OLEH:
NIM.P07224316030
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bentuk dari upaya pembangunan di bidang kesehatan adalah
peningkatan kesehatan ibu dengan program yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian ibu (AKI) (Depkes RI, 2007).
Pre eklampsia merupakan penyebab utama kemaian ibu dan penyebab
kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Pre eklampsia adalah masalah
kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena penyakit yang ditandai
dengan hipertensi, edema, dan proteinuria yang terjadi pada kehamilan
kurang lebih 20 minggu terkadang disertai konvulsi sampai koma sehingga
dapat mempengarui mortalitas ibu dan janin (Chapman dan Charles, 2009).
Menurut WHO pada tahun 2012, angka kejadian Pre eklampsia sekitar
0,51%- 38,4%. Data Survei Demogravi Kesehatan Indonesia pada tahun 2012
menyebutkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2012
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Tingginya angka kejadian pre eklampsia di Negara-negara berkembang
dihubungkan dengan masih rendahnya status sosial ekonomi yang tingkat
pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut masih
saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan
pemahaman terhadap berbagai informasi/ masalah kesehatan yang timbul baik
pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya (Zuhrina, 2010).
Penatalaksanaan persalinan dengan pre eklampsia berat dirumah sakit pada
dasarnya dapat dilakukan secara spontan dengan catatan memperpendek kala
II dengan bantuan bedah obstetri. Persalinan dengan pre eklampsia berat
dilakukan secara aktif apabila didapatkan satu atau lebih keadaan yang terjadi
pada ibu, antara lain kehamilan > 37 minggu, adanya tanda-tanda impending,
dan kegagalan terapi pada perawatan konservatif, sedangkan pada janin terjadi
tanda-tanda fetal distress dan adanya tanda-tanda IUFD (Marmi dkk, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendiskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan asfiksia pre eklampsia menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori ibu hamil dengan pre eklampsia.
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan preeklampsia berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan pre eklampsia
menggunakan pendekatan Varney, yang terdiri dari
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis masalah potensial
4) Mengidentifikasi diagnosis kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan
Preeklamsia Berat
II. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
refocussing atau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien, berlandaskan teori yang ada, untuk menegakkan
diagnosis.
A. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas
Nama : Nama Ibu dan Suami
Nama klien dan suami perlu ditanyakan
agar tidak keliru bila ada kesamaan nama
dengan yang lain (Christina I 1984).
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2) Keluhan Utama:
(1) Preeklampsia seringkali terjadi secara tiba-tiba setelah
kehamilan memasuki usia 20 minggu dengan disertai
gejala/tanda seperti berikut : tekanan darah tinggi ( ≥
140/90 mmhg), kelebihan protein dalam urin (proteinuria),
sakit kepala, mual, muntah, pembengkakan, terutama di
wajah dan tangan, nyeri perut bagian atas, biasanya di
bawah rusuk pada sisi kanan dan kenaikan berat badan
secara drastis (Cunningham, 2006).
(2) Peningkatan tekanan darah, pengeluaran protein urine,
edema kaki, tangan sampai wajah, terjadinya gejala
subyektif : sakit kepala, pengelihatan kabur, nyeri pada
epigastrium, sesak nafas dan berkurangnya urine,
menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma dan
terjadi kejang, mual, muntah beserta gerakan janin dapat
berkurang (Manuaba, 2012).
(3) Tanda – tanda pre-eklamsia biasanya timbul dalam urutan
pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti oedema,
hipertensi dan akhirnya proteinuria. Biasanya ibu pre-
eklamsia mengeluhkan sakit kepala di daerah frontal,
skotoma, diploma, pengelihatan kabur, nyeri didaerah
epigastrium, mual dan muntah (Marmi, 2011).
:
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien
merasakan keluhan sampai dengan pengkajian saat ini
(sebelum diberikan asuhan).
5) Riwayat Menstruasi :
- Wanita sering kali keliru mengartikan bercak darah akibat
implantasi sebagai periode menstruasi, meski menstruasi
ini sangat berbeda dari menstruasi yang biasa ia alami.
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia
kehamilan dan perkiraan tafsiran partus. (Varney, 2006).
HPHT digunakan untuk melihat seberapa tuanya usia
kehamilan ibu karena semakin tua usia kehamilan kejadian
akan meningkat untuk kasus preeklamsia (Sarwono,
2009).
- Kejadian preeklamsia makin meningkat dengan makin
tuanya usia kehamilan (Manuaba, 2012).
- Usia Kehamilan : PEB mengalami peningkatan
vaskularisasi dimulai umur kehamilan 20 minggu, tetapi
preeklamsi dideteksi umumnya pada trimester III
(Sarwono, 2009).
8) Riwayat Kontrasepsi:
Pada ibu dengan akseptor kontrasepsi hormonal memiliki
resiko untuk terkena tekanan darah tinggi. Tekanan darah
tinggi ibu dapat menetap dengan demikian jika ibu akseptor
KB hormonal yang mengalami tekanan darah tinggi hamil,
ibu tersebut dapat mengalami preeklamsia (Manuaba,
2012).
B. OBYEKTIF
1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Menurun
Pada wanita hamil atau bersalin dengan preeklamsia akan
mengalami kesadaran yang menurun sampai koma (Sarwono,
2009).
Tanda vital :
- TD : Sistolik ≥ 160 mmHg dan
Diastolik
≥ 110 mmHg
Terjadi peningkatan tekanan darah. Tekanan
diastolik menggambarkan retensi perifer sedangkan
tekanan sistolik menggambarkan besaran curah
jantung (Sarwono, 2009).
Mochtar, 1999 dalam Marmi, 2011
menjelaskan bahwa preeklamsia terjadi pada spasme
pembuluh darah yang disertai retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriole
glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriole
sedemikian sempitnya sehingga nyata dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriole di
dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah
akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan darah perifer agar oksigen jaringan dapat
dicukupi (Marmi, 2011).
- Nadi :
- Suhu Tubuh :
- Pernapasan : > 20 x/menit (Cepat)
Antropometri :
(a) Tinggi Badan :
(b) Berat Badan Sebelum Hamil
(c) Berat Badan Sekarang :
Bila peningkatan berat badan selama hamil
melebihi 15 kg maka dapat menjadi faktor resiko
terjadinya preeklamsia (Halen Varney,Dkk,2008).
Obesitas merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya preeklamsia pada ibu (Manuaba, 2012).
Kenaikan BB ½ Kg tiap minggu masih normal.
Namun, jika kenaikan BB 1 Kg atau lebih setiap
minggu beberapa kali hal ini perlu menimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia
(Manuaba, 2012).
(d) Ukuran lila : > 33 cm
Pada ibu dengan LILA > 33 cm masuk pada
kriteria obesitas. Dimana obesitas merupakan faktor
resiko timbulnya kajadian preeklamsia berat
(Marmi, 2011).
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala :
Wajah : Oedema pada wajah
Terjadi penumpukan cairan ekstrasel
pada ibu PEB yaitu pada area wajah,
tangan dan kaki (Manuaba, 2012).
Spasme arteriole menyebabkan aliran
darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi
glomerulus berkurang. Penyerapan air
dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air
dan garam, edema pada tungkai, tangan,
wajah, paru dan organ lain (Marmi,
2011).
Mata : Retina : Pengelihatan kabur
Spasme arteriole, oedema sekitar
diskus optikus, ablasio retina (lepasnya
retina), menyebabkan pengelihatan kabur
(Manuaba, 2012).
Hidung : Pernafasan cuping hidung
Pada paru – paru terjadi berbagai
tingkatan oedema, bronchopneumonia,
sampai abses yang menimbulkan sesak
nafas sampai sianosis (Manuaba, 2012).
Mulut :
Telinga :
Leher :
Dada : Terdapat tarikan dinding dada
Pada paru – paru terjadi berbagai
tingkatan oedema, bronchopneumonia,
sampai abses yang menimbulkan sesak
nafas sampai sianosis (Manuaba, 2012).
Payudara :
Abdomen :
Genetalia : Oligourine, urine < 400 cc/24 jam
Oligouria dan anuria terjadi karena
hipovolemia sehingga aliran darah ke
ginjal menurun yang mengakibatkan
produksi urine menurun (oligouria),
bahkan dapat terjadi anuria. Berat
ringannya oligouria menggambarkan
berat ringannya hipovolemia. Hal ini
berarti menggambarkan pula berat
ringannya preeklamsia. Pemberian cairan
intravena hanya karena oligouria tidak
dibenarkan (Sarwono, 2009).
Ekstremitas : Oedema jaringan pada bagian kaki
dan tangan
Oedema terjadi karena
hipoalbuminemia atau kerusakan sel
endotel kapilar. Edema yang patologik
adalah edema yang nondependen pada
muka dan tangan atau edema generalisata,
dan biasanya disertai dengan kenaikan
berat badanyang cepat (Sarwono, 2009).
Disebabkan oleh penimbunan air
yang melebihi dalam ruangan intestinal
belum diketahui sebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam (Marmi,
2011).
Palpasi
3) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar
normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah
12-14 gr% )
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43
vol%)
c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450
ribu/mm3)
2) Urinalisis
a) Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati
b) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
c) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
d) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
e) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT)
meningkat (N= 15-45 u/ml)
f) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase
(SGOT) meningkat (N= <31 u/l)
g) Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
4) Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
(Cunningham, 2006).
Diagnosis :
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan.
G… Papah, UK … Minggu, inpartu (kala I Fase …/ Kala II) dengan
PEB
Janin tunggal/ganda , hidup/mati , intra uterine/ekstra uterine
Masalah :
Hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.
Kebutuhan :
Hal – hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosis dan masalah.
IV. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual
yang telah diidentifikasi.pada langkah ini juga dituntut untuk
merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial
tersebut tidak terjadi.
Pada Ibu :
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
e. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low
platelet count )
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
Pada Janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Hal ini mengakibatkan hipovolemia,
vasospasme, penurunan perfusi uteroplasenta dan kerusakan
sel endotel pembuluh darah plasenta sehingga mortalitas janin
meningkat (Sarwono prawirohardjo, 2009). Dampak
preeklampsia pada janin, antara lain: Intrauterine growth
restriction (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat,
oligohidramnion, prematur, bayi lahir rendah, dan solusio
plasenta.
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
(Cunningham, 2005)
V. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, atau bersifat rujukan.
VI. INTERVENSI
1. Pemberian terapi sedatif pada ibu pre-eklamsia
RASIONAL : Pre-eklamsia dapat menyebabkan kerusakan
intrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh darah.
Pemberian DOPAMIN agar terjadi vasodilatasi pembuluh darah
ginjal (Sarwono, 2009).
Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan
larutan magnesium sulfat (MgSO4) 20% yang selanjutnya
MgSO4 40% (Manuaba, 2012).
2. Pantau kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin
menggunakan partograf
RASIONAL: Partograf merupakan alat ukur kemajuan persalinan
(Varney, 2007)
3. Kaji adanya bunyi paru dan Dispnea dan krekels dapat
mengindikasikan adanya edema paru, yang membutuhkan
tindakan segera. (Doenges, 2001).
4. Gantikan cairan baik secara oral maupun parenteral, melalui
pompa infus sesuai indikasi.
RASIONAL : Penggantian cairan memperbaiki hipovolemia yang
harus diberikan dengan hati – hati untuk mencegah kelebihan
beban, khususnya bila cairan interstisial mengalir balik ke dalam
sirkulasi bila aktivitas dikurangi. Pada masalah ginjal, masukan
cairan dibatasi; mis., bila haluaran berkurang (kurang dari 700
ml/24 jam), masukan cairan total dibatasi untuk mengira – ngira
haluaran dan kehilangan yang tidak kelihatan. (Doenges, 2001)
5. Pasang kateter pada klien
RASIONAL : Pasien dengan pemberian terapi sedativa seperti
MgSO4 harus dilakukan pemasangan kateter untuk memantau
volume urine yang keluar (Manuaba, 2012).
6. Monitoring tanda – tanda keracunan MgSO4 (Marmi, 2011)
7. Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
RASIONAL : Makan dan cairan yang cukup dapat member
energy seperti roti ataupun minuman yang mengandung glukosa
(Varney, 2007).
8. Pertimbangkan untuk terminasi kehamilan (Marmi, 2011)
9. Anjurkan ibu untuk miring kiri
RASIONAL : Berbaring miring kiri dapat mengurangi tekanan
pada vena cava inferior yang dapat menyebabkan hipoksia pada
janin dan dapat membantu mempercepat penurunan bagi terendah
janin (Varney, 2007).
10. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
RASIONAL : Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk
memperlambat proses persalinan (Varney, 2007).
11. Berikan KIE teknik nafas dalam pada waktu his
RASIONAL : Latihan nafas dalam dapat membantu mengurangi
rasa nyeri (Varney, 2007).
12. Berikan KIE tentang posisi saat meneran
RASIONAL : Informed choice mengenai bebagai pilihan posisi
saat meneran yang paling nyaman untuk klien (Marilynn
Doenges, 2001).
13. Cek alat-alat persalinan dan pelindung diri penolong untuk
menolong persalinan
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP
DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta : EGC
Nugroho, Taufan. 2010. Buku ajar obstetri untuk mahasiswi kebidanan. Yogyakarta:
Nuhamedika
Saifudin Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-
POGI
Varney, Helen. 2004. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: Buku kedokteran EGC