Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS ASKEP FIKTIF DISLOKASI

A'tini Nisa'atul Khamidah (2019206203038)


Annisa Fitri (2019206203043)
Ayu Putri Fatikhatun (2019206203044)
Dendi Meirindo (2019206203046)
Fadhilah Tiara Putri (2019206203052)
Nuri Amanatul Janah (2019206203064)
Novelya Marcellina (2019206203063)
Salsabilla Mega Safira (2019206203068)
Gilang Laksana Putra (2019206203053)

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PRINGSEWU


S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan Kelas 5B
Latar belakang
Dislokasi  atau luksasio adalah  kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999) 
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi,  Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya
adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari posisinya pada sendi.dislokasi
sendi biasanya terjadi setelah trauma berat yang mengangu kemampuan ligamen
menahan tulang di tempatnya.dislokasi sendi dapat juga terjadi secara kongenital;
misalnya, panggul kadang di jumpai pada bayi baru lahir (displasia perekmbangan
panggul ).
Definisi
 Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernyapermukaan tulang yang
membentuk persendian terhadap tulang lain (Sjamsuhidajat, 2011).
 Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan
deformitas (Kowalak, 2011).
 Jadi, dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruhkomponen tulang dari tempat yang seharusnya. Sebuah
sendi yang ligamen-ligamennya pernahmengalami dislokasi,  biasanya menjadi
kendor. Aki  biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu batnya, sendi itu
akan gampang mengalamidislokasi akan gampang mengalamidislokasi kembali.
Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi
sulitdan harus dikerjakan di rumah sakit. Semak sulitdan harus dikerjakan di
rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi wal usaha pengembalian
sendi itu dikerjakansemakin baik penyembuhannya.
Etiologi
Dislokasi terjadi saat ligamen mberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktorpenyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau
karena sejak lahir (kongenital). Patah tulangdi dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yangdisebut fraktur
dislokasi. Halhal yang menyebabkan terjadinya dislokasi sendi antara lain
sebagai berikut:
 Cedera olah raga
 Trauma
 Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler
 terjatuh
Klasifikasi
1. Dislokasi congenital : Yaitu dislokasi Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan,
 paling sering terjadi pada sendi panggul
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor,infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulangyang
berkurang
3. Dislokasi traumatic : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak
danmengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema(karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuatsehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya danmungkin danmungkin juga merusak merusak
struktur struktur sendi, ligamen, ligamen, syaraf, syaraf, dan sistemvaskular.
Patofisiologi
dislokasi pada 60% kasus disebabkan oleh jatuh pada tangan. kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan rumah tangga, kekerasan, dan penyebab lain seperti membuka mulut yang
berlebihan saat menguap, tertawa, bernyanyi, membuka mulut berkepanjangan dari
prosedur lisan dan THT, membuka m n THT, membuka mulut secara kuat dari prosedur
anestesi dan endoskopi m secara kuat dari prosedur anestesi dan endoskopi memberikan
kontribusi sekitar mberikan kontribusi sekitar 40%. Humerus terdorong ke depan, merobek
kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput
hancur. Mesti jarang proses akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan akromium
dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta ulkan luksasio erekta
(dengan tangan mengarah lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke  posisi dan
bawah karakoid).
Selain itu, dislokasi dapat terjadi pada daerah anterior-medial, superior, rior-medial,
superior, medial, lateral atau dislokasi posterior dan penyebabnya dapat spontan atau
diinduksi oleh trauma, membuka mulut dengan kuat dari intubasi endotrakeal dengan
larungeal mask atau tabung trakea, THT/prosedur Gigi, endoskopi,  pembukaan  pembukaan
mulut yang berlebihan berlebihan saat menguap, menguap, tertawa tertawa dan muntah
Manifestasi klinik
1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi 6
3. Perubahan panjang ekstremitas
4. Kehilangan mobilitas normal
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6. Gangguan gerakan
7. Kekakuan
8. Pembengkakan
9. Deformitas pada persendian
 
Pemeriksaan penunjang
1. Sinar –  X (Rontgen) Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik
noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa medis
2. CT Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran
secara 3 dimensi.
3. MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail.
Penatalaksaan medis
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau siku. Reposisi
dapat diadakan dengan gerakan yang berlawanan dengan gaya trauma dan kontraksi atau
tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekuatan karena dapat mengakibatkan
patah tulang. Untuk mengendurkan kontraksi atau spasme otot perlu diberikan anastesi
umum. Kekenduran otot memudahkan reposisi.
1. Reposisi
 Lakukan reposisi segera
 Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan kembali.
Tindakan ini sering dilakukan anastesi umum untuk melemaskan otot.
 Dislokasi sendi
 Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda gangguan
neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan vaskuler setelah reposisi
tertutup berhasil dilakukan secara lembut. Pembedahan terbuka mungkin
diperlukan, khususnya kalau jaringan lunak terjepit diantara  permukaan tanah.
 Persendian tersebut disangga dengan pembedahan, pemasangan gips misalnya
pada sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada ligamentum
yang teregang.
Lanjutan........
 Dislokasi reduksi, dikembalikan ke tempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
 Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.
 Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalutan, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
 Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3- 4
kali sehari yang berguna untuk mengembalikan sendi..
 Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan.
Penatalaksanaan medis
1. Farmakologi
Pemberian obat-obatan analgesik non narkotika.
2. Pembedahan
 Operasi ortopedi
3. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artrokop (suatu
alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi
tanpa irisan yang  besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Asuhan Keperawatan
Kasus Fiktif : Seorang pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin
karena tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap, dari anamnesis didapat  bahwa
kurang lebih 2 jam sebelum sebelum masuk rumah sakit, saat pasien sedang menguap menguap
tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya, pasien mempunyai riwayat keluhan yang
sama sebelumnya ± 2 tahun yang lalu, pasien juga mempunyai riwayat mengunyah hanya disatu
sisi yaitu disisi kanan, kemudian pasien langsung dibawa ke IGD Rumah Sakit Hasan Sadikin. Dari
pemeriksaan fisik dan tandatanda vital, diperoleh hasil sebagai berikut: kesadaran compos mentis,
tekanan darah normal 120/80 mmHg, nadi 78 kali/menit, suhu 36,3 ºC, pernafasan 18 kali/menit.
Pada  pemeriksaan  pemeriksaan keadaan keadaan umum tidak ditemukan ditemukan kelainan.
kelainan. Pada pemeriksaan pemeriksaan ekstraoral ekstraoral diperoleh hasil: wajah
simetris,mulut yang terbuka, dan tidak ditemukan laserasi. Pada  pemeriksaan  pemeriksaan
intraoral intraoral tidak ditemukan ditemukan adanya kelainan kelainan di intra oral pada pasien
ini. Pada pemeriksaan odontogram ditemukan adanya gigi 47 dengan nekrosis pulpa dan kalkulus
diregio rahang bawah kiri. Dari anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, pasien hasil pemeriksaan
fisik, pasien didiagnosa dengan dislokasi sendi temporomandibula anterior bilateral. Tindakan di
IGD, pasien diberikan analgesik dan muscle relaxant, kemudian dilakukan reposisi secara manual
dan pemasangan head bandage. Pasien disarankan untuk tidak membuka mulut terlalu lebar,
head bandage dipertahankan selama tiga hari, dan juga disarankan untuk pembersihan karang gigi
serta pencabutan gigi
1. Pengkajian Data Keperawatan  
No. Register : Tidak tertulis dalam kasus
Ruang : Tidak tertulis dalam kasus
Tgl/ jam MRS: desember 2016
Tgl pengkajian : desember 2016
Dignosa medis : Dislokasi Dislokasi sendi temporomandibula anterior anterior bilateral bilateral
 
 
A. IDENTITAS
Biodata Klien  
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 35 tahun
Agama : Tidak tertulis dalam kasus
Suku/Bangsa Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : Tidak tertulis dalam kasus
Pekerjaan : Tidak tertulis dalam kasus
Alamat : Tidak tertulis dalam kasus

B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap  
b. Riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat Penyakit Sekarang tidak dapat menutup mulut kembali setelah menguap kurang lebih
2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat pasien sedang menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya
c. Riwayat Penyakit dahulu . Pasien mempunyai riwayat  pasien mempunyai riwayat keluhan yang sama sebelum keluhan yang
sama sebelumnya ± 2 tahun yang nya ± 2 tahun yang lalu, pasien lalu, pasien  juga mempunyai riwayat mengunyah hanya
disatu sisi yaitu disisi kanan,
d. Riwayat Penyakit Keluarga –
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah  
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : 6 tekanan darah normal 120/80 mmHg, 7 nadi 78 kali/menit 8 suhu 36,3 ºC 9  pernafasan 18
kali/menit 21
d. Kepala
- Ekspresi Wajah : -
- Rambut : -
- Wajah : Simetris,
- Mata : -
- Hidung : =
- Mulut : Mulut yang terbuka, terbuka, dan tidak ditemukan ditemukan laserasi. laserasi. Pada pemeriksaan
pemeriksaan intraoral intraoral tidak ditemukan ditemukan adanya kelainan kelainan di intra oral pada pasien
ini. Pada  pemeriksaan  pemeriksaan odontogram odontogram ditemukan ditemukan adanya gigi 47 dengan
nekrosis nekrosis pulpa dan kalkulus diregio rahang bawah kiri.
- Telinga Telinga : Tidak tertulis tertulis dalam kasus
- Leher : Tidak tertulis tertulis dalam kasus
e. Thorax
- Inspeksi Inspeksi : Tidak tertulis dalam kasus
- Palpasi Palpasi : Tidak tertulis dalam kasus
- Perkusi Perkusi : Tidak tertulis dalam kasus
- Auskultasi : Tidak tertulis dalam kasus

D. TERAPI
- pasien diberikan diberikan analgesik analgesik dan muscle relaxant relaxant
ANALISA DATA
DS :
1. Klien mengatakan kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat pasien sedang
menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya.
DO :
1. Dari anamnesis didapat bahwa kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat
pasien sedang menguap tiba-tiba pasien tidak dapat menutup kembali mulutnya, pasien
mempunyai riwayat keluhan yang sama sebelumnya ± 2 tahun yang lalu.
2. Pasien juga mempunyai riwayat mengunyah hanya disatu sisi yaitu disisi kanan
3. Kesadaran compos mentis 3 tekanan darah normal 120/80 mmHg 4 nadi 78 kali/menit, 5
suhu 36,3 ºC, 6  pernafasan 18 kali/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman b.d discontinuitas jaringan.  
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mencerna atau
ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrient yang di perlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
c. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
d. Gangguan bodi image b.d deformitas dan perubahan bentuk tubuh
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peruba han nutrisi kurang dari kebutu han tubuh  b.d kegagal an untuk mencer  na atau ketidak  mampu an mencer 
na makana n/absor   psi nutrient yang di  perluka n untuk  pemben tukan sel darah merah.
Tujuan : Setelah di beri tindaka n kepera watan diharap kan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
- Klien menun  jukkan  pening katan atau mempe rtahan kan berat  badan dengan nilai laborat orium normal
- Tidak mengalami tanda mal nutrisi
- Klien menuj ukkan  perilaku,  peruba han  pola hidup untuk menin gkatka n dan mempe rtahan kan  berat  badan
dengan nilai laborat orium normal
- Tidak mengal ami tanda mal nutrisi
- Klien menuj ukkan  perilaku,  peruba han  pola hidup untuk menin gkatka n dan mempe rtahan kan  berat  badan
yang sesuai
Intervensi :
- Kaji riwaya t nutrisi ,terma suk makan an yang di sukai
- Obser  vasi dan catat masuk  kan makan an  pasien
- Timba ng  berat  badan setiap hari
- Berika n makan sedikit denga n frekue nsi sering
- Obser  vasi dancat at kejadi an mual/ munta h, flatus dan gejala lain yang  berhub ungan
- Bantu klien hygien e mulut yang  baik sebelu m dan sesuda h makan
- Kolab orasi denga n ahli gizi untuk rencan a diet - Kolab orasi  pantau hasil  pemeri ksaan laborat orium
- Kolab orasi  berika n obat sesuai indikasi
Rasional :
- Mengidentifikasi defisiensi, memu dahkan intervensi
- Mengawasi masukan kalori atau kulatitaske kurangan konsumsi makaan
-Mengawasi  penurunan  berat  badan atau efektivitas intervensi nutrisi
Thank you

Anda mungkin juga menyukai