Anda di halaman 1dari 11

PENGKAJIAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGI

(MANAJEMEN 7 LANGKAH VARNEY)

PENGANTAR
Setelah melahirkan ibu perlu dikaji dan diobservasi terhadap kemungkinan adanya perdarahan atau
infeksi postpartum.Keamanan ibu tergantung pada pengkajian yang kontinu dan intervensi dari
bidan yang siaga.

MANAJEMEN 7 LANGKAH VARNEY

No Register :
Tanggal & Masuk :
Tanggal & Jam Pengkaji :
Nama Pengkaji :
Tempat Pengkajian :

1. LANGKAH 1 : PENGKAJIAN DATA


Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data,mengelompokan data dan
menganalisa data sehingga dapat diketahu masalah dan keadaan klien. Pada langkah ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Data-data yang dikumpulkan meliputi :
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS/BIODATA KLIEN/SUAMI
Memuat identitas klien dan suami meliputi nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor telepon, penghasilan.
 Nama: untuk mengetahui identitas klien.
 Umur: perlu di ketahui untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dengan tindakan
yang akan di lakukan pada ibu. Umur sangat berpengaruh terhadap perubahan fifik,
psikologi dan sosial termasuk yang di alami klien, termasuk masalah – masalah yang
menyertai dalam rentang waktu tersebut. Usia yang rentan dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun
 Suku / bangsa: perlu di ketahui untuk mengidentifikasi kebiasaan adat atau budaya dan
karakter masyarakat.
 Agama: berkaitan dengan keyakinan yang di anut klien.
 Pendidikan : Untuk mengetahui bagaimana tingkat intelektual klin dan suami karena
pendidikan mempengaruhi perilakuk kesehatan.
 Pekerjaan: berkaitan dengan tingkat pedapatan dan status sosial klien, yang akan
berpengaruh pada tingkat kesehatan dan gaya hidupnya.
 Alamat: untuk mengetahui lingkungan dan tempat tinggal klien.
 No telpon: agar bisa menghubungi klien sewaktu – waktu jika di perlukan.
 Penghasilan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi klien dan suami karena tingkat ekonomi
mempengaruhi perilaku kesehatan.

2. STATUS KESEHATAN
a. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal atau alasan yang mendorong klien datang ke Bidan/Pelayanan
Kesehatan. Misal :
- Ibu mengatakan perutnya mules-mules.
- Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini
sering terjadi saat minggu-minggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009 ; h.92),
- Nyeri luka jahitan baik episiotomi maupun luka bekas SC. Diikuti dengan skala nyeri 1-10.
- Nafsu makan menurun, tidak bisa BAB/BAK,perasaan sedih,kawatir,cemas,dll tergantung
dari keluhan masing-masing klien.
b. Riwayat Menstruasi
Meliputi aminorea, menarche, siklus, lama, banyaknya,warna, teratur/tidak, sifat darah, flour
albus ya/tidak, dysmenorhea ya/tidak, HPHT. Hali ini untuk mengetahu apakah alat
reproduksi klien dalam kondisi baik/ ada masalah.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu.
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas
ini(Ambarwati, 2009;h.133)
2. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya seperti Jantung,
Ginjal, Asma/TBC, Hepatitis, D.M, Hipertensi, Epilepsi, PMS, Lain-lain. (Ambarwati,
2009;h.133)
3. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya (Ambarwati, 2009;h.133).
d. Riwayat perkawinan
Ditanya pada klien untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawoinan terhadap
masalah kesehtan. Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses kehamilanya (Ambarwati, 2009 ; h.133). Usia saat
menikah.

e. Riwayat Obstetrik
1. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
No Sua Hamil Persalinan Nifas Ana Ket
mi k
Ke-
UK Penyuli Tgl & Jenis Penol Penyuli ASI Penyulit JK BB PB Umur
t/Komp Tahun persal ong t/Komp
likasi Persali inan likasi
nan

2. Riwayat Kehamilan Sekarang


Yang dikaji adalah Tempat ANC,Berapa kali,Pertama kali periksa UK berapa, pernahkah
USG atau tidak, Keluhan yang dirasaakan saat hamil (tiap trimester) ,bagaimana
mengatasinya,Gerakan petama kali dirasakan, Terapi obat/Vitamin yang pernah diminum,
Imunisasi TT berapa kali.
3. Riwayat Persalinan Sekarang
Yang dikaji adalah Jenis persalinan, Tanggal, Jam, Keadaan anak, Nilai APGAR, Cacat
bawaan ada atau tidak , Jenis Kelamin, Panjang Badan, Berat Badan, Ketuban pecah dini
atau tidak,jernih atau keruh,Lama Persalinan tiap kala, Plasenta lahir, Berat , Panjang
tali pusat, Kondisi Perineum, Jumlah perdarahan, Penyulit atau komplikasi, Rawat gabung,
Ambulasi
f. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi , alasan berhenti serta rencana KB
setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa dan kapan (Ambarwati, 2009;h.134).
g. Pola Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari
1. Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi
yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air
susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan
banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan
gizi sebagai berikut :
a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
d. Pil zat besi setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI. (Saleha, 2009; hal. 71-72).
2.    Pola eliminasi
a. Pola sekresi yaitu kebiasaan BAB meliputi frekuensi, konsistensi serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2009 ; h.136).
b. Ibu diminta untuk BAK minimal 6 jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum
ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola
buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada
hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perektal
( Saleha, 2009,h;73).
c. Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pecernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
colon menjadi kosong. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit
atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. (Ambarwati,
2009;h.80)
3.  Pola istirahat
Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat kesembuhan (Ambarawati, 2009 ; h.136). Istirahat yang cukup untuk ibu
masa nifas yaitu pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat
pada ibu nifas dapat berakibat :
a. Mengurangi jumlah ASI
b. Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan
c. Depresi (Suherni dkk, 2009 ; h.104-105)
4. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. (Saleha, 2009;
h.73). Yang dikaji berapa kali mandi/hari, keramas, gosok gigi, dan cara vulva hygien
nya serta berapa kali ganti pembalut tiap hari.
5.Pola Aktivitas
Dikaji untuk mengetahui jenis aktivitas sehari-hari. Mobilisasi dilakukan setelah 2 jam
post partum. Ibu boleh miring kanan dan miring kiri, Duduk dan kemudian
berjalan.

6. Pola seksual
Aktivitas seksual dapat dilakukan dengan syarat :
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Saleha, 2009 ; h.75)
h. Pengetahuan Ibu
Yang perlu dikaji misalnya pengetahuan ibu tentang menyusui, perawatan nifas, senam nifas, dll.
i. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu
(Ambarwati, 2009;h.134). Dapat berisi : Tanggapan ibu terhadap kelahiran anaknya, Adakah
Dukungan Suami dan keluarga, siapakah pengambil keputusan di keluarga dan
ekonomi dalam taraf apa.
j. Data Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan
(Ambarwati, 2009 : h.134)

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik, cukup atau lemah.
Kesadaran : compos mentis, apatis, samnolen, dellirium, coma.
TD : 110/70 – 130/80 mmHg (kenaikan sistol tidak lebih dari 30 mmHg,
distole tidak lebih dari 15 mmHg)
Nadi : 80 – 100 x/menit
RR : 16 – 24 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
BB Sebelum melahirkan dan sesudah : Cenderung mengalami penurunan
Tinggi Badan : >145 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Rambut : kaji kebersihan, tidak berketombe, tidak rontok tampak sehat, adakah
benjolan
Muka : kaji adakah oedem, tidak pucat, cloasma gravidarun ada/tidak, kelopak mata
simetris, tidak cekung, sclera tampak putih/tidak ikterus, conjungtiva merah
muda.
Hidung : Kaji adakah sekeret, tidak ada pernafasan cuping hidung, penciuman normal,
tidak ada polip.
Mulut : Kaji adakah bibir tidak kering, lembab, tidak pucat, gigi tampak bersih dan
tidak caries, stomatitis ada/tidak, , lidah bersih/kotor.
Telinga : Kaji bentuk Simetris, tidak ada sekret, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Kaji adakah pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Dada : Kaji Bentuk simetris/tidak, adakah retraksi dada, pernafasan teratur, tidak ada
mengi atau ronchi dan suara tambahan.
Ketiak : Kaji adakah benjolan abnormal, tidak ada luka, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.
Payudara : Kaji bentuk simetris dan membesar, areola hiperpigmentasi, puting susu
menonjol/datar/tenggelam, kolostrum sedah keluar/belum, tidak ada
benjolan abnormal, konsistensi lembek/tegang.
Abdomen : Kaji adakah bekas luka operasi, jika ada luka Sc kondisi balutan bersih/tidak,
adakah rembesan darah/pus, ada tanda infeksi atau tidak, adakah
hiperpigmentasi,adakah strie gravidarum,TFU, UC,Konsistensi, Kandung
kemih, Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus
abdominis akibat pembesaran uterus. Jika dipalpasi ,regangan ini menyerupai
celah memanjang dari prosessus Xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat
diukur panjang dan lebarnya.Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali
seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah
dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat
kepala, tidak diganjal. Kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
Genetalia : Kaji tentang Bersih/tidak, adakah benjolan/tumor/condiloma/odema dan
varises,terdapat luka episietomi, masih basah/sudah kering,adakah tanda
infeksi, adakah luka parut , Pengeluaran lochea apa, berapa banyak, bau
busuk.tidakem, tidak ada kelainan lainya?.
Anus : Kaji adakah hemmoroid, kondisi bersih atau tidak.
Ekstrimitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada varices, tidak ada oedem, Reflek patella
+/+, tanda Homan negatif/positif.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium : Misal HB, Gologan darah, Protein urin dan glukosa urin
Tes radiologi,USG, dll

II. LANGKAH 2 :INTERPRESTASI DATA


Penentuan diagnosa dan masalah sesuai dengan kondisi klien. Diagnosa dapat ditegakkan yang
berkaitan dengan Para, Abortus, anak hidup, dan keadaan nifas. Misal P2001 dengan Post partum
fisiologi hari ke-2 dengan masalah Bendungan ASI.
Data dasar meliputi :
1)   Data subjektif : Data fokus yang didapat dari anamnesa pasien
2)   Data objektif : Data fokus yang didapat dari hasil pemeriksaan. (Soepardan, 2008;h.99)

III. LANGKAH 3 : ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Pada langkah ini mengidentifikasi maslah/diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
kegiatan dan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
mungkin dilakukan pencegahan.

III. LANGKAH 4 : IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera
bersama anggota tim kesehatan lainya sesuai dengan kondisi klien, melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli
perawat klinis (Soepardan, 2008;h.100).

V. LANGKAH 5 : INTERVENSI
Pada langkah ini di rencanakan asuhan menyeluruh. Di tentukan oleh langkah sebelumnya.
Langkah in merupakan kelanjutan dari diagnosa yang telah di identifikasi. Dari asuhan yang di buat,
di tetapkan beberapa intervensi dengan rasional meliputi ;
1. Penjelasan hasil pemeriksaan
2. Terapi dan asuhan
3. Observasi/evaluasi/deteksi dini
4. Pendidikan kesehatan
5. Konseling
6. Kolaborasi (bila diperlukan)
7. Rujukan (bila diperlukan)
8. Tindak lanjut
Contoh :
1. Beritahu ibu tetang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
R/ : Penjelasan hasil pemeriksaan dapat membuat ibu menjadi tahu tentang kondisi dirinya
normal atau tidak
2. Jelaskan keluhan yang dirasakan oleh ibu
R/ : Penjelasan tentang keluhan yang dirasakan dapat mengurangi rasa cemas dan menambah
pengetahuan ibu.
3. Anjurkan pada ibu untuk makan menu seimbang dan minum minimal 3 liter perhari.
R/: Pemenuhan gizi seimbang dan jumlah minum yang dikonsumsi ibu nifas dapat membantu
proses involusi dan mempelancar produksi ASI.
4. Beritahu pada ibu pentingnya istirahat tidur.
R/: Istirahat merupakan kebutuhan dimasa nifas yang dapat membatu proses involusi dan
mempelancar produksi ASI.
5. Beritahu pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan merawat bayi sehari – hari.
R:/ Pengetahuan tentang cara merawat bayi sehari hari dapat membantu ibu menrawat bayinya di
rumah secara mandiri dan membantu peran baru sebagai seorang Ibu.
6. Ajarkan pada ibu pengeluaran ASI jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi atau ibu merasa
payudara penuh.
R:/ Pengosongan ASI dapat mencegah ibu terjadi bendungan ASI, mastitis atau abses payudara
7. Beritahu ibu untuk tetap hanya memberikan ASI secara esklusif pada bayinya
R:/ Pemberian ASI ekslusif adalah yang terbaik untuk nutrisi bayinya..
8. Beri HE kepada ibu tentang:
- Perawatan payudara
Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara.
R/ : Perawatan payudara penting untuk mempelancar ASI dan mencegah terjadinya bendungan
ASI,dll
- Mobilisasi.
Anjurkan ibu untuk miring ke kanan atau ke kiri atau jalan – jalan.
R/ : dapat mengalihkan rasa nyeri dan mempercepat proses penurunanan kepala.
- Relaksasi.
Anjurkan ibu untuk nafas panjang setiap kali merasa nyeri
R/ : dapat mengurangi rasa nyeri pada ibu.
- Eliminasi.
Anjurkan kepada ibu untuk kosongkan kandung kencing dan ajarkan cara vulva hygiene
R/ : kandung kencing yang penuh dapat memperlambat proses involusi dan vulva hygiene dapat
mencegah infeksi.
- Dan KIE/HE lainya sesuai dengan kebutuhan Ibu
9. Lakukan observasi ibu TTV, puerperium dan luka jahitan.
R/ : Dengan observasi dapat mengetahui keadaan umum ibu dan mendeteksi dini adanya
komplikasi nifas.
10. Beritahukan kepada ibu tentang tanda – tanda bahaya masa nifas
R/ : Menambah pengetahuan ibu dan jika terjadi ibu dapat memberitahukan kepada petugas
kesehatan sewaktu-waktu.
11. Berikan terapi analgesik dan antibiotik serta FE dan vitamin A 200.000 iu/po
R/ : analgesik diberikan untuk mengurangi nyeri; jika antibiotik mencagah infeksi;Fe untuk
penambah darah dan Vit.A untuk memberikan vitamin A kepada bayinya yang diberikan melalui
ibunya.

VI. LANGKAH 6: IMPLEMENTASI


Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan disesuaikan dengan
prioritas. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bekerjasama dengan Tim
kesehatan lainya. (Soepardan, 2008;h.102). Misal :
1. Memberitahu ibu tetang hasil pemeriksaan bahwa ibu masih dalam keadaan normal yaitu TD
100/70 mmHg, Pernafasan 22 x/menit, nadi 88 x /menit, Suhu 36 0c
2. Menjelaskan keluhan yang dirasakan oleh ibu bahwa Ny.S dalam keadaan normal karena
payudara tidak terlihat bengkak, jika menyusui ASI dikeluarkan tidak mengalami demam.
3. Menganjurkan pada ibu untuk mendapat cukup makanan dan cairan dengan diit berimbang yaitu
karbohidrat (nasi, jagung, kentang), protein (ikan, telur, tempe, tahu) vitamin yang cukup (buah
dan sayur), dan minum sedikitnya 3 liter air tiap hari.
4. Memberitahu pada ibu pentingnya istirahat tidur yaitu dengan mengatur kegiatan rumahnya
sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira – kira 2 jam dan malam 7 – 8
jam.
5. Memberitahu pada ibu mengenai asuhan pada bayi, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari – hari yaitu dengan cara bayi harus selalu diberi ASI minimal 2-3 jam, selalu menjaga
kebersihan, kehangatan, dan keamanan bayi dengan mengganti popok bayi sesuai keperluan,cuci
tangan, dan membersihkan bayi secara teratur terutama setelah BAB dan BAK serta tidak
meninggalkan bayi sendirian tanpa ada yang menjaga.
6. Mengajarkan pada ibu pengeluaran ASI jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi atau ibu
merasa payudara penuh yaitu
a. Mencucui tangan lalu duduk atau berdiri dengan nyaman, pegang wadah ASI dekat
payudaranya
b. Letakan ibu jarinya dipayudara, diatas puting susu dan areola , dibalik ibu jari. Kemudian
menekan payudara dengan jari – jari lainya.
c. Tekan dan lepaskan, tidak boleh menimbulkan rasa sakit, jika tersa sakit berarti tekniknya
salah.Pada awalnya ASI tidak keluar, tetapi jika dilakukan penekanan beberapa kali, ASI akan
menetes keluar.
d. Peras satu payudara sekurang – kurangnya 3 – 5 menit, sehingga aliran menjadi pelan.
7. Beritahu ibu untuk tetap hanya memberikan ASI secara esklusif pada bayinya selama 6 bulan
tidak diberi makanan apapun
8. Dan seterusnya......

VII. LANGKAH 7 : EVALUASI


Digunakan untuk mengukur keberhasilan tindakan yang dilakukan.
S : data yang diambil dari pasien
O : hasil pengkajian dari petugas kesehatan
A : merupakan diagnose dari pemeriksaan subjektif dan objektif
P : menetukan penatalaksanaan tindakan selanjutnya
Contoh data dari pasien :
1. Ibu sudah mengerti keadaanya dari hasil pemeriksaan
2. Ibu mengerti keluhan yang dirasakan masih dalam batas normal.
3. Ibu bersedia mendapat cukup makanan dan cairan
4. Ibu bersedia akan memenuhi kebutuhan istirahat tidur
5. Ibu mengerti cara, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari.
6. Ibu bersedia melakukan tindakan pengeluaran ASI jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi
atau ibu merasa payudara penuh
7. Ibu akan tetap hanya memberikan ASI secara esklusif pada bayina
Contoh Menentukan rencana selanjutnya :
1. Anjurkan ibu kontrok kembali 6 hari lagi atau jika sewaktu-waktu ada keluhan
2. Ingatkan kembali tentang cara melakukan vulva hygien
3. Dan lain lain

NB : Jika pasien rawat inap harus menggunakan Catatan Perkembangan

SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai