Anda di halaman 1dari 13

B.

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Post Partum Patologis


dengan Atonia Uteri
I. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Nama Ibu dan Suami
Umur : < 20 tahun dan > 35 tahun (Ambarwati, 2009)
kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum
matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati, 2009)
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :Mengetahui tingkat intelektualnya.Tingkat
pendididkan mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seseorang, hal ini juga dibutuhkan
dalam menyesuaikan KIE yang akan
disampaikan kepada klien. (Ambarwati, dkk.
2009:132)
Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingat social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut
(Damaiyanti, 2009)
Alamat :

2. Keluhan Utama:
  Ibu mengeluh pusing,gelisah, berkeringat/ kulit terasa dingin
Tanda-tanda syok merupakan gejala terjadinya atonia uteri (Obstetri
Patologi, 1984)
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
- Diabetes Melitus
Pada ibu dengan penyakit DM. Hal ini merupakan faktor
pencetus bayi lahir besar yang menyebabkan atonia uteri
(Manuaba, 2012).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya (Ambarwati, 2009).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan
bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya
(Ambarwati, 2009).
- Diabetes Melitus
Ibu akan memiliki resiko yang lebih besar untuk terkena DM
apabila dari keluarga ibu juga memiliki riwayat DM dan ini akan
menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya bayi besar (Sarwono,
2010).
- Gemelli
Riwayat keluarga hamil kembar diamana hamil kembar ini akan
menurun. Ibu yang hamil dengan janin gemeli dapat menjadi faktor
resiko terjadinya atonia uteri (Sarwono, 2010).
5. Riwayat Menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. (Sulistyawati,2010).
Riwayat siklus :
Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari.
(Sulistyawati,2010).
Lama haid :
Jumlah menstruasi :
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang di
keluarkan. (Sulistyawati,2010)

6. Riwayat Obstetri

No Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suami An UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny J BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Peny
k K
1
2
 Riwayat Persalinan yang Lalu
Pendarahan atoni pada persalinan yang lalu, grande multipara
serotinitas, bekas SC , setelah persalinan buatan ( SC,
Forceps, ekstraksi vakum ) gemelli, hydramnion, bayi besar,
partus lama, setelah narkose, pada inertia uteri, myoma uteri
dan lain-lain. (Obstetri Patologi, 1984)
 Riwayat Persalinan sekarang :
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
(Ambarwati, dkk. 2009:h.133)
Bayi yang besar, kehamilan kembar, hydramnion, solusio
plasenta, plasenta previa, partus lama
Faktor-faktor di atas merupakan sebab-sebab perdarahan post
partum (Obstetri Patologi, 1984).

7. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2009:h.133)

8. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Ibu kekurangan gizi
Malnutrisi merupakan penyebab tersering
kejadian pada ibu dengan atonia uteri
(Ai Yeyeh, Lia, 2010
Eliminasi
Istirahat Ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam
posisi apa pun dalam waktu yang lama.
( Simkin Penny,Dkk,2008: 187-196)
Aktivitas Pada primi ataupun multi akan memberikan
perhatian pada kontraksi, timbul kecemasan,
tegang,perasaan tidak enak atau gelisah.
( Simkin Penny,Dkk,2008:
Personal Hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju
yang bersih selama persalinan (Rustam
Mochtar 1998)
Kebiasaan
Seksualitas

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi.Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
( Damaiyanti, 2011)

Data Bayi

 Lahir tanggal :……, jam :…………..


 Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
 Antropometri : BB :………… gr. PB :……….. cm
LK :………… cm
LD :………… cm
LP :…………. cm
LILA :………..cm
 Kecacatan : Ada/tidak
 IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
 Eliminasi
 BAK : f : ……x/hari, warna : ………..., konsistensi :
………
 BAB : f : ……x/hari, warna :………..., konsistensi :
………
 Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...
2. Data Obyektif
a. PemeriksaanUmum
Kesadaran : Compos mentis/Apatis/Delirium/
Sopor/Koma
Kesadaran menurun atau tidak sadar
merupakan gejala dari syok ( Varney,
2007). Banyak nya darah yang hilang
akan mempengaruhi keadaan umum
pasien. Pasien bisa masih dalam
keadaan sadar, sedikit anemis atau
sampai syok berat hipovolemik
(Sarwono, 2010)
Tanda vita :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80 mmHg,
<140/90 mmHg (Salmah, 2006)
Wanita normotensif mungkin
mengalami hipertensi sebagai
respons terhadap perdarahan
(Obstetri Williams, 2005). Tekanan
darah rendah merupakan gejala syok
(Varney, 2007)
Pemantauan tekanan darah pada ibu
pasca persalinan digunakan untuk
memastikan bahwa ibu tidak
mengalami syok akibat banyak
mengeluarkan darah (Varney, 2007)
Nadi : 60 - 100 x/menit (Salmah,2006)
Nadi cepat, lemah merupakan gejala
syok (Varney, 2007).
Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C (Salmah,2006)
suhu yang tinggi perlu diwaspadai
kemungkinan terjadinya infeksi dan
perlu penanganan lebih lanjut
(Varney, 2007)
Pernapasan : 16 - 20 x/menit (Salmah,2006)
nafas cepat merupakan gejala syok
(Varney, 2007)

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Abdomen : tampak setinggi pusat (Ilmu
kebidanan, 2009).
Genetalia : terdapat Perdarahan ≥ 500-1000 cc
(Ilmu kebidanan, 2009)
Darah yang keluar berwarna merah
tua karena berasal dari pembuluh
darah vena (Ilmu kesehatan
reproduksi, 2004).
Palpasi
Abdomen : fundus uteri setinggi pusat atau lebih
dan dengan kontraksi yang lembek
(Ilmu Kebidanan, 2009).
uterus tidak berkontraksi dan teraba
lembek (Buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, 2002).
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : PAPAH kala IV persalinan normal dengan atonia
uteri.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Atonia Uteri

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


1. Melakukan KBI dan KBE :
Kompresi Bimanual Internal (KBI)
Segera lakukan Kompresi bimanual internal (KBI)
1) Pakai sarung tangan DTT atau steril dengan lembut masukkan
secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus
kedalam vagina ibu.
2) Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan
pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak dapat
berkontraksi secara penuh.
3) Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior uterus kearah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus kearah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang.
4) Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi keberhasilan :
1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan
keluarkan tangan dan pantau ibu secara ketat selama kala empat.
2) Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung maka
periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi.
Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan
perdarahan.
3) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE)
kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri
selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
4) Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per
rectal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi
karena dapat menaikkan tekanandarah
5) Gunakan jarum berdiameter besar (Ukuran 16 atau 18), pasang
infuse dan berikan 500 cc larutan ringer laktat yang mengandung
20 unit oksitosin
6) Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI
7) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit,
segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu
membutuhkan tindakan gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan
yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah
8) Sambil membawa ibu ketempat rujukan, teruskan KBI dan infuse
cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan
- Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit
- Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat
rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan
mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah
125 cc/jam
- Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 ml
(botolkedua) cairan infuse dengan tetesan sedang dan
ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk
rehidrasi
Kompresi Bimanual Eksternal (KBE)
1) Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan di atas symfisis pubis
2) Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Usahakan
untuk mencakup/memegang bagian belakang uterus seluas
mungkin
3) Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman
miometrium dapat di jepit secara manual, cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi

2. Pemasangan Kondom Kateter


a. Persiapan Alat
- Bak steril berisi kondom, benang, kateter no. 24, DC, jegul, klem
ovarium, spekulum sim (2 bh), handscoen.
- Set infus+cairan (normal saline).
- Bengkok.
b. Langkah-langkah:
1) Posisi pasien lithotomi. Penolong dan asisten memasang sarung
tangan.
2) Masukkan kateter pada kondom, ikat dengan benang yang kuat
dan ikatan yang kuat.
3) Dengan bantuan spekulum sim dan klem untuk melihat area,
masukkan kateter kondom dalam cavum uteri.
4) Bagian luar kateter disambungkan dengan ujung tali infus dan
difiksasi dengan benang. Alirkan cairan (normal saline) grojok
melalui kateter ke dalam kondom di cavum uteri sampai seluruh
cavitas penuh (ditandai dengan terhentinya aliran cairan). Jika
telah penuh, masukkan jegul pada vagina untuk memfiksasi.
5) Observasi perdarahan dan kontraksi uterus selama pemasangan
kondom kateter 24-48 jam, sambil diberikan drip oksitosin untuk
mempertahankan kontraksi uterus (minimal sampai 6 jam paska
tindakan) dan dilindungi dengan triple regimen antobiotik selama
7 hari sebagai berikut :
- Amoksisilin 500 mg tiap 6 jam
- Metronidazole 500 mg tiap 6 jam
- Gentamisin 80 mg tiap 8 jam
Jika terjadi perbaikan maka normal saline dalam kondom kateter
dikurangi bertahap yaitu 20 ml tiap 10-15 menit.

V. INTERVENSI
1. Ajarkan masase uterus pada ibu
R/ Masase merangsang kontraksi uterus (JNPK-KR, 2008)
2. Lakukan pemantauan kontraksi
R/ Pemantauan adanya kontraksi uterus sangatlah penting dalam asuhan
kala IV persalinan dan perlu evaluasi lanjut setelah plasenta lahir
yang berguna untuk memantau terjadinya perdarahan (Varney, 2007)
3. Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan
R/ mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial(Marilynn
Doenges, 2001).
4. Bersihkan bekuan darah dan selaput ketuban dari vagina dan
lubang serviks
R/. Bekuan darah dan selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks
akan dapat menghalangi kontraksi uterus (JNPK-KR, 2008)
5. Anjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemih
R/ Kandung kemih yang penuh dapat menghambat kontraksi uterus
(Varney, 2007)
6. Lakukan kompresi Bimanual Internal (KBI) dan Kompresi
Bimanual Eksternal (KBE)
R/ KBI dan KBE menghentikan perdarahan akibat atonia uteri( Obstetri
Williams, 2005)
7. Lakukan Kompresi bimanual internal selama 5 menit
R/ memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan merangsang
miometrium untuk berkontraksi (JNPK-KR, 2008)
8. Anjurkan Keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual
eksternal
R/ Penolong melanjutkan langkah-langkah selanjutnya (JNPK-KR,
2008)
9. Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600-1000 mcg
R/ ergometrin dan misoprostol akan bekerja dalam waktu 5-7 menit dan
membuat uterus berkontraksi (JNPK-KR, 2008)
10. Tidak memberikan ergometrin pada ibu hipertensi
R/ Ergometrin dapat menaikkan tekanan darah (JNPK-KR, 2008)
11. Lakukan pemasangan infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau
18
R/ Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat dan
untuk transfusi transfusi darah (JNPK-KR, 2008)
12. Lakukan pemasangan infuse Ringer Laktat 500 cc
R/ Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang
hilang selama perdarahan (JNPK-KR, 2008)
13. Lakukan pemberian 20 unit oksitosin pada Cairan ringer laktat
R/ Oksitosin IV dengan cepat merangsang kontraksi uterus (JNPK-KR,
2008)
14. Ulangi kompresi bimanual internal
R/ KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin/
misoprostol akan membuat uterus berkontraksi (JNPK-KR, 2008)
15. Lakukan rujukan jika dalam waktu 1-2 menit uterus tidak
berkontraksi
R/ Atonia uteri yang lebih dari 2 ssmenit merupakan atonia uteri yang
tidak sederhana dan membutuhkan tindakan operasi dan transfusi
darah, serta tindakan gawatdarurat (JNPK-KR, 2008)
16. Dampingi ibu ke tempat rujukan dengan terus melakukan
KBI/KBE
R/ Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh
darh dinding uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi
(JNPK-KR, 2008)
17. Lanjutkan infus ringer laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc
larutan dengan laju 500cc/jam hingga tiba di tempat rujukan atau
hingga menghabiskan 1,5 L infuse
R/ Ringer Laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang
hilang selama perdarahan. Oksitosin IV dengan cepat merangsang
kontraksi uterus (JNPK-KR, 2008)
18. Lengkapi Partograf
R/ Pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah
dilakukan(APN, 2008)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun.Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP

Anda mungkin juga menyukai