Anda di halaman 1dari 10

PEROGRAM KEPERAWATAN

KOMUNITAS SECARA HOME


CARE UNTUK MENGATASI TBC
Dosen Pengampu : Ns. Gunawan Irianto, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Kelompok 3
ANNISA FITRI 2019206203043
AYU PUTRI FATIKHATUN 2019206102044
DAHLIA ANGGRAINI 2019206203045
DENDI MEIRINDO 2019205203046
GILANG LAKSANA PUTRA 2019206203053
Latar Belakang
Tuberkolosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Pada tahun
2012 diperkirakan 8,6 juta kasus baru TB dan 1,3 juta orang meninggal karena TB (WHO 2014) .
World health organization menyatakan 22 negara dengan beban TB paru tertinggi di dunia 88% negara Afrika
27% dan Asia 58% serta Amerika 3%. Negara ASEAN masuk dalam kategori 22 negara tertinggi dengan kasus TB
kecuali negara Singapura dan Malaysia, India menyumbang 30%, China menyumbang 15% dan Indonesia menyumbang
5% who 2014
Prevalensi penduduk Indonesia yang di diagnosa TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4% tidak
berbeda dengan 2007. 5 provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa barat 0,7% Papua 0,6% DKI Jakarta 0,6%
Gorontalo 0,5% Banten 0,4%.
5 provinsi terbanyak yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta 68, 9% di Yogyakarta 67,3%
Jawa barat 50621 Lawe si barat 54,2% dan Jawa tengah 50, 4% riskesdas 2013.
Kabupaten Klaten tercatat 5 Puskesmas yang memiliki penderita TB terbanyak yaitu di Prambanan 37. 78,
kebondalem lor 7.6 3, dan 3 warna 30 1.40, Wedi 21. 4 3, Bayat 12.40 dinas Kesehatan kabupaten Klaten, 2014.
Penderita TB selain terancam kematian diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan titik hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20
sampai 30%. Jika ia meninggal akibat TB maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan
secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial bahkan dikucilkan oleh masyarakat
Kemenkes RI 2014.
memberikan dampak buruk lainnya secara sosial bahkan dikucilkan oleh masyarakat Kemenkes RI 2014.
program kunjungan rumah bukanlah program yang mahal justru sebaliknya melalui kunjungan rumah
biaya operasional pelayanan kesehatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional. pelayanan di
institusi,
Bimbingan kesehatan TBC di desa atau kelurahan memiliki efektivitas tinggi jika dibandingkan dengan metode
penyuluhan di rumah sakit sebab optimalisasi peran perawat mengandalkan hubungan interpersonal
kemasyarakat( lilianti 2012).
Kondisi keluarga yang mungkin salah persepsi kan informasi-informasi dari petugas tentang TB besar
kemungkinan keluarga tidak memberikan obat secara benar sehingga proses penyembuhan menjadi terhambat
atau lama. Perawat Puskesmas menyatakan kunjungan rumah itu tidak dilakukan pada semua penderita TB.
Perawat Puskesmas melakukan kunjungan rumah pada penderita TB itu apabila ada salah satu penderita TB
yang mangkir obat yang dikarenakan penderita TB merasa bosan setiap hari minum obat yang besar-besar yang
dapat menyebabkan pengobatan semakin lama. Berdasarkan latar belakang dan fenomena masalah diatas maka
penulis ingin mendapatkan gambaran bagaimana arti dan makna memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan TB, dukungan dan harapan perawat pada keluarga dengan TB saat memberikan asuhan
keperawatan
Kasus
Jumlah penduduk di daerah RT 1/ RW 02 kelurahan datar lebuay,Tanggamus adalah 529
jiwa, yang berjenis kelamin laki-laki adalah 271 jiwa, yang berjenis kelamin perempuan
adalah 258 jiwa. Jumlah warga usia produktif sebanyak 348 jiwa anak-anak 60 orang
remaja 69 orang, sebagian besar warga di kelurahan datar lebuay menganut agama Islam
tetapi ada juga yang beragama lain. Jarak antara rumah berdekatan tidak ada halaman,
tidak ada pepohonan di depan rumah titik tipe rumah di daerah tersebut adalah
perumahan permanen dari tembok, sudah berlantai titik sumber air yang digunakan
sebagian besar dari PDAM titik warga di desa RT 1/ RW 02 kelurahan datar lebuay
banyak warga yang menderita sakit TB paru, kebanyakan terjadi pada kelompok usia
produktif (laki-laki), karena kebanyakan penduduk di daerah dataran lebay memiliki
kebiasaan yang kurang baik seperti meludah sembarangan, dan lingkungan rumah yang
kurang pencahayaan lembab dan berdempetan.
Upaya untuk mengatasi
masalah TBC dengan Home
Care
Memodifikasi Lingkungan merupakan Level preventif primer , serta
melakukan strategi keperawatan komunitas secara Kemitraan dan Proses
Kelompok sbb :

1. Temui kepala desa tersebut untuk dimintai data terkait kondisi masyarakatnya dan terutama masyarakat Usia Prduktif

2. Meminta izin kepada kepala desa untuk melakukan pengkajian keperawatan komunitas pada masyarakat usia
produktif di desa datar lebay yang kemudian akan dibantu untuk program kedepannya agar kualitas hidupnya meningkat

3. Bermitra dengan kepala desa dan tenaga kesehatan desa tersebut untuk melakukan pengkajian lebih dalam terkait
kondisi lansia yang ada di datar lebay untuk selanjutnya diambil diagnosa dan diterapkannya intervensi serta program
sehat

4. Melakukan pengkajian lebih dalam terkait kondisi lingkungan dan melakukan Tindakan yang dilakukan
komunitas/keluarga untuk mencegah penularan penyakit TB Paru ke anggota keluarga dengan memodifikasi lingkungan
dengan cara membuka jendela kamar dan pintu rumah, menjemur kasur yang dipakai penderita TB Paru secara satu
minggu sekali. Karena dengan membuka ventilasi rumah maupun menjemur kasur penderita TB di harapkan bakteri
tersebut mati karena terpapar sinar matahari secara langsung (“Families fight TB,” 2006).
Upaya memutus transmisi penyakit merupakan level preventif Sekunder,
serta melakukan strategi keperawatan komunitas secara Pendidikan
Kesehatan

1. Melakukan pendidikan kesehatan kepada Masyarakat usia Produktif

2. Hasil wawancara yang dilakukan mengenai keluarga/masyarakat dalam upaya memutus transmisi penyakit TB Paru yaitu dengan
selalu mengingatkan penderita tidak membuang dahak di sembarang tempat, selain itu menyiapkan tempat khusus buat penderita
TB untuk membuang dahak. Membuang dahak tidak sembarangan merupakan salah satu upaya pencegahan penularan penyakit, hal
ini sesuai dengan teori menurut Depkes RI (2009) pencegahan tersebut juga dapat dilakukan dengan mengunakan wadah/kaleng
bertutup yang sudah diberi air sabun. Membuang dahak kelubang WC atau timbun ke dalam tanah di tempat yang jauh dari
keramaian. Kadang keluarga juga mengingatkan ketika batuk penderita harus menutup mulutnya dengan tangan dan itu sudah
dilakukan penderita TB. Akan tetapi pada penggunaan masker penderita jarang memakainya dikarenakan masih merasa kuarang
nyaman atau risih, padahal memakai masker itu diperlukan kemanapun pasien berada. Dalam hal memakai masker ini tidak sejalan
dengan teori yang sudah dibahas pada bab tinjauan pustaka, bahwasanya pasien di haruskan memakai masker. Berikut menurut
Depkes RI (2009) selain itu juga ada beberapa cara batuk yang benar untuk mencegah terjadinya proses penularan yaitu palingkan
muka dari orang lain dan makanan. Tutup hidung dan mulut anda dengan tisu atau saputangan ketika batuk atau bersin. Segera cuci
tangan setelah menutup mulut dengan tangan ketika batuk. Hindari batuk di tempat keramaian. Pasien memakai penutup mulut dan
hidung atau masker jika perlu. Jangan bertukar saputangan atau masker dengan orang lain.
Anjurkan untuk mengkonsumsi obat dan kontrol rutin ke puskesmas
merupakan level preventif tersier , serta melakukan strategi keperawatan
komunitas secara Kemitraan dan Perawatan Profesional

1. Dan setelah teman-teman perawat di desa Datar Lebuay sudah selesai , kita bisa bermitra dengan tenaga kesehatan
/kepala desa/kader-kader yang akit untuk memantau masyarakat pengidap Penyakit TB dimana penderita harus
meminum obat secara rutin dan tepat waktu. Jika tidak demikian maka proses penyembuhan akan mengalami hambatan .
Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment).

2. Selain meminum obat secara rutin, penderita juga selalu kontrol rutin ke puskesmas dengan diantarkan oleh keluarga .
Dalam hal ini keluarga tidak hanya mendukung perawatan dalam psikososialnya melainkan juga dalam perawatan secara
fisik. hal-hal yang dapat lakukan keluarga dalam merawat penderita TB paru diantaranya mengawasi klien dalam
meminum obat secara teratur hingga klien menelan obatnya, selain itu keluarga dapat membawa atau mengajak pasien ke
fasilitas kesehatan setiap dua minggu sekali untuk melihat perkembangan penyakitnya atau jika pasien mengalami
keluhan-keluhan yang harus segera di tangani. Keluarga juga harus lebih terbuka dan memahami serta menghargai
perasaan klien, mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien, menanyakan apa yang saat ini klien rasakan, ini
merupakan salah satu bentuk dukungan dari keluarga secara psikis.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai