1. Pengkajian
d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 - 20
x/menit (Potter dan Perry, 2005).
4) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Wiknjosastro, 2006).
5) LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien (Wiknjosastro, 2006).
b. Pemeriksaan Sistematis
1) Inspeksi
a) Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
(Nursalam, 2008).
b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema (Nursalam, 2008)
c) Mata
Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia / tidak, sklera
ikterik / tidak (Nursalam, 2008)
d) Mulut / gigi / gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah
atau tidak.
e) Abdomen
j) Perineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan tidak edema
dan jahitan harus utuh.
Tabel 2.1 Tanda-tanda REEDA Normal dan Tidak Normal
Tanda REEDA Normal Tidak Normal
Rednees Tidak ada kemerahan Tampak kemerahan
Echmosis Tidak ada kebiruan Tambak kebiruan
Edema Tidak ada pembengkakan Terjadi pembengkakan
Dischargment tidak ada cairan sekresi/pus yang keluar Terdapat cairan sekresi/pus yang keluar
Approksimity Jahitan luka tampak kuat merekat Jahitan luka tampak meregang
k) Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid/tidak (Prihardjo, 2007). Luka
episiotomi tidak sampai mengenai anus.
2) Palpasi
a) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan
atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2008).
b) Dada
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan
atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2004)
c) Abdomen
Untuk mengetahui Kontraksi uterus : keras / lemah, tinggi fundus uteri
d) Ekstremitas
Untuk mengetahui ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat
varices atau tidak (Prihardjo, 2007).
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung
penegakan diagnosa, yaitu pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi,
dan lain-lain (Nursalam, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia dari
individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secar pasti untuk menjaga kes atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau
mencegah perubahan. Adapun diagnosa keperawatan pada ibu post partum, yaitu:
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan (luka post
operasi sectio caesaria) yang ditandai dengan Klien mengatakan nyeri pada abdomen
(luka jahitan post op SC),Klien tampak meringis kesakitan, Klien selalu memegangi
daerah perutnya, P = Nyeri meningkat saat digunakan untuk bergerak dan berkurang
saat istirahat,Q = Nyeri seperti ditusuk – tusuk,R = Nyeri terasa pada daerah abdomen
(luka bekas operasi SC),S = Skala nyeri 6,T = Nyeri timbul tidak, teratur, lamanya 3 –
6 detik, terutama jika digunakan bergerak.
b. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan ibu tidak rooming in dengan bayinya
yang ditandai dengan Klien mengatakan asinya belum keluar, Klien mengatakan
belum menyusui bayinya, Ibu belum menyusui bayinya, Payudara terlihat membesar
dan membengkak.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien
mengatakan badannya masih lemas, klien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya, masih lemah dan nyeri, aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga
dan perawat. Klien terpasang infuse RL 20 tpm dan kateter.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011).
Rencana keperawatan pada ibu post partum:
1. Diagnosa:
Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri dapat berkurang
dengan kriteria hasil:
a. Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang.
b. Ekspresi wajah tenang.
c. Skala nyeri 0-3.
Intervensi:
1) Kaji karakteristik nyeri.
2) Monitor TTV
3) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam).
4) Berikan posisi yang nyaman pada pasien.
5) Kolaborasi pemberian analgesic.
Rasional:
1) Untuk mengetahui karakteristik nyeri.
2) Untuk mengetahui keadaan umum pasien dan adanya perubahan TTV terhadap
nyeri.
3) Nafas dalam dapat mengurangi nyeri.
4) Posisi yang nyaman dapat mengontrol rasa nyeri.
5) Analgesik dapat mengurangi nyeri.
2. Diagnosa:
Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan ibu tidak rooming in pada bayinya.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam asi dapat keluar dan
payudara tidak bengkak dengan kriteria hasil:
a. Asi keluar.
b. Klien dapat melakukan breat care mandiri.
c. Bayi dapat menyusu dengan baik.
Intervensi:
1) Kaji pengetahuan klien tentang breast care.
2) Berikan pengetahuan klien tentang manfaat breast care.
3) Anjurkan klien untuk mempraktikkan breast care seperti yang sudah diajarkan.
4) Berikan reirforsemen positif karena klien mampu melakukan.
Rasional:
1) Untuk mengetahui pengetahuan klien tentang breast care.
2) Untuk mengetahui cara perawatan payudara.
3) Melatih kemampuan klien agar dapat melakukan atau dipraktikkan sendiri.
4) Memberikan kepuasan dan kenyamanan pada pasien.
3. Diagnosa:
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik adanya insisi
pembedahan dan nyeri.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat
meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan tanpa disertai
nyeri dengan kriteria hasil:
1) Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.
Intervensi:
1) Kaji tingkat dan respon pasien terhadap aktivitas.
2) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hri.
3) Tingkatkan aktivitas klien secara bertahap.
4) Anjurkan pasien untuk isirahat.
Rasional:
1) Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan kelemahan
dalam aktivitasnya.
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi dengan bantuan dan untuk meminimalkan
kelelahan.
3) Meningkatkan koping emosiona.
4) Mempercepat pemulihan tenaga untuk beraktivitas dan dapat rileks.