Anda di halaman 1dari 17

Peran Konseling dan Tes HIV bagi Ibu Hamil

MURDININGSIH
• Kehamilan adalah sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu
seorang perempuan yang telah menikah, dengan hamilnya
seorang perempuan berarti ia telah menyelesaikan salah satu
tugas perkembangan dewasa awal. 
• Kehamilan yang diharapkan adalah kehamilan yang normal,
sehat dan tidak menyulitkan baik bagi calon ibu maupun sang
bayi. 
• Kalau selama proses kehamilan keadaan si calon ibu sehat
diharapkan bayi yang akan lahir juga seorang bayi yang sehat. 
• Penyakit yang diderita ibu selama kehamilannya tentu akan
berdampak kurang menguntungkan bagi si bayi, salah satu
penyakit saat ini yang sangat ditakuti orang adalah AIDS, hal ini
disebabkan karena belum adanya vaksin untuk mencegah dan
belum ditemukannya obat untuk menyembuhkan.
• Selama lebih dari 15 tahun AIDS berada di bumi Indonesia. 
Salah satu cara penularan HIV yang cukup penting adalah
penularan dari ibu ke janin. 
• Diperkirakan sekitar 2,7 juta anak di dunia telah terinfeksi
(Desember 2001) dari 800 infeksi baru terjadi setiap tahun. Di
negara-negara berkembang tingkat risiko penularan dari ibu
hamil yang mengidap HIV ke janinnya diperkirakan 25-40%. 
• Dengan berkembangnya obat Antiretroviral (ARV) saat ini
tingkat risiko penularan HIV ke janin bisa berkurang menjadi
hanya 8%.  Bila si ibu memilih persalinan sesar maka risiko
semakin rendah yaitu di bawah 1%.
• Mengingat fenomena gunung es tentunya jumlah kasus
sebenarnya menjadi lebih besar dari jumlah yang
dilaporkan. 
• Saat ini sebagian besar dari wanita di Indonesia yang
hamil sedikit sekali yang mendapatkan kesempatan
memperoleh informasi tentang layanan konseling dan
tes HIV. 
• Hal ini karena terbatasnya pengetahuan dan
pengertian mereka tentang penyakit tersebut dan
ketidak mampuan mereka membiayai tes HIV tersebut.
• Sampai saat ini cara paling efektif untuk mengurangi risiko
penularan HIV dari ibu ke anak tergantung pada kapan saatnya
yang tepat seseorang perempuan mengetahui status HIV-nya. 
• Begitu pula perlu dipertimbangkan dimana saja tersedia
layanan informasi HIV/AIDS, konseling dan tes HIV sukarela. 
• Salah satu komponen yang biasanya dilaksanakan dalam
program pencegahan dan penularan HIV secara vertikal (dari
ibu ke anak) adalah konseling dan tes HIV sukarela dan bersifat
rahasia. 
• Adapun tujuannya adalah memberi pelayanan kepada
perempuan hamil memahami dan menerima status HIV-nya,
baik yang hasilnya HIV positif maupun HIV negatif.  Hasil tes
tersebut bersifat rahasia dan klien bersangkutan akan
mendapatkan dukungan medis, psikologis dan sosial.
• Sama halnya dengan tes HIV untuk siapa saja,
maka tes HIV untuk perempuan hamil berlaku
juga prinsip-prinsip tes HIV yaitu:
a. dilakukan dengan sukarela
b. dengan persetujuan klien (inform consent)
c. konseling sebelum dan sesudah tes
d. tes dilakukan dengan menjaga kerahasiaan
• Dengan mensosialisasikan pelaksanaan
program pencegahan penularah HIV dari ibu
ke anak kepada masyarakat dari berbagai
kalangan dan profesi yang terkait serta
meningkatkan pengetahuan masyarakat luas
dari berbagai kalangan dan profesi seperti
masyarakat umum, kalangan medis, ODHA dll,
penularan HIV dari ibu ke anak dapat ditekan.
• Kapan, dimana dan bagaimana konseling dan tes HIV
sukarela dilaksanakan bagi para ibu hamil?
Cara paling baik untuk mencegah penularan HIV dari orang
tua/ibu ke anak memang dilaksanakan sejak seorang
perempuan maupun laki-laki belum menikah atau sudah
menikah dan sedang merencanakan untuk mempunyai
anak. 
Namun, bagaimana dengan para pasangan yang sudah akan
menjadi calon ayah dan calon ibu?  Kita juga harus
memberikan pilihan-pilihan kepada perempuan hamil yang
tentunya tidak ingin bayinya terinfeksi HIV melalui dirinya. 
Dalam hal ini, konseling dan tes HIV sukarela perlu
ditawarkan kepada ibu-ibu hamil.
• Upaya untuk penyediaan dan
penyelenggaraan konseling dan tes HIV
sukarela bagi para ibu hamil memang lebih
mudah diucapkan daripada dilakukan. 
Walaupun sudah tersedia fasilitas dan sumber
daya manusia untuk menyelenggarakan
kegiatan tersebut, namun kadang masih
dihadang oleh masalah biaya tesnya sendiri.
• Yang perlu ditekankan di sini adalah, sejak
pertama kali seorang perempuan mengetahui
dirinya hamil dan mulai mengunjungi bidan,
puskesmas, klinik bersalin, bagian kebidanan
rumah sakit, maupun dokter kandungan untuk
memeriksakan kandungannya (Ante-natal
care), maka di saat itulah dimulainya peran
konselor, petugas kesehatan dan para
penolong persalinan untuk memberikan
informasi dan pendidikan HIV/AIDS.
• Di hampir setiap kunjungan ke layanan kesehatan untuk
memeriksakan kandungannya, para ibu tersebut biasanya
mendapatkan penyuluhan mengenai kesehatan dan
perawatan kehamilan, nutrisi dan keluarga berencana dari
petugas kesehatana. 
• Informasi mengenai HIV/AIDS dan penularan HIV dari ibu
ke anak sebetulnya sangat tepat disisipkan di dalam
kunjungan pemeriksaan kehamilan tersebut.  Setelah
mendapat penyuluhan dan konseling, tes HIV sukarela juga
dapat disertakan atas persetujuan si ibu di dalam paket
periksa darah lainnya di laboratorium.
Konseling pra dan pasca tes HIV

• Konseling pra dan pasca tes bagi perempuan hamil menyangkut beberapa hal di
bawah ini:
1. Konseling pra tes
a. Informasi mengenai penularan HIV melalui hubungan seksual dan bagaimana
cara mencegahnya
b. Informasi mengenai penularan HIV dari ibu ke anak dan bagaimana
penanggulangannya
c. Informasi mengenai proses dan prosedur tes HIV
d. Jaminan kerahasiaan dan bagaimana mendiskusikan kerahasiaan dan
kemungkinan adanya konseling bagi pasangan
e. Implikasi dari tes Negatif, termasuk promosi menyusui bayi dengan ASI
f. Implikasi dari tes Positif: keuntungan dan kerugiannya, intervensi yang dipilih,
serta kemungkinan adanya stigma
g. Konseling yang menggali dan mengarah pada penilaian risiko.
2. Konseling pasca tes
• Hasil tes Negatif
– Informasi untuk mencegah penularan di masa depan
– Jika masih dalam "Masa Jendela" (Window Period), maka dianjurkan untuk
melakukan tes kembali
– Promosi ASI eksklusif kepada ibu hamil yang tidak terditeksi HIV
• Hasil tes Positif
– Informasi mengenai pilihan-pilihan untuk terapi, termasuk pengobatan ARV bagi
dirinya dan/atau untuk pencegahan penularan ke bayi.  Perlu juga dibahas
mengenai kondisi keuangan dan harga terapi ARV
– Konseling yang menyangkut pilihan-pilihan pemberian susu ke bayi, risiko
menyusui dengan ASI, dukungan finansial untuk susu formula, adanya stigma dari
masyarakat dan keluarga
– Informasi dan konseling mengenai KB dan kemungkinan kehamilan di masa depan
– Konseling pemberitahuan kepada pasangan dan masalah kerahasiaan
– Informasi dan layanan rujukan untuk dukungan, perawatan, pengobatan dan juga
persalinan.
Setitik Harapan Ibu Hamil Pengidap HIV-AIDS
Lahirkan Bayi Normal

Terkait pemeriksaan ibu hamil, yang diperiksa bukan untuk kepentingan sang
ibu, tapi untuk kepentingan generasi berikutnya. Pemeriksaan semua ibu
hamil, untuk mendeteksi sejak dini, penularan HIV-AIDS, supaya si bayi lahir
bebas HIV. Sebab, jika ibunya sebagai ODHA tidak terdeteksi, maka dapat
dipastikan melahirkan bayi yang positif HIV.
• "Namun jika ibunya diketahui (ODHA), maka
sejak ditemukan langsung start pengobatan,
dengan memberikan Anti virus kepada sang ibu.
Jika anaknya lahir, dalam 6 Minggu pertama
diberi ARV, maka anaknya akan bebas HIV,"
• lebih 10 kasus ibu ODHA di Jember melahirkan
bayi negatif HIV, karena terdeteksi sejak dini.
Sejak terdeteksi langsung dilakukan prosedur
pengobatan yang tepat. Pada usia 18 bulan
diperiksa, mereka negatif HIV.
• Namun tahun ini, tidak ada ODHA yang
meninggal dunia. Temuan ODHA tahun 2018
ini turun dibandingkan tahun 2017. Pada
tahun 2017 ditemukan 637 ODHA dengan 200
orang di antaranya berstatus menderita AIDS,
4 ODHA meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai