Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHANGK/MD

Topik : Perubahan Fisiologis Dan Psikologis Pada Ibu Nifas

Sub Pokok Bahasan : Perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem


pencernaan, perubahan sistem perkemihan, perubahan
tanda-tanda vital, perubahan psikologis pada ibu nifas

Tempat : Klinik Kartika Jaya

Tanggal : Senin, 12 Agustus 2019

Pukul : 13.00 WITA

Sasaran : Ny. R

Pelaksana : Nofhyka Astra Noerhadaziah

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Pada akhir proses penyuluhan, ibu mengerti tentang perubahan fisiologis


dan perubahan psikologis pada ibu nifas

B. TIK

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan mengenai perubahan fisiologis


dan psikologis pada ibu hamil, diharapkan Ibu-ibu mampu :

1. Menyebutkan apa saja perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu nifas

2. Memahami perubahan pada sistem reproduksi

3. Memahami perubahan pada sistem pencernaan

4. Memahami perubahan pada sistem perkemihan


5. Memahami perubahana pada tanda-tanda vital

6. Memahami perubahan pada psikologis

C. Analisa Situasi

1. Peserta Penyuluhan :

a. Ibu-ibu siap mengikuti penyuluhan kesehatan dari mahasiswa.

b. Ibu-ibuterlihat antusias dalam mengikuti penyuluhan

c. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila saat dievaluasi peserta mampu


mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa yang
menyuluh.

2. Penyuluh yaitu mahasiswa poltekkes samarinda

a. Mahasiswa menguasai materi yang akan disampaikan.

b. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan


berlangsung.

D. Materi

Terlampir

E. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

F. Media

Leafleat
G. Kegiatan Belajar Mengajar

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. Pembukaan 4 menit - Mengucapkan salam. - Menjawab salam.

- Memperkenalkan diri.

- Menyampaikan topik
dan tujuan yang akan
- Mendengarkan
dicapai

- Menayakan pendapat
klien tentang ibu nifas

- Memberi reward pada - Merespon


peserta

- Menjelaskan tentang
2. Pengembangan 60
perubahan fisiologis
menit
pada ibu nifas

- Menjelaskan tentang
perubahan psikologis
- Mendengarkan
pada ibu nifas

- Memberi kesempatan
peserta untuk
bertanya.
- Mendengarkan
- Meminta Ibu untuk
mengulang kembali
materi yang telah - Memperhatikan
disampaikan.

- Memberi reward
- Memperhatikan
positif pada peserta. penjelasan

- Merespon

- Merespon

- Menutup dengan
mengucapkan terima
kasih dan salam.

10
menit
3. Penutup - Menjawab salam

H. Evaluasi

1. Ibu-ibu mampu menjelaskan tentang perubahan fisiologis pada ibu nifas

2. Ibu-ibu mampu menjelaskan tentang perubahan psikologis pada ibu nifas


Materi

Perubahan Fisiologis Ibu Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi


Selama masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur- angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genital ini dalam keseluruhan disebut involusi. Disamping
involusi ini, terjadi juga perubahan-perubahan penting lain, yakni
hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenic hormone dari kelenjer hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamma. Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Uterus menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang kurang lebih
15 cm, lebar lebih kurang 12 cm dan tebal lebih kurang 10 cm. Dinding uterus
sendiri kurang lebih 5 cm sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis
dari pada bagian lain. Pada hari ke-5 postpartum uterus kurang lebih setinggi 7
cm di atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak
dapat diraba lagi diatas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan
suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah
persalinan. Penonjolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering
disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 cm.
 Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lokia rubra atau kruenta,
terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, pada hari ke 3 sampai ke
7 keluar cairan berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari
ke 7 sampai ke 14 cairan yang keluar berwarna kuning, cairan ini tidak
berdarah lagi, setelah 2 minggu, lokea hanya merupakan cairan putih yang
disebut dengan lokia alba. Lokia mempunyai bau yang khas, tidak seperti
bau menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau ini juga
akan semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat
membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi.

b. Perubahan endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium
2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan
selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).

c. Perubahan serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan
oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik
berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
d. Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan.
Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perinium, jangan sampai lepas dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air
besar harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan

e. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya
tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).
f. Perubahan tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius.
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan
normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Nila suhu
lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien.
2. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat
terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas.
Mungkin ada pendarahan belebihan atau ada vitium kordis pada penderita
pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula.
3. Tekanan darah
Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa
pengobatan (Saleha, 2009).
Perubahan Psikologis Ibu Masa Nifas
1. Perubahan peran

Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran


anak. Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka
sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin meningkat setelah kelahiran
anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu
kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan cara
memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan dengan
gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya.

Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan
tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan
tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan
dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah yang bisa
diramalkan.

Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi
belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua
juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang,
perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.

Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga


sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran
negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).

2. Peran menjadi orang tua setelah melahirkan

Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan
kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah,
orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu
perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa
pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini
bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.

Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama


membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-
istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang
semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih
sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira selama 2
bulan.

3. Tugas dan tanggung jawab orang tua

Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak
yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari
kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak.

Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan


menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila
perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan
tersebut.

Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang
meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang
diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan
tepat terhadap tanda-tanda tersebut.

Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara
lain :

1. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus
terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak
idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis
kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.

2. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi
yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak
kebutuhan dan memerlukan perawatan.

3. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk
aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan
bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat

4. Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai
untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.

5. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam
keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua
anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka dalam menerima
kedatangan bayi.

Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua
akan tumbuh bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh
bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana
cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang


tua pada masa post partum adalah :

1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi

3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu

4. Pengaruh budaya

Anda mungkin juga menyukai