Anda di halaman 1dari 29

A.

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Persalinan dengan Distosia


Bahu
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama :
Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak
keliru bila ada kesamaan nama dengan yang lain
(Christina I 1984; 84).

Umur :Usia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun


mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi
persalinan ( Varney, 2007 ).

Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
makin rendah pendidikan ibu,maka makin tinggi
kematian bayi,sehingga diperlukan penyuluhan.
(Depkes.RI,1993:30).
Pekerjaan :
Pekerjaan seks komersial lebih rentan terinfeksi HIV
(Daili, 2009).
Alamat :
No. Register :

2. Alasan MRS / Keluhan Utama


a. Alasan MRS
Klien merupakan pasien rujukan atau datang sendiri terkait adanya
keluhan

b. Keluhan Utama
Pinggang terasa sakit menjalar ke depan, nyeri semakin hebat bila

1
untuk aktivitas jalan, mengeluarkan lendir darah, pengeluaran
cairan yang sebagian besar ketuban pecah ( Manuaba, 2007 ).
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai dari klien pertama kali
merasakan keluhan sampai dengan sebelum bertemu pengkaji saat ini.
1) Kapan kontraksi mulai dirasakan ?
2) Apakah kontraksi teratur ? Seberapa sering kontraksi terjadi ?
3) Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi ?
4) Apakah selaput ketuban sudah pecah ? Jika ya, apa warna cairan
ketuban ? Apakah kental atau encer ? Kapan saat selaput ketuban
pecah?
5) Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu ? Apakah
berupa bercak atau darah segar pervaginam ?
6) Kapan ibu terakhir kali makan atau minum ?
7) Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih ? ( JPNK-KR, 2008).
Jika klien bukan merupakan pasien baru MRS, maka segala sesuatu
penatalaksanaan ataupun tindakan yang telah didapatkan oleh klien di RS
juga dimasukkan kedalam riwayat kesehatan kesehatan sekarang, yang
kemudian di validasi pada data rekam medis.
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat dan/ diperberat oleh
persalinan : Jantung, Hipertensi, Anemia, Leukimia, Isoimunisasi, TBC,
Asma Bronchial, Haemorroid, Hepatitis, Ginjal, DM, Epilepsi, Psikosis,
Penyakit Autoimun, IMS, HIV/AIDS, TORCH, ISK dan kelainan/
penyakit sistem reproduksi.
TBC : Ibu hamil dengan riwayat TBC aktif kemungkinan bisa
menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular pada bayi
(Prawirohardjo,1999)
Hepatitis : Hepatitis yang terjadi selama kehamilan dapat
menyebabkan korioamnitis selama persalinan (WHO, 2002).
HIV/AIDS : Pada ibu yang menderita HIV/AIDS dalam populasi
yang tidak diobati maka memiliki resiko absolut standar penularan ibu
kepada anak. Sebagian besar infeksi perinatal (65-75%) terjadi disekitar

2
waktu melahirkan (Varney, 2008).
Hipertensi : Ibu dengan hipertensi kronik pada saat melahirkan
resiko preeklamsia lebih tinggi (Sarwono, 2009).
DM : Pada ibu hamil dengan DM akan meningkatkan resiko
terjadinya preeklamsia saat persalinan, seksio sesarea, dan makrosomia
(Sarwono, 2009).
Asma :Peningkatan insidensi pre eklampsia, persalinan
premature, berat badan lahir rendah dan mortalitas perinatal pernah
dilaporkan berkaitan dengan asma (Lenovo, 2009).
TORCH : Infeksi TORCH selama kehamilan awal berpotensi
memacu perubahan genetik dan anatomik embrio (Hadijanto, 2009).
Kelainan alat reproduksi : Kelainan uterus, misalnya uterus
bikornis unilokalis dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
distosia karena kelainan His (Mochtar, 2011).
Penyakit Autoimun : Hadijanto (2009) mengemukakan
bahwa terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun, misalnya systemic lupus erythematosus (SLE) dimana
diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya
kehamilan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit keluarga yang bersifat herediter (Hipertensi, Diabetes
Melitus, Asma) dan menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS) serta riwayat
keturunan gamelli.
Hipertensi : Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotype janin. Telah
terbukti bahwa ibu yang mengalami pre eklampsia, 26% anak perempuannya
akan mengalami pre eklampsia pula (Angsa, 2009).
Diabetes : Kemungkinan diabetes mellitus dalam kehamilan (diabetes
gestasional) lebih besar jika ada anggota sakit diabetes /herediter (Mochtar,
2009).
Gamelli : Kehamilan kembar memiliki insidens lebih tinggi pada
keluarga yang memiliki riwayat kehamilan kembar (Fraser & Cooper, 2009).

3
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (Varney, 2006).
Riwayat Menstruasi : Siklus. lama. jumlah
Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat implantasi sebagai
periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat berbeda dari menstruasi yang
biasa ia alami (Varney, 2006).

6. Riwayat Obstetri
Nifas
Kehamilan Persalinan Anak
No
Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/ H M Abnor Laktasi Peny
PB malitas
1

- Dekker (1998) menyatakan salah satu faktor resiko hipertensi akibat


kematian terjadi pada multigravida yang memiliki pasangan baru
- Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
suami yang sebelumnya (Angsar, 2009).
- Atonia Uteri sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara (Mochtar,
2009).
- Hallak (1999) menyatakan hipertensi akibat kehamilan terjadi dua kali lebih
sering pada kehamilan pertama (primigravida) dibandingkan pada
multipara.
- Riwayat pernah melahirkan premature satu kali mempunyai resiko 4 kali
lipat, sedangkan yang pernah melahirkan dua kali premature mempunyai
resiko 6 kali lipat (Sastrawinata, 2005).
- Plasenta previa rentan terjadi pada endometrium yang cacat akibat bekas
persalinan berulang, bekas operasi, kuretase dan manual plasenta
(Fraser & Cooper, 2009).

4
- Riwayat bedah sesar akan mempengaruhi ibu untuk persalinan berikutnya
(Varney, 2006).
- Menurut Sulistiowati (2001) dalam Suryani (2008), terdapat hubungan yang
signifikan antara riwayat persalinan buruk sebelumnya dengan
perdarahan pasca persalinan.
- Grande multipara, jarak persalinan yang pendek atau kurang dari dua tahun
merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan postpartum (Manuaba,
1998).
- Ibu yang secara genetic selalu melahirkan bayi besar (makrosomia) dapat
menyebabkan disfungsional persalinan, kemungkinan rupture uterus dan
peningkatan insiden perdarahan postpartum (Mary, 1995).
- Pada multigravida bila persalinan yang lalu dijumpai keadaan :
Kehamilan dengan komplikasi atau penyakit, pernah mengalami keguguran,
persalinan prematurus, IUFD, persalinan dengan tindakan operasi,
persalinan berlangsung lama (>24 jam) dan kehamilan lewat waktu maka
dapat disimpulkan bahwa kehamilan saat ini mempunyai resiko yang lebih
tinggi (Manuaba, 1998).

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Menurut Varney (2006) riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk mendeteksi
komplikasi, beberapa ketidaknyamanan dan setiap keluhan seputar kehamilan
yang dialami klien sejak haid terakhirnya (HPHT).
a. Keluhan tiap trimester
b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
c. Pemeriksaan kehamilan
d. Pendidikan Kesehatan yang sudah didapatkan
e. Imunisasi
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : Riwayat merokok,
minum alkohol, minum jamu atau obat-obatan tradisional,
ketergantungan obat-obatan tertentu dan kebiasaan memelihara hewan.
 Merokok sebelum atau pada awal kehamilan meningkatkan resiko
aborsi spontan dan plasenta abnormal, termasuk abrupsio dan
plasenta previa (Varney, 2008).

5
 Konsumsi alkohol selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan
resiko aborsi spontan pada trimester kedua dan defisiensi nutrisi
(Varney, 2008).
 Selama kehamilan penggunaan kokain dikaitkan dengan aborsi
spontan, persalinan dan pelahiran premature, abrupsi plasenta,
persalinan dan pelahiran cepat, intoleransi janin terhadap persalinan,
berat badan lahir rendah dan kematian janin (Varney, 2008).
 Kafein yang terkandung dalam kopi akan mengakibatkan resiko
tinggi aborsi trimester pertama (Varney, 2008).
 Wanita hamil yang memiliki hewan peliharaan kucing rentan
terkena toxoplasmosis melalui kotoran kucing yang dibersihkan
olehnya. Apabila wanita terinfeksi pada masa hamil, toxoplasmosis
dapat menyebabkan malformasi kongenital berat karena protozoa ini
dapat menembus melalui plasenta ke janin. Efek yang paling parah
adalah anomaly otak, misal anensefali, hidrosefalus, mikrosefali dan
pengapuran intracranial (Varney, 2008).

8. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir dengan
kehamilan

6
9. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Kebanyakan wanita saat persalinan tidak menginginkan untuk


Nutrisi makan. Namun, cairan yang adekuat harus disediakan untuk
mencegah terjadinya dehidrasi. (Christine, 2006).

Pada kala I, sering buang air kecil akibat rasa tertekan di area
Eliminasi pelvis dan pada kala II, adanya desakan mengejan seperti
dorongan ingin buang air besar (Varney, 2008).

Ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apa pun


Istirahat dalam waktu yang lama.(Penny, 2008).

Pada primi ataupun multi akan memberika perhatian pada


Aktivitas kontraksi, timbul kecemasan, tegang,perasaan tidak enak atau
gelisah.(Penny, 2008).

Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih


Personal hygiene selama persalinan (Mochtar, 2011).

Kebiasaan
Pada akhir kehamilan lebih baik ditinggalkan karena kadang-
Seksualitas kadang menimbulkan infeksi persalinan dan nifas serta dapat
memecahkan ketuban, pada multipara koitus dapat dilakukan
dengan kondom/perubahan posisi yang dapt mengurangi
kedalaman penetrasi. (Manuaba, 1998).

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis
 Riwayat pernikahan : Pernikahan ke berapa, lama menikah, status
pernikahan sah/tidak
 Kehamilan direncanakan/tidak
 Psikologis ibu menghadapi persalinan

7
b. Sosial : Bagaimana penerimaan keluarga terhadap kehamilan ini
c. Kultural : Adakah adat istiadat yang dilakukan pada proses persalinan yang
dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun janin
d. Spiritual : Adakah ritual keagamaan yang dilakukan pada proses persalinan
yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan bagi ibu maupun janin.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
(Salmah,2006) Peningkatan sistolik 10-20 mmHg
dan diastolik rata-rata 10 mmHg masih dianggap
normal (Varney,2007)

Nadi : 60-100 x/menit

Peningkatan nadi dapat terjadi pada saat kontraksi


uterus (Varney,2007)

Suhu Tubuh : 36,5-37,5 0C

Peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-1o C masih


dianggap normal (Varney,2007)

Pernapasan : 16-20 x/menit

Peningkatan frekuensi pernapasan mencerminkan


peningkatan metabolisme yang terjadi saat proses
persalinan (Varney,2007)

Antropometri :
Tinggi Badan : >145 cm
Tinggi Badan ibu kurang dari 145 cm dapat dicurigai
terjadinya kesempitan panggul (Varney,2008)

8
Kenaikan Berat Badan : ≤ 15 kg, penambahan berat badan lebih
dari 15 kg dapat mengindikasi ibu mengalami
PEB, DM dan janin makrosomia (Varney,2006)
Ukuran lila : >23,5 cm, ukuran lila kurang dari 23,5
mengindikasikan status gizi buruk pada ibu
hamil (Varney,2006)

2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi

Kepala : kulit kepala tampak bersih, distribusi rambut merata

Wajah : tampak cemas, tidak tampak pucat dan oedema,


tampak/tidak tampak kloasma gravidarum
Pada ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi
berlebihan terhadap persalinan awal dengan terlalu
banyak memberi perhatian pada kontraksi, menjadi
tegang, timbul kecemasan atau perasaan aneh terhadap
tubuh..( Simkin Penny,Dkk,2008: 187-196) .
Mata : tampak simetris, kelopak mata tidak oedema, tampak
sclera berwarna putih, tidak tampak kelainan,
konjungtiva tampak berwarna merah muda
Hidung : tampak bersih, tidak tampak cuping hidung, polip,
dan peradangan
Mulut : tampak bibir bersih, mukosa mulut lembab, lidah
bersih dan tremor, gigi geraham lengkap, tidak tampak
stomatitis, caries dentis, dan pembesaran tonsil
Telinga : tampak bersih, tidak tampak pengeluaran sekret
Leher : tampak/tidak tampak hyperpigmentasi, tidak tampak
pembesaran tonsil, faring, laring, vena jugularis,
kelenjar tiroid, dan kelenjar getah bening
Dada : tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding dada

9
Payudara : tampak simetris dan bersih, areolla dan putting
tampak kehitaman, lebih besar, tidak tampak
benjolan
Pada payudara putting akan lebih besar, kehitaman,
dan tegak dan pada areola akan lebih besar dan
kehitamantidak teraba benjolan atau massa abnormal.
Abdomen : tampak pembesaran, tampak/tidak tampak linea dan
striae, tidak tampak bekas operasi dan asites

Genetalia : tidak tampak oedema, varices, serta hemoroid, tampak


pengeluaran lendir darah, cairan ketuban

Ekstremitas : tampak simetris, tidak oedema

Palpasi

Leher : tidak teraba pembesaran vna jugularis, kelenjar


getah bening, dan kelenjar tiroid
Payudara :
Abdomen :
TFU :
Mengukur jarak symphisis-fundus dengan
menggunakan cara Mc-DONALD (UNPAD,1983)

Leopold I :
Tinggi fundus uteri dengan menggunakan jari,
biasanya pada UK aterm TFU pertengahan pusat-
Processus Xypoideus. Pada fundus teraba lunak,
kurang bulat, kurang melenting (bokong janin)
Leopold II :
Teraba keras memanjang seperti papan
diabdomen sebelah kanan/kiri ibu (punggung
janin) dan bagian terkecil janin diabdomen
sebaliknya.

10
Leopold III :
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada
bagian SBR dan sudah masuk PAP atau belum
Leopold IV :
Bagian terendah janin sebagian kecil/besar sudah
melewati PAP (Konvergen/ Divergen)
TBJ :
TFU (cm) diukur dengan pita pengukur kemudian
dimasukkan ke dalam Rumus Johnson (hanya jika
presentasi kepala)
TBJ (gr) = (TFU-11)x155, jika kepala sudah
masuk ke dalam panggul
TBJ (gr) = (TFU-12)x155, jika kepala masih diatas
spina ischiadika
Penurunan kepala dengan perlimaan : < 5/5
pada Primi
pada kala 1 persalinan, kepala seharusnya sudah
masuk ke dalam rongga panggul. Bila ternyata
kepala memang tidak dapat turun, mungkin bagian
terbawah janin (kepala) terlalu besar dibandingkan
dengan diameter pintu atas panggul (CPD)
(APN,2006)

Genetalia : tidak teraba oedema, tidak teraba pembesaran pada


kelenjar bartholini. Pada proses persalinan jika terjadi
oedem pada perineum maka perlu dihindarkan
persalinan pervaginam karena dapat dipastikan akan
terjadi laserasi perineum (Manuaba, 1998).

Auskultasi
Abdomen : DJJ : terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-160
x/menit, interval teratur tidak lebih dari 2 punctum
maximal(Mochtar,2011)

11
Daerah/letak DJJ : kuadran kiri/kanan
bawah bawah abdomen ibu

3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan His
His Kala I : His belum begitu kuat datangnya 10-15 menit tidak begitu
mengganggu ibu interval menjadi lebih pendek kontraksi kuat
dan lama (Varney,2007) His dianggap adekuat jika terjadi ≥ 3x
dalam 10 menit dan berlangsung selama ≥ 40 detik
Pemeriksaan Dalam
Tanggal :
a. Vulva Vagina : Tidak ada massa abnormal
b. Portio : effacement 0-100%
c. Pembukaan : 0-3 cm : Fase laten
3-4 cm : Fase aktif, akselerasi
4-9 cm : Fase aktif, dilatasi maksimal
9-10 cm : Fase aktif, deselerasi
d. Ketuban
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak
mengalir lagi
e. Presentasi : Belakang kepala
f. Denominator : UUK (Oksiput)
g. Posisi : Uuk kiri depan (LOA)/ UUK kanan depan (ROA)
h. Hodge : Hodge I-III

12
4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal : > 11 gr%
Hb meningkat rata-rata 1,2 gr% selama
persalinan (Varney,2007)
Sel Darah Putih : Meningkat secara progresif pada kala I
persalinan, ± 5000-15.000 pada saat pembukaan
lengkap
Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma (Varney,2007)
Albumin dan reduksi urine negative (Sulaiman,2011)
- Pemeriksaan USG : Janin Intrauterine

5. Data Rekam Medis


Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain dimana tindakan
tersebut adalah validasi dari riwayat kesehatan sekarang yang tertuang
didalam catatan status klien (rekam medis). Tindakan tersebut dilakukan
sejak klien MRS hingga bertemu pengkaji saat ini.

Tanggal/Jam Tindakan yang telah diberikan Pelaksana

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis :
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis
kebidanan

13
Diagnosis : G Papah usia kehamilan . . . minggu +. . . hari Kala I Fase
laten/aktif Persalinan Normal
Janin tunggal, hidup, intrauterine
G : Gravida
P : Para a : aterm
p : premature
a : abortus
h : hidup

Masalah :
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang dialami klin yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis
Kebutuhan :
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan
masalah

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah actual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis masalah potensial tersebut tidak terjadi
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus dilakukan
untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Ruusan ini mencakup tidakan segera yang bisa
dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan
Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan !
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak klien
dan keluarga (Varney,2007)

14
2. Lakukan observasi kala I !
a. Tiap 30 menit, pantau DJJ, nadi dan kontraksi uterus
Rasional : DJJ dan nadi ibu diperiksa untuk memastikan kondisi ibu dan
janin baik. Kontraksi uterus dipantau untuk memudahkan
petugas dalam pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-
KR,2008)
b. Tiap 2 jam, suhu tubuh dan volume urine ibu
Rasional : Peningkatan suhu tubuh dapat menunjukan proses infeksi dan
dehidrafi (Varney,2007) Kandung kemih yang penuh
berpotensi untuk menghambat proses persalinan dan penurunan
kepala (JNPK-KR,2008)
c. Tiap 4 jam, pembukaan serviks, penurunan kepala, keadaan ketuban,
molase dan tekanan darah ibu
Rasional : Merupakan indikator untuk pengambilan tindakan selanjutnya
(JNPK-KR,2008)
3. Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar PI !
Rasional : PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir karena dapat
menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.
Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur PI secra
baik dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan
terhadap resiko infeksi (JNPK-KR.2008)
4. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih dari 10
menit !
Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya
akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu keplasenta. Kondisi
seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan
oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan
dengan gangguan terhadap proses persalinan (Enkin, et, al,
2000 dalam JNPK-KR,2008)
5. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya !
Rasional : Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk memperlambat
proses persalinan (Varney,2007)

15
6. Ajarkan ibu melakukan teknik nafas dalam pada waktu His !
Rasional : Latihan nafas dalam merupakan upaya relaksasi yang dpat
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri terutama saat terjadi
kontraksi (Varney,2007)
7. Anjurkan ibu tetap mendapat asupan selama persalinan dan proses kelahiran
bayi !
Rasional : Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi dan atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-
KR,2008)
8. Berikan KIE tentang proses persalinan normal !
Rasional : Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat
menggugah emosi. Dengan memberikan pengertian tentang
proses persalinan ibu akan berupaya mengatasi gangguan
emosionalnya (Varney,2007)
9. Berikan support mental/ dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi
proses persalinan !
Rasional : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses
persalinan (Enkin, et, al, 2000). Dengan adanya suami dan
anggota keluarga yang berperan aktif dalam mendukung ibu
dapat sangat membantu memberi kenyamanan pada ibu (JNPK-
KR,2008)
10. Siapkan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan!
Rasional : Sebagai pemeriksaan kelengkapan alat untuk proses
persalinan serta sebagai alat pelindung diri (Doengoes,2001)
11. Dokumentasi hasil pemantauan kala I pada partograf !
Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan Kala I
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Dokumentasi menggunakan partograf memudahkan untuk
pengambilan keputusan dan rencana asuhan selanjutnya
(JNPK-KR,2008)

16
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalambentuk SOAP

17
Kala II Persalinan

I. PENGKAJIAN

A. Data Subjektif
- Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum/ vaginanya
B. Data Objektif
- Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darak : 110/70-120-80 mmHg, < 140/90 mmHg
(Salmah,2006) tekanan darah dapat meningkat
lagi 15-25 mmHg selama kala II
Nadi : 60-100 x/menit, frekuensi meningkat disertai
takikardi ketika mencapai puncak saat
persalinan (Varney,2007)
Suhu Tubuh : 36,5-37,5o C, peningkatan suhu tertinggi yang
masih dianggap normal adalah 1-2oC
(Varney,2007)
Pernapasan : 16-24x/menit, peningkatan frekuensi
pernapasan mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi saat proses persalinan
(Varney,2006)
- Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Genitalia : Adanya tanda gejala kala II
o Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur
darah
o Perineum tanpak menonjol
o Vulva dan sfingter ani membuka (JNPK-
KR,2008)

Auskultasi : DJJ : Terdengar jelas, teratur, frekuensi 120-160 x/menit


(Mochtar,2011)

18
- Pemeriksaan Khusus
Observasi His : His dianggap adekuat jika terjadi ≥ 3x dalam 10 menit
dan berlangsung selama ≥ 40 detik
- Pemeriksaan Dalam
Tanggal : Jam : Oleh :
a) Vulva/vagina : Tidak ada massa abnormal
b) Portio : effacement 100%
c) Pembukaan : 10cm
d) Ketuban
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak mengalir
lagi
e) Presentasi : Belakang kepala
f) Denominator : UUK (Oksiput)
g) Posisi : UUK kiri depan (LOA)/ UUK kanan depan (ROA)
h) Hodge : III-IV

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G Papah Kala II Persalinan Normal

Masalah : Ibu merasa lemas untuk menegden

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial :Ibu merasa cemas dan gelisah menghadapi


persalinannya

19
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Kebutuhan tindakan segera : Berikan infuse
Pimpin persalinan dengan baik dengan benar

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Lakukan prosedur Asuhan Persalinan Normal :
1. Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah !
Rasional : Selaput ketuban yang belum pecah dapat menghambat
kelancaran proses kelahiran bayi (JNPK-KR,2008)
2. Siapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran !
Rasional : Hasil persalina yang baik erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendmapingi ibu selama proses
persalinan (Enkin,et,al, 2000)
3. Lakukan Observasi !
Rasional : Deteksi dini bradikardi dan penurunan perfusi plasenta
(Doengoes, 2001)
4. Anjurkan keluarga pendamping unutk melakukan stimulasi puting susu bila
kontraksi tidak baik !
Rasional : Stimulasi puting susu berfungsi untuk menstimulasi
produktivitas oksitosin ibu, yang berperan dalam proses
persalinan mengejan (Doengoes,20010

DISTOSIA BAHU

SUBJEKTIF

- Ibu mengatakan lelah dan tidak kuat untuk mengedan lagi

20
OBJEKTIF

- Kepala sudah lahir namun bahu belum juga lahir

ASSESMENT

Diagnosa : Ibu P2A0 kala II dengan distosia bahu

Masalah : Bahu belum dapat dilahirkan

Kebutuhan : Teknik pertolongan persalinan distosia bahu

PLANNING

a. Melakukan anestesi lokal dan episiotomi

- Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu penyuntikan

untuk dilakukan episiotomi dan bantu ibu utnutk tetap rileks

- Memberi suntikan lidokain 1 % pada perineum, dengan cara meletakkan jari

telunjuk dan jari tengah dari tangan kiri antara kepala bayi dan perinium.

Masukkan jarum secara subkutan, mulai dari komisura posterion, menelusuri

sepanjang perinium yang akan dilakukan episiotomi. Aspirasi untuk

memastikan ujung jari tidak memasuki pembuluh darah, tarik jarum perlahan

sambil menyuntikkan 5 – 10 ml likodan 1 %.

- Tekan tempat infiltrasi agar anestesi menyebar. Tunggu selama 1 – 2 menit

sebelum melakukan episiotomi

- Melakukan episiotomi yaitu pasang gunting episiotomi dengan tangan kanan,

sedangkan jari tengah dan jari telunjuk dari tangan kiri melindungi kepala

janin dan perineum, searah dengan sayatan.

- Tunggu puncak His kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka

diantara jari telunjuk dan jari tengah.

21
- Guntuing perineum dengan posisi mediolateral kiri, taruh gunting kelarutan

klorin untuk direndam.

b. Lakukan manuver Mc. Robert yaitu dengan meminta ibu untuk melipat kedua

pahanya sehingga kedua lutut berada sedekat mungkin dengan dada. Lahirkan

bahu depan dengan menarik kepala curam kearah bawah.

Meminta bantuan orang lain untuk melakukan penekanan pada suprapubis

(diatas simfisis). Kemudian tarik keatas sehingga bahu belakang dapat

dilahirkan.

c. Lakukan sangga susur untuk melahirkan seluruh tubuh bayi.

d. Lakukan penilaian kepada bayi baru lahir secara cepat dengan tiga

pertanyaan, yaitu : apakah bayi menangis spontan, apakah warna kulit bayi

kemerahan, dan apakah tonus otot bayi baik.

e. Segera keringkan bayi dan bungkus dengan kain bersih dan kering untuk

mencegah terjadinya hiportemi.

f. Lakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cara memasang klem

pertama dengan jarak 2 – 3 cm dari pusat dan klem kedua dengan jarak 2 – 3

cm dari klem pertama. Kemudian potong tali pusat diantara dua klem dengan

tangan kiri melindungi perut bayi.

g. Berikan bayi kepada ibunya untuk disusui

h. Periksa kelengkapan tubuh bayi pakah terdapat cacat atau tidak

Seluruh tubuh bayi telah dilahirkan

22
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalambentuk SOAP

Kala III Persalinan

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Ibu masih merasakan adnya kontraksi uterus
B. Data Obyektif
- Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 11-/70-120/80 mmHg, < 140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5o C
Pernafasan : 16-24 x/menit
- Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Genitalia : Adanya tanda pelepasan plasenta
Tampak tali pusat memanjang, adanya semburan
darah secara mendadak dan singkat (JNPK-
KR,2008)

Palpasi : Abdomen : Teraba tinggi fundus berada diatas pusat (


JNPK-KR,2008)

- Data Bayi
Bayi telah lahir, tanggal : Jam :

23
Jenis kelamin :
Hasil penilaian sepintas :
2) Apakah bayi cukup bulan ?
3) Apakah air ketuban jernih, tidak bercamppur mekonium ?
4) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesuliatan ?
5) Apakah bayi bergerak aktif (JNPK-KR,2008)

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : G Papah Kala III Persalinan dengan Distosia Bahu
Masalah : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


1. Pastikan kehamilan tunggal !
Rasional : Injeksi oksitosin pada menajemen aktif kala III dilakukan setelah bayi
lahir, sehingga perlu memastikan bahwa tidak ada janin kedua dalam
perut ibu (JNPK-KR,2008)
2. Lakukan penanganan bayi baru lahir
a. Lakukan pemotongan tali pusat setelah 2 menit atau sampai tali pusat
berhenti berdenyut !
Rasional : Pemotongan tali pusat dilakukan dalam 2 menit setelah
kelahiran atau sampai tali pusat berhenti berdenyut untuk
memaksimalkan aliran darah ibu ke bayi, sehingga menekan
resiko anemia pada bayi baru lahir (JNPK0KR,2008)
b. Lakukan pengikatan tali pusat !
Rasional : Pengikatan tali pusat secara erat mutlak diperlukan untuk
mencegah perdarahan tali pusat yang dapat mengakibatkan
anemia pada bayi baru lahir. (JNPK-KR,2008)

24
c. Lakukan IMD !
Rasional : IMD merupakan langkah awal bentuk bounding attachment.
Selain itu, sekitar 22% angka kematian bayi setelah lahir pada 1
bulan pertama dapat ditekan dengan IMD.
3. Lakukan Manajemen aktif kala III
a. Berikan injeksi oksitosin 10 unit secara IM dalam 1 menit kelahiran bayi !
Rasional : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan
efektif sehingga dapat membantu mempercepat pelepasan
plasenta dan mengurangi kehilangan darah (JNPK-KR,2008)

b. Lakukan PTT
Rasional : Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT) merupakan cara
mengevaluasi apakah plasenta sudah terlepas sempurna dari
perlekatannya
c. Lakukan massase fundus uteri segera setelah plasenta lahir
Rasional : Massase fundus uteri segera setelah plasenta lahir dilakukan
untuk merangsang kontraksi uuterus sehingga dapat mencegah
terjadinya perdarahan
4. Lahirkan plasenta !
Rasional : Pada kala III pelepasan dan pengeluaran uri cukup penting,
karena kelalaian dapat menyebabkan resiko perdarahan yang
membawa kematian (Mochtar,2011)
5. Cek kelengkapan plasenta dan selaput ketuban !
Rasional : Menghindari terjadinya perdarahan akibat tertinggalnya sisa
plasenta (Varney,2007)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI

25
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalambentuk SOAP

Kala IV Persalinan

I. PENGKAJIAN

A. Data Subyektif
B. Data Obyektif
- Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5-37,5oC, suhu ibu berlanjut sedikit
meningkat, tetapi biasanya <38oC
(Varney,2007)
Pernapasan : 16-24 x/menit
- Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Abdomen : Tampak mengecil
Genitalia : Ada/tidak laserasi, tidak ada memar ataupun
hematoma (Varney,2007)

Palpasi : Abdomen : teraba uterus ditengah-tengah abdomen, teraba


membulat dan keras (Varney,2007)

26
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosis : G Papah Kala IV Persalinan Normal
Masalah : Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


1. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum !
Rasional : Merupakan deteksi dini adanya laserasi yang dapat
mengakibatkan perdarahan post partum(JNPK-KR,2008)
2. Lakukan penjahitan jika laserasi mengakibatkan perdarahan !
Rasional : Penjahitan dilakukan jika terdapat laserasi yang
mengakibatkan perdarahan aktif (JNPK-KR,2008)
3. Ajarkan ibu melakukan massase uterus !
Rasional : Ibu dapat menilai kontraksi rahimnya sendiri. Dengan
memberikan rangsangan taktil pada uterus dapat mencegah
terjadinya perdarahan (JNPK-KR,2008)
4. Estimasi jumlah perdarahan !
Rasional : Mengestimasi jumlah perdarahan diperlukan sebagai bentuk
deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum,
yaitu jumlah perdarahan > 500 mL. (JNPK-KR,2008)
5. Lakukan pemantauan kala IV !
Rasional : Deteksi dini kemungkinan terjadinya komplikasi pasca
persalinan (JNPK-KR,2008)
6. Lakukan prosedur kebersihan dan keamanan (Pencegahan Infeksi) pasca
persalinan
Rasional : Prosedur pencegahan infeksi yang dilakukan dengan benar
dapat mencegah terjadinya infeksi silang/ infeksi nosocomial
(Doengoes,2001)

27
7. Lengkapi Partograf !
Rasional : Pengisian partograf meupakan salah satu bentuk
pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah
dilakukan (JNPK-KR,2008)

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalambentuk SOAP

28
29

Anda mungkin juga menyukai