Oleh:
Kelompok 6
Semester 4 B
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas limpahan-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, Salawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabiullah SAW. Kami menyadari bahwa dengan selesainya tugas ini
tidak terlepas dari berbagai belah pihak terutama Dosen Pembimbing dan teman
seperjuangan. Olehnya itu terimah kasih kami ucapkan yang setinggi-tinggi kepada Beliau.
Sebagai manusia biasa tentulah dalam penyusunan tugas ini terdapat berbagai
kekurangan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari untuk itu penyusun dengan
lapang dada siap menerima kritikan dan saran dari berbagai belah pihak yang telah membaca
tugas ini, demi penyempurnaan dalam tulisan ini.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Pemberian ASI Pemberian ASI pada bayi merupakan hal yang penting pemberian
promosi kesehatan berperan dalam menunjang ibu untuk memberikan ASI pada
bayinya. Beberapa hal berikut dapat mendukung pemberian ASI kepada bayi, yaitu:
Membiarkan bayi bersama ibunya segera setelah lahir selama beberapa jam
pertama.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. Memberikan kolustrum dan
ASI saja
Menghidari susu botol dan “dot empeng”
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) Pemberian vaksi ini diberikan pada
usia 0-11 bulan, namun umumnya diberikan pada bayi usia 2 atau 3 bulan.
Pemberian vaksin ini hanya 1 kali melalui intradermal.
Hepatitis B Vaksin ini diberikan secara 3 kali, dengan waktu pemberian pada
usia 0-11 bulan dengan interval 4 minggu. Pemberiannya dilakukan secara
intramuscular.
Imunisasi Polio Pemberian vaksin ini 4 kali sewaktu pada usia 0-11 bulan
dengan interval 4 minggu. Pemberiannya melalui oral.
Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus) Frekuensi dari pemberian
vaksin ini yaitu 3 kali. Waktu pemberian antara usia 2-11 bulan dengan interval
4 minggu. Pemberiannya dengan memlalui intramuscular.
Imunisasi Campak Frekuensi pemberian vaksin ini diberikan 1 kali. Waktu
pemberian pada usia 9-11 bulan. Cara pemberiannya melalui subcutan.
Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubella) Imunisasi yang digunakan
untuk mencegah penyakit campak (measles) gondong, parotis
epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Pemberian
imunisasi campak yangmonovalent pada usia 4-6 bulan atau 9-11
bulan, khusus pada daerah endemik dan boster dapat dilakukan
MMR pada usia 15-18 bulan.
Imunisasi Tiphus Abdominalis Terdapat 3 jenis vaksin tiphus abdominalis di
Indonesia, yaitu: a. Kuman yng dimatikan, diberikan untuk bayi usia
6-12 bulan dengan dosis 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, 2-12 tahun
diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu. b. Kuman yang
dilemahkan (vivotif, berna), dapat diberikan dalam bentuk kapsul
enteric coated sebelum makan pada hari ke-1, 2 dan 5 pada anak
usia 6 tahun. c. Antigen kapsular Vi polysaccaharide (Typhim Vi,
Pasteur Meriux) diberikan pada usia 2 tahun dan dapat diulang tiap
2 tahun.
Imunisasi Varicella Pemberiannya tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic
dan bila usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan interval 4-8
minggu.
Imunisasi Hepatitis A Diberikan pada usia 2 tahun untuk pemberian awal
menggunakan vaksin havrix dengan 2 suntikan interval 4 minggu
dan boster 6 bulan kemudian.
Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B) Untuk pemberian awal PRP-
T dilakukan 3 kali suntikan interval 2 bulan. Suntikan PRP-OMPC
dilakukan 2 kali suntikan interval 2 bulan kemudian bosternya
diberikan pada usia 18 bulan.
Jaga kebersihan area pusrt dan sekitarnya, serta upayakan selalu dalam keadaan
kering.
Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
Agar tali pusar lebih cepat lepas, gunakan kain kasa pada bagian pusar yang
terus dibalut sehingga mendapat udara cukup.
Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
Agar praktis, kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar.
Ini dilakukan 1-2 kali sehari.
2.3 Ruang Lingkup Health Promotion pada Anak Batita dan Balita
Kegiatan promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada sasaran anak batita dan balita
antara lain:
1. Pemeriksaan dan penimbangan anak dilaksanakan setiap bulan agar terjamin
pertumbuhan dan kesehatannya.
2. Berikan anak satu kapsul vitamin A takaran tinggi setiap 6 bulan untuk mencegah
kebutaan.
3. Berikan makanan seimbang sesuai dengan perkembangan umurnya.
4. Berikan oralit jika terjadi diare dan periksa suhu tubuh jika mengalami gejala panas.
5. Perhatikan kasi
6. h sayang dengan mengajak berbicara dan bermain bersama, agar terpenuhi kebutuhan
mental dan emosi anak.
7. Anak yang tumbuh dan berkembang dengan baik akan menjamin kelangsungan hidup
yang lebih baik. Anggota keluarga, guru, taman kanak-kanak atau pengasuh anak
diikutsertakan dalam kegiatan pembinaan kesehatan.
Kegiatan pelayanan dan pembinaan kesehatan anak balita akan berhasil dengan baik
dengan adannya dukungan dari lingkungan sekitar. Para ibu perlu didorong pula untuk rutin
memeriksakan kesehatan anaknya. 2.4 Ruang Lingkup Health Promotion pada Anak Masalah
kesehatan pada anak cukup bervariasi. Obesitas, kebersihan dan kesehatan gigi, perilaku jajan
makanan, mencuci tangan dengan sabun dan sebagainya merupakan bukti diperlukannya
promosi kesehatan di masa anak-anak (Childhood Health Promotion). Program-program
dalam promosi kesehatan bertujuan agar individu menerapkan perilaku sehat serta
mempersuasi individu agar meninggalkan kebiasaan tidak sehat (unhealthful habits) yang
selama ini dijalaninya, dan hal ini seringkali membutuhkan upaya memodifikasi keyakinan-
keyakinan sehat (health beliefs). Beberapa metode dalam promosi kesehatan mencakup :
1) Fear arousing,
2) Penyediaan informasi dan
3) Metode perilaku. Meskipun tanggung jawab utama sekolah adalah untuk
mendidik anak dalam bidang akademik, namun partisipasi sekolah dalam
mempromosikan keterampilan hidup sehat pada anak-anak, seperti aktivitas
fisik dan perilaku makan diketahui cukup efektif.
Beberapa indikator PHBS diatas merupakan masalah kesehatan yang ada pada anak-
anak dan dapat diatasi melalui kegiatan promosi kesehatan. Agar kegiatan program promosi
kesehatan efektif perlu dibuat suatu strategi dalam pelaksanaanya seperti pemilihan media
sebagai alat bantu kegiatan promosi kesehatan serta strategi penyampaian materi dalam
kegiatan promosi kesehatan.
2.5 Ruang Lingkup Health Promotion pada Remaja
Masa remaja Masa remaja (adolescence) merupakan masa transisi atau perubahan dari masa
anak-anak ke masa dewasa yang diawali dengan masa pubertas. Pada masa ini terjadi banyak
perubahan yang berlangsung cepat dalam hal perubahan fisik, kognitif dan psikososial/tingkah
laku. Perubahan-perubahan tubuh secara fisik disebabkan karena pengaruh hormonal,
pekembangan kognitif juga menunjukkan kemajuan berupa kemampuan berfikir dalam artian
dapat memahami akibat dari perbuatan/tingkah laku serta dapat melakukan beberapa tindakan
secara serentak (Machfoedz, 2009) 1) Tahapan remaja Menurut (Notoatmodjo, 2005) tahapan
remaja dibagi menjadi 3, yaitu :
3.1 Kesimpulan
Pemberian promosi kesehatan pada infant dapat diberikan dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada orang tua terutama pada ibu, maupun keluarga. Dengan
pemberian promosi kesehatan pada ibu terhadap pentinnya pemberian ASI eksklusif dapat
meningkatkan status kesehatan bayi. Selain itu saat usia balita diperlukan untuk dilakukan
imunisasi lengkap guna menghindarkan balita dari infeksi penyakit.
Pemberian imunisasi yang tepat dan sesuai dengan tingkat tumbuh kembang balita
dapat meningkatkan sstatus imunitas dan menghindariakn dari infeksi penyakit yang dapat
berdampak pada kecacatan. Pemberian promosi kesehatn pada remaja difokuskan pada
pendidikan seksual, kesehatan organ reproduksi wanita, serta pentingnya pemenuhan gizi
seimbang. Dengan memberikan pemahaman awal terhadap pendidikan kesehatan dapat
menghindarkan remaja dari hal-hal buruk dan negatif serta diharapkan dapat mengarahkan
remaja pada hal-hal positif dan bermanfaat lainnya.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik
atau saran terhadap penulis juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang dijelaskan.