ABSTRACT
Symptoms of pain in newborns is difficult to identify. The characteristics or signs of
ill babies are low birth weight infants, babies do not want to drink the milk, hands and feet felt
cold, impaired infant / baby having difficulty breathing and suspected bleeding or
hemorrhage. By recognizing the signs are expected baby’s shaman are not just deliver babies
and newborns with modest Armed with the knowledge and skills, but can increase their
knowledge, especially about the anticipation of the neonatal danger signs. This study aimed to
determine the effect of health education to increase knowledge of baby’s shaman on neonatal
danger signs in the work area health centers Nusawungu Adipala I and II in 2011 The method
used was quasi experiment with pretest-posttest control group in 32 respondents to the
sampling technique used purposive sampling. Statistical test results obtained Z = 2.815 and ρ
= 0.005 smaller than 0.05 means statistically significant difference between the level of
knowledge of baby’s shaman in the intervention group at Puskesmas Nusawungu II and
control in Puskesmas Adipala I about the danger signs of neonates in 2011 after the
intervention group was given health education. Health education about the danger signs of
neonates to enhance the knowledge of baby’s shaman in the working area of Puskesmas
Nusawungu II in 2011.
Keywords: Health education, neonatal danger signs, knowledge and baby’s shaman.
PENDAHULUAN memang sulit dikenali. Akan tetapi gejala
Neonatus adalah masa kehidupan sakit pada bayi sebenarnya dapat dilihat dari
pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 suatu tanda yaitu adanya tanda bahaya
hari dari kehamilan 37 minggu sampai 42 neonatus yang merupakan tanda bayi sakit
minggu, dimana terjadi perubahan yang berat. Ciri-ciri atau tanda bayi sakit berat
sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menurut Saifuddin (2002, hh. 338-339)
menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi adalah bayi berat lahir rendah, bayi tidak
pematangan organ hampir pada semua sistem mau minum ASI, tangan dan kaki teraba
(Arief 2009, h. 1 & Dinas Kesehatan dingin, bayi mengalami gangguan/kesulitan
Provinsi Jatim 2004). Neonatus mengalami bernafas dan bayi mengalami perdarahan
masa perubahan dari kehidupan di dalam atau tersangka perdarahan. Tanda bahaya
rahim yang serba tergantung pada ibu lainya adalah bayi mengalami kejang-kejang,
menjadi kehidupan di luar rahim yang serba bayi mengalami gejala ikterus yang
mandiri. Bayi yang baru lahir biasanya mengikat, bayi mengalami gangguan saluran
mudah sakit, jika sakit bisa berubah cepat cerna disertai muntah, diare atau tidak buang
menjadi kondisi yang serius dan berat. air besar sama sekali dengan perut
Bahkan, bisa menyebabkan bayi meninggal membuncit, bayi menunjukkan tanda infeksi
yang di Indonesia merupakan bukan suatu berat dan bayi menyandang kelainan bawaan.
jumlah yang sedikit. Indikator masih mengantuk atau tidak sadar, napas cepat
tingginya angka kematian neonatus di (lebih dari 60 kali per menit), merintih,
Indonesia dapat dilihat dari data Survei tarikan dinding pada bagian bawah (retraksi).
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun Rata-rata bayi yang baru lahir menurut
2007 (Astuti 2010). Kodrati dan Astuti (2010) banyak yang
Berdasarkan data Survei Demografi dan meninggal karena terlambat mengetahui
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, tanda bahaya tersebut, terlambat memutuskan
Angka kematian neonatus di Indonesia membawa bayi berobat ke dokter dan
sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup. terlambat sampai ke tempat berobat. Ketiga
Hal ini merupakan hal serius sehingga harus hal tersebut menurut Anggorodi (2009) dan
segera ditindaklanjuti sebagai upaya dalam Kusumandari (2010, h. 9) berhubungan
mengurangi atau memperkecil angka dengan fenomena yang terjadi selama ini
kematian neonatus (Depkes RI 2009). terutama di daerah pedesaan bahwa
Gejala sakit pada bayi baru lahir kebanyakan masyarakat di desa sulit untuk
Adipala I dengan jumlah sampel sebanyak 16 Tabel 1Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Dukun Bayi Pada Kelompok Intervensi tentang tanda
orang. bahaya neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Nusawungu II tahun 2011 Sebelum Diberikan
Teknik pengambilan sampel Pendidikan Kesehatan
menggunakan “purposive sampling” yaitu
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
pengambilan sampel dengan pertimbangan
tingkat pengetahuan dukun bayi pada
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
kelompok intervensi tentang tanda bahaya
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
sudah diketahui sebelumnya.
Nusawungu II tahun 2011 sebelum diberikan
pendidikan kesehatan sebagian besar yaitu 10
responden (62,5 %) dengan kategori kurang
baik dan sebagian kecil yaitu 6 responden
(37,5 %) dengan kategori cukup baik.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dukun
Bayi Pada Kelompok Kontrol tentang
tanda bahaya neonatus di Wilayah Kerja
Puskesmas Adipala I tahun 2011 Sebelum
kelompok Intervensi Diberikan
Pengetahuan Frekuensi % Pendidikan Kesehatan
Kurang baik 4 25,0
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Cukup baik 7 43,8 Dukun Bayi Pada Kelompok Kontrol tentang tanda
bahaya neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Baik 5 31,3 Adipala I tahun 2011 Sebelum Kelompok Intervensi
Diberikan Pendidikan Kesehatan
Jumlah 16 100
Jumlah 16 100
Kelompok
Tingkat Total
Intervensi Kontrol Dukun Bayi Pada Kelompok Kontrol tentang tanda
Pengetahuan
F % F % N % bahaya neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas Adipala
Kurang baik 10 31,3 11 34,4 21 65,6 I tahun 2011 Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Cukup baik 6 18,8 5 15,6 11 34,4 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
Jumlah 16 50,0 16 50,0 32 100
tingkat pengetahuan dukun bayi pada
Z=0,366 ; ρ=0,714 ; α=0,05
kelompok kontrol tentang tanda bahaya
Nusawungu II tahun 2011 Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas
Adipala I tahun 2011 setelah kelompok
Tingkat pengetahuan
Frekuensi % intervensi diberikan pendidikan kesehatan
Kurang baik 11 68,8
Cukup baik 5 31,3 sebagian besar yaitu 11 responden (68,8%)
Baik 0 0 dengan kategori kurang baik dan sebagian
Jumlah 16 100
kecil yaitu 5 responden (31,3%) dengan
kategori cukup baik.
bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok Cukup baik 7 21,9 5 15,6 12 37,5
Baik 5 15,6 0 0 5 15,6
intervensi dan kelompok kontrol sebelum
Jumlah 16 50,0 1 50,0 32 100
6
kelompok intervensi diberikan pendidikan
Z=2,815 ; ρ=0,005 ; α=0,05
kesehatan hampir sama yaitu kelompok
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
intervensi 10 responden (31,3%) dan
bahwa tingkat pengetahuan dukun bayi pada
kelompok kontrol 11 responden (34,4%)
kelompok intervensi di Wilayah Kerja
dengan kategori kurang baik.
Nusawungu II dan kelompok kontrol di
Hasil uji statistik diperoleh Z = 0,366 Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I tentang
dan ρ = 0,714 yang lebih besar dari 0,05 tanda bahaya neonatus tahun 2011 setelah
berarti secara statistik tidak terdapat diberikan pendidikan kesehatan cenderung
perbedaan yang bermakna antara tingkat mempunyai pengetahuan pada kategori baik
pengetahuan dukun bayi pada kelompok sebanyak 5 responden (15,6%) sedangkan
intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas pada kelompok kontrol tidak terdapat
Nusawungu II dan kontrol di Wilayah Kerja pengetahuan baik yaitu 0 responden (0%).
Puskesmas Adipala I tentang tanda bahaya
Hasil uji statistik diperoleh Z = 2,815
neonatus tahun 2011 sebelum kelompok
dan ρ = 0,005 yang lebih kecil dari 0,05
intervensi diberikan pendidikan kesehatan.
berarti secara statistik terdapat perbedaan
Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dukun yang bermakna antara tingkat pengetahuan
Bayi Antara Kelompok Intervensi di
Nusawungu II dan Kelompok Kontrol di dukun bayi pada kelompok intervensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Adipala I Wilayah Kerja Puskesmas Nusawungu II dan
tahun 2011 tentang tanda bahaya
neonatus setelah kelompok intervensi kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Adipala
diberikan pendidikan kesehatan. I tentang tanda bahaya neonatus tahun 2011
Tabel 6 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Dukun Bayi setelah kelompok intervensi diberikan
Antara Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja pendidikan kesehatan.
Puskesmas Nusawungu II dan Kontrol di Wilayah
Perbedaan tingkat pengetahun dukun bayi
Kerja Adipala I tahun 2011 tentang tanda bahaya pada Kelompok Kontrol tentang tanda
neonatus dan setelah kelompok intervensi diberikan bahaya neonatus di Wilayah Kerja
pendidikan kesehatan. Puskesmas Adipala I tahun 2011 Sebelum
Hasil uji statistik diperoleh Z = 0,000 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan
dan ρ = 1, 000 yang lebih besar dari 0,05 terjadi peningkatan pengetahuan menjadi 5
berarti secara statistik tidak ada perbedaan responden yaitu 31,3% dengan kategori baik.
yang bermakna antara tingkat pengetahuan Demikian pula pada kategori kurang baik
dukun bayi pada Kelompok Kontrol tentang jumlahnya sebelum diberikan pendidikan
tanda bahaya neonatus di Wilayah Kerja kesehatan terdapat 10 responden yaitu 62,5%
Puskesmas Adipala I tahun 2011 Sebelum dan terjadi penurunan setelah diberikan
tanda bahaya neonatus pada kelompok besar adalah kurang baik yaitu 68,8%.
pengetahuan tentang tanda bahaya neonatus sebagian besar kurang baik yaitu 68,8%.
atau cara penyampaian sudah sesuai dengan = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
metode yang benar sehingga mudah tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan
dipahami oleh audiensnya. Hal ini sesuai dukun bayi tentang tanda bahaya neonatus
dengan pendapat Notoatmodjo (2007 h. 116), sebelum dan sesudah kelompok intervensi
dipakai dalam penyuluhan kesehatan Hal ini dikarenakan dukun bayi tidak
hendaknya metode yang dapat mendapatkan pendidikan kesehatan sehingga
mengembangkan komunikasi dua arah antara mereka tidak mendapatkan informasi baru
yang memberikan penyuluhan terhadap yang berhubungan dengan tanda bahaya
sasaran, sehingga diharapkan tingkat neonatus sehingga tingkat pengetahuannya