bayi yang sedang dikandungnya.

Berbagai penelitian mengenai masalah ini telah dilakukan dan telah

diketahui bahwa ternyata kekhawatiran dan kecemasan pada ibu hamil

dapat ditularkan pada janin, sehingga dapat membawa dampak atau

pengaruh negatif terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu hamil maupun

pada janin yang dikandungnya. Maka penting bagi calon ibu untuk berhenti

mencemaskan berbagai hal, seperti khawatir kondisi janin, persiapan

melahirkan atau memikirkan cara mendidik anak. Kecemasan atau

kekhawatiran melalui beragam pertanyaan seperti bagaimana saya dan si

bayi nanti, justru akan menimbulkan tekanan batin atau depresi yang

berefek negatif. Lebih baik berpikir positif dan selalu optimis tanpa

meninggalkan tanggung jawab untuk menjaga diri dan bayi yang

dikandung.

Hasil penemuan yang telah dipublikasikan dalam Journal of Allergy

and Clinical Immunology menyebutkan bahwa, ibu hamil yang sering

merasa cemas dan gelisah akan berdampak pada perkembangan kesehatan

bayi. Penemuan ini terungkap setelah tim peneliti memonitor 14.000 anak-

anak yang berasal dari 5.800 keluarga di wilayah Bristol, Inggris, selama

kurang lebih satu dekade. Sekitar 16% ibu yang mengaku dirinya

mengalami cemas dan gelisah berlebihan selama kehamilan, mereka

melahirkan bayi yang diketahui menderita asma ketika mereka beranjak

besar. Para peneliti percaya bahwa meningkatnya hormon stres/cemas yang


28

disebut kortisol selama masa kehamilan, kemungkinan berpengaruh pada

sistem imun tubuh bayi (Hestanti, Afriza 2011, p. 150).

6. Tanda dan Gejala Kecemasan

Keluhan-keluhan oleh orang yang pernah mengalami gangguan

kecemasan diantaranya cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan

pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, mudah

terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang, gangguan

pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan

daya ingat, keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan

tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,

gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala (Lestari, T.,

2014, p. 32). Manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal, antara lain:

a. Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali

memikirkan malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.

b. Prilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak

menentu sperti gemetar.

c. Perubahan somatik, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan

kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan

darah dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan

peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot, dan tekanan darah.

d. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah dan perasaan tegang yang

berlebih.
29

7. Tingkat Kecemasan

Menurut Asmadi (2008, p. 166) cemas juga disebut dengan ansietas.

Setiap tingkatan kecemasan memiliki lahan presepsi yang berbeda pada

setiap individu dalam menerima informasi dan pengetahuan mengenai

kondisi yang ada dalam dirinya maupun lingkungannya.

Tingkat kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain:

Respon adaktif respon maladaktif

0 1 2 3 4

Antisipasi Ringan Sedang berat Panik

Gambar 2.1 Tingkat Kecemasan


Sumber: Peplau, (1952), Hawari, (2001), dalam Lestari, T., (2014, p. 32).

Tingkat kecemasan menurut (Lestari, T., 2014, p. 32). yaitu:

a. Kecemasan ringan

kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang

muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi

meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat

dan tingkah laku sesuai situasi, kecemasan ringan mempunyai

karakteristik.
30

1) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari

2) Kewaspadaan meningkat.

3) Persepsi terhadap lingkungan meningkat.

4) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan

kreatifitas.

5) Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta

bibir bergetar.

6) Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan

terangsang untuk melakukan tindakan.

7) respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus

pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.

b. Kecemasan sedang

kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan

pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu

kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan

meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume

tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak

optimal, kemapuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus

pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung,

tidak sabar, mudah lupa, ,marah dan menangis.


31

Kecemasan sedang mempunyai karakteristik :

1) Respon bilogis, sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan

darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit

kepala, sering berkemih, dan letih.

2) Respon kognitif, memusatkan perhatian pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan

rangsangan dari luar tidak mampu diterima.

3) Respon perilaku dan emosi:gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih

tegas, bicara banyak dan lebih cepta, susah tidur, dan perasaan tidak

aman.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada

sesuatu yang terperinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal

lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada

tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat

tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi

menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya

sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan

tidak berdaya, bingung, disorientasi, kecemasan berat mempunyai

karakteristik :

1) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan

hal yang lain.


32

2) Respon fisiologis:nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak tegang.

3) Respon kognitif, tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan

banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.

4) Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan

komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

d. Panik (sangat berat)

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan eror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang

terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi,

pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon

terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami

halusinasi dan delusi.

Panik (kecemasan sangat berat) mempunyai karakteristik :

1) Respon fisiologis:nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,

pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

2) Respon kognitif:gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi

terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan

memahami situasi.

3) Respons perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah,

ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri

aktifitas motorik tidak menentu, perasaan terancam serta dapat

berbuat sesuatu yang membahayakn diri sendiri atau orang lain.


33

8. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Menurut Lestari, T (2014, p. 40) Kecemasan dapat diukur dengan alat

ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).

Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada

munculnya simptom pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap

item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4.

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan

oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam

penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:

a. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara

tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.


34

i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap

j. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa nafas pendek.

k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas di perut.

l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisa, jari-jari gemetar, mengkerutkan

dahi dan kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek

dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan/satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/separuh dari gejala yang ada

3 = Berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = Sangat berat/semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan

item 1-14 dengan hasil:

a. Skor <14 = tidak ada kecemasan

b. Skor 14-20 = kecemasan ringan


35

c. Skor 21-27 = kecemasan sedang

d. Skor 28-41 = kecemasan berat

e. Skor 42-56 = panik/kecemasan sangat besar.

9. Penatalaksanaan kecemasan

Menurut Lestari, T (2014, p. 43) penatalaksanaan ansietas pada tahap

pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat

holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,

psikososial dan psikoreligius. upaya meningkatkan kekebalan terhadap stres,

dengan cara:

1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang

2) Tidur yang cukup

3) Cukup olahraga

4) Tidak merokok

5) Tidak meminum minuman keras.

Selain itu, cemas dapat diatasi dengan terapi non farmakologi seperti,

terapi yoga, terapi meditasi, terapi thai chi, relaksasi otot progresif dan

relaksasi autogenik.

C. Konsep Tehnik Relaksasi Autogenik

1. Latar Belakang Relaksasi Autogenik

Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang bersumber dari diri sendiri

berupa kata-kata/kalimat pendek ataupun pikiran yang bisa membuat pikiran

tentram. Terapi ini merupakan salah satu cara untuk membantu klien yang
36

sedang mengalami ketegangan atau stres fisik dan psikologis yang bersifat

ringan atau sedang, dengan menekankan pada latihan mengatur pikiran,

posisi yang rileks dan mengatur pola pernafasan selain itu terapi ini juga

merupaka suatu prosedur relaksasi dengan membayangkan (imagery)

sensasi-sensasi yang menyenangkan pada bagian-bagian tubuh seperti

kepala, dada, lengan, punggung, ibu jari kaki atau tangan, pergelangan

tangan. Sensasi-sensasi yang dibayangkan itu seperti rasa hangat, lemas atau

rileks pada bagian tubuh tertentu, juga rasa lega karena nafas yang dalam

dan pelan. Sensasi yang dirasakan ini diiringi dengan imajinasi yang

menyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau yang

tenang dan sebagainya (Pratiwi, 2012 dalam Sholihhudin, 2014).

Menurut Saunders (2007) dalam Limbong (2014) Pada relaksasi

autogenik pasien tidak lagi bergantung kepada terapinya tetapi melalui

teknik sugesti diri (Auto Suggestive) seseorang dapat melakukan sendiri

perubahan dalam dirinya sendiri, juga dapat mengatur pemunculan

emosinya. Relaksasi autogenik membantu individu untuk dapat

mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi

jantung dan aliran darah.

Relaksasi autogenik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1932 oleh

seorang psikiater jerman bernama Johannes Schultz. Relaksasi ini

mengandung makna suatu perosedur teknik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melatih agar dapat

dengan sengaja membuat otot-otot relaks setiap dibutuhkan atau diinginkan,

sedangkan autogenik mengandung makna sebagai sesuatu yang dihasilkan


37

sendiri atau dari dalam diri sendiri (Carruthers, 1979), (Sadigh, 2001),

dalam (Fitriani, Yulia., dkk. 2015, p. 154).

2. Pengertian Teknik Relaksasi Autogenik

Menurut Potter & Perry (2005) dalam Supartina, Ina (2014) Relaksasi

merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan bebas mental dan

fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi bertujuan agar individu

dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa ketegangan dan stres yang

membuat individu merasa dalam kondisi yang tidak nyaman. Relaksasi

psikologis yang mendalam memiliki manfaat bagi kesehatan yang

memungkinkan tubuh menyalurkan energi untuk perbaikan dan pemulihan,

serta memberikan kelonggaran bagi ketegangan akibat pola-pola kebiasaan.

Menurut Lichstein (1988) dalam Didelpiani (2014) autogenik memiliki

makna pengaturan sendiri. Autogenik merupakan salah satu contoh dari

teknik relaksasi yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan menggunakan

persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi

oleh sugesti diri sendiri. Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang

bersumber dari diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat

pendek yang bisa membuat pikiran menjadi tenang. Relaksasi autogenik

membantu individu untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh

seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran darah.

3. Indikasi Terapi Relaksasi Autogenik


38

Indikasi relaksasi autogenik menurut (Sholihhudin, 2014), yaitu:

a. Respon verbal

1) Klien mengatakan rileks

2) Klien mengatakan ketegangan berkurang

3) Klien mengatakan sudah merasa nyaman

b. Respon non verbal

1) Klien tampak tenang

2) Ekspresi wajah klien tampak tegang

3) Klien dapat melanjutkan pekerjaan kembali

4) Tanda-tanda vital: tensi, nadi dalam batas normal.

4. Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik

Menurut Pratiwi (2014) dalam Shollihuddin (2014) seseorang dikatakan

sedang dalam keadaan baik atau tidak, bisa ditentukan oleh perubahan

kondisi yang semula tegang menjadi rileks. Kondisi psikologis individu

akan tampak pada saat individu mengalami tekanan baik bersifat fisik

maupun mental. Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap

tekanan. Tekanan dapat berimbas buruk pada respon fisik, psikologi serta

kehidupan sosial seorang individu.

Menurut Potter & Perry (2005) dalam Supartina, Ina (2014) teknik

relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat merasakan

perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan darah,

penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar lemak

dalam tubuh, serta penurunan proses imflamasi. Teknik relaksasi memiliki


39

manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk meningkatkan gelombang

alfa (α) di otak sehingga tercapailah keadaan rileks, peningkatan

konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh. teknik relaksasi

autogenik mengacu pada konsep baru. Selama ini, fungsi-fungsi tubuh

yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran yang tertuju

pada diri sendiri. Teknik relaksasi ini membantu individu dalam

mengalihkan secara sadar perintah dari diri individu tersebut. Hal ini dapat

membantu melawan efek akibat stres yang berbahaya bagi tubuh. Teknik

relaksasi autogenik memiliki ide dasar yakni untuk mempelajari cara

mengalihkan pikiran berdasarkan anjuran sehingga individu dapat

menyingkirkan respon stres yang mengganggu pikiran.

5. Pengaruh Relaksasi Autogenik Bagi Tubuh

Pengaruh relaksasi autogenik menurut National Safety Council (2004),

Saunders (2006), Shinozaki, et al (2010) dalam Limbong (2014), Yaitu:

a. Relaksasi autogenik memberikan hasil setelah tiga kali latihan, setiap

kali latihan dilakukan selama 15-20 menit

b. Membantu keseimbangan untuk memperbaiki keseimbangan antara

organ tubuh dan sirkulasi tubuh

c. Membantu tekanan darah tetap dalam batas normal

d. Menjaga organ-organ yang terluka, artinya dengan relaksasi autogenik

yang teratur maka akan menjaga klien dari situasi-situasi yang cepat

berubah sehinggan stressor terkurangi dan relaksasi terjadi.


40

Dalam relaksasi autogenik hal yang menjadi anjuran pokok adalah

penyerahan pada diri sendiri sehingga memungkinkan berbagai daerah di

dalam tubuh (lengan, tangan, tungkai dan kaki) menjadi hangat dan berat.

Sensasi hangat dan berat ini disebabkan oleh peralihan aliran darah (dari

pusat tubuh ke daerah tubuh yang diinginkan), yang bertindak seperti pesan

internal, menyejukkan dan merelaksasikan otot-otot di sekitarnya.

Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawa perintah

melalui autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengalihkan pernafasan,

tekanan darah, denyut jantung, serta suhu tubuh. Imajinasi visual dan

mantra-mantra verbal yang membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai

merupakan standar latihan relaksasi autogenik. Sensasi tenang, ringan dan

hangat menyebar keseluruh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan dari

relaksasi autogenik. Tubuh merasakan kehangatan, merupakan akibat dari

arteri perifer yang mengalami vasodilatasi, sedangkan ketegangan otot

tubuh yang menurun mengakibatkan munculnya sensasi ringan.

Perubahan-perubahan selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi

kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan

oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi dominan

sistem parasimpatis (Lichstein, 1988) dalam (Didelpiani, 2014).

6. Kelebihan dan Kekurangan Relaksasi Autogenik

a. Kelebihan

1) Klien menjadi tidak merasa tegang dan tertekan dengan penggunaan

teknik ini
41

2) Tidak memerlukan model atau media.

b. Kekurangan

1) Pelaksanaan teknik relaksasi memerlukan waktu yang relatif lama

(karena dilakukan berulang-ulang atau hanya sekali).

2) Pelaksanaannya membutuhkan tempat yang kondusif (nyaman dan

tenang).

3) Klien yang kurang bisa memfokuskan pikiran atau konsentrasinya

dapat menghambat pelaksanaan teknik relaksasi.

Selain itu, keterbatasan dalam pelaksanaan relaksasi antara lain

disebabkan karena adanya faktor.

1) Faktor teknis ini meliputi kurang terampilnya instruktur dalam

memberikan instruksi, sehingga kesannya kaku, media yang

digunakan dalam relaksasi kurang begitu diperhatikan, kondisi

ruangan kurang diperhatikan.

2) Faktor dari dalam diri, seperti klien kurang bisa mengontrol diri,

klien salah kostum, klien mengutamakan nilai pribadinya.

3) Faktor dari masalah klien itu sendiri. Beratnya masalah yang dihadapi

klien itu membuatnya dikuasai masalah tersebut padahal seharusnya

dia harus mampu menguasai masalah tersebut. Meskipun dia sudah

beberapa kali diterapi kurang menunjukkan perubahan yang lebih

baik (Sholihhudin, 2014).


42

7. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Melakukan Relaksasi

Autogenik

Menurut Saunders, (2002) dalam Limbong, (2014) Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan relaksasi autogenik, yaitu:

1. Tidak dianjurkan untuk ibu hamil yang kurang motivasi atau individu

yang memiliki masalah mental dan emosional yang berat

2. Ibu hamil dengan masalah DM atau kardiovaskular harus dibawah

pengawasan dokter atau perawat ketika melakukannya

3. Beberapa peserta latihan mengalami kenaikan tekanan darah sebagian

mengalami penurunan tekanan darah yang tajam. Jika merasa cemas atau

gelisah selama atau sesudah latihan, atau mengalami efek samping tidak

bisa diam, maka latihan harus dihentikan.

8. Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap Kecemasan Ibu Hamil

Menurut Farada (2011, p. 10) teknik ini didasarkan pada keyakinan

bahwa tubuh berespons pada kecemasan yang merangsang pikiran karena

nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik ini dapat menurunkan ketegangan

fisiologis. Manfaat teknik relaksasi autogenik, yaitu:

a. Membuat pikiran tentram dan menghilangkan kecemasan pada ibu hamil

b. Tubuh akan berada dalam keadaan damai dan tenang, hanya berfokus

pada pengaturan nafas dan detak jantung.

c. Ibu hamil tidak akan mengalami cemas karena efek dari cemas yaitu akan

timbul respon fisiologis berupa peningkatan denyut jantung. Sehingga

meningkatkan curah jantung yang dapat menyebabkan preeklamsia.


43

d. Relaksasi autogenik yang akan menciptakan respon relaksasi dari latihan

nafas dalam dan latihan konsentrasi sehingga ibu akan merasa lebih

tenang.

e. Relaksasi tersebut akan merangsang peningkatan kerja saraf parasimpatis

yang akan menghambat kerja dari saraf simpatis, sehingga hormon

penyebab cemas dapat berkurang.

f. Membawa pikiran ke dalam kondisi mental yang optimal.

9. Langkah-Langkah Teknik Relaksasi Autogenik

1. Persiapan klien

Menurut Asmadi (2008, p. 152) ada tiga posisi dasar dalam

melakukan relaksasi autogenik yang duduk di kursi, menyandar di

atas kursi, atau berbaring di lantai.

Menurut National Safety Counsil (2004) dalam Limbong (2014)

posisi tidur merupakan posisi tubuh terbaik untuk melakukan relaksasi

autogenik:

a) sebaiknya dengan berbaring dilantai berkarpet atau tempat tidur

b) kedua tangan disamping tubuh dan telapak tangan menghadap keatas

dan tungkai lurus sehingga tumit di permukaan lantai

c) bantal tipis diletakkan dibawah kepala atau lutut menyangga dan

punggung lurus
44

Gambar 2.2 Posisi Tidur


Sumber: (Gill, Thorn. 2002, p. 86)

Gambar 2.3 Posisi Duduk Tanpa Bersandar


Sumber: (Gill, Thorn. 2002, p. 68)
45

Gambar 2.4 Posisi Duduk Dengan Sandaran


Sumber: (Gill, Thorn. 2002, p. 79)

2. Konsentrasi dan Kewaspadaan

a) Ketika pertama kali melakukan latihan ini yang akan dirasakan


adalah bahwa pikiran menerawang ke hal-hal yang tampaknya
lebih penting
b) Konsentrasi dalam latihan ini adalah hanya disini dan untuk saat
ini, terutama dalam keadaan tubuh saat itu.
c) Jika pada awalnya menemukan pikiran lain yang berusaha
mengalihkan pikiran tersebut, kemudian fokuskan kembali
pikiran pada kewaspadaan tersebut Menurut (National Safety
Counsil, 2004) dalam (Limbong, 2014)
46

Tarikan dan hembusan nafas dengan hitungan 1 hingga 3. Ketika

menghembuskan nafas perlu dirasakan kondisi yang semakin rileks dan

seolah-olah tenggelam dalam ketenangan. Latihan ini diulangi 3 kali

sehingga mendapatkan konsentrasi yang lebih baik dengan memfokuskan

pikiran pada pernafasan serta mengabaikan distraktor yang lain.

Fokus pada pernafasan yang dilakukan dengan cara memfokuskan

pandangan pada titik imjiner. Latihan ini mempertahankan kondisi secara

pasif untuk tetap berkonsentrasi, selama latihan tetap mempertahankan

irama nafas untuk tetap tenang, dan selalu menggunakan nafas perut.

Sasaran utama mempertahankan pikiran terfokus pada pernafasan

(Saunder, 2006) dalam (Limbong, 2014).

3. Fase Relaksasi Autogenik

Latihan ini diawali dengan menarik nafas dalam dengan cara:

Tarik Nafas
a) Memejamkan mata dan bernafas
dengan pelan (menarik nafas melalui
hidung dan keluarkan melalui
mulut)

Hembuskan b) Menghitung dalam hati dan lambat


setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”)
dan ekshalasi (“hembuskan, dua,
tiga”)
d) Ulangi prosedur 3-5 kali
Menurut (Saunder, 2006) dalam
(Limbong, 2014).

Gambar 2.5 Teknik Pernafasan


Sumber: (Gill, Thorn. 2002, p. 79)
47

Menurut (Asmadi (2008, p. 152) setelah nafas dalam, maka dilanjutkan untuk

masuk enam fase relaksasi autogenik.

No. Langkah Kerja Gambar


1. Langkah 1: Persiapan sebelum memulai
latihan
1. Tubuh berbaring, kepala disangga dengan
bantal, dan mata terpejam
2. Atur nafas hingga nafas menjadi lebih teratur
3. Tarik nafas sekuat-kuatnya lalu buang secara
perlahan-lahan sambil katakan dalam hati
“aku merasa damai dan tenang”. Lakukan
sebanyak 3 x dengan hitungan 1 sampai 3.

2. langkah 2: Merasakan berat


a. Fokuskan perhatian pada lengan dan
bayangkan kedua lengan terasa berat.
Selanjutnya, secara perlahan-lahan
bayangkan kedua lengan terasa kendur,
ringan hingga terasa sangat ringan sekali
sambil katakan “saya merasa damai dan
tenang sepenuhnya”.
b. Lakukan hal yang sama pada bahu,
punggung, leher dan kaki

3. Langkah 3: Merasakan hangat


a. Bayangkan darah mengalir keseluruh tubuh
dan rasakan bahwa hangatnya aliran darah,
seperti merasakan minuman yang hangat,
sambil mengatakan dalam diri “saya merasa
senang dan hangat”
b. Ulangi 6 x
c. katakan dalam hati “saya merasa damai dan
tenang”
48

4. Langkah 4: Merasakan denyut jantung


teratur
a. Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan
tangan kiri pada perut
b. Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut
dengan teratur dan tenang. Sambil katakan
“jantungku berdenyut denga teratur dan
tenang”
c. Ulangi 6 x
d. Katakan dalam hati “saya merasa tenang dan
damai”

5. Langkah 5: Merasakan rileks pada


pernafasan
a. Posisi kedua tangan tidak berubah
b. Katakan dalam diri “nafasku longgar dan
tenang”
c. Ulangi 6 x
d. Katakan dalam hati “saya merasa damai dan
tenang”

6. Langkah 6: Merasakan hangat pada


abdomen
a. Posisi kedua tangan tidak berubah
. b. Rasakan pembuluh darah dalam perut
mengalir dengan teratur dan terasa hangat
c. Katakan dalam diri “darah yang mengalir
dalam perutku terasa hangat”
d. Ulangi 6 x
Katakan dalam hati “saya merasa tenang dan
damai”
49

7. Langkah 7: Merasakan dingin pada kepala


a. Kedua tangan kembali pada posisi awal
b. Katakan dalam hati “kepala saya terasa
benar-benar dingin”
c. Ulangi 6 x
d. Katakan dalam hati “saya merasa tenang dan
damai”

8. Langkah 8: Akhir latihan


Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan
melekatkan (mengepalkan) tangan bersamaan
dengan nafas dalam, lalu buang nafas pelan-
pelan sambil membuka mata.

D. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka (Framework) yang menggambarkan pola

dasar pemikiran yang diperoleh secara teoritis (biasanya dari kepustakaan)

yang dirangkaikan sedemikian rupa sehingga menjadi landasan yang kokoh

untuk merumuskan hipotesis (Saryono. 2013, p. 144). Kerangka teori pada

penelitian ini dapat dilihat pada keterangan dibawah ini:


50

Pengaruh Teknik Autogenik Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di BPM


Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.

Ibu Hamil Perubahan Ketidaknyamanan


Primigravida Psikologis Pada Masa Kehamilan
Trimester III

Kecemasan

Meningkatnya
hormon progesteron
dan hormon
adrenalin.

Relaksasi
Autogenik

Peningkatan kerja saraf


parasimpatis dan
menghambat kerja dari
saraf simpatis

Mengurangi Tidak Mengurangi


Kecemasan Kecemasan

Gambar 2.6 Kerangka Teori


Sumber: Janiwarty (2013), dan Fitriani (2015).

E. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari

sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan variabel


51

independen yaitu dilakukan relaksasi autogenik dengan variabel dependen

tingkat kecemasan ibu hamil yang akan diteliti. Tujuan kerangka konsep adalah

untuk mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penelitian, serta

panduan untuk analisis dan intervensi (Swarjana, ketut. 2014, p. 37). variabel

yang akan diteliti penulis adalah relaksasi autogenik dan tingkat kecemasan ibu

hamil, dimana lokasi penelitian akan dilaksanakan di BPM Lismarini dan BPM

Kustirah Palembang Tahun 2018.

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Relaksasi Tingkat Kecemasan Ibu


Autogenik Hamil

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

F. Hipotesis / Pertanyaan penelitian

Ada pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu

hamil di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.


52

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

maksud dan tujuan tertentu (Siregar, Syofian, 2013, p. 122). Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-eksperimen. Menurut

(Swarjana, Ketut. 2015, p. 70) metode Pre-eksperimen merupakan salah satu

bentuk penelitian eksperimen yang memanipulasi independent variabel,

pemilihan subjek penelitian dilakukan secara non random, dan tidak memiliki

control group atau comparison gorup.

Menurut Saryono (2013, p. 158) desain penelitian adalah rancangan

penelitian yang disusun dan ditentukan sebelum melakukan penelitian. Desain

penelitian yang dipilih akan membawa konsekuensi pada aturan dari desain

tersebut. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one

group pretest posttest design. Menurut Saryono (2013, p. 165) rancangan jenis

ini hanya menggunakan satu kelompok subjek, pengukuran dilakukan sebelum

dan setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil pengukuran dianggap sebagai

efek perlakuan.

Berikut merupakan tabel desain penelitian one group pretest posttest design:

Tabel 3.1
53

Desain Penelitian One Group Pretest Posttest

Pretest Treatment Posttest


O1 X O2

Keterangan:

O1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan

O2 : tes akhir (posttest) setelah perlakuan diberikan

X : perlakuan

Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa dalam penelitian pre-experimental

ini tidak ada control group maupun randomization. Setelah dilakukan pemilihan

subyek penelitian (single group), selanjutnya dilakukan pengukuran sebelum dan

setelah intervensi. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya dibandingkan (hasil

pengukuran sebelum intervensi dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah

intervensi) (Swarjana, Ketut. 2015, p. 71).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari-Mei Tahun 2018.

2. Tempat Penelitian

a. BPM Lismarini yang terletak terletak di Perumnas Talang Kelapa Blok 7

Rt. 49 Rw. 06 No: C 07/04 Kec. Alang- Alang Lebar Palembang.

b. BPM Kustirah yang berlokasi di Jl. KH Wahid Hasyim Lr. Berdikari Rt.

02 Rt. 01 Kel. 1 Ulu Kec, Seberang Ulu 1 Palembang.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


54

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang akan diperlukan

dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam penlitian sangat

penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian (Saryono. 2013, p. 169).

Populasi pada penelitian ini adalah 50 orang ibu hamil yang didapatkan 25

orang di BPM Lismarini dan 25 orang di BPM Kustirah pada saat

melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

2. Sampel Penelitian

a. Pengertian Sampel

Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dimana hanya

sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan

sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, Syofian.

2013, p. 30). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil primigravida

trimester III yang mengalami kecemasan sebanyak 30 responden yang

didapatkan 15 responden di BPM Lismarini dan 15 responden di BPM

Kustirah Palembang tahun 2018 pada saat penelitian.

Kriteria sampel pada penelitian adalah :

1) Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi adalah batasan, ciri, karakter umum pada subjek

penelitian yang dapat diambil menjadi sampel (Saryono. 2013, p. 169).

Kriteria sampel pada penelitian ini adalah :

1) Ibu hamil trimester III (>28-36 minggu)

2) Ibu hamil yang mengalami kecemasan

3) Bersedia menjadi responden


55

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012, p. 130).

1) Ibu hamil dengan masalah mental dan emosional yang berat.

2) Peserta latihan yang merasa cemas dan gelisah selama atau sesudah

latihan, Peserta latihan yang mengalami efek samping tidak bisa

diam, maka latihan harus dihentikan.

b. Teknik Sampling

Teknik Sampling yaitu pengambilan sampel dengan sendirinya

tergantung dari tujuan penelitian dan sifat-sifat populasi (Swarjana,

Ketut. 2015, p. 105). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

dengan menggunakan metode Purposive sampling.

Purposive sampling yaitu sampel yang dipilih melalui penetapan

kriteria tertentu oleh peneliti. Teknik pengambilan sampel dimana

sampel yang diambil dari orang-orang yang berasal dari kelompok

yang spesifik (Siregar, Syofian. 2013, P. 330

c. Besar Sampel

Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2006, p. 101) ukuran yang

layak dalam penelitian adalah 30-50 responden, dan untuk penelitian

eksperimen yang menggunakan kelompok intervensi dan kelompok

kontrol maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10-20

orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil primigravida


56

trimester III yang mengalami cemas selama proses kehamilan, besar

sampel pada penelitian ini sebanyak 30 ibu hamil primigravida

trimester III di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun

2018.

D. Variabel Penelitian

1. Pengertian Variabel

Variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai variasi nilai,

karakteristik dari orang, objek atau kejadian yang berbeda dalam nilai-nilai

yang dijumpai kejadian itu (Yusuf, Muri. 2014, p. 103).

2. Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).

Variabel ini dapat merupakan faktor resiko, prediktor, kausa/penyebab

(Saryono. 2013, p. 149). pada penelitian ini, variabel independennya

adalah relaksasi autogenik.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel dependen (Saryono. 2013, p. 149). pada

penelitian ini, variabel dependennya adalah tingkat kecemasan.

E. Definisi Operasional
57

Tabel 3.2
Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Suatu sugesti
yang diarahkan
kepada ibu
Relaksasi hamil yang Lembar 1. Sebelum
1. SOP Nominal
Autogenik memiliki efek Observasi 2. Sesudah
menenangkan
dan membuat
tentram
Skala kecemasan
yaitu :
Perasaan gelisah
<14= tidak ada
khawatir, dan
kecemasan
tidak tentram
HARS HARS 14-20= kecemasan
yang disertai
(Hamilton (Hamilton ringan
Tingkat dengan gejala
2. Anxiety Anxiety 21-27= kecemasan Interval
Kecemasan fisik seolah-olah
Rating Rating sedang
akan terjadi hal
Scale) Scale) 28-41= kecemasan
buruk terhadap
berat
dirinya dan
42-56=
janin.
panik/kecemasan
sangat berat

F. Instrumen Penelitian

1. Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala HARS

(Hamilton Anxiety Rating Scale)/skala pengukuran kecemasan.

Menurut Lestari, T (2014, p. 40) Skala HARS merupakan pengukuran

kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang

mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor

antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun

1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item.


58

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan/satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/separuh dari gejala yang ada

3 = Berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = Sangat berat/semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item

1-14 dengan hasil:

a. Skor <14 = tidak ada kecemasan

b. Skor 14-20 = kecemasan ringan

c. Skor 21-27 = kecemasan sedang

d. Skor 28-41 = kecemasan berat

e. Skor 42-56 = panik/kecemasan sangat besar.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu standar operasional

prosedur (SOP) dan lembar observasi relaksasi autogenik.

G. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas ialah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita

susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji

nilai tiap-tiap item (pertanyaan) (Yusuf, Muri. 2014, p. 235).


59

Uji reabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap

konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama pula (Siregar,

Syofian. 2013, p. 55). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah

skala kecemasan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).

Menurut Lestari, T., (2014, p. 40) skala HARS merupakan pengukuran

kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang

mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 simptom yang

nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang

diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS

pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max

Hamilton dan sudah valid dan juga reliabel, jadi pada penelitian ini peneliti

tidak perlu melakukan uji validitas dan realibitas.

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama,

biasanya dapat melalui wawancara, jejak pendapat dan lain-lain (Saryono.

2013, p. 182).

Data yang digunakan untuk dapat nendukung penelitian ini adalah data

primer yang didapat langsung dari hasil wawancara, observasi, dan

intervensi penelitian pada ibu hamil trimester III yang mengalami

kecemasan di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.


60

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua,

biasanya diperoleh melalui instansi yang bergerak di bidang pengumpulan

data seperti badan pusat statistik dan lain-lain (Saryono. 2013, p. 182).

Data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini diambil dari jurnal

terdahulu, buku, media internet dan lain sebagainya.

I. Pengolahan Data

Analisis data pada penelitian tahapan, yaitu:

1. Editing

Merupakan hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan

harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum

editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting selanjutnya dilakukan

peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Setelah kuisioner diedit dan

disunting, selanjutnya melakukan pengkodean. Coding untuk variabel

independen (relaksasi autogenik) yaitu 1. Sebelum 2. Sesudah. Coding

untuk variabel dependen adalah sesuai dengan angka yang di dapatkan pada

saat penjumlahan skala HARS karena skala hars merupakan bentuk interval
61

maka nilai yang tertera harus sesuai dengan jumlah poin dari setiap item

yang ditanyakan kepada responden.

3. Proccessing

Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

“software” komputer.

4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning) (Notoatmodjo, 2012, p. 176).

J. Langkah-Langkah Penelitian

Tabel 3.3
Langkah-Langkah Penelitian
62

Langkah (1) Langkah (2) Langkah (3)

Kajian Jurnal Melakukan Survei tempat Penentuan Judul


untuk penelitian -ACC judul
-Etika penelitian

Langkah (6) Langkah (5) Langkah (4)

Izin Dinas Kesehatan Penentuan jumlah dan Pengumpulan Data


kriteria sampel Populasi

Langkah (7) Langkah (8) Langkah (9)

Izin ke Institusi Inform Consent Melakukan Pengukuran


tingkat kecemasan
sebelum dilakukan
perlakuan pada kelompok
intervensi dan kelompok
kontrol

Langkah (12) Langkah (11) Langkah (10)

Pengumpulan dan Melakukan Pengukuran Melakukan teknik


Pengolahan Data tingkat kecemasan relaksasi autogenik pada
sesudah dilakukan kelompok Intervensi dan
perlakukan pada pada kelompok kontrol
kelompok intervensi dan tidak dilakukan teknik
kelompok kontrol relaksasi autogenik

K. Analisis Data

Analisis data adalah analisis statistik, digunakan pada data kunatitatif atau

data kualitatif (Yusuf, Muri. 2014, p. 401).

1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang dimaksudkan untuk tujuan

menyampaikan variabel bebas dan variabel terikat. Pada umumnya analisis


63

ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2012, p. 182).

Analisis univariat yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk

melihat gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti yang

dalam penelitian ini adalah relaksasi autogenik dan tingkat kecemasan pada

ibu hamil trimester III di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang

Tahun 2018, bentuk penyajian distribusi frekuensi dan presentase adalah

tabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif. Terdapat uji

parametrik dan non parametrik pada analisis bivariat (Saryono. 2013, p.

202). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Wilcoxon

karena data terdistibusi tidak normal. Untuk mengetahui apakah data normal

atau tidak perlu dilakukan uji normalitas.

Uji normalitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui

sebuah model regresi yaitu variabel dependen, independen atau keduanya

yang mempunyai distribusi normal atau tidak (Sugiyono, 2013). Untuk

melihat data normal atau tidak yaitu menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov untuk sampel besar (lebih dari 50 sampel) dan Shapiro –Wilk

(kurang dari 50 sampel), Pada uji normalitas, jika nilai ρ < 0,05 maka data

tidak normal dan jika nilai ρ > 0,05 maka data tersebut normal (dahlan,

Sopiyudin. 2015, p. 74-77) Pada penelitian ini data terdistribusi tidak


64

normal maka digunakan uji statistik Wilcoxon.

Uji Wilcoxon adalah uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui

apakah ada pengaruh terhadap suatu perlakuan dimana tingkat kemaknaan α

=0,05, df= 1, bila ρ.value < α, artinya ada pengaruh yang bermakna antara

variabel dependen dan independen, dan bila ρ.value > α artinya tidak ada

pengaruh yang bermakna antara variabel dependen dan independen (dahlan,

Sopiyudin. 2015, p. 143).

L. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan supaya

penelitian memenuhi syarat etis (Sopiyudin, Dahlan. 2012, p. 195).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel ibu hamil trimester III

yang mengalami kecemasan di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang

Tahun 2018. Maka sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan izin

persetujuan penelitian ke BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang

Tahun 2018 yang menjadi tempat penelitian.

Berikut komponen-komponen etika penelitian menurut (Hidayat, A., A.

2007, p. 188), yaitu:

1. Informed consent

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informent

consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden, tujuan

pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan

mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus


65

menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anomity (tanpa nama)

Anomity menjelaskan bentuk penulisan questionaire dengan tidak perlu

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.


66

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian BPM Lismarini

1. Lokasi Penelitian

Bidan praktik mandiri (BPM) Lismarini Terletak di Perumnas Talang

Kelapa Blok 7 Rt. 49 Rw. 06 No: C 07/04 Kec. Alang- Alang Lebar

Palembang.

2. Tenaga Kerja BPM Lismarini Palembang Tahun 2016

Adapun jumlah tenaga kerja BPM Lismarini Palembang tahun 2018

berjumlah 8 orang tenaga kerja.

3. Visi dan Misi BPM Lismarini Palembang

a. Visi

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya derajat

kesehatan ibu dan anak

b. Misi

1) Memberikan pelayanan yang nyaman dan berkwalitas kepada ibu dan

anak.

2) Bisa mengabdi kepada masyarakat yang kurang mampu untuk

penurunan angka kematian ibu dan bayi.

3) Memiliki etik moral dan berakhlak mulia, tidak membedakan antara

yang kaya dan miskin.

4) Ikhlas dalam memberikan pelayanan, baik keterampilan,pengetahuan

yang baik dan etika yang baik.


67

5) Mempelajari ilmu kebidanan yang baru dan sungguh- sungguh dan

menerapkannya dalam pelayanan sehari hari.

6) Menjadi bidan yang shaleha , melaksanakakn perintah-Nya.

4. Sarana dan Prasarana

a. Ruang pemeriksaan kesehatan

Terdiri dari 1 tempat tidur,1 meja dan 2 Kursi konsultasi, dan 1 tempat

cuci tangan

b. Ruang VK/Bersalin

Terdiri dari 1 tempat tidur, 2 lemari alat, 1 lemari obat, 1 tempa cuci

tangan

1) Kamar nifas

Terdiri dari : 3 tempat tidur untuk ibu perawatan sehabis persalinan

B. Gambaran Umum Daerah Penelitian BPM Kustirah

1. Sejarah BPM Kustirah

BPM Kustirah dibangun oleh bidan Kustirah selaku bidan pengelola

pada tahun 1981 berlokasi di Jl. KH Wahid Hasyim Lr. Berdikari Rt. 02 Rt.

01 Kel. 1 Ulu Kec, Seberang Ulu 1 Palembang, Tepatnya berada di samping

rumah bidan Kustirah. Pada tahun 1981 di BPM ini hanya ditangani oleh

bidan Kustirah sendiri tanpa ada pendamping atau pegawai yang

membantunya. Pada saat itu bangunan yang berdiameter kurang lebih

panjang 10 meter dengan lebar 5 meter hanya memiliki 2 tempat tidur yang

terdiri dari : 1 tempat tidur diruang periksa dan 1 tempat tidur di ruang
68

perawatan pasien sehabis melahirkan, seiring berjalannya waktu BPM

Kustirah telah memiliki 10 tempat tidur yang terdiri dari 1 tempat tidur di

ruang periksa, 1 tempat tidur di ruang bersalin, 3 tempat tidur di ruang

perawatan pasien habis melahirkan, 2 tempat tidur bayi, dan 3 tempat tidur

pegawai.

2. Visi dan Misi

Visi BPM Kustirah Kertapati Palembang yaitu : “Menjadi BPM

Pelayanan Prima Ibu dan Anak, Pendidikan, dan Penelitian yang Terbaik

dan Bermutu”.

Misi BPM Kustirah Kertapati Palembang sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terbaik.

b. Menyelenggarakan jasa pendidikan dan penelitian dalam bidang

kesehatan khususnya bidan dan perawatan maternitas.

3. Motto

Motto BPM Kustirah Kertapati Palembang yaitu : “Keselamatan Ibu dan

Bayi anda Merupakan Kebahagiaan Kami”.

4. Tujuan

Tujuan BPM Kustirah Kertapati Palembang sebagai berikut :

a. Meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

b. Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat dalam

bidang kesehatan.
69

5. Gambaran Umum BPM Kustirah

BPM Kustirah Kertapati Palembang yang di bangun sejak tahun 1981

oleh bidan kustirah. Kini telah menyediakan fasilitas seperti :

a. Ruang Periksa

BPM ini memiliki 1 kamar periksa untuk pemeriksaan kehamilan atau

kandungan yang dilengkapi dengan fasilitas alat-alat kebidanan.

b. Ruang Bersalin

Ruang bersalin yang tersedia memiliki 2 tempat tidur pasien dan

disediakan 1 kamar mandi.

c. Tempat Tidur

Tempat tidur yang tersedia seluruhnya di uraikan sebagai berikut :

Tabel 4.1
Jumlah Tempat Tidur Keseluruhan BPM Kustirah
No. Ruang Jumlah Tempat Tidur
1. Kamar Periksa 1 Tempat Tidur
2. Kamar Bersalin 2 Tempat Tidur
3. Bed Pasien 3 Tempat Tidur
4. Kamar Pegawai 3 Tempat Tidur

d. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang terdiri dari 3 orang pegawai yakni 2 tenaga

bidan dan 1 perawat maternitas.

C. Gambaran Umum Responden Penelitian

Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 30 orang ibu hamil

primigravida yang dikelompokkan menjadi satu kelompok sebelum dan setelah

diberikan perlakuan relaksasi autogenik. pada penelitian ini gambaran umum

responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:


70

Tabel 4.2 Karakteristik Responden

Variabel N %
Usia
<20 6 20
21-25 10 33,33
26-30 8 26,67
31-35 4 13,33
>35 2 6,67
Pendidikan
SD 2 6,67
SMP 5 16,66
SMA 20 66,67
S1 3 10
Pekerjaan
IRT 24 80
Wiraswasta 6 20
Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas berusia

antara 21-25 tahun sebanyak 10 responden (33,33%), mayoritas

berpendidikan SMA sebanyak 20 responden (66,67%), mayoritas

berprofesi sebagai ibu rumah tangga sebanyak 24 responden (80%).

D. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh

distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap 30 responden yang sama tiap

variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya

menghasilkan distribusi dan presentase dari masing-masing variabel.

Distribusi frekuensi tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
71

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan
Sebelum dan Sesudah Intervensi

Tingkat Kecemasan N %
Sebelum
Cemas ringan 7 23,33%
Cemas sedang 17 56,67%
Cemas Berat 6 20%
Sesudah
Tidak cemas 11 36,67
Cemas ringan 15 50%
Cemas sedang 4 13,33%
Total 30 100

Berdasarkan table 4.3 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas memiliki

tingkat kecemasan sedang sebanyak 17 responden (56,67%), kecemasan

ringan sebanyak 7 responden (23,33%), kecemasan berat sebanyak 6

responden (20%). Setelah dilakukan intervensi, mayoritas memiliki tingkat

kecemasan ringan sebanyak 15 responden (50%),tidak cemas sebanyak 11

responden (36,67%), kecemasan sedang sebanyak 4 responden (13,33%).

E. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak karena

jumlah sampel yang diteliti <50. Uji normalitas data sebelum dan sesudah

intervensi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
72

Tabel 4.4 Uji Normalitas Data

Jenis Data Statistic Df ρ


Sebelum Perlakuan 0,798 30 0,00
Sesudah Perlakuan 0,790 30 0,00

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari hasil uji normalitas

diperoleh nilai ρ= 0,000 (< α 0,05) untuk data sebelum dan sesudah diberikan

relaksasi autogenik, maka data dikatakan terdistribusi tidak normal. Karena data

terdistribusi tidak normal maka pada penelitian ini digunakan uji alternatif yaitu

uji Wilcoxon

F. Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu untuk menentukan

perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan teknik

relaksasi autogenik dengan uji statistik Wilcoxon. berikut adalah hasil

pengukuran data tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Tingkat Kecemasan

Tingkat N Median ρ Value


Kecemasan (Minimum-Maksimum)
Sebelum 30 2,00 (1-3) 0,000
Setelah 30 1,00 (0-2)

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa nilai median

sebelum intervensi yaitu 2,00 dan setelah intervensi yaitu 1,00, sedangkan

untuk nilai minimum dan maximum sebelum intervensi yaitu 1-3 dan

setelah intervensi yaitu 0-2. Sedangkan hasil analisis bivariat dengan uji
73

statistic Wilcoxon diperoleh nilai significancy ρ –value sebesar 0,000 (< α

0,05) artinya dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang

bermakna antara tingkat kecemasan sebelum dan setelah diberikan teknik

relaksasi autogenik, sehingga terdapat pengaruh antara sebelum dan

sesudah dilakukan relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu

hamil di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.

G.Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di BPM Lismarini dan BPM Kustirah kota

Palembang tahun 2018 yang sebelumnya sudah dilakukan survey dan

wawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-

eksperimen dengan desain penelitian one group pretest posttest design dan

populasi yang diambil yaitu semua ibu hamil trimester III yang melakukan

kunjungan pemeriksaan kehamilan di BPM pada saat penelitian dengan besar

sampel sebanyak 30 ibu hamil primigravida trimester III. Untuk teknik

pengambilan sampel yaitu menggunakan metode Quota sampling dan bahan

yang digunakan berupa standar operasional prosedur (SOP), pedoman

wawancara dan lembar observasi relaksasi autogenik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh teknik relaksasi

autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di BPM Lismarini dan BPM

Kustirah Palembang Tahun 2018. Pada bab ini peneliti akan menambahkan

hasil penelitian dan akan dibandingkan dengan teori dan penelitian terdahulu

yang terkait.
74

1. Gambaran Umum Responden

a. Usia

Dari hasil analisis karakteristik usia didapatkan hasil rata-rata

responden berusia 21-25 tahun sebanyak 10 orang. Menurut teori

Fitriani, Yulia,. Dan Asmadi Alsa (2015) usia seseorang mempengaruhi

kesiapan fisik dan psikologis untuk melahirkan. kecemasan ibu pada

trimester III dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah usia.

Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun akan

meberikan dampak terhadap perasaan takut dan cemas pada kehamilan,

karena usia ini merupakan usia kategori kehamilan beresiko tinggi dan

ibu yang berusia lanjut akan menanggung resiko untuk melahirkan bayi

lahir cacat.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan BKKBN (2012) yang

menyatakan bahwa usia ideal wanita untuk hamil adalah pada rentang

umur 20-35 tahun. Pada usia tersebut merupakan usia yang aman untuk

melahirkan dan masa kesuburan sedang dalam kondisi puncak. Wanita

yang usinya kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun sering

mengalami komplikasi kehamilan sehingga dapat mempengaruhi

petumbuhan dan perkembangan janin.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Saputri, F.,D (2016) yang

dilakukan di Yogyakarta menyatakan bahwa tingkat kecemasan

dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu usia. Pada hasil

penelitian diketahui bahwa usia responden dengan rata-rata <25 tahun

sebanyak 22 orang yang artinya setiap orang memiliki tingkat kecemasan


75

yang berbeda dan usia memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan

seseorang. Semakin muda atau usia <20 tahun akan semakin tinggi

tingkat kecemasan yang dialaminya dan resiko kehamilan juga lebih

besar dibandingkan dengan usia >35 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar ibu hamil berusia 21-

25 tahun sebanyak 10 orang, pada usia tersebut termasuk usia

produktif atau usia aman untuk hamil. Tetap memiliki resiko stres dan

komplikasi pada kehamilan karena kecemasan juga bisa terjadi karena

adanya faktor lain yaitu faktor pendidikan, pekerjaan, paritas dan

lainnya. Untuk itu dalam melakukan relaksasi autogenik harus

melihat dari seberapa besar tingkat kecemasan ibu hamil bukan

berdasarkan umur.

b. Pendidikan

Berdasarkan analisis karakteristik tingkat pendidikan didapatkan hasil

rata-rata responden berpendidikan SMA sebanyak 24 orang.

Menurut Fitriani, Yulia,. Dan Asmadi Alsa (2015). pendidikan dan

pengalaman mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pendidikan

membantu ibu untuk lebih bisa memahami penjelasan yang diberikan.

Tingkat kecemasan akan meningkat apabila ia tidak memahami apa yang

terjadi pada dirinya atau yang disampaikan pada dirinya dan diperlukan

pengetahuan yang cukup sehingga ia dapat beradaptasi terhadap

perubahan yang terjadi pada dirinya.


76

Menurut teori Manuaba, Ida Bagus Gde (2010, p. 340) pendidikan dan

pengetahuan ibu dapat mempengaruhi kecemasan karena kurangnya

informasi tentang kehamilan dan persalinan baik dari orang terdekat,

keluarga ataupun dari berbagai media seperti majalah dan lain sebagainya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yainanik (2017) yang

dilakukan di Surakarta menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki

pengaruh terhadap tingkat kecemasan. pada penelitian ini mayoritas

responden berpendidikan SMA dan dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan ibu hamil semakin rendahnya tingkat

kecemasan begitu juga sebaliknya. Pendidikan memiliki pengaruh yang

sangat penting dalam merubah tingkat kecemasan seseorang, semakin

banyak pengetahuan yang didapat maka akan semakin rendah tingkat

kecemasan.

Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar ibu hamil yang

menjadi responden berpendidikan SMA, sehingga peneliti tidak

terlalu sulit untuk memberikan penjelasan dan melakukan penelitian

karena pendidikan mereka yang cukup untuk menerima informasi.

Pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pikir, tingkah

laku dan pengambilan keputusan untuk memperluas pengetahuan.

Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan dan persepsi seseorang,

keikutsertaan responden dalam kelas ibu hamil memperlihatkan

bahwa mereka memiliki pandangan yang luas dan mudah untuk

menerima ide. Perlu dilakukan pendekatan lebih lanjut untuk

responden dengan pendidikan yang rendah.


77

c. Pekerjaan

Berdasarkan analisa karakteristik pekerjaan didapatkan hasil rata-

rata responden merupakan ibu rumah tangga sebanyak 24 orang.

Menurut teoriManuaba, Ida Bagus Gde (2010, p. 340) Pekerjaan

merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus guna

memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan primer maupun

kebutuhan sekunder akan mempengaruhi tingkat emosi dan pikiran

seseorang terutama pada ibu hamil. Meskipun ibu memiliki tingkat

pengetahuan yang baik, jika secara sosial ekonomi belum siap,

kemungkinan yang tidak cemas akan menjadi cemas dan yang sudah

cemas akan menjadi lebih cemas . Menurut teori Dewi, V., N (2012, p.

121) Pemicu stress yang sangat bervariasi misalnya salah satunya yaitu

ekonomi dan masih banyak kasus yang lain.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Alza, Nurfaiza (2017) yang

dilakukan di Yogyakarta berdasarkan hasil penelitiannya pada kelompok

kontrol sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 39 orang dan

pada kelompok intervensi sebagian besar bekerja sebanyak 22 orang

dengan uji statistik independent t test diketahui p value sebesar 0,002 <

0,05 diketahui bahwa pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan

dengan meskipun pengetahuan ibu hamil baik jika kegiatan tersebut

dilakukan secara terus menerus akan mempengaruhi emosi dan pikiran

seseorang.
78

Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar ibu hamil adalah

ibu rumah tangga. Rasa cemas yang mereka rasakan karena

kurangnya aktivitas dan lebih sering beristirahat sehingga pikiran

tidak bisa dialihkan dan lebih fokus pada hal yang akan terjadi terkait

kehamilan mereka. Meskipun ibu memiliki tingkat pengetahuan yang

baik, jika secara sosial ekonomi belum siap, kemungkinan yang tidak

cemas akan menjadi cemas dan yang sudah cemas akan menjadi lebih

cemas. menambah aktivitas yang bermanfaat seperti melakukan

relaksasi autogenik dan kegiatan yang bermanfaat lainnya sangat

memberikan dampak positif bagi ibu hamil

2. Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III Sebelum

Dilakukan Intervensi Teknik Relaksasi Autogenik di BPM Kota

Palembang Tahun 2018

Pada penelitian ini responden memiliki tingkat kecemasan yang

berbeda antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, berdasarkan

analisis univariat sebelum dilakukan intervensi didapatkan hasil bahwa

mayoritas memiliki tingkat kecemasan sedang sebanyak 17 responden,

kecemasan ringan sebanyak 7 responden, kecemasan berat sebanyak 6

responden. Persentase terbesar yang dialami ibu hamil primigravida

trimester III adalah kecemasan sedang.

Kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan

yang ditandai dengan gejala fisik yang menegangkan dan tidak

diinginkan. Kehamilan dapat merupakan sumber kecemasan, terutama pada


79

seorang ibu yang labil jiwanya. Sejak saat hamil ibu sudah mengalami

kegelisahan dan kecemasan. Kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan

merupakan kejadian yang tidak bisa dihindari, hampir selalu menyertai

kehamilan dan bagian dari proses penyesuaian yang wajar terhadap

prerubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan. Perubahan

ini terjadi sebagai akibat dari perubahan hormon yang akan mempermudah

janin untuk tumbuh dan berkembang sampai sakit dilahirkan (Kushartanti,

dkk 2009 dalam Wulandary 2014, p. 10).

Kecemasan pada ibu hamil salah satunya dikarenakan persepsi ibu

yang kurang tepat mengenai proses persalinan. Persalinan dipersepsikan

sebagai proses yang menakutkan dan menimbulkan rasa sakit yang luar

biasa. Hal ini membuat ibu hamil merasakan kecemasan hebat. Selain itu

terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan timbulnya kecemasan

yaitu kondisi kesejahteraan ibu dan bayi yang akan dilahirkan, pengalaman

keguguran, rasa aman, dan nyaman selama kehamilan, penemuan jati

dirinya dan persiapan menjadi orang tua, sikap memberi dan menerima

kehamilan, keuangan keluarga, dukungan keluarga, support tenaga medis,

usia ibu hamil, dukungan suami, tingkat persiapan personal ibu, pengalaman

traumatis ibu dan tingkat aktivitas (Janiwarty dan Pieter 2013, p. 243).

Menurut teori Zanden (2007) yang mengatakan bahwa kehamilan

trimester III merupakan kondisi konkrit yang mengancam diri ibu yang

menyebabkan perasaan tegang, khawatir dan takut dalam menghadapi

persalinan. Adanya perubahan psikologi yang menimbulkan

ketidakstabilan kondisi psikologi selama kehamilan menimbulkan


80

kekhawatiran yang terus menerus. Perasaan demikian akan terbentuk

dalam wujud suatu kecemasan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Saputri, F.,D (2016) dari hasil pre test

didapatkan hasil persentase rata-rata responden mengalami kecemasan

sedang dan setiap responden memiliki tingkat kecemasan yang berbeda

dan penyebab kecemasan pada ibu hamil disebabkan oleh macam-

macam faktor salah satunya yaitu rasa takut dan khawatir terhadap

dirinya dan janin. Pikiran negatif tersebut akan meningkatkan rasa

cemas pada ibu hamil terutama pada trimester III mendekati hari

persalinan.

Berdasarkan hasil penelitian ini sebelum dilakukan intervensi rata-

rata responden dengan kecemasan sedang, pada penelitian ini cemas

sedang merupakan tingkat kecemasan yang perlu dilakukan tindakan

lebih lanjut karena kecemasan merupakan keadaan emosional yang tidak

menyenangkan dan ditandai dengan gejala fisik. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa ibu hamil memiliki resiko tinggi untuk

mengalami kecemasan dan hal tersebut akan mempengaruhi ibu dan

janin terutama psikologis ibu, untuk itu sangat perlu dilakukan kelas

hamil (relaksasi autogenik) terutama untuk ibu hamil yang mengalami

kecemasan.

3. Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III Setelah

Dilakukan Intervensi Teknik Relaksasi Autogenik di BPM Kota

Palembang Tahun 2018


81

Setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil bahwa mayoritas

memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 15 responden, tidak cemas

sebanyak 11 responden, kecemasan sedang sebanyak 4 responden. Dapat

disimpulkan bahwa terdapat penurunan tingkat kecemasan antara

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yaitu sebelum intervensi

mayoritas kecemasan sedang dan setelah intervensi mayoritas

kecemasan ringan.

Menurut teori Dadang, Hawari (2006, P. 115) menyatakan bahwa

penurunan kecemasan disebabkan karena pengaruh pikiran positif yang

diciptakan oleh diri sendiri dan lingkungan sekitar yang tenang pada

kegiatan kelas ibu hamil. Teori mengatakan bahwa penatalaksanaan stres,

cemas dan depresi pada tahap pencegahan memerlukan suatu metode

pendekatan yang baik dan kegiatan relaksasi pada kelas ibu hamil secara

tidak langsung dapat menjadi terapi bagi ibu hamil yang mengalami

kecemasan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Laili, Fauzia (2017. P. 154)

yang dilakukan di kadiri dengan hasil distribusi frekuensi setelah dilakukan

intervensi diketahui bahwa mayoritas mengalami kecemasan ringan

sebanyak 7 orang. Meskipun pada tingkat kecemasan ringan, ibu hamil

tetap perlu melakukan tindakan yang sama dirumah agar cemas ringan

menjadi tidak cemas. Kecemasan responden sebagian besar berada pada

tingkat ringan dapat dikarenakan responden telah diberikan terapi yaitu

relaksasi yang dapat mengurangi rasa cemas selama proses kehamilan.


82

Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat kecemasan sesudah dilakukan

intervensi dapat dilihat bahwa adanya penurunan rerata skor kecemasan

antara kelompok sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Penurunan

tingkat kecemasan merupakan peningkatan kemampuan ibu dalam

beradaptasi terjadi karena adanya penambahan informasi pada diri ibu

melalui kegiatan kelas ibu hamil. Latihan ini merupakan salah satu

bentuk upaya yang dapat dilakukan oleh ibu untuk mengurangi atau

mengelola kecemasan yang dialaminya.

4. Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III Sebelum

dan Sesudah Dilakukan Intervensi Teknik Relaksasi Autogenik di BPM

Kota Palembang Tahun 2018

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistic Wilcoxon

diperoleh nilai significancy ρ –value sebesar 0,000 (< α 0,05) artinya

dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna

antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan teknik

relaksasi autogenik, sehingga terdapat pengaruh antara sebelum dan

sesudah dilakukan relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu

hamil di BPM Lismarini dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.

Cemas dalam penelitian ini merupakan bagian dari respon emosional

yang menggambarkan rasa kecemasan, khawatir, gelisah, dan tidak tentram

disertai dengan gejala fisik dalam merespon terhadap penilaian individu

yang subjektif yang keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar. Ansietas

merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik
83

sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah

ada sesuatau yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-

gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Gufron, M., Nur 2012,

p. 141).

Relaksasi dalam penelitian ini merupakan relaksasi yang bersumber dari

diri sendiri dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pendek yang bisa

membuat pikiran menjadi tenang dan nyaman yaitu relaksasi autogenik.

Relaksasi autogenik membantu individu untuk dapat mengendalikan

beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi jantung dan aliran

darah yang merupakan penyebab dari timbulnya rasa cemas dapat

dihilangkan (Potter & Perry 2005 dalam Supartina, Ina 2014).

Penelitian ini sejalan dengan Penelitian Farada (2011, p. 10) yang

dilakukan di Kotakulon Kabupaten Bondowoso Hasil penelitian ini

diketahui bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara teknik relaksasi

autogenik terhadap tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida

trimester III. Ibu hamil yang mengalami peningkatan denyut jantung dapat

dikurangi dengan latihan relaksasi autogenik, relaksasi merangsang kerja

saraf parasimpatis dan menghambat kerja saraf simpatis sehingga hormon

penyebab cemas berkurang. Tujuan utama relaksasi autogenik adalah

membawa pikiran kedalam kondisi mental yang optimal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian I Mac (2011, p. 3) yang

dilakukan di Kanada menyertakan delapan uji coba (556 peserta) Percobaan

terkontrol acak, melibatkan wanita hamil yang mengalami kecemasan dari

segala usia, dari pembuahan sampai satu bulan setelah kelahiran,


84

mengevaluasi hipnoterapi (satu percobaan), penggambaran (lima uji coba),

pelatihan autogenik (satu percobaan) dan yoga (satu percobaan).

Dibandingkan dengan perawatan biasa, dalam satu penelitian (133 wanita),

gambar memiliki efek positif pada kecemasan saat persalinan. Sedangkan

pelatihan autogenik efektif untuk mengurangi kecemasan wanita sebelum

melahirkan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Saputri, F.,D (2016. P. 55-56)

yang dilakukan di Yogyakarta mengatakan ada pengaruh relaksasi tehadap

tingkat kecemasan ibu hamil, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

apabila seseorang mengalami ketegangan dapat menyebabkan serabut-

serabut otot kontraksi, mengecil dan menciut. Ketegangan timbul bila

seseorang cemas dan stres bisa hilang dengan menghilangkan ketegangan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Murni,. Dkk (2014. P. 1197)

yang dilakukan di Mataram yang menunjukkan bahwa latihan relaksasi

terbukti lebih bermanfaat dalam mengatasi masalah emosional pada ibu

hamil yang mengalami peningkatan derajat kecemasan dan depresi

dibandingkan dengan latihan fisik ataupun pemberian pendidikan kesehatan.

Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis data bahwa ada penurunan

tingkat kecemasan pada kelompok yang diberikan relaksasi. Penurunan

kecemasan disebabkan karena ibu memiliki peningkatan kemampuan dalam

beradaptasi terhadap kondisi kehamilan mereka setelah memperoleh

intervensi. Kemampuan ibu beradaptasi karena adanya penambahan

informasi kepada ibu melalui kelas hamil yang memberikan relaksasi.

Latihan ini dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan yang dialaminya.


85

Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ibu hamil

primigravida trimester III sebelum diberikan perlakuan teknik relaksasi

autogenik mayoritas mengalami nyeri sedang dan dan pada ibu hamil

primigravida trimester III sesudah diberikan perlakuan mayoritas

mengalami nyeri ringan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

teknik relaksasi autogenik efektif menurunkan tingkat kecemasan ibu

hamil primigravida trimester III.

H. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dari penelitian ini. Hal ini

disebabkan karena adanya keterbatasan dalam melaksanakan penelitian.

Keterbatasan penelitian tersebut dikarenakan responden yang kurang fokus

saat dilakukan relaksasi sehingga efek dari relaksasi tidak berhasil didapat

dan ibu hamil tidak dapat dijadikan responden.


86

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh teknik

relaksasi autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di BPM Lismarini

dan BPM Kustirah Palembang Tahun 2018. Penelitian dilakukan pada 30

responden ibu hamil primigravida, dan kemudian dilakukan analisa data, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kecemasan ibu hamil sebelum dilakukan intervensi mayoritas

memiliki tingkat kecemasan sedang sebanyak 17 responden, kecemasan

ringan sebanyak 7 responden, kecemasan berat sebanyak 6 responden.

Rata-rata tingkat kecemasan ibu hamil sebelum dilakukan relaksasi

autogenik adalah 1,97 dengan median 2,00.

2. Tingkat kecemasan ibu hamil Setelah dilakukan intervensi mayoritas

memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 15 responden, tidak cemas

sebanyak 11 responden, kecemasan sedang sebanyak 4 responden. Rata-

rata tingkat kecemasan ibu hamil setelah dilakukan relaksasi autogenik

adalah 0,77 dengan median 1,00.

3. Berdasarkan uji statistik Wilcoxon sebelum dan sesudah pemberian

intervensi relaksasi autogenik didapatkan ρ-value = 0,000 < α 0,05 artinya

terdapat pengaruh antara sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi

autogenik terhadap tingkat kecemasan ibu hamil di BPM Lismarini dan

BPM Kustirah Palembang Tahun 2018.


87

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan teknik relaksasi autogenik yang sudah dilakukan sebelumnya

dapat diterapkan kembali secara rutin dirumah. Sehingga dapat memberikan

manfaat yang lebih untuk ibu dalam mengatasi rasa cemas pada masa

kehamilan.

2. Bagi Bidan

Diharapkan mampu membekali diri dengan berbagai metode yang aman

untuk dilakukan yaitu relaksasi. Salah satunya adalah relaksasi autogenik

yang berguna untuk membantu bidan dalam mengatasi permasalahan klien

terutama ibu hamil dengan kecemasan.

3. Bagi Pendidikan Bidan

Diharapkan mampu membekali lulusan bidan yang kompeten dalam

penerapan ilmu non farmakologi yaitu relaksasi autogenik di pelayanan

kebidanan. Serta menjadikan penelitian ini sebagai bahan ajar dan bahan

referensi penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat mengembangkan penelitian sejenis terkait manfaat

relakasi autogenik dalam penerapan di pelayanan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai