Anda di halaman 1dari 10

2.

9 TEORI MANAGEMEN KEBIDANAN


2.9.1 Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Penemuan – penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah – langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat di aplikasikan dalam semua
situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah – pecah sehingga sesuai dengan
kondisi pasien ( Varney, 2004 ).
2.9.2 Manajemen kebidanan 7 langkah menurut hellen varney
2.9.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data ini
termasuk riwayat kesehatan dan pemriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data
subjektif dan objektif serta data penunjang (Varney, 2004).
1. Data subjektif
Data subjektif menurut nur salam (2003), adalah data yang didapat dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tesebut tidak dapat ditentukan
oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu system interaksi atau
komunikasi, data yang diperoleh yaitu sebagai berikut :
a) Biodata
1) Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien.
Nama harus lengkap dan jelas, bila perlu nama panggilan sehari – hari agar
tidak keliru dalam memberikan pelayanan.
2) Umur : umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat – alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap.
3) Agama : untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama
yang dianut.
4) Suku : untuk mengetahui factor bawaan atau ras serta pengaruh adat – istiadat
atau kebiasaan sehari – hari.
5) Pendidikan : perlu dinyatakan karena tingkat pendidikan berpengaruh pada
pengetahuan, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
6) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal serta mempermudah pemantauan
bila diperlukan.
7) Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi keluarga, karena dapat
mempengaruhi pemenuhan gizi pasien tersebut.
b) Alasan datang / keluhan utama
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan
(Varney, 2004). Keluhan – keluhan yang dirasakan ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini adalah ibu mengatakan mengeluarkan cairan yang merembes melalui
vagina, ada bercak yang banyak divagina, nyeri perut dan demam (Mochtar,
2003).
c) Riwayat haid / menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus, lama, banyaknya, haid teratur atau tidak,
sifat darah, disminorhoe atau tidak (Wheeler, 2004).
d) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan klien dan lamanya perkawinan (Wheeler,
2004).
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Kehamilan : untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan hasil
pemeriksaan kehamilan (Winkjosastro, 2007).
2) Persalinan : spontan atau buatan lahir aterm atau premature ada perdarahan
atau tidak, waktu persalinan di tolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan
(Winkjosastro, 2007).
3) Nifas : untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir hidup, apakah
dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada
masa nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Sujiyatini,
2009).
f) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau
tidak, meliputi :
1) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Digunakan untuk mengetahui umur kehamilan (Winkjosastro, 2007).
2) Hari perkiraan lahir (HPL)
Untuk mengetahui perkiraan lahir (Winkjosastro, 2007).
3) Keluhan – keluhan
Untuk mengetahui keluhan – keluhan pada trimester I, II dan III
(Winkjosastro, 2007).
4) Ante Natal Care (ANC)
Untuk mengetahui riwayat ANC, teratur/tidak, tempat ANC, saat kehamilan
berapa (Sujiyatini, 2009).
g) Riwayat keluarga berencana
Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB, bila pernah disebutkan
alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan lamanya penggunaan, sehingga
dapat diketahui jarak kehamilannya (Nursalam, 2003).
h) Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini (Sujiyatini, 2009).
2) Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit seperti jantung, ginjal,
asma, hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsy atau penyakit lainnya (Sujiyatini,
2009).
3) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti jantung dan DM
(Sujiyatini, 2009).
4) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarga (Sujiyatini,
2009).
5) Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani (Sujiyatini, 2009).
i) Data kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Dikaji untuk menanyakan ibu hamil apakah menjalani diet khusus, bagaimana
nafsu makannya, jumlah makanan, minuman, atau cairan yang masuk
(Alimul, 2006).
2) Personal Hygiene
Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi, keramas, ganti
pakaian (Winkjosastro, 2007).
3) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan BAB yang meliputi
frekuensi dan kosistensi (Alimul, 2006).
4) Aktivitas
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat atau tidur sesuai
kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan kesulitan selama ibu
melakukan istirahat kebutuhan tidur ± 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari. Pola istirahat dan aktivitas ibu selama masa persalinan yang kurang
dapat menyebabkan kelelahan dan berdampak pada timbulnya anemia
(Henderson, 2006).
5) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam, dan berapa jam ibu
istirahat atau tidur siang (Saifuddin, 2006). Ibu bersalin diharapkan istirahat
yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, tidur siang selama 1 –
2 jam dan tidur malam selama 8 jam (Saifuddin, 2006).
j) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, missal wanita
mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa bersalin, sementara
ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2008).
1) Kebiasaan social budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat – istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa bersalin,
misalnya pada kebiasaan pantangan makanan (Ambarwati, 2008).
2) Penggunaan obat – obatan dan jamu atau rokok
Merokok, minum alcohol dan minum obat – obatan tanpa indikasi perlu untuk
diketahui (Winkjosastro, 2007).
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2003). Data objektif meliputi :
a) Status generalis
1) Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang,
jelek (Prihardjo, 2007). Pada kasus ketuban pecah dini keadaan umum pasien
baik (Nugroho, 2010).
2) Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien apakah
composmentis, apatis, somnolen, delirium, semi korna dan koma. Pada kasus
ibu bersalin dengan ketuban pecah dini kesadarannya composmentis (Varney,
2009).
3) Tekanan darah : untuk mengetahui factor resiko hipertensi dan hipotensi.
Batas normalnya 120/80 mmHg (Saifuddin, 2006).
4) Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan febris/infeksi
dengan menggunakan skala derajat celcius. Suhu wanita saat bersalin tidak
lebih dari 38oC (Winkjosastro, 2007). Suhu tubuh pada ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini ≥ 38Oc (Varney, 2009).
5) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit (Saifuddin,
2006). Batas normalnya 69 – 100 x/menit (Perry, 2005).
6) Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 – 22 x/menit (Perry,
2005).
7) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu (Nursalam, 2003).
8) Berat badan : untuk mengetahui berat badan ibu (Nursalam, 2003).
9) LILA : untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu 23,5 cm atau tidak,
termasuk resti atau tidak (Alimul, 2006).
b) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut
sampai ujung kaki meliputi :
1) Kepala
a) Rambut : meliputi warna, mudah rontok/tidak dan kebersihannya
(Nursalam, 2003).
b) Muka : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema.
Pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini muka tampak pucat
(Winkjosastro, 2007).
c) Mata : untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan
sclera warna putih. Pada wanita dengan ketuban pecah dini konjungtiva
pucat (Alimul, 2006).
d) Hidung : bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak (Nursalam, 2003).
e) Telinga : bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak (Nursalam,
2003).
f) Mulut / gigi / gusi : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah
atau tidak (Nursalam, 2003).
2) Leher : ada pembesaran kelenjar thyroid atau tidak, ada benjolan atau tidak,
adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2003).
3) Dada dan axilla : untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak dan kolostrum / ASI sudah keluar
atau belum (Nursalam, 2003).
4) Ekstremitas atas dan bawah
Ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat varices atau tidak
(Winkjosastro, 2007).
5) Pemeriksaan khusus obstetric (lokalis)
a) Abdomen
1) Inspeksi
Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembesaran, ada luka
bekas operasi atau tidak, strie gravidarum, linea nigra, atau alba, ada
luka bekas operasi atau tidak, ada strie atau tidak (Manuaba, 2007).
2) Palpasi
Kontraksi : pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini terjadi
gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan kontraksi uterus
yang ditandai dengan rasa nyeri di bagian perut, ekspresi wajah
meringis, ibu menahan sakit dan keadaan umum lemah (Elzahra,
2012).
(a) Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga dapat
diketahui berat janin, umur kehamilan dan bagian janin apa yang
terjadi di fundus uteri seperti membujur atau akan kosong, jika
posisi janin melintang kepala : bulat pada mempunyai gerakan
pasif (ballottement). Bokong : tidak padat, lunak, tidak
mempunyai gerak aktif (bantuan atau gerak ballottement)
(Manuaba, 2007).
(b) Leopold II : untuk menentukan letak punggung janin dapat
digunakan untuk mendengar detak jantung janin pada puctum
maximum dengan teknik kedua telapak tangan melakukan palpasi
pada sisi kanan dan kiri, bersama-sama bila punggung janin rata,
sedikit melengkung, mungkin teraba tulang iganya tidak terasa
gerak ekstremitas, bila bagian abdomen terasa gerakan ektremitas
(Manuaba, 2007).
(c) Leopold III : untuk menentukan bagian terendah janin, bila teraba
bulat, padat (kepala) dan bila bokong teraba tidak bulat, tidak
keras (Manuaba, 2007).
(d) Leopold IV : pemeriksaan dengan menghadap kearah kaki ibu.
Untuk mengetahui apa yang menjadi bagian bawah dan seberapa
bagian bawah sudah masuk PAP (kedalam rongga panggul)
(Manuaba, 2007).
TBJ : Menurut Mansjoer (2005) TBJ (Tafsiran Berat Janin) dapat
ditentukan berdasarkan Johnson Toschack yang berguna untuk
mengetahui pertimbangan persalinan secara spontan pervaginam.
3) Auskultasi
DJJ (Denyut Jantung Janin) : terdengarnya detak jantung janin
menunjukkan bahwa janin hidup dan tanda pasti kehamilan. Punctum
maximum janin tergantung presentasi, posisi, dan kehamilan kembar,
biasanya pada daerah punggung janin. Frekuensi diatas 120 – 160
x/menit keteraturan denyut jantung janin menunjukkan keseimbangan
asam basa atau kurang O2 pada janin (Manuaba, 2007). Pada kasus ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini dapat dilakukan auskultasi dengan
stetoskop, laence atau stetoskop ultrasonic (Doppler) untuk penentusn
tekanan darah dan DJJ.
b) Pemeriksaaan Panggul
1) Kesan panggul
Dapat diketahui melalui pelviometri rontgen atau melalui pengukuran
panggul penting untuk diketahui kesan panggul ini untuk perencanaan
pesalinan pervaginam ada 4 kesan panggul ginekoid, platipeloid,
anthropoid, dan android, tapi paling baik untuk wanita ginekoid agar
dapat persalinan pervaginam (Farrer, 2004).
2) Distansia spinarum
Jarak antara kedua spina iliaka anterior, superior sinistra dan dekstra.
Ukuran ± 24 cm -26 cm (Farrer, 2004).
3) Distansia kristarum
Jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista
iliaka sinistra dan dekstra. Ukuran ± 28 cm – 30 cm (Farrer, 2004).
4) Conjungtiva eksterna (boudeloque)
Jarak antara bagian atas simfisis ke prosessus spinosus lumbal 5.
Ukuran ± 18 cm (Farrer, 2004).
5) Lingkar panggul
Jarak antara tepi atas simfisis pubis superior kemudian ke lumbal ke
lima kembali ke sisi sebelahnya sampai kembali ke tepi atas simpisis
pubis diukur dengan metlin normalnya 80 – 90 cm (Sumarah, 2008).
c) Anogenital
1) Vulva vagina
(a) Varices : ad avarices atau tidak, oedema atau tidak.
(b) Luka : ada luka bekas operasi atau tidak
(c) Kemerahan : ada kemerahan atau tidak
(d) Nyeri : ada nyeri tekan atau tidak
(e) Pengeluaran pervaginam : terjadi pengeluaran pervaginam atau
tidak. Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini keluar
cairan ketuban merembes melalui vagina.
2) Perineum
(a) Bekas luka : ada bekas luka di perineum atau tidak.
(b) Lain – lain : ada bekas luka lain atau tidak
3) Anus :
(a) Haemorhoid : terjadi haemorhoid atau tidak
(b) Lain – lain : terdapat kelainan lain pada anus atau tidak
d) Inspekulo
1) Vagina : ada benjolan atau tidak, ada kemerahan serta infeksi atau
tidak.
2) Portio : ada erosi atau tidak
e) Vaginal Toucher
Presentasi : untuk mengetahui presentasi janin adalah kepala atau bokong.
3. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan.
Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan HB dan Papsmear. Dalam
kasus ini pemeriksaan penunjang dilakukan, yaitu dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium meliputi tes lakmus, tes pakis dan pemeriksaan USG (Nugroho, 2010).
2.9.2.2 Interprestasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnose tujuannya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
(Varney, 2004).
2.9.2.3 Diagnosa
2.9.2.3.1 Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek
kebidanan (Varney, 2004).
Diagnosa Ny. X, G……. P……. A…… umur ibu ……. Tahun, umur hamil ………
minggu, janin tunggal / kembar, hidup/mati, intrauterine / ekstrauterin, letak
memanjang/melintang, punggung kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, UUK, jam
….., Inpartu kala ……. Fase …… dengan ketuban pecah dini. Data subjektif : Ibu
mengatakan mengeluarkan lendir kecoklatan dan air ketuban sudah tidak pecah
(Varney, 2004). Data objektif Menurut Varney (2004), data objektif meliputi :
a) Keadaan umum ibu bersalin dengan ketuban pecah dini baik.
b) Kesadaran ibu bersalin degan ketuban pecah dini composmentis
c) TTV : Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 69 – 100 x/menit, Respirasi : 12 –
22 x/menit
Suhu : ≥ 38oC, Muka : Tampak pucat, Konjungtiva : Merah muda
d) PPV : Keluar cairan ketuban merembes melalui vagina
2.9.2.3.2 Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien. Masalah
yang sering muncul pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu ibu tampak
gelisah dan cemas menghadapi persalinan (Nursalam, 2003).
2.9.2.3.3 Kebutuhan
kebutuhan merupakan hal – hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa data (Varney, 2004).
Menurut Manuaba (2007), kebutuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
adalah
a) Informasi tentang keadaan ibu
b) Informasi tentang makanan bergizi dan cukup kalori
c) Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan
2.9.2.3.4 Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan
diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar – benar
terjadi (Varney, 2004).
Diagnosa potensial yang terjadi pada kasus ketuban pecah dini adalah terjadinya
resiko infeksi dan komplikasi yang mengancam kehidupan ibu dan bayinya serta
pengeluaran cairan dalam berlebihan dalam jumlah besar yang terus menerus
(Varney, 2004).
2.9.2.4 Antisipasi / Intervensi
Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai denga prioritas
masalah atau kebutuhan dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang
dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya,
bidan juga harus merumuskan tindakan emergency segera. Dalam rumusan ini termasuk
tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat
rujukan (Varney, 2004).
Antisipasi yang dilakukan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu dengan
menaikkan incidensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan spontan akan
menaikkan insidensi chorioamnionitis (Manuaba, 2008).
2.9.2.5 Rencana Tindakan
Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh
dengan tepat dan berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya. Rencana
tindakan yang dapat dilakukan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini adalah
sebagai berikut :
1. Memantau suhu, nadi, dan DJJ setiap 4 jam (Varney, 2004).
2. Evaluasi nyeri tekan uterus setiap hari (Varney, 2004).
3. Hitung sel darah putih dengan hitung jenis setiap hari atau setiap dua hari (Varney,
2004).
4. Apabila muncul tanda atau gejala koriamnionitis segera berkonsultasi dengan dokter
(Varney, 2004).
5. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur
6. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 jam sampai
24 jam, bila tidak terjadi his spontan
7. Pada usia kehamilan 24 sampai 32 minggu saat berat janin cukup, perlu
dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin
tidak dapat diselamatkan. Jika persalinan menuju ke premature maka dilakukan
seksio sesaria.
8. Pemeriksaan USG untuk mengukur distansia biparental dan perlu melakukan aspirasi
air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan.
2.9.2.6 Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang bidan dilaksanakan oleh
semua bida atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Varney,
2004). Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat.
2.9.2.7 Evaluasi
Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi pemenuhan
kebutuhan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2004).
Evaluasi pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu :
1. Infeksi tidak terjadi dan tanda – tanda vital sign dalam batas normal (Saifuddin,
2002).
2. Ibu dan bayinya selamat (Ida Ayu, 2010)
3. Persalinan dapat berjalan dan berhasil dengan baik (Ida Ayu, 2010)
2.9.3 Data Perkembangan (SOAP)
Menurut Varney (2004), pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang
telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu :
2.9.3.1 S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa
2.9.3.2 O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan
test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment.
2.9.3.3 A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subjektif dan
objektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa / masalah serta antisipasi masalah
potensial.
2.9.3.4 P : Planning
Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment.

Anda mungkin juga menyukai