Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling


pesat dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak terulang sehingga
disebut window of opportunity untuk menciptakan anak sehat dan cerdas. Penilaian
pertumbuhan dan perkembangan balita sangat berguna untuk mengetahui apakah balita
tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak.
Balita adalah bayi yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Pada usia ini otak
anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah masa
keemasan (the golden ege) dan pada masa ini harus mendapatkan stimulasi secara
menyeluruh baik kesehatan, gizi, pengasuhan dan pendidikan. Istilah ini sudah sering di
dengar dan di pahami oleh semua orang tua, karena mereka menginginkan anaknya
tumbuh menjadi anak yang cerdas, tapi sedikit yang memanfaatkan peluang ini, karena
mereka merasa pertumbuhan anak adalah proses alami yang akan terjadi dengan
sendirinya tanpa dengan interprestasi orang tua atau siapapun.
Salah satu contoh faktor penyebab pertumbuhan dan perkembangan balita
adalah gizi balita. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan secara optimal pada masa
balita ini untuk menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Salah satu
indikator gizi yang paling sensitif adalah kenaikan berat badan. Seorang anak dapat
dikatakan memiliki gizi baik dan pertumbuhan normal apabila pertambahan umur diikuti
dengan pertambahan berat badan sesuai standar (Setyoningsih, 2011).
Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang
keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok Indonesia. Jumlah balita di Indonesia menurut
data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tahun 2007 mencapai
17,2% dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% per tahun. United Nations Children’s
Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk negara
dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan
sebanyak 7,7 juta balita (Depkes RI, 2007).
Di beberapa provinsi seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB) selama Bulan
Januari hingga Oktober 2009 tercatat lebih dari 600 kasus gizi buruk yang pada umumnya
menimpa balita dan 31 kasus di antaranya mengakibatkan kematian pada balita (Rio,
2009).
Berdasarkan uraian diatas, sudah menjadi salah satu tugas penting bagi tenaga
kesehatan untuk mengurangi kasus gizi buruk yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan balita yang bahkan dapat menyebabkan kematian apabila semakin parah.
Sehingga tenaga kesehatan harus berupaya dalam menangani hal ini agar dapat
menciptakan balita-balita Indonesia yang sehat untuk dipersiapkan dalam tahapan tumbuh
kembang selanjutnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan kebidanan pada bayi sakit yang menggunakan pola
pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan
mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori bayi sakit
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada bayi sakit
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi sakit dengan pendekatan Varney
1) Melakukan pengkajian pada klien
2) Menginterprestasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera
5) Merencanakan asuhan kebidanan
6) Melaksanakan asuhan tindakan pada klien
7) Mengevaluasi hasil dari suatu tindakan pada klien

d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk dokumentasi SOAP


B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Common Cold

I.PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Identitas dimulai dengan nama pasien
harus jelas dan lengkap
(Matondang,Corry S;2000)
Umur/Tanggal lahir : Common cold merupakan penyakit tropis
yang insiden tinggi pada usia anak
terutama pada bayi yang masih muda
dengan usia 0-6 bulan.
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Keluhan datang :

b. Identitas orang tua


Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah /ibu :
Pendidikan ayah/ibu : Pendidikan kurang dan hygiene sanitasi
kurang. (Depkes RI, 1992, Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga, Jakarta.)

Pekerjaan ayah/ibu : Penyakit ini terutama mengenai pada


masyarakat dengan social ekonomi
rendah. (Depkes RI, 1992, Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga, Jakarta.)
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
2. Alasan kunjungan : Biasanya dijumpai keluhan
seperti Pilek dengan ingus
encer, jernih disertai dengan
bersin, Panas, Batuk ringan,
conjungtiva dan mata berair
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)

3. Riwayat Kesehatan klien


a. Riwayat kesehtan sekarang

 Riwayat Penyakit Sekarang


 Pilek dengan ingus jernih dan encer diawali dengan bersin
 Berlanjut pada batuk ringan tanpa dahak disertai dengan panas diikuti
dengan hyperemia pada
 Keadaan menurun, pucat, lesu, rewel, nafsu makan menurun
(JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
JNPKKR, Jakarta)

b. Riwayat Kesehatan yang lalu

- ISPA
- Infeksi menahun / kronis
- Demam
- Malnutrisi
(JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
JNPKKR, Jakarta)

Riwayat imunisasi : Ditanyakan untuk mengetahui


jenis- jenis imunisasi yang
pernah diberikan dan penting
mengurangi morbiditas dan
mortalitas terhadap penyakit yang
bisa dicegah dengan imunisasi.
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)

Riwayat Alergi :Debu, bakteri pada udara, kotoran


pada udara dapat memperburuk
Common Cold, ISPA, pneumonia
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)

 Riwayat penyakit yang pernah diderita : Bayi/Balita yang belum pernah


menderita Common Cold
lebih rentan terinfeksi dari
yang pernah terinfeksi
sebelumnya.
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
 Riwayat operasi/pembedahan :
Riwayat tumbuh kembang : Malnutrisi pada anak merupakan
terhadap kejadian common cold,
influenza dan ISPA yang perlu
dikaji.
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular : Common cold adalah penyakit
menular yang bersifat endemic
(mewabah) dan biasanya didapat
anak-anak dari orang dewasa.
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
b. Riwayat penyakit menurun :
c. Riwayat penyakit menahun : Adanya riwayat sinusitis yang
kronis dapat menjadikan keadaan
common cold berulang (JH
Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
5. Pola Fungsional Kesehatan
Kebutuhan dasar Keterangan
Pola nutrisi Pada common cold ditemukan
riwayat kebiasaan konsumsi
makanan instant / snack seperti :
chiki, permen, dll. Dari makanan
tersebut dapat menyebabkan mual,
muntah sampai anoreksia.
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
Pola eleminasi
Kelebihan energi panas yang
diakibatkan Common Cold
biasanya dibuang dengan bantuan
eliminasi, jika cairan tubuh tetap
terjaga panas tubuh akan berangsur
pulih.

(JH Piego, 2000, Pelayanan


Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
Pola istirahat terjadi sumbatan napas yang
menyebabkan napas pendek,
dangkal dan cepat sehingga
istirahat malam terganggu
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
Pola persoal hygiene Sanitasi baik, hygiene terjaga baik
sedang atau tidak terinfeksi
common cold sebaiknya dipantau
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
Pola aktifitas Pada common cold anak cenderung
lemas dan malas beraktivitas
(JH Piego, 2000, Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
Sanitasi baik, hygiene terjaga baik sedang atau tidak terinfeksi common
cold sebaiknya dipantau.
(JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
JNPKKR, Jakarta)
c. kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital :
Tekanan darah:
Nadi : Untuk mengetahui kenormalan Nadi 70 – 100 x/i jika
lebih dari normal menunjukkan adanya kelainan.
Pernafasan : pernapasan tergantung usia dan apabila anak rewel
dianggap anak dalam kondisi mampu mengekspresikan
kegelisahannya yang berarti anak bernapas bernafas
secara tidak beraturan
Jika anak dengan usia... bernafas seperti dibawah berarti
anak bernafas cepat
 Anak : 0-2 bulan bernafas > 60 X/Menit
 Anak : 2 bulan -1 tahun bernafas > 50 X/Menit
 Anak : 1-5 tahun bernafas > 40 X/menit
Suhu : Kenaikan rata-rata suhu tubuh 37,5-38,8 oC (demam
ringan)
(JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, JNPKKR,
Jakarta)

Antropometri
Tinggi badan : Pada anak umur lebih dari 2 tahun pengukuran pada
anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur telentang dan
pada umur lebih dari 2 tahun dengan posisi berdiri
(Soetjiningsih, 2012)

Berat badan : Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat
ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak
(Meadow roy, 2003)

Lila : Laju tumbuh lambat dari 11cm pada saat lahir menjadi 16cm
pada umur 1 tahun selanjutnya tidak banyak berubah 1 sampai 3
tahun (Soetjiningsih, 2012)
Lingkar Kepala : Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat adalah pada 6
bulan peratama,yaitu dari 34 pada waktu lahir menjadi
44cm pada umur 6 bulan sedangkan pada umur 1 tahun
47cm, 2 tahun 49cm,dewasa 54cm (Soetjiningsih, 2012)

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :

Kulit : Tidak ada oedema, tidak ada kelainan.


Kepala : Kulit kepala bersih, kontruksi rambut kuat, distribusi
rambut merata.
Wajah : Mata segaris denga telinga; hidung digaris tengah
(varney,2007)
Mata : Congjungtiva merah dan mata berair
(JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
Telinga : Posisi telinga garis lurus terhadap mata
(Varney, 2007)
Hidung : terdapat sumbatan oleh sekret yang jernih dan encer
normalnya. Namun jika terserang bakteri maka akan
berwarna kuning kehijauan.
(JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
Mulut : lembab, simteris, mukosa mulut basah, tidak ada labio
schizis.
Leher :
- Tonsil : Tidak ada peradangan
- Vena Jugularis : Tidak ada bendungan
- Kel.Tiroid : Tidak ada pembesaran
- Kel.Getah Bening: Tidak ada pembesaran
Dada : Elips, tidak ada retraksi dinding dada normalnya jika
common cold.
(JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, JNPKKR, Jakarta)
Abdomen : Tidak ada pembesaran
Genetalia eksterna : Pada perempuan: Labia mayora menutupi labia
minora, labia minora terbentuk sempurna, terdapat
klitoris, meatus uretra ada di depan vagina, genetalia
dapat dibedakan antara pria dan wanita, perineum
halus.
(Varney, 2007)
Pada laki-laki : penis lurus, meatus urnarius ditengah
dan diujung glans, testis dan skrotum penuh dan
banyak ruage, pigmentasi gelap.
(Varney, 2007)
Anus : Tidak ada hemoroid, ada lubang anus di tengah.
(Varney, 2007)
Ekstermitas : panjang proporsional terhadap satu sama lain,
ekstermitas bawah dan tubuh simetris, jari 10 dengan
jarak yang sama satu sama yang lain (Varney, 2007).

Palpasi :

Kepala : Tidak ada massa atau area yang lunak ditulang


tengkorak
(varney, 2007)
Wajah : Tidak ada odeme.
Mata : Tidak ada odeme.
Telinga : Struktur elastis.
Hidung : tidak ada fraktur pada tulang hidung, tidak odeme
Leher : Tiroid terdapat di garis tengah, nodus limfe tidak dapat
dipalpasi, tidak ada massa.(varney, 2007)
Dada : posesus xifoideus ada, tulang iga tanpa masa atau
krepitus, jaringan payudara 1 cm (Varney, 2007).
Abdomen : abdomen lunak dan tidak nyeri tekan dan massa.
(Varney, 2007)
Genetalia eksterna : tidak ada pembengkakan
Anus : terdapat lubang anus
Ekstermitas : klavikula tanpa fraktur; humerus, radius dan ulna ada.

Auskultasi

Dada : Kadang suara rales atau terdengar suara sekret lengket


saat inspirasi namun samar

- Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi,


ICS 2 1:1
- suara bronchial : pada percabangan bronchus, pada saat
udara masuk intensitas keraspada ICS 4-5 1:3,
- Suara broncho vesikuler : pada bronchus sebelum
alveolus, intensitas sedang ICS 5.
(JH Piego, 2000, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, JNPKKR,
Jakarta)

Perkusi :
Contoh : Perkusi pada daerah jantung, hati adalah pekak, perkusi
pada daerah lambung adalah timpani.

3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pada balita, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
Refleks moro : bayi terkejut saat disentuh tiba-tiba
Refleks tonic neck : bayi mampu menahan leehernya saat digendong
Refleks rooting : Reflek menoleh saat ada yang didekatkan ke mulut +
Refleks sucking : Reflek menghisap bayi +
Refleks graps (plantar & palmer grasp) : bayi menggemgam jari petugas
Refleks babynski : jari-jari kaki menggenggam dan menjauh
Refleks swallowing : bayi menelan ASI dengan baik
Refleks menangis : bayi menangis dengan kuat
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
pemeriksaan USG :
Pemeriksaan diagnostik lainnya :

II.INTERPRESTASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulakan diinterprestasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : By. ... usia ... dengan Common Cold
Masalah : Suatu keadaan dimana pasien mempunyai keluhan yang
membutuhkan suatu pemecahan.
Contoh: Batuk, pilek, demam ringan, mara merah berair
Kebutuhan : Suatu informasi yang diperlukan oleh pasien untuk dapat
mengatasi masalah yang dialami.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan antisipasi
agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial :

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi / darurat yang harus dilakukan.
Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, atau bersifat rujukan.
kebutuhan tindakan segera :

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasikan meliputi
Penyusunan langkah yang berupa HE dan Therapi.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Anda mungkin juga menyukai