Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN

PENGETAHUAN DUKUN BAYI TENTANG TANDA BAHAYA NEONATUS


The Effect of Health Education to Enhance The Knowledge of Baby’s Shaman About The
Sign Of Neonatoes Danger

Megawati* Yektiningtyastuti2** Johariyah3***


1,2,3
STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap 53223
*
joe_alvito@yahoo.com
ABSTRAK
Gejala sakit pada bayi baru lahir memang sulit dikenali. Ciri-ciri atau tanda bayi sakit
berat adalah bayi berat lahir rendah, bayi tidak mau minum ASI, tangan dan kaki teraba
dingin, bayi mengalami gangguan/kesulitan bernafas dan bayi mengalami perdarahan atau
tersangka perdarahan. Dengan mengenali tanda-tanda tersebut diharapkan dukun bayi tidak
hanya sekedar membantu persalinan dan bayi baru lahir dengan berbekal pengetahuan dan
keterampilan sekedarnya, akan tetapi dapat meningkat pengetahuannya terutama tentang
antisipasi dari tanda bahaya neonatus tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dukun bayi tentang tanda
bahaya neonatus di wilayah kerja puskesmas Adipala I dan Nusawungu II tahun 2011.
Metode yang digunakan adalah quasi experiment dengan rancangan pretest-postest with
control group pada 32 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Hasil uji statistik diperoleh Z = 2,815 dan ρ = 0,005 yang lebih kecil dari 0,05
berarti secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dukun
bayi pada kelompok intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Nusawungu II dan kontrol di
Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I tentang tanda bahaya neonatus tahun 2011 setelah
kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang tanda
bahaya neonatus dapat meningkatkan pengetahuan dukun bayi di Wilayah kerja Puskesmas
Nusawungu II tahun 2011.
Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, tanda bahaya neonatus, pengetahuan dan dukun bayi.

ABSTRACT
Symptoms of pain in newborns is difficult to identify. The characteristics or signs of
ill babies are low birth weight infants, babies do not want to drink the milk, hands and feet felt
cold, impaired infant / baby having difficulty breathing and suspected bleeding or
hemorrhage. By recognizing the signs are expected baby’s shaman are not just deliver babies
and newborns with modest Armed with the knowledge and skills, but can increase their
knowledge, especially about the anticipation of the neonatal danger signs. This study aimed to
determine the effect of health education to increase knowledge of baby’s shaman on neonatal
danger signs in the work area health centers Nusawungu Adipala I and II in 2011 The method
used was quasi experiment with pretest-posttest control group in 32 respondents to the
sampling technique used purposive sampling. Statistical test results obtained Z = 2.815 and ρ
= 0.005 smaller than 0.05 means statistically significant difference between the level of
knowledge of baby’s shaman in the intervention group at Puskesmas Nusawungu II and
control in Puskesmas Adipala I about the danger signs of neonates in 2011 after the
intervention group was given health education. Health education about the danger signs of
neonates to enhance the knowledge of baby’s shaman in the working area of Puskesmas
Nusawungu II in 2011.
Keywords: Health education, neonatal danger signs, knowledge and baby’s shaman.
PENDAHULUAN memang sulit dikenali. Akan tetapi gejala
Neonatus adalah masa kehidupan sakit pada bayi sebenarnya dapat dilihat dari
pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 suatu tanda yaitu adanya tanda bahaya
hari dari kehamilan 37 minggu sampai 42 neonatus yang merupakan tanda bayi sakit
minggu, dimana terjadi perubahan yang berat. Ciri-ciri atau tanda bayi sakit berat
sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menurut Saifuddin (2002, hh. 338-339)
menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi adalah bayi berat lahir rendah, bayi tidak
pematangan organ hampir pada semua sistem mau minum ASI, tangan dan kaki teraba
(Arief 2009, h. 1 & Dinas Kesehatan dingin, bayi mengalami gangguan/kesulitan
Provinsi Jatim 2004). Neonatus mengalami bernafas dan bayi mengalami perdarahan
masa perubahan dari kehidupan di dalam atau tersangka perdarahan. Tanda bahaya
rahim yang serba tergantung pada ibu lainya adalah bayi mengalami kejang-kejang,
menjadi kehidupan di luar rahim yang serba bayi mengalami gejala ikterus yang
mandiri. Bayi yang baru lahir biasanya mengikat, bayi mengalami gangguan saluran
mudah sakit, jika sakit bisa berubah cepat cerna disertai muntah, diare atau tidak buang
menjadi kondisi yang serius dan berat. air besar sama sekali dengan perut
Bahkan, bisa menyebabkan bayi meninggal membuncit, bayi menunjukkan tanda infeksi
yang di Indonesia merupakan bukan suatu berat dan bayi menyandang kelainan bawaan.
jumlah yang sedikit. Indikator masih mengantuk atau tidak sadar, napas cepat
tingginya angka kematian neonatus di (lebih dari 60 kali per menit), merintih,
Indonesia dapat dilihat dari data Survei tarikan dinding pada bagian bawah (retraksi).
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun Rata-rata bayi yang baru lahir menurut
2007 (Astuti 2010). Kodrati dan Astuti (2010) banyak yang
Berdasarkan data Survei Demografi dan meninggal karena terlambat mengetahui
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, tanda bahaya tersebut, terlambat memutuskan
Angka kematian neonatus di Indonesia membawa bayi berobat ke dokter dan
sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup. terlambat sampai ke tempat berobat. Ketiga
Hal ini merupakan hal serius sehingga harus hal tersebut menurut Anggorodi (2009) dan
segera ditindaklanjuti sebagai upaya dalam Kusumandari (2010, h. 9) berhubungan
mengurangi atau memperkecil angka dengan fenomena yang terjadi selama ini
kematian neonatus (Depkes RI 2009). terutama di daerah pedesaan bahwa
Gejala sakit pada bayi baru lahir kebanyakan masyarakat di desa sulit untuk

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 2


berobat atau bersalin ke klinik, puskesmas yang disegani oleh masyarakat sekelilingnya.
atau bidan. Sejak dulu kala sampai saat ini, Wewenang yang dimilikinya terutama adalah
masyarakat lebih suka bersalin ke dukun wewenang karismatik yaitu kemampuan atau
bayi. Hal ini merupakan tantangan tersendiri wibawa yang khusus terdapat dalam dirinya.
bagi Tenaga Kesehatan khususnya bidan. Kemitraan antara bidan dengan dukun
Anggorodi (2009) dan Kusumandari bayi perlu ditingkatkan. Secara umum, arti
(2010, hh. 8-9) menambahkan, tantangan dari kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama
kepada bidan ini berdasar pada kegiatan antara bidan dengan dukun dimana setiap
bidan yang memiliki posisi strategis, kali ada pasien yang hendak bersalin, dukun
mengingat sebagian besar persoalan akan memanggil bidan. Program kemitraan
reproduksi berhubungan dengan kaum ini merupakan salah satu upaya pelayanan
perempuan. Seperti diketahui bahwa setiap kesehatan dalam mengatasi masih tingginya
kegiatan bidan adalah untuk mencegah angka kematian ibu dan bayi. Sedangkan
penyakit, meningkatkan kesehatan, langkah awal dari program kemitraan
mengobati serta memulihkan kesehatan ibu tersebut adalah dengan memberikan
dan anak sesuai dengan kewenanganya pendidikan kesehatan kepada para dukun
dilakukan melalui asuhan atau pelayanan bayi. Pendidikan yang diberikan dalam
kebidanan. Kalau hanya mengandalkan bidan program dukun latih itu sebagai wujud
dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan pengakuan untuk menyelenggarakan
terutama di pedesaan tentunya hal ini tidak (enforcement) pelayanan kesehatan kepada
menyelesaikan masalah. Akan lebih praktis lembaga dukun bayi, khususnya
dan menguntungkan dalam jangka pendek penyelenggaraan proses pertolongan
untuk mendidik dan memanfaatkan tenaga persalinan bagi masyarakat yang tinggal di
dukun bayi yang telah ada dalam suatu daerah-daerah dimana fasilitas pelayanan
kemitraan. kesehatan baru sangat terbatas. Pendidikan
Seperti diketahui dukun bayi adalah kepada dukun bayi juga dimaksudkan untuk
seorang wanita atau pria yang menolong pemberian pengetahuan yang melengkapi
persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara sifatnya, dengan harapan dapat meningkatkan
turun menurun dari ibu kepada anak atau dari harapan hidup bayi dan ibunya dan
keluarga dekat lainnya. Dukun termasuk tipe menurunkan resiko persalinan yang salah
pemimpin informal karena pada umumnya satu hal penting didalamnya adalah
mereka memiliki kekuasaan dan wewenang pengenalan terhadap tanda bahaya neonatus

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 3


(Kusumandari, h. 11). Melalui pengenalan bersangkutan. Sebagaimana yang dikemukan
tanda-tanda tersebut diharapkan dukun bayi oleh Winkelman (1990 dalam Anggorodi
tidak hanya sekedar membantu persalinan 2009), terdapat tiga faktor penghalang dalam
dan bayi baru lahir dengan berbekal pelaksanaan atau penerapan program yang
pengetahuan dan keterampilan sekedarnya, disebut the three delays yaitu: rintangan
akan tetapi dapat meningkat pengetahuannya budaya (cultural barrier), rintangan sosial
terutama tentang antisipasi dari tanda bahaya (social barrier), dan rintangan psikologis
neonatus tersebut. Lebih dari itu, dengan (psychological barrier). Ketiga hal tersebut
pendidikan yang diberikan, diharapkan yang perlu dicermati dalam penyusunan
dukun bayi mampu menggantikan kehadiran program pelatihan atau agar pengetahuan dan
fasilitas kesehatan yang baru sehingga dapat teknologi yang dilatihkan menjadi milik
meningkatkan taraf kesehatan penduduk masyarakat setempat.
(Kusumandari 2010, h. 11-12). Berdasarkan Terkait dengan ketiga hal yang telah
fenomena yang sekarang masih ada menurut disebutkan, diharapkan pendidikan kesehatan
Anggorodi (2009) menunjukkan bahwa dapat terlaksana dengan baik. Hal itu
seringkali setelah pendidikan kesehatan tentunya sesuai tujuan dari pendidikan
diberikan tidak banyak perubahan yang kesehatan sebagaimana pendapat dari
terjadi pada dukun bayi seperti yang Notoatmodjo (2007, h. 109), bahwa
diharapkan. Pendidikan kesehatan kepada pendidikan keseahtan adalah usaha atau
dukun bayi memang ada manfaatnya, tetapi kegiatan untuk membantu individu,
tidak semua dukun bayi yang ikut akan kelompok atau masyarakat dalam
mematuhi aturan yang diajarkan dalam meningkatkan kemampuan (perilakunya/
kursus dukun bayi tersebut. Lebih buruk, mereka, untuk mencapai kesehatannya/
seringkali pendidikan kesehatan itu sendiri kesehatan mereka) secara optimal.
kurang mendapat tanggapan dari dukun bayi. Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha
Walaupun demikian, pengalihan untuk menyediakan kondisi psikologis dan
pengetahuan tidaklah sama dengan sasaran agar mereka berperilaku sesuai
pengalihan manusia maupun keterampilan. dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan.
Bagaimanapun juga, pengetahuan dan alih Dengan pendidikan kesehatan diharapkan
teknologi membutuhkan waktu sebelum dukun bayi dapat meningkatkan
pengetahuan dan teknologi tersebut benar- pengetahuanya tentang tanda-tanda bahaya
benar jadi milik masyarakat yang neonatus dan upaya penangananya.

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 4


Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sedangkan untuk kejang, keempat dukun
Kabupaten Cilacap Tahun 2010 tersebut mengaku langsung membawa ke
memperlihatkan, jumlah persalinan sebanyak bidan. Untuk tanda bahaya neonatus lainnya,
29.329 dan 26.744 (91.2%) diantaranya keempat dukun tersebut langsung membawa
bersalin di Tenaga Kesehatan (Nakes). Dari ke bidan atau ke puskesmas. Hanya satu
jumlah tersebut di Kecamatan Adipala dukun yang mengetahui 8 tanda bahaya
terdapat jumlah ibu yang bersalin yaitu neonatus diantaranya kaki teraba dingin,
sebanyak 1337 orang, hanya 1176 (88,1%) kejang, napas cepat, muntah, diare atau tidak
bersalin di Nakes. Sedangkan untuk buang air besar sama sekali dengan perut
Kecamatan Nusawungu II lebih rendah membuncit dan bayi dengan berat lahir
jumlah ibu bersalin di Nakes yaitu sebanyak rendah. Ketika melihat kondisi tersebut,
437 (64,9%) dari jumlah 674 jumlah dukun bayi tersebut mengaku langsung
persalinan. Berdasarkan keterangan dari membawanya ke bidan atau puskesmas.
Dinkes menyebutkan bahwa sisa dari jumlah Berdasarkan fenomena di atas yaitu
tersebut kemungkinan bersalin di Tenaga beberapa dukun bayi tidak mengetahui
Non Nakes (dukun bayi). Jumlah dukun bayi dengan baik tentang tanda-tanda bahaya
di Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I neonatus dan upaya pertolongan pertama,
sebanyak 16 orang dan di Nusawungu II penulis tertarik untuk melakukan penelitian
sebanyak 16 orang. yang berjudul “Pengaruh pendidikan
Studi pendahuluan yang penulis kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan
lakukan dengan memberikan pertanyaan dukun bayi tentang tanda bahaya neonatus di
tentang tanda bahaya neonatus kepada Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I dan
masing-masing 5 dukun bayi yang sering Nusawungu II tahun 2011”.
membantu kelahiran di wilayah setempat,
METODE
didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda
Penelitian ini menggunakan desain quasi
antara kedua wilayah tersebut. Secara umum
experiment dengan rancangan pretest-postest
dari kedua wilayah tersebut 4 dukun bayi
with control group. Menurut Notatmodjo (2005,
hanya bisa menyebutkan 2 tanda bahaya hh. 162-163), rancangan quasi experiment
neonatus yaitu kaki bayi terasa dingin dan merupakan rancangan eksperimen semu, karena
kejang. Untuk mengatasi kaki bayi yang syarat-syarat sebagai penelitian eksperimen tidak
dingin, keempat dukun tersebut menutupi cukup memadai sehingga randomisasi tidak
dengan selimut di kaki dan kepala. dilakukan, kemudian kontrol terhadap variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 5


juga tidak dilakukan.
Pengetahuan Frekuensi %
Jumlah sampel pada kelompok Kurang baik 10 62,5
Intervensi ditentukan di Wilayah Kerja Cukup baik 6 37,5
Baik 0 0
Puskesmas Nusawungu II berjumlah 16 Jumlah 16 100
orang. Sedangkan pada kelompok kontrol Puskesmas Nusawungu II tahun 2011
ditentukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan

Adipala I dengan jumlah sampel sebanyak 16 Tabel 1Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Dukun Bayi Pada Kelompok Intervensi tentang tanda
orang. bahaya neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Nusawungu II tahun 2011 Sebelum Diberikan
Teknik pengambilan sampel Pendidikan Kesehatan
menggunakan “purposive sampling” yaitu
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
pengambilan sampel dengan pertimbangan
tingkat pengetahuan dukun bayi pada
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
kelompok intervensi tentang tanda bahaya
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
sudah diketahui sebelumnya.
Nusawungu II tahun 2011 sebelum diberikan
pendidikan kesehatan sebagian besar yaitu 10
responden (62,5 %) dengan kategori kurang
baik dan sebagian kecil yaitu 6 responden
(37,5 %) dengan kategori cukup baik.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dukun
Bayi Pada Kelompok Kontrol tentang
tanda bahaya neonatus di Wilayah Kerja
Puskesmas Adipala I tahun 2011 Sebelum
kelompok Intervensi Diberikan
Pengetahuan Frekuensi % Pendidikan Kesehatan
Kurang baik 4 25,0
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Cukup baik 7 43,8 Dukun Bayi Pada Kelompok Kontrol tentang tanda
bahaya neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Baik 5 31,3 Adipala I tahun 2011 Sebelum Kelompok Intervensi
Diberikan Pendidikan Kesehatan
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa


tingkat pengetahuan dukun bayi pada
kelompok kontrol tentang tanda bahaya
HASIL
neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dukun
Bayi Pada Kelompok Intervensi tentang Adipala I tahun 2011 sebelum kelompok
tanda bahaya neonatus di Wilayah Kerja intervensi diberikan pendidikan kesehatan

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 6


sebagian besar yaitu 11 responden (68,8 %) dengan kategori baik dan 4 responden
dengan kategori kurang baik dan sebagian (25,0%) dengan kategori kurang baik.
kecil yaitu 5 responden (31,3 %) dengan
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dukun
kategori cukup baik. Bayi Pada Kelompok Kontrol tentang
tanda bahaya neonatus di Wilayah Kerja
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dukun Puskesmas Adipala I tahun 2011 Setelah
Bayi Pada Kelompok Intervensi tentang Kelompok Intervensi Diberikan
tanda bahaya neonatus di Wilayah Kerja Pendidikan Kesehatan
Nusawungu II tahun 2011 Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan Frekuensi %
Tabel 3Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Kurang baik 11 68,8
Dukun Bayi Pada Kelompok Intervensi tentang tanda
bahaya neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas Cukup baik 5 31,3

Jumlah 16 100
Kelompok
Tingkat Total
Intervensi Kontrol Dukun Bayi Pada Kelompok Kontrol tentang tanda
Pengetahuan
F % F % N % bahaya neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas Adipala
Kurang baik 10 31,3 11 34,4 21 65,6 I tahun 2011 Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Cukup baik 6 18,8 5 15,6 11 34,4 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
Jumlah 16 50,0 16 50,0 32 100
tingkat pengetahuan dukun bayi pada
Z=0,366 ; ρ=0,714 ; α=0,05
kelompok kontrol tentang tanda bahaya
Nusawungu II tahun 2011 Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Adipala I tahun 2011 setelah kelompok
Tingkat pengetahuan
Frekuensi % intervensi diberikan pendidikan kesehatan
Kurang baik 11 68,8
Cukup baik 5 31,3 sebagian besar yaitu 11 responden (68,8%)
Baik 0 0 dengan kategori kurang baik dan sebagian
Jumlah 16 100
kecil yaitu 5 responden (31,3%) dengan
kategori cukup baik.

Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dukun


Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa Bayi Antara Kelompok Kontrol di
tingkat pengetahuan dukun bayi pada Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I dan
Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas
kelompok intervensi tentang tanda bahaya Nusawungu II tahun 2011 tentang tanda
neonatus di Wilayah Kerja Nusawungu II bahaya neonatus sebelum kelompok
intervensi diberikan pendidikan kesehatan
tahun 2011 setelah diberikan pendidikan
kesehatan terbanyak yaitu 7 responden Tabel 5 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dukun Bayi
Antara Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja
(43,8%) dengan kategori cukup baik dan
Puskesmas Nusawungu II dan Kelompok Kontrol di
paling sedikit yaitu 5 responden (31,3%)

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 7


Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I tahun 2011 Kelompok
Tot
tentang tanda bahaya neonatus sebelum kelompok Tingkat al
Pengetahuan Intervensi
intervensi diberikan pendidikan kesehatan. Kontrol
F % f % n %
Kurang baik 4 12,5 1 34,4 15 46,9
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui 1

bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok Cukup baik 7 21,9 5 15,6 12 37,5
Baik 5 15,6 0 0 5 15,6
intervensi dan kelompok kontrol sebelum
Jumlah 16 50,0 1 50,0 32 100
6
kelompok intervensi diberikan pendidikan
Z=2,815 ; ρ=0,005 ; α=0,05
kesehatan hampir sama yaitu kelompok
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
intervensi 10 responden (31,3%) dan
bahwa tingkat pengetahuan dukun bayi pada
kelompok kontrol 11 responden (34,4%)
kelompok intervensi di Wilayah Kerja
dengan kategori kurang baik.
Nusawungu II dan kelompok kontrol di
Hasil uji statistik diperoleh Z = 0,366 Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I tentang
dan ρ = 0,714 yang lebih besar dari 0,05 tanda bahaya neonatus tahun 2011 setelah
berarti secara statistik tidak terdapat diberikan pendidikan kesehatan cenderung
perbedaan yang bermakna antara tingkat mempunyai pengetahuan pada kategori baik
pengetahuan dukun bayi pada kelompok sebanyak 5 responden (15,6%) sedangkan
intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas pada kelompok kontrol tidak terdapat
Nusawungu II dan kontrol di Wilayah Kerja pengetahuan baik yaitu 0 responden (0%).
Puskesmas Adipala I tentang tanda bahaya
Hasil uji statistik diperoleh Z = 2,815
neonatus tahun 2011 sebelum kelompok
dan ρ = 0,005 yang lebih kecil dari 0,05
intervensi diberikan pendidikan kesehatan.
berarti secara statistik terdapat perbedaan
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dukun yang bermakna antara tingkat pengetahuan
Bayi Antara Kelompok Intervensi di
Nusawungu II dan Kelompok Kontrol di dukun bayi pada kelompok intervensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I Wilayah Kerja Puskesmas Nusawungu II dan
tahun 2011 tentang tanda bahaya
neonatus setelah kelompok intervensi kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Adipala
diberikan pendidikan kesehatan. I tentang tanda bahaya neonatus tahun 2011
Tabel 6 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dukun Bayi setelah kelompok intervensi diberikan
Antara Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja pendidikan kesehatan.
Puskesmas Nusawungu II dan Kontrol di Wilayah
Perbedaan tingkat pengetahun dukun bayi
Kerja Adipala I tahun 2011 tentang tanda bahaya pada Kelompok Kontrol tentang tanda
neonatus dan setelah kelompok intervensi diberikan bahaya neonatus di Wilayah Kerja
pendidikan kesehatan. Puskesmas Adipala I tahun 2011 Sebelum

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 8


dan Setelah Diberikan Pendidikan bahaya neonatus di Wilayah Kerja
Kesehatan Puskesmas Nusawungu II tahun 2011
Tabel 7Perbedaan tingkat pengetahuan dukun bayi Sebelum dan Setelah Diberikan
pada Kelompok Kontrol tentang tanda bahaya Pendidikan Kesehatan
neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I dan Tabel 8 Perbedaan tingkat pengetahuan dukun bayi
Nusawungu II tahun 2011 Sebelum dan Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan. pada Kelompok Intervensi tentang tanda bahaya
neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas nusawungu II
Kelompok Kontrol
Tingkat tahun 2011 Sebelum dan Setelah Diberikan
Pengetahuan Pretest Postest
F % F % Pendidikan Kesehatan.
Kurang Baik 11 68,8 11 68,8
Kelompok Kontrol
Cukup baik 5 31,3 5 31,3 Tingkat Pretest Postest
Pengeta
Baik 0 0 0 0
huan
Jumlah 16 100 16 100 F % F %
Z=0,000 ; ρ=1,000 ; α=0,05 Kurang 10 62,5 4 25,0
Baik

Cukup 6 37,5 7 43,8


Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui baik
Baik 0 0 5 31,3
bahwa tingkat pengetahuan dukun bayi
Jumlah 16 100 16 100
tentang tanda bahaya neonatus pada
Z=3,051 ; ρ=0,002 ; α=0,05
kelompok kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Adipala I tahun 2011 sebelum
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
diberikan pendidikan kesehatan terdapat 11
bahwa tingkat pengetahuan dukun bayi
responden yaitu 68,8 % pada kategori kurang
tentang tanda bahaya neonatus pada
baik dan setelah diberikan pendidikan
kelompok intervensi di Wilayah Kerja
kesehatan tidak terjadi peningkatan
Puskesmas Nusawungu II tahun 2011
pengetahuan karena jumlahnya sama terdapat
sebelum diberikan pendidikan kesehatan
11 responden yaitu 68,8%.
tidak terdapat responden pada kategori baik

Hasil uji statistik diperoleh Z = 0,000 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan

dan ρ = 1, 000 yang lebih besar dari 0,05 terjadi peningkatan pengetahuan menjadi 5

berarti secara statistik tidak ada perbedaan responden yaitu 31,3% dengan kategori baik.

yang bermakna antara tingkat pengetahuan Demikian pula pada kategori kurang baik

dukun bayi pada Kelompok Kontrol tentang jumlahnya sebelum diberikan pendidikan

tanda bahaya neonatus di Wilayah Kerja kesehatan terdapat 10 responden yaitu 62,5%

Puskesmas Adipala I tahun 2011 Sebelum dan terjadi penurunan setelah diberikan

dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan. pendidikan kesehatan menjadi 4 responden

Perbedaan tingkat pengetahun dukun bayi yaitu 25,0%.


pada Kelompok Intervensi tentang tanda

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 9


Hasil uji statistik diperoleh Z = 3,051 tanda bahaya neonatus antara kelompok
dan ρ = 0,002 yang lebih kecil dari 0,05 intervensi dan kelompok kontrol sebelum
berarti secara statistik terdapat perbedaan kelompok intervensi diberikan pendidikan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan kesehatan
dukun bayi pada Kelompok Intervensi Hasil penelitian ini dapat disebabkan
tentang tanda bahaya neonatus di Wilayah karena responden pada kelompok kontrol
Kerja Puskesmas Nusawungu II tahun 2011 maupun pada kelompok intervensi belum
sebelum dan setelah Diberikan Pendidikan pernah mendapatkan penyuluhan tentang
Kesehatan. tanda bahaya neonatus sehingga tingkat
pengetahuan kelompok kontrol dan
PEMBAHASAN
kelompok intervensi relatif seimbang atau
Gambaran perbedaan tingkat
pengetahuan dukun bayi tentang tanda tidak ada perbedaan. Tidak diberikanya
bahaya neonatus antara kelompok penyuluhan berarti tidak terjadi peningkatan
intervensi dan kelompok kontrol sebelum
kelompok intervensi diberikan pendidikan pengetahuan hal ini sesuai dengan pendapat
kesehatan Notoatmodjo (2003 h. 109) yang menyatakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
tingkat pengetahuan dukun bayi tentang
tahu, dan terjadi setelah orang melakukan
tanda bahaya neonatus sebelum kelompok
penginderaan, penciuman, rasa, dan raba.
intervensi dilakukan pendidikan kesehatan
Sebagian besar pengetahuan manusia
pada kelompok kontrol sebagian besar
diperoleh melalui mata dan telinga,
responden termasuk dalam kategori kurang
pengetahuan merupakan domain kognitif.
baik, yaitu sebanyak 34,4%. Sedangkan pada
kelompok intervensi tingkat pengetahuan Gambaran perbedaan tingkat
dukun bayi tentang tanda bahaya neonatus pengetahuan dukun bayi tentang tanda
bahaya neonatus antara kelompok
sebelum diberikan pendidikan kesehatan intervensi dan kelompok kontrol setelah
jumlahnya relatif sama dengan kelompok kelompok intervensi diberikan pendidikan
kesehatan
kontrol yaitu sebagian sebagian besar Hasil penelitian menunjukkan bahwa
termasuk dalam kategori kurang baik yaitu tingkat pengetahuan dukun bayi tentang
sebanyak 31,3%. Kemudian hasil pengujian tanda bahaya neonatus pada kelompok
statistik dengan menggunakan uji Uji Mann- kontrol sesudah dilakukan pendidikan
Withney U- test pada α = 0,05, dapat kesehatan sebagian besar responden
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan termasuk dalam kategori kurang baik, yaitu
tingkat pengetahuan dukun bayi tentang sebanyak 34,4%. Kemudian tingkat

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 10


pengetahuan dukun bayi tanda bahaya pemahaman sasaran terhadap pesan yang
neonatus pada kelompok intervensi sesudah disampaikan akan lebih jelas dan mudah
dilakukan pendidikan kesehatan responden dipahami diantaranya metode curah
meningkat pengetahuan menjadi baik yaitu pendapat, diskusi, demonstrasi, stimulasi
15,6%. Adapun hasil pengujian statistik bermain peran, ceramah dan sebagainya.
dengan mengunakan uji Uji Mann-Withney
Gambaran perbedaan tingkat
U- test pada α = 0,05, sehingga dapat pengetahuan dukun bayi tentang tanda
disimpulkan terdapat perbedaan tingkat bahaya neonatus pada kelompok kontrol
sebelum dan setelah kelompok intervensi
pengetahuan dukun bayi tentang tanda diberikan pendidikan kesehatan
bahaya neonatus pada kelompok kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa

dengan kelompok intervensi setelah tingkat pengetahuan dukun bayi tentang

dilakukan pendidikan kesehatan. tanda bahaya neonatus pada kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol sebelum kelompok intervensi

terjadi peningkatan pengetahuan tentang dilakukan pendidikan kesehatan sebagian

tanda bahaya neonatus pada kelompok besar adalah kurang baik yaitu 68,8%.

intervensi sesudah dilakukan pendidikan Kemudian tingkat pengetahuan dukun bayi

kesehatan sehingga berbeda dengan tentang tanda bahaya neonatus pada

kelompok kontrol yang tidak mendapatkan kelompok kontrol sesudah kelompok

pendidikan kesehatan. Meningkatnya tingkat intervensi dilakukan pendidikan kesehatan

pengetahuan tentang tanda bahaya neonatus sebagian besar kurang baik yaitu 68,8%.

dapat disebabkan karena keberhasilan Sedangkan dari hasil pengujian statistik

penyuluh dalam menyampaikan materinya dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan α

atau cara penyampaian sudah sesuai dengan = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa

metode yang benar sehingga mudah tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan

dipahami oleh audiensnya. Hal ini sesuai dukun bayi tentang tanda bahaya neonatus

dengan pendapat Notoatmodjo (2007 h. 116), sebelum dan sesudah kelompok intervensi

yang menyatakan bahwa metode yang dilakukan pendidikan kesehatan.

dipakai dalam penyuluhan kesehatan Hal ini dikarenakan dukun bayi tidak
hendaknya metode yang dapat mendapatkan pendidikan kesehatan sehingga
mengembangkan komunikasi dua arah antara mereka tidak mendapatkan informasi baru
yang memberikan penyuluhan terhadap yang berhubungan dengan tanda bahaya
sasaran, sehingga diharapkan tingkat neonatus sehingga tingkat pengetahuannya

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 11


tingkat pengetahuan dukun bayi tentang meningkat. Tingkat pendidikan menunjukkan
tanda bahaya neonatus sama dan tidak terjadi korelasi positif dengan terjadinya perubahan
peningkatan pengetahuan antara sebelum dan perilaku positif yang meningkat dan dengan
sesudah kelompok intervensi diberikan demikian pengetahuan juga meningkat.
pendidikan kesehatan.
Gambaran perbedaan tingkat
pengetahuan dukun bayi tentang tanda
Hasil penelitian yang menunjukkan
bahaya neonatus pada kelompok
bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan intervensi sebelum dan setelah diberikan
pendidikan kesehatan
responden termasuk kurang baik dan tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada yang baik, dimungkinkan karena
tingkat pengetahuan dukun bayi tentang
responden dalam penelitian ini adalah dukun
tanda bahaya neonatus pada kelompok
bayi yang belum pernah mendapat
intervensi sebelum dilakukan pendidikan
pendidikan kesehatan dan penanganan
kesehatan sebagian besar adalah termasuk
tradisional dukun bayi yang dilakukan dalam
dalam kategori kurang baik, yaitu sebanyak
persalinan khususnya tentang tanda bahaya
62,5%. Sedangkan tingkat pengetahuan
neonatus. Hal tersebut sesuai dengan
dukun bayi tentang tanda bahaya neonatus
argumen dari Anggorodi (2009) dan
pada kelompok intervensi sesudah dilakukan
Kusumandari (2010, hh. 8-9), bahwa dukun
pendidikan kesehatan meningkat
bayi dalam bekerja hanya menggunakan
pengetahuannya dari yang tadinya tidak ada
wewenang yang dimilikinya terutama adalah
yang kategori baik setelah diberikan
wewenang karismatik yaitu kemampuan atau
pendidikan kesehatan menjadi ada yang baik
wibawa yang khusus terdapat dalam dirinya
yaitu sebanyak 31,3%. Kemudian hasil
bukan karena atau seperti ilmu yang
pengujian statistik dengan menggunakan uji
didapatkan seperti seorang bidan.
Wilcoxon signed rank test, dengan α = 0,05,
Hasil penelitian yang menunjukan dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat
bahwa tidak adanya peningkatan pengetahuan dukun bayi tentang tanda
pengetahuan dari dukun bayi setelah bahaya neonatus pada kelompok intervensi
kelompok intervensi diberikan pendidikan sebelum dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan sesuai dengan pendapat kesehatan. Hal ini disebabkan karena pada
Notoatmodjo (2007 h. 144), yang pre test tidak diberikan pendidikan kesehatan
menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya sedangkan pada pos test diberikan
untuk memberikan pengetahuan sehingga pendidikan kesehatan sehingga hal ini tentu
terjadi perubahan perilaku positif yang akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 12


dukun bayi tentang tanda bahaya neonatus. ketertarikan untuk menyimak dan
memperhatikan dengan baik, dan hal ini
Sebagaimana diketahui bahwa
tentunya akan berpengaruh pada peningkatan
pendidikan kesehatan adalah sebagai usaha
pemahaman tentang materi penyuluhan atau
atau kegiatan untuk membantu individu,
dengan kata lain pengetahuannya akan
kelompok atau masyarakat dalam
bertambah. Hal ini sesuai pendapat dari
meningkatkan kemampuan (perilakunya
Notoatmodjo (2007, h. 143), bahwa materi
mereka, untuk mencapai kesehatannya /
atau pesan yang akan disampaikan kepada
kesehatan mereka) secara optimal.
masyarakat hendaknya disesuaikan dengan
Pendidikan kesehatan adalah suatu usaha
kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari
untuk menyediakan kondisi psikologis dan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sasaran agar mereka berperilaku sesuai
sehingga materi yang disampaikan
dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan
sebaiknya. Materi atau pesan yang
(Notoatmodjo 2007, h. 109). Seseorang yang
disampaikan merupakan kebutuhan sasaran
mendapatkan pendidikan berarti dia
dalam masalah kesehatan dan keperawatan
memperoleh tambahan informasi sesuai dari
yang mereka hadapi
materi penyuluhan, kemudian dengan
bertambahnya informasi maka tingkat KESIMPULAN
pengetahuannyapun akan semakin
1. Tingkat pengetahuan dukun bayi tentang
meningkat.
tanda bahaya neonatus pada kelompok
Pendapat yang sama juga apa yang intervensi sebelum diberikan pendidikan
disampaikan Soekanto (2002 h. 10), yang kesehatan sebagian besar adalah kurang
menyatakan bahwa seseorang yang baik yaitu 62,5%.
mempunyai sumber informasi yang lebih 2. Tingkat pengetahuan dukun bayi tentang
banyak akan mempunyai pengetahuan yang tanda bahaya neonatus pada kelompok
lebih luas. Hasil penelitian yang kontrol sebelum kelompok intervensi
menunjukkan ada perbedaan tingkat diberikan pendidikan kesehatan sebagian
pengetahuan sebelum dengan sesudah besar adalah kurang baik, yaitu 68,8%.
dilakukan pendidikan kesehatan dapat 3. Tingkat pengetahuan dukun bayi tentang
dikarenakan responden dalam penelitian ini tanda bahaya neonatus pada kelompok
memang berprofesi sebagai dukun bayi intervensi sesudah diberikan pendidikan
dimana pekerjaanya adalah membantu kesehatan terbanyak yaitu cukup baik
persalinan sehingga dukun bayi mempunyai 43,8%.

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 13


4. Tingkat pengetahuan dukun bayi tentang setelah diberikan pendidikan kesehatan
tanda bahaya neonatus pada kelompok tidak terjadi peningkatan pengetahuan
kontrol sesudah kelompok intervensi karena jumlahnya sama. Dengan Hasil uji
diberi pendidikan kesehatan sebagian statistik diperoleh Z = 0,000 dan ρ = 1,
besar kurang baik baik yaitu 68,8%. 000 yang lebih besar dari 0,05.
5. Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan 8. Ada Perbedaan tingkat pengetahuan
dukun bayi pada kelompok intervensi dan dukun bayi pada kelompok intervensi
kelompok kontrol tentang tanda bahaya tentang tanda bahaya neonatus sebelum
neonatus sebelum kelompok intervensi dan sesudah diberi pendidikan kesehatan
diberi pendidikan kesehatan yaitu 31,3% terjadi peningkatan pengetahuan yaitu
untuk kelompok intervensi dengan 0% menjadi 31,3%. Dengan Hasil uji
tingkat pengetahuan kurang baik dan statistik diperoleh Z = 3,051 dan ρ =
34,4% untuk kelompok kontrol dengan 0,002 yang lebih kecil dari 0,05.
tingkat pengetahuan kurang baik. Dengan
UCAPAN TERIMA KASIH
hasil uji statistik diperoleh Z = 0,366 dan
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
ρ = 0,714 yang lebih besar dari 0,05.
Prodi D3 Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-
6. Ada perbedaan tingkat pengetahuan
Islamiyyah Cilacap, Puskesmas Adipala I
dukun bayi pada kelompok intervensi dan
atas terselenggara penelitian ini.
kelompok kontrol tentang tanda bahaya
neonatus setelah kelompok intervensi DAFTAR PUSTAKA
diberi pendidikan kesehatan yaitu 15,6% Abdi 2009, Determinan Pemanfaatan Dukun
untuk kelompok intervensi dengan Bayi Oleh Masyarakat dalam Pilihan
Pertolongan Persalinan Di Desa Anak
tingkat pengetahuan baik sedangkan pada Talang Kecamatan Batang Cenaku
kelompok kontrol tidak terdapat Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2008,
Fakultas Kesehatan Masyarakat
pengetahuan baik yaitu 0%. Dengan Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik diperoleh Z = 2,815 dan Amilda 2010, Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemilihan
ρ = 0,005 yang lebih kecil dari 0,05. Pertolongan Persalinan Oleh Dukun
7. Tidak ada Perbedaan tingkat pengetahuan Bayi, Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran
dukun bayi pada kelompok kontrol Universitas Diponegoro, Semarang
tentang tanda bahaya neonatus sebelum Anggorodi 2009, Dukun Bayi Dalam
Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia,
dan sesudah kelompok intervensi diberi Makara Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni
pendidikan kesehatan yaitu 68,8 % dan 2009: 9-14, Departemen Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 14


Kesehatan Masyarakat, Universitas Pertolongan Persalinan di Sulawesi
Indonesia, Depok Tengah, Dinas Kesehatan Provinsi
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Sulawesi Tengah
Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Santoso. (2001). Mengolah Data Secara
Jakarta : Rineka Cipta. Statistik menggunakan SPSS. Jakarta :
Arief 2009, Neonatus dan Asuhan Elex Media Komputindo
Keperawatan Anak, Yogyakarta, Nuha Soekanto 2002, Sosiologi Suatu Pengantar
Medika. Edisi 4 cetakan ke 34, Rineka Cipta,
Astuti 2010, Kenali Tanda-tanda Bahaya Jakarta
Bayi Baru Lahir, dilihat 12 Juni 2011, Sugiyono, 2010. Statistik Untuk Penelitian.
http://kosmo.vivanews.com/ Jakarta : Alfa Beta
DepKes RI 2009, Buku kesehatan Ibu Dan Suliha 2002, Pendidikan Kesehatan Dalam
Anak, Jakarta, Departemen Kesehatan Keperawatan, EGC, Jakarta
RI. Suyanto, 2009, Riset Kebidanan Metodologi
dan Aplikasi, Mitra Cendikia
Depkes RI 2009, Kondisi Angka Kematian Yogyakarta
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi Wawan dan Dewi 2010, Teori dan
(AKB), Angka Kematian Balita Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
(AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI) Perilaku Manusia, jogjakarta, nuha
dan penyebabnya di Indonesia, Jakarta, Medika
Kementerian Kesehatan Republik Yuliarti 2009, Determinan Ibu Memilih
Indonesia Dukun Bayi Sebagai Penolong
Herawani 2001, Pendidikan Kesehatan Persalinan Di Wilayah Kerja
Dalam Keperawatan, EGC, Jakarta Puskesmas Bangko Pusako Kabupaten
Herijulianti 2001, Pendidikan Kesehatan Rokan Hilir Riau Tahun 2009, Fakultas
Gigi, Jakarta, EGC Kesehatan Masyarakat Universitas
Kusumandari 2010, Bidan Sebuah Sumatera Utara
Pendekatan Midwifery of Knowledge,
Nuha Medika, Yogyakarta
Meilani 2009, Kebidanan Komunitas,
Fitramaya, Yogyakarta
Narbuko dan Achmadi, 2002. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Notoatmodjo 2005, Metodologi Penelitian
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, S 2007. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka
Cipta, Jakarta
Nursalam Susilaningrum, Rekawati Utami,
Sri. 2005. Asuhan keperawatan Bayi
dan Anak (untuk Perawat dan Bidan),
Salemba Medika, Jakarta
Saifuddin (2002), Buku Acuan nasional
Pelyanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, JNPKKR-POGI & Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
Salham 2007, Kemitraan Bidan Dengan
Dukun Bayi Dalam Rangka Alih Peran

Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. II, No. 2. September 2012 15

Anda mungkin juga menyukai