Anda di halaman 1dari 3

Ibu Hamil Perlu Deteksi Dini HIV dan

Hepatitis B
 Medan | Jurnal Asia
Sekitar 23 juta penduduk Indonesia telah terinfeksi Hepatitis B dan 2 juta orang
terinfeksi Hepatitis C dan A yang sering muncul dalam bentuk KLB di beberapa
tempat di Indonesia. Bahkan, diantara negara-negara WHO SEAR, Indonesia
merupakan negara dengan pengidap Hepatitis B nomor dua terbesar sesudah
Myanmar.
Untuk itu, direncanakan pelaksanaan deteksi dini hepatitis B kepada ibu
hamil di 13 provinsi termasuk Sumut.Hal itu dikatakan Kabid PMK Dinas
Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut),melalui Kasi PMK Dinkes Sumut,
Sukarni SKM MKes, kemarin.
Dijelaskannya, dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi HBsAG
positip 9,4% yang berarti di antara 10 penduduk di Indonesia terdapat seorang
penderita Hepatitis B virus. Karena itu perlu dilakukan pengembangan program Hepa-
titis B. “Penanganannya dilakukan dua tahap, yaitu memutuskan rantai penularan
secara vertikal (dari ibu dengan HBsAG (+) ke bayinya) dan horizontal. Penanganan
penderita Hepatitis B secara tepat,”imbuhnya.
Ditambahkannya, direncanakan pelaksanaan deteksi dini hepatitis B pada ibu
hamil dan tenaga kesehatan di 13 provinsi termasuk Sumut. Untuk tahun ini,
direncanakan program ini akan dilakukan di Kabupaten Deli Serdang. Pemeriksaan
dilakukan kepada ibu hamil karena bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami
Hepatitis B dapat mengakibatkan terjadinya kanker hati pada bayi.
“Pemeriksaan yang dilakukan nanti sejalan dengan pemeriksaan HIV dan Syphilis,
karena di Deli Serdang sudah melakukan program HIV/AIDS dan IMS di
beberapa layanan Puskesmas dan rumah sakit daerah. Jadi mempermudah kordinasi
pemeriksaan Hepatitis B. Sasarannya cukup besar sekitar 48 ribu ibu hamil.
Jumlah sasaran pada program ini nanti 16.875 ibu hamil yang diperiksa,” ujarnya.
Ditambahkannya, jika dari hasil skrining (pemeriksaan) ibu hamil diketahui menga-
lami Hepatitis B, maka dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.
“Untuk bayi yang dilahirkan paling lama 14 hari diberikan imunisasi HBIG selain
imunisasi HBsAG atau imunisasi yang biasa diberikan. Ini untuk memutuskan mata
rantai penularan Hepatitis B dari ibu ke bayi. Si ibu akan terus didampingi petugas
sampai melahirkan,” jelasnya.
Biaya untuk imunisasi HBIG ini, katanya lagi, sekitar Rp2 jutaan, tetapi ini ditanggung
oleh pemerintah pusat yang juga menyediakan reagan (bahan untuk pemeriksaan).
“Petugas pelaksana deteksi dini ibu hamil dan petugas kesehatan di Deli Serdang
juga dilatih. Diharapkan program ini bisa berjalan sejalan dengan pemeriksaan HIV
dan Syphilis,” ujarnya. (Irwan)
Jangan Lupa, Ibu Hamil Perlu Menjalani Tes Darah

     
Tes darah atau pengambilan sampel darah perlu dilakukan secara rutin oleh ibu
hamil. Tujuannya antara lain untuk mengetahui apakah janin dalam kandungan
memiliki kelainan serta apakah ibu hamil mengalami infeksi atau penyakit
tertentu.

Dengan rutin melakukan tes darah, potensi masalah selama kehamilan dapat terdeteksi
sedini mungkin untuk mendapat penanganan yang tepat dalam mencegah kondisi yang
lebih serius.

Berikut adalah beberapa jenis tes darah yang diperlukan.

 Tes darah lengkap.

Tes ini diperlukan untuk mengetahui apakah hemoglobin dalam sel darah merah Ibu
normal atau terlalu sedikit yang artinya pertanda anemia. Selain itu, jumlah darah putih
dan platelet juga dihitung apakah jumlahnya normal atau mengalami peningkatan yang
artinya ada indikasi bahwa Ibu mengalami infeksi.

 Tes golongan darah, antibodi, dan faktor resus.

Tes golongan darah hanya dilakukan sekali saja untuk mengetahui apakah golongan
darah Ibu adalah A, B, AB, atau O. Selain itu, darah Ibu juga akan diperiksa untuk
mengetahui resus antibodi yang dapat berdampak pada janin, yaitu bila ibu dengan
resus negatif mengandung bayi dengan resus positif.

 Tes imunitas terhadap rubella atau campak jerman.

Jika Ibu hamil terinfeksi rubella pada masa awal kehamilan, janin dalam kandungan
bisa mengalami kecacatan yang serius, lahir prematur, lahir dalam keadaan mati
(stillbirth), atau Ibu mengalami keguguran. Oleh karena itu, penting untuk melakukan
tes ini untuk mengetahui apakah Ibu sudah imun atau kebal terhadap virus ini. Wanita
yang telah mendapat vaksin rubela saat anak-anak atau pernah terkena rubella,
biasanya sudah imun terhadap rubela. Namun, bila Ibu diketahui tidak imun, Ibu
dianjurkan untuk menghindari segala kontak dengan orang yang terinfeksi rubela.
 Tes HIV.

Infeksi HIV pada Ibu hamil bisa menembus ke janin selama kehamilan, saat melahirkan,
atau selama menyusui. Virus HIV merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS.
Semua ibu hamil pada ‘daerah epidemi meluas’ (misalnya Papua dan Papua Barat)
dianjurkan untuk tes HIV. Di luar daerah tersebut, tes HIV wajib ditawarkan petugas
kesehatan bagi ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mempunyai keluhan infeksi
menular seksual. Ibu tidak perlu merasa khawatir atau sungkan, pihak laboratorium
atau rumah sakit biasanya menjamin kerahasiaan Anda. Bila ternyata Ibu positif HIV,
penanganan medis akan dilakukan untuk mengurangi risiko penularan HIV kepada bayi.

 Tes sifilis.

Sama seperti tes HIV, semua ibu hamil pada ‘daerah epidemi meluas’
direkomendasikan untuk melakukan tes sifilis. Begitu pula bagi ibu hamil dengan
perilaku berisiko atau mempunyai keluhan infeksi menular seksual. Sifilis yang tidak
ditangani dapat menyebabkan ketidaknormalan pada bayi, bahkan pada kasus yang
lebih fatal, bayi bisa lahir dalam keadaan mati. Bila Ibu didiagnosis memiliki sifilis, Ibu
akan diberikan penisilin. Umumnya, penisilin cukup bisa melindungi janin dari tertular
sifilis, namun ada juga kasus yang mana bayi membutuhkan antibiotik setelah dia lahir

 Tes hepatitis B dan C.

Virus Hepatitis B dan C dapat menyebabkan penyakit hati atau liver yang serius.
Hepatitis B dapat menular dari Ibu kepada janin selama kehamilan. Akibatnya, bayi
memiliki risiko yang tinggi terhadap timbulnya infeksi jangka panjang dan penyakit liver
nantinya. Bila diketahui bahwa Ibu terinfeksi hepatitis B atau C, Ibu akan dirujuk kepada
dokter spesialis. Selain itu ketika lahir, bayi akan diperiksa apakah telah tertular atau
tidak dan mungkin akan membutuhkan imunisasi.

Selain tes darah di atas, penting untuk melakukan tes tekanan darah. Pada
pertengahan usia kandungan, biasanya tekanan darah cenderung turun. Jangan
khawatir karena kondisi ini bukan masalah serius, namun Anda mungkin merasa pening
bila bangkit dari posisi duduk atau tidur. Sementara itu, kenaikan tekanan darah pada
periode akhir kehamilan bisa merupakan tekanan darah tinggi selama kehamilan atau
preeklamsia. Jika preeklamsia tidak ditangani, akibatnya bisa fatal bagi Ibu dan janin.
Pemeriksaan tekanan darah disarankan dilakukan pada tiap kunjungan antenatal.

Jangan lupa, Ibu hamil dianjurkan untuk selalu meluangkan waktu melakukan
pemeriksaan kandungan secara rutin. Tes darah adalah salah satu langkah
pencegahan masalah kandungan yang baik untuk dijadikan pertimbangan utama

Anda mungkin juga menyukai