Sasaran : Ny. R
B. TIK
1. Menyebutkan apa saja perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu nifas
C. Analisa Situasi
1. Peserta Penyuluhan :
D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
Leafleat
G. Kegiatan Belajar Mengajar
- Memperkenalkan diri.
- Menyampaikan topik
dan tujuan yang akan
- Mendengarkan
dicapai
- Menayakan pendapat
klien tentang ibu nifas
- Menjelaskan tentang
2. Pengembangan 60
perubahan fisiologis
menit
pada ibu nifas
- Menjelaskan tentang
perubahan psikologis
- Mendengarkan
pada ibu nifas
- Memberi kesempatan
peserta untuk
bertanya.
- Mendengarkan
- Meminta Ibu untuk
mengulang kembali
materi yang telah - Memperhatikan
disampaikan.
- Memberi reward
- Memperhatikan
positif pada peserta. penjelasan
- Merespon
- Merespon
- Menutup dengan
mengucapkan terima
kasih dan salam.
10
menit
3. Penutup - Menjawab salam
H. Evaluasi
b. Perubahan endometrium
Perubahan pada endometrium adalah trombosis, degenerasi, dan
nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium
2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan
selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009).
c. Perubahan serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangah seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan
oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korvus dan servik
berbentuk semacam cincin (Sulistyawati, 2009).
d. Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan.
Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perinium, jangan sampai lepas dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air
besar harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan
e. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui, besarnya
tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).
f. Perubahan tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius.
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celsius dari keadaan
normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Nila suhu
lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien.
2. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat
terjadi Bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas.
Mungkin ada pendarahan belebihan atau ada vitium kordis pada penderita
pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus
kemudian kembali seperti keadaan semula.
3. Tekanan darah
Tekanan darah pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan tanpa
pengobatan (Saleha, 2009).
Perubahan Psikologis Ibu Masa Nifas
1. Perubahan peran
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan
tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan
tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan
dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah yang bisa
diramalkan.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi
belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua
juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang,
perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan
kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah,
orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu
perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa
pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini
bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak
yang dilahirkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari
kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang
meliputi kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang
diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan
tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara
lain :
1. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus
terbawa dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak
idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis
kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.
2. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi
yang terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak
kebutuhan dan memerlukan perawatan.
3. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk
aktivitas merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan
bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat
4. Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai
untuk menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
5. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam
keluarga. Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua
anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka dalam menerima
kedatangan bayi.
Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua
akan tumbuh bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh
bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana
cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga dirinya.
4. Pengaruh budaya