Anda di halaman 1dari 26

MODUL ASUHAN MASA NIFAS

MODUL
ASUHAN KOMUNITAS
KESEHATAN IBU DAN ANAK

Dosen : Septi Widiyanti, S.Pd., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Oktiana Sari 1915471031 6. Evi Kurniawati 1915471036


2. Dennis Prastiwi P.A. 1915471032 7. Diah Ayu Parwati 1915471037
3. Novidawati 1915471033 8. Triana Ayu Aprilia 1915471038
4. Suntina Wati 1915471034 9. Claudia Ratih N. 1915471039
5. Anggi Try 1915471035 10. Putu Setia Wati 1915471040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

TANJUNGKARANG PRODI KEBIDANAN METRO

JL.BRIGJEN SUTIYOSO NO.1 KOTA METRO

TAHUN 2021
1
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

PEN
DAH
ULU
AN
S
.
u
b A. Latar Belakang
m Kesehatan ibu dan anak menjadi target utama dalam Tujuan pembangunan
at Milenium (MDGs) tepatnya pada tujuan 4 dan tujuan 5 yaitu menurunkan angka
er kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan ibu. Program Kesehatanibu dan anak
i: menjadi sangat penting karena ibu dan anak merupakan unsur pembangun unsur
penting pembangunan.

Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan
angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian
neonatal 16 per 1000 kelahiran hidup. Namun sampai saat ini sasaran tersebut belum
tercapai.
 Menurut data survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun2007 :
 Angka kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran
hidup
 Angka kematian Bayi 26,9 kematian/1000 kematian hidup
 Angka kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup
 Angka kematian Ibu Hamil dan saat melahirkan masih mencapai 228/100.000
kelahiran hidup
Padahal sasaran pembangunan menetapkan 2015 angka tersebut harus ditekan
hingga mencapai 102 kematian/100.000 kelahiran hidup. Oleh sebab itu, program
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI, AKN, AKB, dan
AKBAL.

2
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

Materi
1. Apa pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang daur kehidupannya ?
2. Bagaimana skrining kesehatan ibu dan anak ?
3. Bagaimana deteksi dini kesehatan ibu dan anak ?
4. Apa MTBS Dan MTBM ?

3
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Apa pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang daur kehidupannya ?


2. C?
3. Bagaimana deteksi dini kesehatan ibu dan anak ?
4. Apa MTBS Dan MTBM ?

4
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

URAIAN MATERI

A. Pelayanan kesehatan pada wanita sepanjang daur kehidupannya


1. Skirining
a. Definisi
 Skrining (screening) adalah pemeriksaan sekelompok orang untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis
yang tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25
: 974 )
 Skrining adalah pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk
menemukan adanya masalah atau faktor risiko. ( Rochjati P, 2008 )
 Skrining adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang
secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan
orang yang terlihat sehat, atau benar – benar sehat tapi sesungguhnya
menderita kelainan.
b. Penemuan Penyakit Dengan ‘Screening’
 Screening: Penemuan penyakit secara aktif pada orang-orang yang tampak
sehat dan tidak menunjukkan adanya gejala.
 Uji screening tidak dimaksudkan sebagai diagnostik, akan tetapi seringkali
digunakan sebagai tes diagnosis.
 Diagnosis menyangkut konfirmasi mengenai ada atau tidaknya suatu penyakit
pada individu yang dicurigai atau menderita suatu penyakit tertentu. Orang-
orang dengan tanda positif atau dicurigai menderita penyakit seharusnya
diberi perawatan/ pengobatan setelah diagnosa dipastikan hasilnya.
c. Kriteria Menilai, Suatu Alat Ukur
Suatu alat (test) scereening yang baik adalah yang mempunyai tingkat
validitas dan reabilitas yang tinggi yaitu mendekati 100%. Validitas merupakan
petunjuk tentang kemampuan suatu alat ukur (test) dapat mengukur secara benar
dan tepat apa yang akan diukur. Sedangkan reliabilitas menggambarkan tentang
keterandalan atau konsistensi suatu alat ukur
d. Tujuan Screening

5
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

 Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya


 Mencegah meluasnya penyakit
 Mendidik masyarakat melakukan general check up
 Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit
(waspada mulai dini)
 Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi
e. Bentuk Pelaksanaan Screening
 Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
 Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria
tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik
pada wanita yang sudah menikah
 Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis
penyakit
 Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu
jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas
f. Kriteria Program Penyaringan
 Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
 Tersedia obat potensial untuk terapi nya
 Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
 Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
 Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
 Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
 Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
 Ada SOP tentang penyakit tersebut
 Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa
screening
 Penemuan kasus terus menerus
g. Contoh Screening
 Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
 Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
 Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
 Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus

6
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

 Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan


 Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner

2. Deteksi Dini atau TumbuhKembang


a. Definisi
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan Wong, 2000).
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat penambahan sl dan
pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel
diseluruh bagian tubuh. Perkembangan adalah pertambahan sempurnanya fungsi
alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.
b. Aspek yang Dikaji dalam Pemantauan Tumbuh Kembang
1) Aspek Fisik
Aspek fisik yang perlu dikaji dalam lingkup kesehatan perempuan sama
dengan pengkajian yang dilakukan pada manusia dewasa, antara lain sebagai
berikut:
 Kondisi fisik (tanda – tanda vital)
 Nutrisi
 Cairan dan elektrolit
 Hygiene personal
 Istirahat – tidur
 Kasih sayangdan seks
 Aktualisasi diri.
 Rasa aman dan nyaman
2) Aspek Psikososial
Aspek psikososial yang dikaji meliputi beberapa komponen berikut :
 Identitas seksual : perubahan fisik dan sikap dari perempuan yang
menunjukan identitasnya sebagai perempuan.
 Identitas kelompok : kepuasan hidup dalam sebuah kelompok dan
penerimaan.
 Konsep diri (peran, identitas diri, gambaran diri, atau citra tubuh, serta
harga diri)
 Kecemasan dan masalah kehidupan

7
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

 Kondisi lingkungan sosial


 Factor pendukung dari keluarga dan masyarakat
 Komunikasi atau hubungan dalam kelompok, keluarga, masyarakat

3) Indikator Pemantauan
secara kronologis, setiap perempuan mengalami berbagai fase dalam
kehidupannya. Prosses ini berlangsung secara alamiah atau wajar terjadi pada
setiap perempuan. Berikut adalah fase– fase dalam kehidupan manusia :
1. Lahir dan pra pubertas
a. Fisik
 Terbentuknya bakal organ seks saat janin berusia 12 Minggu
 Sejak bayi, perempuan sudah memiliki 2 indung telur
 Pada masa ini sel telur belum matang
 Belum menunjukan tanda – tanda pertumbuhan seks sekunder
b. Psikososial
Anak perempuan diarahkan untuk mengikuti budaya yang berkembang
di lingkungan asuhannya, misalnya pada hal – hal berikut ini :
1) Anak perempuan harus jongkok saat BAK , sedangkan anak laki –
laki berdiri
2) Anak perempuan diajarkan untuk bersolek
3) Rambut anak perempuan dibiarkan panjang atau dipotong secara
feminine
4) Perempuan dididik untuk bersikap feminine
2. Pubertas
a. Fisik
1) Mulai terbentuk sel telur matur.
2) Produksi hormon ekstrogen karena pengaruh matangnya sel telur .
3) Mulai tumbuh tanda – tanda seks sekunder, misalnya : tumbuh
payudara
b. Psikososial
Perempuan mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai merasakan jatuh
cinta untuk pertama kalinya
3. Reproduksi

8
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

a. Fisik
1) Perempuan mengalami masa menstruasi dengan keluarnya darah dari
vagina
2) Perempuan memasuki usia reproduktif
3) Sel telur dapat dibuahi
4) Jika melakukan hubungan intim dengan lawan jenis, perempuan
dapat hamil
5) Bekerjanya hormone indung telur (ekstrogen dan progesterone)
b. Psikososial
1) Perempuan mulai cemas karena proses menstruasi
2) Perempuan mulai mencari identitas diri, gambaran diri yang
dipengaruhi kelompoknya
3) Bergaul dan berkumpul dengan teman – teman yang berjenis
kelamin sama
4. Pra Menopouse
a. Fisik
1) Kekuatan otot dan kecakapan mental mulai mencapai puncaknya
2) Dimulai proses penuaan
3) Penurunan hormone kewanitaan berangsur menurun
4) Proses menstruasi yang tidak teratur
5) Perasaan panas disekitar wajah (hot flash)
6) Produksi keringat berlebihan
7) Kulit menjadi kusam dan kasar
8) Rambut cenderung kering dan rapuh
9) Perasaan ada gangguan dalam hubungan intim
10) Kesulitan vagina mengalami lubrikasi, sehingga timbul rasa tidak
nyaman saat bersenggama
b. Psikososial
1) Perempuan lebih banyak menari diri dari lingkungannya
2) Perempuan lebih sering merasa tersinggung, mudah cemas dan
sangat sensitif
3) Gelisah karena menghadapi proses penuaan
5. Menopause
a. Fisik
9
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

1) Hilangnya hormone kewanitaan


2) Menstruasi tidak muncul lagi
3) Organ reproduksi tidak muncul lagi
4) Berat badannya sulit dikendalikan
5) Terjadi timbunan lemak dibeberapa tempat karena ketiadaan
hormone kewanitaan
6) Perempuan sering mudah lelah
7) Penyakit degeneratif (penyakit jantung, DM, gangguan ginjal, dan
osteoporosis) mudah menyerang
b. Psikososial
Perempuan mulai mencapai kematangan hidup
6. Senium
a. Fisik
1) Lemahnya otot – otot yang membuat struktur tubuh menjadi
bengkok
2) Gangguan sendi mulai sering timbul
3) Berat badan cenderung berkurang
4) Penurunan daya guna tubuh
5) Kekuatan pendengaran pada frekuensi menurun sampai 75%
6) Terjadi penurunan intelektual
7) Kemungkinan dapat terjadi gangguan otak secara organik
b. Psikososial
1) Terjadi perubahan sifat, misalnya dari pemurung menjadi periang
dari pemberani menjadi penakut atau sebaliknya
2) Sering timbul perilaku yang sulit diterima karena terjadi gangguan
otak organic.

c. Masalah Gangguan Kesehatan Reproduksi Dan Upaya


Penanggulangannya
1. Infertiltas
a) Pengertian Infertilitas atau ketidaksuburban
adalah Ketidak mampuan pasangan usia subur (PUS) untuk
memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual
secara teratur dan benar tanpa pencegahan lebih dari satutahun.
10
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

Angka satu tahun ditetapkan karena biasanya 85% pasangan


dalam satu tahun sudah memiliki keturunan. Ini berarti, 15%
pasngan usia subur mempunyai masalah infertilitasi.
b) Pengklasifikasikan infertilitas
Secara umum infertilitas pada PUS dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu sebagai berikut:
 Infertilitas primer
Suatu keadaan ketika PUS yang telah menikah lebih dari
satu tahun melakukan hubungan seksual secara teratur dan
benar tanpa usaha pencegahan, tetapi belum juga terjadi
kehamilan, atau belum pernah melahirkan anak hidup.
 Infertilitas sekunder
Suatu keadaan ketika PUS yang sudah mempunyai anak,
sulit untuk memperoleh anak lagi, walaupun sudah
melakukan hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa
usaha pencegahan.
 Penyebab terjadinya infertilitas
Kenyataan menunjukan 40% masalah yang membuat sulit
punya anak terdapat pada perempuan, 40% pada pria, dan
20 pada keduanya. Jadi tidak benar anggapan bahwa kaum
perempuan lebih bertanggung jawab terhadap
kesulitanmendapatkan anak.
c) Faktor suami dan istri
1. Gangguan senggama
 Gangguan kesehatan reproduksi yang dialami oleh
Suami atau istri
 Ketidaktahuan teknik senggama yang benar
 Pengaruh psikologis terhadap pasangan
2. Ketidaktahuan pasangan suami istri pada siklus masa subur.
Hal ini sering terjadi terjadi pada pasangan suami istri yang
siklus menstruasinya tidak teratur, sehingga waktu ovulasi
juga menjadi tidak teratur. Hubungan intim tidak

11
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

menghasilkan kehamilan apabila dilakukan pada waktu


yang tidak tepat.
3. Reaksi imunologis (kekebalan)
 Respons imu n nonspesifik setelah berhubungan,
misalnya timbul gatal-gatal, bercak merah pada kulit,
atau keluar cairan yang berlebihan dari vagina.
 Reaksi spesifik, yaitu timbul antibodi terhadap sperma
suami, sehingga sperma tidak bergerak/ tak mampu
membuahi.
d) Adanya tumor otak
Tumor ini memengaruhi kerja hormon yang berhubungan
dengan proses pematangan sel telur pada indung telur, sedang
pada pria dapat menghambat produksi sel pserma pada testis.

e) Adanya gangguan fungsi kelenjar tiroid.


1. Faktor suami
 Varokokel yaitu pelebaran pembuluh darah vena pada
skrotum (buah zakar), merupakan penyebab terbanyak
infertilitas pria.
 Sumbatan/obstruksi saluran sperma menyebabkan
spermatozoa tidak dapat disalurkan, walaupun
diproduksi dengan baik.
 Faktor lain yaitu tidak dapat diketahui, yaitu 20-25%
dari kasus infertilitas. Kemungkinan dipengaruhi oelh
factor genetic, kelainan di kromosom, gangguan
hormone, pengaruh obat, gangguan ereksi, radiasi,
keracunan pestisida, gangguan imonulogi, operasi
didaerah panggul, dan lain-lain.
2. Factor istri
Berdasarkan catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas
pada perempuan diantaranya adalah factor tuba fallopi 36%,
gangguan ovulasi 33%, endometriosis 6%, dan hal lain
yang tidak diketahui sekitar 40%. Ini berarti sebagian besar

12
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

masalah infertilisasi pada perempuan disebabkan oleh


gangguan pada alat reproduksi atau gangguan pada proses
ovulasi.

B. MTBS dan MTBM


a. Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS)
1) Pengertian MTBS
Merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita
sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan
dasar. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi dan pemberian vitamin A dan konseling pemberian
makan. Tujuan utama tatalaksana ini untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Kemenkes RI, 2014).

Dalam menangani balita sakit, tenaga kesehatan (perawat,bidan/desa) yang


berada di pelayanan dasar dilatih untuk menerapkan pendekatan MTBS secara
aktif dan terstruktur, meliputi :
 Melakukan penilaian adanya tanda-tanda atau gejala penyakit dengan cara
tanya, lihat,dengar,raba,
 Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan serta pengobatan anak,
 Memberikan konseling dan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang.

2) Sasaran Manajemen Tepadu Balita Sakit (MTBS)


Adapun sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua
kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari- 2 bulan dan kelompok usia 2
bulan- 5 tahun (Vera, 2015 ; Depkes RI, 2008).

3) Pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas


Hal-hal yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam menangani balita
sakit sesuai dengan Protap MTBS, meliputi :
 Melakukan Anamnesa

13
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan


utama, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat
penyakit lainnya.
4) Pemeriksaan
 Untuk bayi umur 1 hari- 2 bulan
Mengajari Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : Pemeriksaan
kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi,
ikterus, gangguan pencernaan, BB dan status imunisasi
 Untuk bayi 2 bulan- 5 tahun
Pemeriksaan yang dilakukan adalah : keadaan umum, respirasi, derajat
dehidrasi, suhu, pemeriksaan telinga, diare, status gizi, anemia,
imunisasi dan vitamin A, dan keluhan lain.
 Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan/ konseling pada ibu dan
konsultasi dokter. ( Depkes RI, 2008).
5) Pengobatan
Untuk balita sakit yang mendapatkan terapi rawat jalan, maka petugas
kesehatan dapat mengajari ibu cara pememberian obat oral dirumah, obat-
obat yang diberikan sesuai dengan diagnosa pasien seperti (antibiotik oral,
antimalaria oral, parasetamol, vitamin A, zat besi, dan obat cacingan).
Sedangkan anak dengan tanda bahaya umum mempunyai masalah serius
perlu dirujuk segera. (Yulia Astuti, 2014)
b. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

1. Pengertian MTBM

14
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

Manajemen Terpadu Bayi Muda merupakan pendekatan yang


digunakan dengan konsep yang terpadu untuk bayi muda yang usianya 1
hari- 2 bulan baik yang berkondondisi sehat ataupun sakit. Dalam
pendekatan ini juga menggunakan suatu persepsi untuk menggunakan
fasilitas rawat jalan untuk pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan
dengan mengunjungi bayi muda yang tergolong neonatal oleh petugas
kesehatan.

ManajemenTerpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan


yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat
maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang
dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.

Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan


manajemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa
pada bayi muda usia 0 - 2 bulan harus mendapatkan 4 macam pelayanan
yang termsuk dalam MTBS-M:

1. Perawatan esensial bayi baru lahir


2. Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila
memang diperlukan
3. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir

Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja,
namun hingga bayi mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami
keluhan tertentu yang termasuk dalam 4 pelayanan tadi wajib segera
ditindaklanjuti.

2. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda


Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir
dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau
sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah
sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika
ditemukan pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:

15
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

 Tidak bisa menyusu


 Kejang
 Mengantuk atau tidak sadar
 Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama
>15 detik)
 Frekuensi napas > 60 kali/menit
 Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
 Sianosis sentral.

Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol


ke fasilitas pelayanan kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-
28 hari setelah melahirkan). Pada tiap kunjungan bayi muda ke rumah sakit
perlu dilakukan beberapa pemeriksaan. Pada kunjungannya yang pertama
biasanya dilakukan pemeriksaan atau skrining awal. Pada kunjungan
berikutnya ada dilakukan pemeriksaan ulang sekaligus follow up kondisi
bayi.

a. Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi


bakteri, untuk kemudian diklasifikasikan sesuai tanda dan gejalanya
Tanda atau Gejala Klasifikasi

 tidak mau minum PENYAKIT


 memuntahkan semua SANGAT BERAT

 riwayat kejang ATAU INFEKSI

 bergerak hanya jika distimulasi BAKTERI BERAT

 napas cepat
 napas lambat
 tarikan dinding dada ke dalam yang kuat
 merintih
 demam (≥ 37,5c)
 hipotermi ( <35,5c)
 nanah yang banyak di mata

16
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

 pusar kemerahan meluas sampai dinding


perut

 pustul kulit atau INFEKSI BAKTERI


 mata bernanah atau LOKAL

 pusat kemerahan atau bernanah

tidak terdapat salah satu tanda diatas MUNGKIN BUKAN


INFEKSI

b. Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan


derajat dehidrasinya

Tanda dan Gejala Klasifikasi

 Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE DEHIDRASI


o Letargis atau tidak sadar BERAT
o Mata Cekung
o Cubitan kulit perut
kembalinya sangat lambat

 Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE DEHIDRASI


o Gelisah atau rewel RINGAN /SEDANG
o Mata Cekung
o Cubitan kulit perut kembali
lambat

Tidak cukup tanda dehidrasi berat atau DIARE TANPA


ringan/sedang DEHIDRASI

c. Periksa adanya ikterus pada bayi menggunakan metode KRAMER

 Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

17
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

 Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke


atas)
 Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau
siku
 Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
 Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Tanda dan Gejala Klasifikasi

 Timbul kuning pada hari pertama (< 24 IKTERUS BERAT


jam) ATAU
 Kuning ditemukan pada umur lebih dari
14 hari ATAU
 Kuning sampai telapak tangan /telapak
kaki ATAU
 Tinja berwarna pucat

 Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam IKTERUS


sampai ≤ 14 hari dan tidak sampai
telapak tangan/kaki

 Tidak kuning TIDAK ADA


IKTERUS

d. Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah


pemberian ASI.
Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan
penanganan atau rujukan tanpa melihat ada/ tidaknya masalah pada
pemberian ASI
e. Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status
pemberian Vit.K1.
Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda

18
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

adalah Hb 0 pada hari 0-7 kelahiran. Selain itu bayi juga harus
mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah lahir
f. Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma
lahir, ataupun perdarahan tali pusat
g. Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu

3. Tatalaksana Kedaruratan Tanda Bahaya

a. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda
mengalami sianosis atau distres pernapasan berat.
b. Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara
ruangan jika oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat
(< 20 kali/menit).
c. Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah.
Jika glukosa < 45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB
dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit, diulangi sesuai
keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa 10% dengan
kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat
akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.
d. Beri fenobarbital jika terjadi kejang
e. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi
bakteri berat.
f. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.
g. Pantau bayi dengan ketat.

Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi


sebelumnya. Jika termasuk dalam warna merah/ kondisi berat bisa langsung
dilakukan perujukan bila tidak tersedia pengobatan di faskes sebelumnya.
Selain itu rujukan biasanya dilakukan jika kasus yang dijumpai berupa
keracunan dengan penurunan kesadaran, luka bakar di mulut dan
tenggorokan, sesak napas berat, sianosis, dan gagal jantung.

19
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

RANGKUMAN

Skrining (screening) adalah pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan


orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak
terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 : 974 )
Skrining adalah pengenalan dini secara pro-aktif pada ibu hamil untuk
menemukan adanya masalah atau faktor risiko. ( Rochjati P, 2008 )

Skrining adalah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang


secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang
yang terlihat sehat, atau benar – benar sehat tapi sesungguhnya menderita
kelainan.
Deteksi Dini atau TumbuhKembang
Definisi
Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan Wong, 2000).
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat penambahan sl dan
pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel
diseluruh bagian tubuh. Perkembangan adalah pertambahan sempurnanya fungsi
alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.

Aspek yang Dikaji dalam Pemantauan Tumbuh Kembang


Aspek Fisik
Aspek fisik yang perlu dikaji dalam lingkup kesehatan perempuan sama
dengan pengkajian yang dilakukan pada manusia dewasa, antara lain sebagai
berikut:
 Kondisi fisik (tanda – tanda vital)
 Nutrisi
 Cairan dan elektrolit
 Hygiene personal

20
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

 Istirahat – tidur
 Kasih sayangdan seks
 Aktualisasi diri.
 Rasa aman dan nyaman

Aspek Psikososial
Aspek psikososial yang dikaji meliputi beberapa komponen berikut :
 Identitas seksual : perubahan fisik dan sikap dari perempuan yang
menunjukan identitasnya sebagai perempuan.
 Identitas kelompok : kepuasan hidup dalam sebuah kelompok dan
penerimaan.
 Konsep diri (peran, identitas diri, gambaran diri, atau citra tubuh, serta
harga diri)
 Kecemasan dan masalah kehidupan
 Kondisi lingkungan sosial
Factor pendukung dari keluarga dan masyarakat
Lahir dan pra pubertas
d. Fisik
 Terbentuknya bakal organ seks saat janin berusia 12 Minggu
 Sejak bayi, perempuan sudah memiliki 2 indung telur
 Pada masa ini sel telur belum matang
 Belum menunjukan tanda – tanda pertumbuhan seks sekunder
e. Psikososial
 Anak perempuan diarahkan untuk mengikuti budaya yang berkembang di
lingkungan asuhannya
Reproduksi
a. Fisik
Perempuan mengalami masa menstruasi dengan keluarnya darah dari
vagina
Perempuan memasuki usia reproduktif
Sel telur dapat dibuahi
a. Fisik

Lemahnya otot – otot yang membuat struktur tubuh menjadi bengkok

21
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

Gangguan sendi mulai sering timbul


Berat badan cenderung berkurang
Penurunan daya guna tubuh
Kekuatan pendengaran pada frekuensi menurun sampai 75%
Terjadi penurunan intelektual
Kemungkinan dapat terjadi gangguan otak secara organik
b. Psikososial

Terjadi perubahan sifat, misalnya dari pemurung menjadi perian


Pengertian Infertilitas atau ketidaksuburban
adalah Ketidak mampuan pasangan usia subur (PUS) untuk memperoleh
keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa
pencegahan lebih dari satutahun. Angka satu tahun ditetapkan karena biasanya
85% pasangan dalam satu tahun sudah memiliki keturunan. Ini berarti, 15%
pasngan usia subur mempunyai masalah infertilitasi.

MTBS dan MTBM


c. Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS)
6) Pengertian MTBS
Merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana
balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit
pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi
dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi dan
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan. Tujuan
utama tatalaksana ini untuk menurunkan angka kematian bayi
dan anak balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Kemenkes RI, 2014).

22
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

LATIHAN

1. Dibawah ini yang bukan merupakan penyebab dari anak terkena penyakit infertiltas
adalah...
A. Gangguan senggama
B. Ketidaktahuan pasangan suami istri pada siklus masa subur
C. Adanya gangguan fungsi kelenjar tiroid
D. Adanya tumor otak
E. Sering berhubungan suami istri

2. Dibawah ini yang merupakan resiko psikis pada kehamilan remaja adalah....
A. perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi
B. pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan – perasaan takut, panik, stress, trauma
mengingat proses aborsi, dan kesakitan
C. ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa
sudah tidak perawan pernah mengalami KTD, dan aborsi
D. biaya aborsi cukup tinggi, bila terjadi komplikasi maka biaya semakin tinggi.
E. Tidak ada rasa menyesal didalam dirinya

3. Dibawah ini yang merupakan pengertian dari validitas adalah...


A. kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit
terhadap yang sehat
B. kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif betul-betul sakit
C. screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada
perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah menikah
D. Penemuan penyakit secara aktif pada orang-orang yang tampak sehat dan tidak
menunjukkan adanya gejala
E. upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat

23
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

4. Apa yang dimaksud dengan skrining secara umum ...


A. pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui
apakah seseorang berisiko lebih tinggi mengalami suatu masalah kesehatan
B. screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada
perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah menikah
C. kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif betul-betul sakit
D. Penemuan penyakit secara aktif pada orang-orang yang tampak sehat
E. Proses penyembuhan untuk orang orang yang sedang sakit

5. Dibawah ini yang bukan merupakan tujuan dari dilakukan nya skrining adalah...
A. Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
B. Mencegah meluasnya penyakit
C. Mendidik masyarakat melakukan general check up
D. Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada mulai dini)
E. Memberikan informasi kepada masyarakat tertentu

6. MTBS kepanjangan dari ?


A. Managemen terpadu balita sakit
B. Managemen terpadu balita sehat
C. Mengobati terpadu balita sakit
D. Menangani terpadu balita sakit
E. Menangani terpadu balita sehat
7. Penyataan yabg benar tentang dibuatnya pernyataan MTBS adalah ?
A. Petugas mengalami kesulitan menggabung berbagai pedoman terpisah bila menghadapi
beberapa penyakit terhadap seorang penderita
B. Tidak tahu Maslah yang perlu diterapi
C. Tidak dapat menentukan tindakan dan terapi dengan waktu dan obat yang terbatas
D. Pedoman MTBS disusun dalam bentuk Bagan dan sesuai dengan program yang ada
E. Dapat menyelesaikan masalah yang ada
8. Dalam MTBS ada 4 gejala utama, dibawah yang benar ini kecuali?
A. Batuk
B. Sukar bernafas
C. Demam
D. Diare

24
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

E. Sakit kepala
9. MTBM Kepanjangan dari ?
A. Managemen terpadu balita muda
B. Managemen terpadu batita muda
C. Managemen terpadu balita menangis
D. Mengobati terpadu balita muda
E. Mengobati terpadu balita mengangis
10. MTBM merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur.... baik
yang sehat maupun yang sakit?
A. 1 hari - 1 bulan
B. 1 hari – 2 bulan
C. 1 hari - 1 Minggu
D. 1 hari - 10 hari
E. 1 hari - seumur hidup

25
MODUL ASUHAN MASA NIFAS

DAFTAR PUSTAKA
Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yayasan Essentia
Medica: Yogyakarta.
Dep. Kes RI. 2001. Kesehatan Reproduksi: Jakarta.
Ida Bagus Gede Manuaba, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Area EGC
Jakarta.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung
seto.

26

Anda mungkin juga menyukai