PENGANTAR
Setelah melahirkan ibu perlu dikaji dan diobservasi terhadap kemungkinan adanya perdarahan atau
infeksi postpartum.Keamanan ibu tergantung pada pengkajian yang kontinu dan intervensi dari
bidan yang siaga.
No Register :
Tanggal & Masuk :
Tanggal & Jam Pengkaji :
Nama Pengkaji :
Tempat Pengkajian :
2. STATUS KESEHATAN
a. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal atau alasan yang mendorong klien datang ke Bidan/Pelayanan
Kesehatan. Misal :
- Ibu mengatakan perutnya mules-mules.
- Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini
sering terjadi saat minggu-minggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009 ; h.92),
- Nyeri luka jahitan baik episiotomi maupun luka bekas SC. Diikuti dengan skala nyeri 1-10.
- Nafsu makan menurun, tidak bisa BAB/BAK,perasaan sedih,kawatir,cemas,dll tergantung
dari keluhan masing-masing klien.
b. Riwayat Menstruasi
Meliputi aminorea, menarche, siklus, lama, banyaknya,warna, teratur/tidak, sifat darah, flour
albus ya/tidak, dysmenorhea ya/tidak, HPHT. Hali ini untuk mengetahu apakah alat
reproduksi klien dalam kondisi baik/ ada masalah.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu.
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas
ini(Ambarwati, 2009;h.133)
2. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya seperti Jantung,
Ginjal, Asma/TBC, Hepatitis, D.M, Hipertensi, Epilepsi, PMS, Lain-lain. (Ambarwati,
2009;h.133)
3. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya (Ambarwati, 2009;h.133).
d. Riwayat perkawinan
Ditanya pada klien untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawoinan terhadap
masalah kesehtan. Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses kehamilanya (Ambarwati, 2009 ; h.133). Usia saat
menikah.
e. Riwayat Obstetrik
1. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu
No Sua Hamil Persalinan Nifas Ana Ket
mi k
Ke-
UK Penyuli Tgl & Jenis Penol Penyuli ASI Penyulit JK BB PB Umur
t/Komp Tahun persal ong t/Komp
likasi Persali inan likasi
nan
6. Pola seksual
Aktivitas seksual dapat dilakukan dengan syarat :
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Saleha, 2009 ; h.75)
h. Pengetahuan Ibu
Yang perlu dikaji misalnya pengetahuan ibu tentang menyusui, perawatan nifas, senam nifas, dll.
i. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu
(Ambarwati, 2009;h.134). Dapat berisi : Tanggapan ibu terhadap kelahiran anaknya, Adakah
Dukungan Suami dan keluarga, siapakah pengambil keputusan di keluarga dan
ekonomi dalam taraf apa.
j. Data Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan
(Ambarwati, 2009 : h.134)
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik, cukup atau lemah.
Kesadaran : compos mentis, apatis, samnolen, dellirium, coma.
TD : 110/70 – 130/80 mmHg (kenaikan sistol tidak lebih dari 30 mmHg,
distole tidak lebih dari 15 mmHg)
Nadi : 80 – 100 x/menit
RR : 16 – 24 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5 oC
BB Sebelum melahirkan dan sesudah : Cenderung mengalami penurunan
Tinggi Badan : >145 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Rambut : kaji kebersihan, tidak berketombe, tidak rontok tampak sehat, adakah
benjolan
Muka : kaji adakah oedem, tidak pucat, cloasma gravidarun ada/tidak, kelopak mata
simetris, tidak cekung, sclera tampak putih/tidak ikterus, conjungtiva merah
muda.
Hidung : Kaji adakah sekeret, tidak ada pernafasan cuping hidung, penciuman normal,
tidak ada polip.
Mulut : Kaji adakah bibir tidak kering, lembab, tidak pucat, gigi tampak bersih dan
tidak caries, stomatitis ada/tidak, , lidah bersih/kotor.
Telinga : Kaji bentuk Simetris, tidak ada sekret, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Kaji adakah pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis.
Dada : Kaji Bentuk simetris/tidak, adakah retraksi dada, pernafasan teratur, tidak ada
mengi atau ronchi dan suara tambahan.
Ketiak : Kaji adakah benjolan abnormal, tidak ada luka, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.
Payudara : Kaji bentuk simetris dan membesar, areola hiperpigmentasi, puting susu
menonjol/datar/tenggelam, kolostrum sedah keluar/belum, tidak ada
benjolan abnormal, konsistensi lembek/tegang.
Abdomen : Kaji adakah bekas luka operasi, jika ada luka Sc kondisi balutan bersih/tidak,
adakah rembesan darah/pus, ada tanda infeksi atau tidak, adakah
hiperpigmentasi,adakah strie gravidarum,TFU, UC,Konsistensi, Kandung
kemih, Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus
abdominis akibat pembesaran uterus. Jika dipalpasi ,regangan ini menyerupai
celah memanjang dari prosessus Xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat
diukur panjang dan lebarnya.Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali
seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah
dengan meminta ibu untuk tidur terlentang tanpa bantal dan mengangkat
kepala, tidak diganjal. Kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.
Genetalia : Kaji tentang Bersih/tidak, adakah benjolan/tumor/condiloma/odema dan
varises,terdapat luka episietomi, masih basah/sudah kering,adakah tanda
infeksi, adakah luka parut , Pengeluaran lochea apa, berapa banyak, bau
busuk.tidakem, tidak ada kelainan lainya?.
Anus : Kaji adakah hemmoroid, kondisi bersih atau tidak.
Ekstrimitas atas dan bawah : Simetris, tidak ada varices, tidak ada oedem, Reflek patella
+/+, tanda Homan negatif/positif.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium : Misal HB, Gologan darah, Protein urin dan glukosa urin
Tes radiologi,USG, dll
V. LANGKAH 5 : INTERVENSI
Pada langkah ini di rencanakan asuhan menyeluruh. Di tentukan oleh langkah sebelumnya.
Langkah in merupakan kelanjutan dari diagnosa yang telah di identifikasi. Dari asuhan yang di buat,
di tetapkan beberapa intervensi dengan rasional meliputi ;
1. Penjelasan hasil pemeriksaan
2. Terapi dan asuhan
3. Observasi/evaluasi/deteksi dini
4. Pendidikan kesehatan
5. Konseling
6. Kolaborasi (bila diperlukan)
7. Rujukan (bila diperlukan)
8. Tindak lanjut
Contoh :
1. Beritahu ibu tetang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
R/ : Penjelasan hasil pemeriksaan dapat membuat ibu menjadi tahu tentang kondisi dirinya
normal atau tidak
2. Jelaskan keluhan yang dirasakan oleh ibu
R/ : Penjelasan tentang keluhan yang dirasakan dapat mengurangi rasa cemas dan menambah
pengetahuan ibu.
3. Anjurkan pada ibu untuk makan menu seimbang dan minum minimal 3 liter perhari.
R/: Pemenuhan gizi seimbang dan jumlah minum yang dikonsumsi ibu nifas dapat membantu
proses involusi dan mempelancar produksi ASI.
4. Beritahu pada ibu pentingnya istirahat tidur.
R/: Istirahat merupakan kebutuhan dimasa nifas yang dapat membatu proses involusi dan
mempelancar produksi ASI.
5. Beritahu pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan merawat bayi sehari – hari.
R:/ Pengetahuan tentang cara merawat bayi sehari hari dapat membantu ibu menrawat bayinya di
rumah secara mandiri dan membantu peran baru sebagai seorang Ibu.
6. Ajarkan pada ibu pengeluaran ASI jika produksi ASI melebihi kebutuhan bayi atau ibu merasa
payudara penuh.
R:/ Pengosongan ASI dapat mencegah ibu terjadi bendungan ASI, mastitis atau abses payudara
7. Beritahu ibu untuk tetap hanya memberikan ASI secara esklusif pada bayinya
R:/ Pemberian ASI ekslusif adalah yang terbaik untuk nutrisi bayinya..
8. Beri HE kepada ibu tentang:
- Perawatan payudara
Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara.
R/ : Perawatan payudara penting untuk mempelancar ASI dan mencegah terjadinya bendungan
ASI,dll
- Mobilisasi.
Anjurkan ibu untuk miring ke kanan atau ke kiri atau jalan – jalan.
R/ : dapat mengalihkan rasa nyeri dan mempercepat proses penurunanan kepala.
- Relaksasi.
Anjurkan ibu untuk nafas panjang setiap kali merasa nyeri
R/ : dapat mengurangi rasa nyeri pada ibu.
- Eliminasi.
Anjurkan kepada ibu untuk kosongkan kandung kencing dan ajarkan cara vulva hygiene
R/ : kandung kencing yang penuh dapat memperlambat proses involusi dan vulva hygiene dapat
mencegah infeksi.
- Dan KIE/HE lainya sesuai dengan kebutuhan Ibu
9. Lakukan observasi ibu TTV, puerperium dan luka jahitan.
R/ : Dengan observasi dapat mengetahui keadaan umum ibu dan mendeteksi dini adanya
komplikasi nifas.
10. Beritahukan kepada ibu tentang tanda – tanda bahaya masa nifas
R/ : Menambah pengetahuan ibu dan jika terjadi ibu dapat memberitahukan kepada petugas
kesehatan sewaktu-waktu.
11. Berikan terapi analgesik dan antibiotik serta FE dan vitamin A 200.000 iu/po
R/ : analgesik diberikan untuk mengurangi nyeri; jika antibiotik mencagah infeksi;Fe untuk
penambah darah dan Vit.A untuk memberikan vitamin A kepada bayinya yang diberikan melalui
ibunya.
SELAMAT BELAJAR