2.9.1 Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan – penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004). Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah – langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap sehingga dapat di aplikasikan dalam semua situasi, akan tetapi setiap langkah tersebut bisa dipecah – pecah sehingga sesuai dengan kondisi pasien ( Varney, 2004 ). 2.9.2 Manajemen kebidanan 7 langkah menurut hellen varney 2.9.2.1 Pengkajian Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data ini termasuk riwayat kesehatan dan pemriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif serta data penunjang (Varney, 2004). 1. Data subjektif Data subjektif menurut nur salam (2003), adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tesebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu system interaksi atau komunikasi, data yang diperoleh yaitu sebagai berikut : a) Biodata 1) Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien. Nama harus lengkap dan jelas, bila perlu nama panggilan sehari – hari agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan. 2) Umur : umur dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat – alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. 3) Agama : untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama yang dianut. 4) Suku : untuk mengetahui factor bawaan atau ras serta pengaruh adat – istiadat atau kebiasaan sehari – hari. 5) Pendidikan : perlu dinyatakan karena tingkat pendidikan berpengaruh pada pengetahuan, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. 6) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal serta mempermudah pemantauan bila diperlukan. 7) Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi keluarga, karena dapat mempengaruhi pemenuhan gizi pasien tersebut. b) Alasan datang / keluhan utama Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan (Varney, 2004). Keluhan – keluhan yang dirasakan ibu bersalin dengan ketuban pecah dini adalah ibu mengatakan mengeluarkan cairan yang merembes melalui vagina, ada bercak yang banyak divagina, nyeri perut dan demam (Mochtar, 2003). c) Riwayat haid / menstruasi Untuk mengetahui menarche, siklus, lama, banyaknya, haid teratur atau tidak, sifat darah, disminorhoe atau tidak (Wheeler, 2004). d) Riwayat perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan klien dan lamanya perkawinan (Wheeler, 2004). e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu 1) Kehamilan : untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan kehamilan (Winkjosastro, 2007). 2) Persalinan : spontan atau buatan lahir aterm atau premature ada perdarahan atau tidak, waktu persalinan di tolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan (Winkjosastro, 2007). 3) Nifas : untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada masa nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya (Sujiyatini, 2009). f) Riwayat kehamilan sekarang Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau tidak, meliputi : 1) Hari pertama haid terakhir (HPHT) Digunakan untuk mengetahui umur kehamilan (Winkjosastro, 2007). 2) Hari perkiraan lahir (HPL) Untuk mengetahui perkiraan lahir (Winkjosastro, 2007). 3) Keluhan – keluhan Untuk mengetahui keluhan – keluhan pada trimester I, II dan III (Winkjosastro, 2007). 4) Ante Natal Care (ANC) Untuk mengetahui riwayat ANC, teratur/tidak, tempat ANC, saat kehamilan berapa (Sujiyatini, 2009). g) Riwayat keluarga berencana Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB, bila pernah disebutkan alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan lamanya penggunaan, sehingga dapat diketahui jarak kehamilannya (Nursalam, 2003). h) Riwayat penyakit 1) Riwayat penyakit sekarang Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini (Sujiyatini, 2009). 2) Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit seperti jantung, ginjal, asma, hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsy atau penyakit lainnya (Sujiyatini, 2009). 3) Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti jantung dan DM (Sujiyatini, 2009). 4) Riwayat keturunan kembar Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarga (Sujiyatini, 2009). 5) Riwayat operasi Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani (Sujiyatini, 2009). i) Data kebiasaan sehari-hari 1) Nutrisi Dikaji untuk menanyakan ibu hamil apakah menjalani diet khusus, bagaimana nafsu makannya, jumlah makanan, minuman, atau cairan yang masuk (Alimul, 2006). 2) Personal Hygiene Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian (Winkjosastro, 2007). 3) Eliminasi Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan BAB yang meliputi frekuensi dan kosistensi (Alimul, 2006). 4) Aktivitas Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat atau tidur sesuai kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan kesulitan selama ibu melakukan istirahat kebutuhan tidur ± 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Pola istirahat dan aktivitas ibu selama masa persalinan yang kurang dapat menyebabkan kelelahan dan berdampak pada timbulnya anemia (Henderson, 2006). 5) Istirahat Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam, dan berapa jam ibu istirahat atau tidur siang (Saifuddin, 2006). Ibu bersalin diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, tidur siang selama 1 – 2 jam dan tidur malam selama 8 jam (Saifuddin, 2006). j) Data Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, missal wanita mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa bersalin, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2008). 1) Kebiasaan social budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat – istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa bersalin, misalnya pada kebiasaan pantangan makanan (Ambarwati, 2008). 2) Penggunaan obat – obatan dan jamu atau rokok Merokok, minum alcohol dan minum obat – obatan tanpa indikasi perlu untuk diketahui (Winkjosastro, 2007). 2. Data Objektif Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2003). Data objektif meliputi : a) Status generalis 1) Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek (Prihardjo, 2007). Pada kasus ketuban pecah dini keadaan umum pasien baik (Nugroho, 2010). 2) Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien apakah composmentis, apatis, somnolen, delirium, semi korna dan koma. Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini kesadarannya composmentis (Varney, 2009). 3) Tekanan darah : untuk mengetahui factor resiko hipertensi dan hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg (Saifuddin, 2006). 4) Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan febris/infeksi dengan menggunakan skala derajat celcius. Suhu wanita saat bersalin tidak lebih dari 38oC (Winkjosastro, 2007). Suhu tubuh pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini ≥ 38Oc (Varney, 2009). 5) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 69 – 100 x/menit (Perry, 2005). 6) Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 – 22 x/menit (Perry, 2005). 7) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu (Nursalam, 2003). 8) Berat badan : untuk mengetahui berat badan ibu (Nursalam, 2003). 9) LILA : untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu 23,5 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak (Alimul, 2006). b) Pemeriksaan sistematis Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki meliputi : 1) Kepala a) Rambut : meliputi warna, mudah rontok/tidak dan kebersihannya (Nursalam, 2003). b) Muka : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema. Pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini muka tampak pucat (Winkjosastro, 2007). c) Mata : untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan sclera warna putih. Pada wanita dengan ketuban pecah dini konjungtiva pucat (Alimul, 2006). d) Hidung : bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak (Nursalam, 2003). e) Telinga : bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak (Nursalam, 2003). f) Mulut / gigi / gusi : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak (Nursalam, 2003). 2) Leher : ada pembesaran kelenjar thyroid atau tidak, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2003). 3) Dada dan axilla : untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak dan kolostrum / ASI sudah keluar atau belum (Nursalam, 2003). 4) Ekstremitas atas dan bawah Ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat varices atau tidak (Winkjosastro, 2007). 5) Pemeriksaan khusus obstetric (lokalis) a) Abdomen 1) Inspeksi Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembesaran, ada luka bekas operasi atau tidak, strie gravidarum, linea nigra, atau alba, ada luka bekas operasi atau tidak, ada strie atau tidak (Manuaba, 2007). 2) Palpasi Kontraksi : pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini terjadi gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan kontraksi uterus yang ditandai dengan rasa nyeri di bagian perut, ekspresi wajah meringis, ibu menahan sakit dan keadaan umum lemah (Elzahra, 2012). (a) Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga dapat diketahui berat janin, umur kehamilan dan bagian janin apa yang terjadi di fundus uteri seperti membujur atau akan kosong, jika posisi janin melintang kepala : bulat pada mempunyai gerakan pasif (ballottement). Bokong : tidak padat, lunak, tidak mempunyai gerak aktif (bantuan atau gerak ballottement) (Manuaba, 2007). (b) Leopold II : untuk menentukan letak punggung janin dapat digunakan untuk mendengar detak jantung janin pada puctum maximum dengan teknik kedua telapak tangan melakukan palpasi pada sisi kanan dan kiri, bersama-sama bila punggung janin rata, sedikit melengkung, mungkin teraba tulang iganya tidak terasa gerak ekstremitas, bila bagian abdomen terasa gerakan ektremitas (Manuaba, 2007). (c) Leopold III : untuk menentukan bagian terendah janin, bila teraba bulat, padat (kepala) dan bila bokong teraba tidak bulat, tidak keras (Manuaba, 2007). (d) Leopold IV : pemeriksaan dengan menghadap kearah kaki ibu. Untuk mengetahui apa yang menjadi bagian bawah dan seberapa bagian bawah sudah masuk PAP (kedalam rongga panggul) (Manuaba, 2007). TBJ : Menurut Mansjoer (2005) TBJ (Tafsiran Berat Janin) dapat ditentukan berdasarkan Johnson Toschack yang berguna untuk mengetahui pertimbangan persalinan secara spontan pervaginam. 3) Auskultasi DJJ (Denyut Jantung Janin) : terdengarnya detak jantung janin menunjukkan bahwa janin hidup dan tanda pasti kehamilan. Punctum maximum janin tergantung presentasi, posisi, dan kehamilan kembar, biasanya pada daerah punggung janin. Frekuensi diatas 120 – 160 x/menit keteraturan denyut jantung janin menunjukkan keseimbangan asam basa atau kurang O2 pada janin (Manuaba, 2007). Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dapat dilakukan auskultasi dengan stetoskop, laence atau stetoskop ultrasonic (Doppler) untuk penentusn tekanan darah dan DJJ. b) Pemeriksaaan Panggul 1) Kesan panggul Dapat diketahui melalui pelviometri rontgen atau melalui pengukuran panggul penting untuk diketahui kesan panggul ini untuk perencanaan pesalinan pervaginam ada 4 kesan panggul ginekoid, platipeloid, anthropoid, dan android, tapi paling baik untuk wanita ginekoid agar dapat persalinan pervaginam (Farrer, 2004). 2) Distansia spinarum Jarak antara kedua spina iliaka anterior, superior sinistra dan dekstra. Ukuran ± 24 cm -26 cm (Farrer, 2004). 3) Distansia kristarum Jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Ukuran ± 28 cm – 30 cm (Farrer, 2004). 4) Conjungtiva eksterna (boudeloque) Jarak antara bagian atas simfisis ke prosessus spinosus lumbal 5. Ukuran ± 18 cm (Farrer, 2004). 5) Lingkar panggul Jarak antara tepi atas simfisis pubis superior kemudian ke lumbal ke lima kembali ke sisi sebelahnya sampai kembali ke tepi atas simpisis pubis diukur dengan metlin normalnya 80 – 90 cm (Sumarah, 2008). c) Anogenital 1) Vulva vagina (a) Varices : ad avarices atau tidak, oedema atau tidak. (b) Luka : ada luka bekas operasi atau tidak (c) Kemerahan : ada kemerahan atau tidak (d) Nyeri : ada nyeri tekan atau tidak (e) Pengeluaran pervaginam : terjadi pengeluaran pervaginam atau tidak. Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini keluar cairan ketuban merembes melalui vagina. 2) Perineum (a) Bekas luka : ada bekas luka di perineum atau tidak. (b) Lain – lain : ada bekas luka lain atau tidak 3) Anus : (a) Haemorhoid : terjadi haemorhoid atau tidak (b) Lain – lain : terdapat kelainan lain pada anus atau tidak d) Inspekulo 1) Vagina : ada benjolan atau tidak, ada kemerahan serta infeksi atau tidak. 2) Portio : ada erosi atau tidak e) Vaginal Toucher Presentasi : untuk mengetahui presentasi janin adalah kepala atau bokong. 3. Pemeriksaan penunjang Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan HB dan Papsmear. Dalam kasus ini pemeriksaan penunjang dilakukan, yaitu dengan melakukan pemeriksaan laboratorium meliputi tes lakmus, tes pakis dan pemeriksaan USG (Nugroho, 2010). 2.9.2.2 Interprestasi Data Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnose tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2004). 2.9.2.3 Diagnosa 2.9.2.3.1 Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2004). Diagnosa Ny. X, G……. P……. A…… umur ibu ……. Tahun, umur hamil ……… minggu, janin tunggal / kembar, hidup/mati, intrauterine / ekstrauterin, letak memanjang/melintang, punggung kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, UUK, jam ….., Inpartu kala ……. Fase …… dengan ketuban pecah dini. Data subjektif : Ibu mengatakan mengeluarkan lendir kecoklatan dan air ketuban sudah tidak pecah (Varney, 2004). Data objektif Menurut Varney (2004), data objektif meliputi : a) Keadaan umum ibu bersalin dengan ketuban pecah dini baik. b) Kesadaran ibu bersalin degan ketuban pecah dini composmentis c) TTV : Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 69 – 100 x/menit, Respirasi : 12 – 22 x/menit Suhu : ≥ 38oC, Muka : Tampak pucat, Konjungtiva : Merah muda d) PPV : Keluar cairan ketuban merembes melalui vagina 2.9.2.3.2 Masalah Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien. Masalah yang sering muncul pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan (Nursalam, 2003). 2.9.2.3.3 Kebutuhan kebutuhan merupakan hal – hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa data (Varney, 2004). Menurut Manuaba (2007), kebutuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini adalah a) Informasi tentang keadaan ibu b) Informasi tentang makanan bergizi dan cukup kalori c) Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan 2.9.2.3.4 Diagnosa Potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar – benar terjadi (Varney, 2004). Diagnosa potensial yang terjadi pada kasus ketuban pecah dini adalah terjadinya resiko infeksi dan komplikasi yang mengancam kehidupan ibu dan bayinya serta pengeluaran cairan dalam berlebihan dalam jumlah besar yang terus menerus (Varney, 2004). 2.9.2.4 Antisipasi / Intervensi Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai denga prioritas masalah atau kebutuhan dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2004). Antisipasi yang dilakukan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu dengan menaikkan incidensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis (Manuaba, 2008). 2.9.2.5 Rencana Tindakan Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan tepat dan berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini adalah sebagai berikut : 1. Memantau suhu, nadi, dan DJJ setiap 4 jam (Varney, 2004). 2. Evaluasi nyeri tekan uterus setiap hari (Varney, 2004). 3. Hitung sel darah putih dengan hitung jenis setiap hari atau setiap dua hari (Varney, 2004). 4. Apabila muncul tanda atau gejala koriamnionitis segera berkonsultasi dengan dokter (Varney, 2004). 5. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur 6. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan pada selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan 7. Pada usia kehamilan 24 sampai 32 minggu saat berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan. Jika persalinan menuju ke premature maka dilakukan seksio sesaria. 8. Pemeriksaan USG untuk mengukur distansia biparental dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan. 2.9.2.6 Pelaksanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang bidan dilaksanakan oleh semua bida atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Varney, 2004). Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat. 2.9.2.7 Evaluasi Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2004). Evaluasi pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu : 1. Infeksi tidak terjadi dan tanda – tanda vital sign dalam batas normal (Saifuddin, 2002). 2. Ibu dan bayinya selamat (Ida Ayu, 2010) 3. Persalinan dapat berjalan dan berhasil dengan baik (Ida Ayu, 2010) 2.9.3 Data Perkembangan (SOAP) Menurut Varney (2004), pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu : 2.9.3.1 S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa 2.9.3.2 O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment. 2.9.3.3 A : Assesment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa / masalah serta antisipasi masalah potensial. 2.9.3.4 P : Planning Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment.