B. Pendokumentasian SOAP
Menurut Mushlihatun (2010: 122-125), dokumentasi SOAP adalah catatan
tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim
kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur tindakan, pengobatan pada
pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang telah
diberikan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan
yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, di dalamnya tersirat proses
berfikir bidan yang simetris dalam menghadapi seseorang pasien sesuai
langkah-langkah manajemen kebidanan. Prinsip dari metode SOAP merupakan
proses pemikiran penatalaksanaan manajemen yaitu:
1. Data Subjektif (S)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui annamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah
dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan
menguatkan diagnosis yang akan di susun.
2. Data Objektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data
yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan
medik di informasi dari keluarga atau orang lain dapat di masukkan dalam
data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien data
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
3. .Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga, dan keempat sehingga mencakup
hal-hal sebagai berikut: diagnosis/ masalah kebidanan, diagnosis/ masalah
potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi diagnosis/ masalah potensial.
4. Penatalaksanaan (P)
Pendokumentasian menurut Helen Varney langkah kelima, keenam,
dan ketujuh. Pendokumetasian P dalam SOAP ini adalah pelaksanaan asuhan
sesuai rencana yang telah di susun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka
mengatasi masalah pasien.
Tujuh Langkah dari Lima SOAP/Note/Progress Note
Helen Varney Langkah
Kompetensi
Inti Bidan
Indonesia
1. Pengumpulan Data 1. 1. Subyektif
Pengumpulan 2. Obyektif
data
2.Identifikasi 2.Identifikasi 3. Assesmant/Diagosa
Diagnosa/Masalah Diagnosa/
aktual Masalah
3.Antisipasi
diagnosa/Masalah
Potensial
4.Menilai perlunya
tindakansegera/konsult
asi/rujukan
5. Pengembangan rencana 3.Membuat 4. Planning/Rencana Tindakan :
asuhan rencana a. Konsultasi/Rujuk
tindakan b. Pemeriksaan Diagnosa
c. Pemberian Pengobatan
d. Pendidikan Kesehatan
dan konseling
e. Follow Up kesehatan
6. Implementasi Asuhan 4.Implementa
si
7.Evaluasi efektifitas 5. Evaluasi
asuhan
Tabel Pendokumentasian
Referensi:
- WHO, JHPIEGO, 2003. Konsep Dasar Kebidanan, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik, dkk. 2017. Posisi Setengah Duduk dan Cara Menunjang Kerampang
berhubungan dengan Kejadian Ruptur Perineum Derajat I dan II di BPS
Bidan Maria Kelurahan Madyopuro Kecamatan Kedung Kandang Malang.
Malang. Jurnal Care Vol. 5, No.1, Tahun 2017. Diakses tanggal 4 Desember
2017.
Manuaba, IGB dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Suryanti, Uswatun Choeriyah, Ipang Suparti. 2013. “Teknik Adaptasi Pola Nafas
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dan Memperlancar Proses
Persalinan”. Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 No. 1 Edisi.
Diakses tanggal 2 Januari 2015. Didapatkan dari
http://download.portalgaruda.org
Valiani et al. 2010. Reviewing the effect of reflexology on the pain and certain
features and outcomes of the labour on the primiparous Women.
USA :NCBI
Varney H, Jan M. K & Carolyn L. G. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed. 4
Volume 1. Jakarta: EGC.
Wagiyo&Putrono.2016.AsuhanKeperawatanAntenatal,Intranal&BayiBaruLahir,
FisiologisDanPatologis.AndiOffset
Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta :
Pustaka Baru
Westhoff .G, 2013. Prophylactic Oxytocinc For The Third Stage of Labour to
Prevent Postpartum Haemorrhage. Diakses www.ncbi.nlm.nih.gov pada
tanggal 23 Juli 2017 jam 22.30 WIB
ASUHAN KEBIDANAN
PADA PASIEN NY. N DENGAN G3P2A0AH2 UK 40/41 MGGUJ/T/H
LETKEP DENGAN INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI RUANG BERSALIN PONEK RSUD PROF.DR .W.Z JOHANNES
KUPANG
A. IDENTITAS
Nama pasien : Ny. N Nama Suami : Tn. M.N
Umur : 36 thn Umur : 38 thn
Suku / Bangsa : Sabu /Indonesia Suku / Bangsa : Sabu/Indonesia
Agama : Kristen Protestan Agama : Kristen
Protestan
Pendidikan : SMA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Oesapa Alamat : Oesapa
Status Perkawinan : Kawin
B. RIWAYAT KEBIDANAN
1. KELUHAN UTAMA :
Sakit hilang timbul pada pingggang menjalar ke perut bagian bawah, keluar
lendir dan darah dari jalan lahir.
2. RIWAYAT KELUHAN UTAMA :
Sakit pinggang menjalar keperut bagian bawah sejak tanggal 18-04-2022
jam 21.00 keluar lender dan darah dari jalan lahir tanggal 19-04-2022 jam
06.0
3. RIWAYAT OBSTERTRI
A. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 13 thn Siklus : teratur ( 28 hari )
Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut Lamanya :6- 7
hari
HPHT : 09-07-2021
TP : 16-04-2022
Keluhan : Nyeri haid ( belum menikah ), Tidak ada nyeri ( setelah
menikah )
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : baik Kesadaran : Composmentis
Pasien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 7
b. Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 78 X/mnt
Respirasi : 20 X/mnt Suhu : 36,7 ⁰C
Berat badan : 65 kg Tinggi badan : 155 cm
c. Sistem pernafasan
Jalan nafas : bersih, tidak sesak, tidak ada gangguan napas
d. Sirkulasi jantung
Irama jantung normal teratur, bunyi jantung regular,/ tidak ada keluhan
nyeri dada
e. Sistem Uro Genital
BAK : lanncar menggunakan pispot
f. Sistem integument / musculoskeletal
Warna kulit sawo matang, turgor kulit elastis, tidak ada gangguan saat
pergerakan
g. Dada dan axilla
Dada simetris, payudara membesar simetris, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada bunyi ronchi dan wheezing
h. Extemitas
Tangan kanan terpasang infus RL kosong, tangan kiri dan kaki bergerak
tidak ada hambatan, tidak ada keluhan saat pergerakan
9. PEMERIKSAAN OBSTETRI
a. Inspeksi
Mamae membesar simetris, putting susu menonjol, colostrum sudah
keluar
Abdomen membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada distensi abdomen,
terdapat striae albicans dan linea nigra, tidak ada bekas luka operasi.
b. Palpasi
Leopold I :TFU : 3 jari di bawah PX teraba besar, bulat dan tidak
melenting di fundus
Leopold II : Teraba bagian keras datar dan memanjang pada perut ibu
bagian kiri, teraba bagian kecil janin pada perut bagian kanan.
Leopold III : bagaian bawah uterus teraba bulat melenting, tidak dapat
digoyangkan
Leopold IV : tangan divergen 3/5 tidak bergerak masuk ke panggul
MC Donald :35 cm
TBJ : 3565 gr
Kontraksi 2x/10 menit durasi 25 detik
c. Auskultasi
DJJ : 146 x/menit
d. Periksa Dalam :
Jam 07.50 Wita
Oleh Bidan (Triage)
Hasil : V/V tidak ada kelainan portio tipis, Effecement 90%, pembukaan 9
cm, Ketuban utuh menonjol teraba kepala UUK kiri depan,
Turun Hodge: II
19/04/202 S
2 o Ibu mengatakan perut dan pinggang sangat sakit
10.10 o Merasa ingin mengedan/BAB
O:
o Mengobservasi DJJ 146x/menit, His 4 kali kali dalam 10 menit durasi 40-45
detik
o Tampak Dorongan meneran dan ada tekanan pada anus, vulva dan anus
membuka, perineum menonjol
VT (10.05) V/V ta'a, portio tidak teraba, pembukaan lengkap, kk negatif sisa
jernih, teraba UUK di depan kepala TH IV
A: Inpartu Kala II
P: GOLD
I: INTRUKSIPimpin persalinan dan tolong kelahiran bayi
10.15 S:
o Ibu mengatakan perut terasa mules
O:
o Ku baik, TFU setinggi pusat, uterus lembek, keluar darah banyak dari jalan
lahir
o TD.
A: kala III
P:
o Lakukan Manajemen Aktif Kala III
o Monitor tanda dan gejala perdarahan
o Monitor tanda-tanda vital
o Batasi tindakan invasif jika perlu
o Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
19/4/2022 S:
10.25 o Ibu mengatakan perut bagian bawah terasa mules, rasa keluar darah
banyak
O:
o Ku sedang, kesadaran compos mentis
o Tampak keluar darah banyak dari jalan lahir
o Saat dilakukan PTT Tali pusat tidak bertambah panjang
o Kontraksi uterus lembek, TFU setinggi pusat
o TD. 80/60, S/N. 360C/110x/menit, RR.21 x/menit, SP02 99%
o Plasenta belum lahir
A:
Kala III dengan syok Hipovolemik
P:
o Observasitanda dan gejalahipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun,
hamtokrit meningkat)
o Monitor intake dan output cairan
o Hitung kebutuhan cairan
o Berikan posisi modified trendelenburg
o Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
o Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (NaCl 0,9%, RL)
o Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (Glukosa 2,5%, NaCl 0,4 %)
o Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
o Kolaborasi pemberian produk darah
o Monitor frekuensi dan kekuatannadi
o Monitor frekuensinapas
o Monitor tekanandarah
o Monitor waktupengisiankapiler (CRT)
o Monitor elastisitasatau turgor kulit
o Aturwaktupemantauansesuaikondisipasien
o Jelaskantujuan dan prosedurpemantauan
o Dokumentasikanhasilpemantauan
19/4/2022 S:
10.40 o Ibu mengatakan perut bagian bawah terasa mules
o Mengeluh pusing dan mengantuk
O:
o Ku pasien lemah, kesadaran compos mentis, konjungtiva anemis
o Tampak keluar darah banyak dari jalan lahir + 1.000 cc berwarna merah
segar
o undepdad diganti 4 kali berisi darah penuh
o Saat dilakukan PTT Tali pusat tidak bertambah panjang
o Kontraksi uterus lemah, TFU setinggi pusat
o plasenta belum lahir
o TD. 80/60, S/N. 360C/110x/menit, RR.21 x/menit, SP02 99%
o Terpasang 02 masker 10 liter / menit
A:
Retensio Plasenta + syok Hipovolemik
P:
o Monitor tanda-tanda vital
o Pertahankan bedrest selama perdarahan
o Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
o Kolaborasi pemberian terapi
o Kolaborasi obat pengontrol perdarahan jika perlu
o Kolaborasi pemberian produk darah jika perlu
o Kolaborasi penanganan Retensio plasenta dengan Manual plasenta
19/4/2022 S:
11.30 o Ibu mengatakan perut terasa mules
o Merasa ada keluar darah sedikit dari jalan lahir
o Nyeri pada luka jalan lahir
O:
o Ku baik, kesadaran compos mentis, terpasang infus RL Kosong flas V di
tangan kanan, terpasang infus RL drip oxytocin flas I di tangan kiri tangan
kiri
o TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
o Tampak rupture perineum grade II
o TFU 1 jari bawah pusat, kontraksi urerus baik
o Pardarahan pervagina sedikit + 100cc
o Plasenta lahir manual tidak lengkap
A:
o Kala IV + Rest plasenta
P:
o Observasi vital sign, TFU, kontraksi
o Observasi perdarahan pervaginam
o Cek kembali kelengkapan plasenta
o Lakukan eksplorasi sisa plassenta
o Masase uterus
o Lakukan Hacting perineum
o Kolaborasi DPJP untuk USG dan evakuasi sisa plasenta
o Dokumentasikan dalam partograf
19/04/202 S:
2 o Ibu mengatakan pusing
11.45 o Nyeri pada perut bagian bawah dan jalan lahir
O:
o Ku tampak pucat, kesadaran compos mentis, lemah dan anemis, konjungtiva
anemis
o TD. 100/60 S/N. 360C/88 kali/menit. RR 22 x/menit SPO2 99%, tepasang
O2 masker 10 liter/mt
o Tangan kanan terpasang widahes, tangan kiri terpasang infus RL kosong
guyur FLS V
o USG : sisa placenta
A:
Risiko infeksi
P.
o Observasi ku dan vital sign
o PAntau TFU, Kontraksi uterus
o Pantau perdarahan pervaginam
o Monitor tanda-tanda infeksi
o Kolaborasi DPJP pro pemberian antibiotik
19/4/2022 S:
13.00 o Ibu mengeluh pusing dan mengantuk
O:
o Ku lemah, kesadaran compos mentis, tampak pucat
o VS. TD. 70/50 mmhg S/N. 36,60C/118x/mt RR. 24 x/mt SPO2 86%
o TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, PPV banyak
o Laboratorium: Hb 5,7 gr%, HCT 16,2%, WBC 20210/UL
A: anemia
P
o Berikan posisi modified trendelenburg
o Monitor frekuensi dan kekuatannadi
o Monitor frekuensinapas
o Monitor tekanandarah
o Monitor waktupengisiankapiler (CRT)
o Monitor elastisitasatau turgor kulit
o Monitor hasilpemeriksaan serum (osmolaritas serum, hematokrit, natrium,
kalium, BUN)
o Jelaskantujuan dan prosedurpemantauan
o Kolaborasi DPJP pro Transfusi darah
o Kolaborasi evakuasi sisa placenta
o Dokumentasikanhasilpemantauan
PENDOKUMENTASIA ASUHAN KEBIDANAN
09.00 Melakukan edukasi pada pasien dan keluarga Pro Oxytocin drip ACC, TTD oleh
ibu dan suami
09.15 Mengobservasi DJJ 152 kali/menit HIS
Mengaff RL kosong sambung RLdrip oxytocin 5 IU flas I 20 TPM
09.40 Mengobservasi DJJ 141 kali/menit, HIS 3 kali/10 menit durasi 40 detik menaikan
tetasan infus 24 tetes / menit
Melakukan VT ok/ ketuban pecah spontan
V/V takada kelainan portio tipis pembukaan 9 cm, kk negative sisa jernih kepala TH III
09.45 Mengobservasi DJJ 141 kali/menit, HIS 3 kali/10 menit durasi 35-40 detik menaikan
tetasan infus 28 tetes / menit pertahankan
09.50 Melapor DPJP/tlp Advis: Evaluasi jam 10.45
10.05 Melakukan VT evaluasi ok/ pasien ingin mengedan dan tampak Doran Teknus, Perol,
Vulka VT: V/V ta'a, portio tidak teraba, pembukaan lengkap, kk pecah spontan
jernih, kepala TH IV
Memimpin persalinan
10.10 Partus bantuan induksi Oxytocin a/I Perpanjangan Fase Aktif, Lahir bayi
Perempuan langsung menangis, tonus otot baik, warna kulit merah ektremitas biru.
A/S. 9/10
Melayani injeksi Oxitocin 1 ampul/IM
Melakukan PTT
Mengganti underpad
10.25 Mengevaluasi plasenta belum lahir
Melayani injeksi oxytocin ke 2 10 IU/IM
Mengobservasi perdarahan banyak, mengganti underpad ok/ penuh
Mengobservasi TD. 80/60 mmhg S/N. 36,20C/110 kali/menit
10.30 Melakukan kateterisasi keluar urine 200cc
10.35 Melakukan PTT plasenta keras, tidak berhasil
Memasang O2 masker 10 liter / menit
Memonitor perdarahan pervagina banyak, underpad penuh
Mengganti underpad kedua
Dari data subjektif didapatkan bahwa Ny. “N” datang ke IGD RSUD Prof.
Dr. W. Z. Johannes Kupang tanggal 9 April 2022 pukul 07.30 WIB dan mengeluh
keluar lendir darah sejak 19-04-2922 pukul 06.00 WIB, kenceng-kenceng sejak
18-04-2021 jam 21.00 WIB. Adanya kenceng-kenceng dan keluarnya lendir
darah, merupakan tanda-tanda persalinan, Sebagaimana diungkapkan oleh
Sulystiwati, dkk (2010) bahwa tanda masuk dalam persalinan meliputi
pengeluaran lendir dan darah, pengeluaran cairan ketuban, dan adanya his
persalinan dengan ciri-ciri pinggang terasa sakit menjalar kedepan yang sifatnya
teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
Ny. “N” memiliki pendidikan SMA, Koentjaraningrat (2009)
mengungkapkan bahwa bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin mudah menerima informasi dan mempunyai banyak pengetahuan yang
dimilikinya sehingga semakin mudah dalam menentukan tindakan dan perilaku
yang baik bagi kesehatannya. Begitupula Widayati, dkk (2017) mengungkapkan
bahwadengan pendidikan seseorang dapatmeningkatkan kematangan
intelektualsehingga dapat memberikan keputusanyang tepat dalam bertindak dan
memilihmengenai kondisi kesehatannya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap nilai-nilai baru.
Sehingga seseorang yang berpendidikan rendah cenderung sulit untuk menyerap
informasi dan pengambilan keputusan yang tepat dan cepat daripada orang yang
berpendidikan tinggi.
Berdasarkan data objektif diketahui bahwa taksiran persalinan ibu pada
tanggal 16 April 2022, Ibu datang pada tanggal 19 April 2022, yang artinya usia
kehamilan ibu sudah lebih dari 40 minggu. Persalinan adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu)lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sofian, 2011). Ny. N adalah
termasuk kehamilan cukup bulan karena usia kehamilannya 40-41 minggu.
Hasil pemeriksaan dalam diketahui bahwa pembukaan 9 cm dengan
ketuban utuh, dan penurunan kepala masih pada hodge II. Hasil pemeriksaan
dalam menunjukkan Ny. N memasuki fase aktif, fase ini berlangsung dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih
dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih).
Dengan demikian, berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif
maka analisis kasus Ny. “N” ini adalah G3P2A0AH2 40-41 minggu J/T/H,
inpartu Kala I fase aktif dengan nyeri persalinan + TBJ 3565 gram.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada ibu adalah menganjurkan untuk
miring ke kiri dan menghadirkan pendamping persalinan. Sesuai dnegan JNPK-
KR (2008) menyatakan bahwa pada kala I frekuensi his menjadi lebih sering dan
amplitudonya menjadi lebih tinggi, maka agar peredaran darah ke uterus menjadi
lebih baik, ibu di anjurkan miring ke satu sisi sehingga uterus dan seluruh isinya
tidak serta merta menekan pembuluh darah di panggul. Kontraksi uterus juga
menjadi lebih efisien dan putar paksi dalam berlangsung lebih lancar bila ibu
miring ke sisi dimana ubun-ubun kecil berada. Selain itu peran pendamping dapat
membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman selama kala II. Hal
ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi yang penting efektif dan
menjaga sirkulasi utero plasenter tetap baik.
Penatalaksanaan pada Ny. N dilakukan observasi sesuai dengan partograf
karena sudah memasuki fase aktif. Jam 09.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam
kembali dengan pembukaan 9 cm dan observasi his 2x10' lama 35-40''. Hasil
analisis ini menyatakan bahwa ibu tetap berada pada fase aktif dengan
perpanjangan. Hal ini disebabkan his yg tidak adekuat.
Ketika melihat partograf maka akan ditemukan his tidak adekuat. Ny.N
adalah hamil dengan multipara, dan pada multipara lebih banyak ditemukan
kelainan yang bersifat inersia uteri (Neilson, 2003). Hal inimenunjukkan bahwa
ibu yang melahirkan lebih dari satu kali dapat menyebabkan keadaan ototrahim
menjadi lebih lemah daripada ibu primigravida, sehingga menimbulkan persalinan
lama. Hal ini sejalandengan penelitian yang dilakukan oleh Ardhiyanti dan
Susanti dalam jurnalnya yangberjudul “faktor ibu yang berhubungan dengan
kejadian persalinan lama di RSUDArifin Achmad Pekanbaru” pada tahun 2016
jumlah paritas berisiko dapat menyebabkanterjadinya persalinan lama dikarenakan
otot-otot rahim pada ibu sering melahirkan sudah melemah sehingga bisa
mengakibatkan lamanya proses persalinan.
Jika masalah his timbul setelah berlangsungnya his kuat untuk waktu yang
lama, hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Hingga saat ini etiologi dari inersia
belum diketahui tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi: umum (primigravida
pada usia tua, anemia, perasaan tegang dan emosional, pengaruh hormonal:
oksitosin dan prostaglandin, dan penggunaan analgetik yang tidak tepat), dan
lokal (overdistensi, perkembangan anomali uterus misal hypoplasia, mioma,
malpresentasi, malposisi, dan disproporsi cephalopelvik, kandung kemih dan
rektum penuh).
Penurunan kepala pada multipara terjadi saat mulainyapersalinan.
Masuknya kepala janin melintasi PAP dapat dalam keadaan sinklitismusatau
asinklitismus, dapat juga dalam keadaan melintang atau serong, dengan
fleksiringan (dengan diameter kepala janin oksitofrontalis 11,75 cm) atau fleksi
sedang(dengan diameter kepala janin terjadi selama suboksipitofrontalis 11,25
cm).Penurunan kepala janin terjadi selama persalinan karena daya dorong dari
kontraksidan posisi serta peneranan (selama kala II) oleh ibu (Lailiyana dkk,
2012). Pada kasus ini dapat dilihat pada partograf dimana tidak terjadi penurunan
kepala janin dikarenakan ibu yang tidak benar dalam mendorong janin ke bawah
sehingga menyebabkan kala II lama meskipun his mulai adekuat dan mencoba
berbagai macam posisi meneran.
Faktor jalan lahir (Passage) yang dapat berpengaruh terhadapterjadinya
persalinan abnormal antara lain: panggul sempit, kelainan pada vulva,kelainan
pada vagina, kelainan uterus (Nurasiah, 2014:26).Dalam mendeteksi panggul
sempit dapat kita lihat dari tinggi badan, riwayat persalinan dengan berat badan
janin yang telah melalui jalan lahir ibu sebelumnya. Melihat data kajian tidak
ditemukan kelainan dikarenakan ibu telah melakukan persalinan sebelumnya
secara spontan dengan berat badan bayi 3300 gram dan TFU sekarang yakni 35
cm dengan taksiran berat badan janin 3100 gram.
Pada faktor bayi (Passenger) yang memengaruhi adalah bentuk bayi, berat
badan, posisi, dan letak yang dipantau perkembangannya sampai pada akhir
kehamilan dan siap untuk dilahirkan. Bayimempunyai kekuatan mendorong
dirinya keluar sehingga persalinan dapatberjalan spontan (Nurasiah, 2014:32).
Distosia atau penyulit persalinan yang disebabkan oleh kelainan janin ataubayi
antara lain: kelainan pada letak kepala, letak sungsang, letak melintang. Kelainan
janin dapat di deteksi selama di kandungan pada pemeriksaan kehamilan. Menurut
data kajian, tidak ditemukan kelainan pada janin sehingga passenger bukan faktor
yang menyebabkan terjadinya kala II lama pada ibu.
Dalam persalinan faktor psichology sangat penting dikarenakan perasaan
cemas, takut, nyeri akan membuat ibu tidak tenang dalam menghadapi persalinan.
Kecemasan yang dirasakan saat menjelang persalinan dapat memengaruhi proses
persalinan. Dalam kasus ini sudah dilakukan asuhan sayang ibu, yaitu
menghadirkan pendamping persalinan dan bidan memberikan dukungan. Ibu
memilih suaminya untuk mendampinginya selama proses persalinan. Menurut
JNPK-KR (2008), peran pendamping dapat membantu ibu untuk membuat ibu
merasa nyaman, memperoleh posisi yang paling nyaman selama kala II dan dapat
membantu kemajuan persalinan
Faktor penolong bukan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya
kala II lama pada ibu, karena bidan yang bertugas memiliki kemampuan dan
ketrampilan yang mumpuni dan telah memiliki izin untuk melakukan pertolongan
persalinan yang aman.
Pada ibu dilakukan asuhan berupa pemberian makan minum dan
kolaborasi induksi persalinan. Setelah dilakukan induksi persalinan his menjadi
adekuat hingga pembukaan lengkap.
Jam 10.05 dilakukan pemeriksaan kembali dengan hasil pembukaan 10
cm, effacement 100%, denominator UUK, presentasi kepala, Hodge IV. Ny. N
sudah memasuki kala II.
Tindakan selanjutnya adalah melakukan pemasangan infus. Pemberian
cairan infus bertujuan untuk stabilisasi pasien karena pasien mengalami kelelahan.
Untuk penataksanaan persalinan pada Ny. N dilakukan induksi persalinan.
Suatu tindakan terhadap ibu secara operatif maupun medisinal, untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim sehingga persalinan (Saifuddin,2010). Syarat-syarat
induksi persalinan : Kehamilan aterm, Ukuran panggul normal, Tidak ada CPD,
Janin dalam presentasi kepala, Serviks telah matang (portio lunak, mulai
mendatar, dan sudah muali membuka). Bila skor bishop > 8, induksi persalinan
kemungkinan berhasil (Saifuddin,2005). Tujuan tindakan induksi persalinan ialah
mencapai his 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik (Saifuddin, 2010).
Pemberian induksi persalinan dengan menperhitungkan pelvic score. Bila
perhitungan pelvic score< 5, maka terminasi dengan Induksi Misoprostol dan bila
perhitungan pelvic score> 5, maka terminasi dengan Oxytocin Drip, hal ini sesuai
pada penatalaksanaan induksi pada Ny. N dimana menggunakan Oxytocin Drip
hingga bayi lahir.
Menurut Saifuddin,2010; Nugroho, 2012; Cunningham, 2012, Pada saat
persalinan, segera setelah janin lahir, uterus masih berkontraksi
untukmengeluarkan plasenta secara spontan yang mengakibatkanpenciutan
permukaan kavum uteri tempat implantasi plasenta danukuran rongganya akan
mengecil. Apabila terdapat faktor predisposisi yaitu umur diatas 35 tahun,
paritastinggi, riwayat operasi SC, riwayat kuretase, obesitas dan kehamilan
ganda,maka dapat memicu terjadinya implantasi plasenta abnormal, kala uri tidak
lancar, maupun adanya lobus suksenturiatus. Etiologitersebut menyebabkan
tertinggalnya sebagian plasenta di dalamuterus (retensio sisa plasenta). Sisa
plasenta akan menghalangikontraksi dan retraksi sempurna otot uterus sehingga
terjadisubinvolusi uteri, menghambat penekanan pembuluh darah yangterbuka dan
mengganggu hemostasis (proses penghentian darah)pada tempat implantasi.
Tanpa disertai kontraksi uterus secaraefektif, perdarahan akan berlangsung dengan
cepat, hal ini sesuai pada Ny. N dimana setelah janin lahir dalam waktu30 menit
placenta belum lahir
Penemuan awal kasus retensio sisa plasenta hanya dimungkinkan dengan
melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pemeriksaan
lebih lanjut juga diperlukan pada kasus ini seperti pemeriksaan keadaan fisik,
keadaan umum, pemeriksaan laboratorium (Hb dan golongan darah) serta
pemeriksaan USG untuk melihat kemungkinan adanya retensi sisa plasenta,
gumpalan darah, atau selaput ketuban yang tertinggal menurut DeCherney, 2007;
Sofian, 2011; Nugroho, 2012, yang mana pada Ny. Nsetelah dilakukan
pemeriksaan placenta ditemukan placenta lahir tidak lengkap.
Penatalaksanaan untuk kasus retensio sisa plasenta Kemenkes RI, 2013;
Nugroho, 2012 ; WHO, 2015 dapat dilakukan dengan cara: Observasi keadaan
umum, tanda-tanda vital, perdarahan pervaginam, TFU, dan kontraksi uterus,
Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi dalam pemberian
terapi atau tindakan: Berikan input cairan infus berupa oksitosin 20 unit drip RL
atau NaCl 0,9% 1000 ml 60 tetes/menit agar kontraksi uterus efektif, berikan
antibiotika karena perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika
ampisilin 2 gr IV setiap 6 jam dan metronidazole 500 mg oral setiap 8 jam,
lakukan eksplorasi digital apabila serviks terbuka dan keluarkan bekuan darah dan
jaringan. Apabila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi
sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase. Hal ini
sesuai dengan penalaksanaan retensio sisa placenta pada Ny. N yaitu dengan
pasang double line, drips oxytosin 2 ampul dalam 500 cc RL, injeksi metergin 1
ampul, masukkan misoprostol 3 tab/rektal dan melakukan eksplorasi sisa placenta
sesuai hasil kolaborasi dengan dokter dilakukan kuretase sehingga tidak ada lagi
sisa placenta, kontaksi uterus menjadi keras dan perdarahan berhenti.
Berbagai penatalaksanaan asuhan kebidanan yang komprehensif penting
diberikan agar Ny “N” dapat melewati masa nifas dengan baik dalam kondisi
sehat dan dapat menjalankan peran sebagai ibu dengan optimal. Asuhan dilakukan
secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan masalah yang dialami ibu serta
memperhatikan kenyamanan ibu. Hampir semua tindakan yang dilakukan telah
sesuai dengan konsep managemen asuhan dan tidak ada kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ditemukan dan ibu serta bayi dipulangkan dalam kondisi sehat
dan stabil.