Anda di halaman 1dari 154

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE

PADA NY. A UMUR 34 TAHUN, P4004


DI KLINIK KARTIKA JAYA
SAMARINDA

DISUSUN OLEH :
Nofhyka Astra Noerhadaziah
NIM. P07224316028

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2019
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Nofhyka Astra Noerhadaziah
NIM : P07224316028
Program Studi : D-IV Kebidanan
Angkatan : 2016
menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan
dan penyusunan laporan saya yang berjudul :
Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu A di Klinik Kartika Jaya
pada tahun 2019
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Samarinda, 9 September 2019

Nofhyka Astra Noerhadaziah


P07224316028
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Nofhyka Astra Noerhadaziah


Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Selor, 19 November 1998
Alamat : Jl. Damanhuri Perum BTI Blok AB No.5
Rt 21 Kel. Sungai Pinang Kec. Mugirejo Kota Samarinda
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :
1. TK Insan Mulia Kota Bontang, lulus tahun 2004

2. SDIT Yabis Kota Bontang, lulus tahun 2010

3. SMP Negeri 2 Bontang, lulus tahun 2013

4. SMA Negeri 3 Bontang, lulus tahun 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat
limpahan rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Continuity of
Care (COC) pada Ny. A usia 34 Tahun P4004 di Klinik Kartika Jaya Samarinda”.
Penulis menyadari masih banyak terdaapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penulisan, isi dan juga penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan
laporan ini. Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam
bantuan moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Hj. Rahmawati Wahyuni, M.Keb selaku pembimbing institusi
2. Ibu Sari Yuliati, SST selaku pembimbing ruangan
3. Kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik itu moril
maupun materil, serta selalu mendoakan penulis dalam menjalankan
pendidikan
4. Rekan mahasiswi kebidanan Poltekkes Samarinda atas motivasi serta saran
dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri.
Semoga laporan Asuhan Kebidanan Continuity of Care ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT memberi
berkahnya bagi kita semua. Amiin.

Samarinda, 9 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
C. Tujuan .............................................................................................................6
D. Manfaat ...........................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................9
A. Konsep Dasar Teori Continuity Of Care ........................................................ 9
1. Konsep Dasar Teori Kehamilan .............................................................. 10
2. Konsep Dasar Teori Anemia Kehamilan ................................................16
3. Konsep Dasar Teori Persalinan Normal .................................................23
4. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir ..................................................... 31
5. Konsep Dasar Teori Nifas .......................................................................37
6. Konsep Dasar Teori Neonatus ................................................................ 43
7. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi ............................................................ 46
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan KebidananContinuity Of Care ..............53
1. Konsep Dasar Manajemen Kehamilan Trimester 3 ................................ 53
2. Konsep Dasar Manajemen Persalinan Normal .......................................68
3. Konsep Dasar Manajemen Bayi Baru Lahir ...........................................91
4. Konsep Dasar Manajemen Nifas .......................................................... 104
5. Konsep Dasar Manajemen Neonatus .................................................... 118
6. Konsep Dasar Manajemen Kontrasepsi ................................................127
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................131
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis Trimester 3 ............................... 131
B. Asuhan Kebidanan Persalinan Normal....................................................... 142
C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir .......................................................... 158
D. Asuhan Kebidanan Nifas ...........................................................................162
E. Asuhan Kebidanan Neonatus .....................................................................173
F. Asuhan Kebidanan Kontrasepsi .................................................................182
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................186
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 202
A. Kesimpulan .................................................................................................202
B. Saran ...........................................................................................................204
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 2. Leaflet
Lampiran 3. Lembar Kegiatan Supervisi
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Penyusunan Laporan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Indikator ini tidak hanya mampu

menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat

kesehatan masyarakat. Berdasarkan data dari World Health Organization

(WHO) tahun 2015. AKI diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000

kelahiran hidup dan angka kematian neonatal turun 47% antara tahun

1990- 2015, yaitu dari 36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran

hidup pada tahun 2015 (WHO, 2015).

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) penurunan

AKI per 100.000 kelahiran hidup akan dicapai dengan program

pembangunan SDGs (Suintainable Development Goals) yaitu pada poin

ketiga dari 17 poin utama untuk menurunkan AKI sebanyak ¾ jumlah

perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada tahun

2016. Hasil survey penduduk antar sensus (SUPAS) di Indonesia tahun

2015 menunjukkan AKI mengalami penurunan menjadi 305/100.000

kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar

22,23/1.000 kelahiran hidup, artinya AKI dan AKB masih jauh dari target

SDGs 2016. SDGs 2016 menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan

menjadi 70/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB adalah 12/100.000

kelahiran hidup (Kemenkes, 2015). Penyebab langsung dari kematian


maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan, yaitu disebabkan

oleh eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, abortus 5% dan

perdarahan 28% (Depkes RI, 2012).

SDGs merupakan program yang kegiatannya meneruskan agenda-

agenda MDGs sekaligus menindaklanjuti program yang belum selesai.

Bidang kesehatan yang menjadi sorotan adalah sebaran balita kurang gizi

di Indonesia, proporsi balita pendek, status gizi anak, tingkat kematian ibu,

pola konsumsi pangan pokok, dan sebagainya. (BAPPEDA Bekasi, 2015).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Samarinda 2017, AKI di

Samarinda mencapai 15 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB

mencapai angka 30 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun data tersebut

telah mencapai target SDGs, namun tingkat kematian ibu dan bayi harus

tetap diturunkan serendah mungkin untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. (Profil Dinkes Kota Samarinda 2017)

Data yang didapatkan di Kalimantan Timur tahun 2014 diperoleh AKI

sebanyak 104 kasus dan AKB sebanyak 329 kasus. Pada tahun 2015

diperoleh data AKI sebanyak 100 kasus dan AKB sebanyak 762 kasus.

Pada tahun 2016 di peroleh data AKI sebanyak 95 kasus dan AKB

sebanyak 644 kasus. AKI di Kalimantan Timur mengalami penurunan, dari

tahun 2014 sebanyak 104 kasus dan tahun 2015 ada 100 kasus dan pada

tahun 2016 menjadi 95 kasus kematian ibu. Sedangkan AKB mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2014 sebayak 329 kasus naik pada tahun

2015 menjadi 762 kasus kemudian pada tahun 2016 mengalami penurunan
menjadi 644 kasus kematian. (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Timur,2016)..

Data yang didapat dari Kota Samarinda pada tahun 2014 didapatkan

data AKI sebanyak 9 kasus, dan AKB sebanyak 59 kasus. Data pada tahun

2015 didapatkan data AKI sebanyak 14 kasus dan AKB sebanyak 44

kasus. Pada tahun 2016 jumlah AKI dikota samarinda sebanyak 7 kasus

dan AKB 33 kasus.Pada tahun 2017 jumlah AKI dikota samarinda

sebanyak 15 kasus dan AKB sebanyak 30 kasus. AKI yang terjadi di

samarinda mengalami kenaikan pada tahun 2014 dan 2015, pada tahun

2016 AKI kembali mengalami penurunan, namun pada tahun 2017 AKI

kembali mengalami peningkatan. Sedangkan AKB dikota Samarinda

selama 4 tahun terakhir mengalami penurunan. (Dinas kesehatan Kota

Samarinda, 2017).

Dari data-data AKI dan AKB yang dipaparkan maka Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia melakukan upaya untuk memperkuat strategi intervensi

sector kesehatan dalam menurunkan AKI dan AKB adalah dengan

mencanangkan program Indonesia Sehat pada periode 2015-2019 dengan

sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan pemberdayaan derajat dan status

gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang

didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Program Indonesia sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama, dan salah satu

pilar yang mengarah ke program kebidanan yaitu penguatan pelayanan

kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan, optimalisasi

sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan


pendekatan continuity of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan (Rencana

Strategi, 2015).

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki posisi penting dan

strategis dalam penurunan AKI dan AKB, memberikan pelayanan yang

berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan melalui

pendidikan kesehatan dan konseling, promosi kesehatan, pertolongan

persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan

perempuan serta melakukan deteksi dini pada kasus – kasus rujukan. (Subbagian

Hubungan Masyarakat Ditjen Bina Upaya Kesehatan, 2010)

Oleh karena itu untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI

salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau

Continuity of Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai

ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan

bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga professional

kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal

kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6

minggu pertama postpartum (Pratami, 2014).

Karakteristik kehamilan Ibu A berdasarkan wawancara yang

dilakukan bahwa ibu A adalah ibu hamil G4P3003 usia 34 tahun, saat ini

hamil anak kedua usia kehamilan saat ini 38 minggu dan tidak memiliki

penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilannya, usia

anak terahir 6 tahun, riwayat persalinan yang lalu normal. Berdasarkan

data tersebut menurut Kartu Skor Poedji Rochjati Ibu T adalah ibu hamil

trimester III dengan kehamilan resiko rendah (KRR).


Berdasarkan beberapa fakta dan permasalahan yang ditemukan penulis,

maka terdeskripsikan alasan yang melatarbelakangi mahasiswa merasa

perlu untuk melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif melalui

studi kasus continuity of care dengan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ibu A di Klinik Kartika Jaya tahun 2019”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.A di

Klinik Kartika Jaya

2. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.A di

Klinik Kartika Jaya

3. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.A di

Klinik Kartika Jaya

4. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa nifas Ny.A di

Klinik Kartika Jaya

5. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pada neonates Ny.A di

Klinik Kartika Jaya

6. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi Ny.A

di Klinik Kartika Jaya


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan secara

komprehensif yaitu pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas,

neonatus dan rencana pelayanan kontrasepsi dengan menggunakan

pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ibu A dengan

pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

b. Memberikan asuhan kebidanan pada persalinan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

c. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

d. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas menggunakan

pendekatan manajemen asuhan kebidanan menurut Varney.

e. Memberikan asuhan kebidanan pada neonatus dengan

menggunakan pendekatan asuhan kebidanan menurut Varney.

f. Memberikan asuhan kebidanan pada pelayanan kontrasepsi

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.


C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan/wawasan, pengalaman dan berkontribusi

dalam pelayanan kebidanan, serta bahan dalam penerapan asuhan

kebidanan secara komprehensif terhadap ibu hamil, bersalin, nifas,

bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi dan dapat dijadikan bahan

perbandingan untuk laporan studi kasus dan memberikan asuhan

kebidanan selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Dapat mempraktikkan teori yang didapat secara langsung

dilapangan dalam memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif (continuity of care) dalam rangka memenuhi tugas

praktik belajar lapangan komprehensif program D-IV Kebidanan

Samarinda Poltekkes Kemenkes Kaltim.

b. Bagi klien

Praktis bagi klien yaitu mendapatkan asuhan kebidanan secara

komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

c. Bagi lahan praktik

Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk dapat

mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan

asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif.


d. Bagi profesi kebidanan

Sebagai salah satu masukan dalam meningkatkan pelayanan

KIA secara menyeluruh sesuai dengan program pemerintah

terutama dalam melakukan upaya promotif dan preventif bagi

profesi kebidanan sehingga dapat lebih memperhatikan dalam

memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Continuity Of Care

Continuity of care dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

perawatan yang berkesinambungan. Definisi perawatan bidan yang

berkesinambungan dinyatakan dalam: "Bidan dikenal di seluruh dunia sebagai

orang yang selalu berada bersama ibu dan memberi dukungan kepada ibu

melahirkan. Bidan juga memegang peranan penting dalam meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan ibu dan keluarga sebelum konsepsi, saat antenatal,

pascanatal, dan termasuk keluarga berencana” (Myles, 2009).

Dalam hal ini bidan diharapkan agar tidak memandang pasiennya dari

sudut biologis. Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya

tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi serta lingkungan

disekelilingnya. Sehingga nantinya dapat menurunkan angka mortalitas dan

morbiditas yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Bidan mempunyai fungsi

yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi dan melakukan

rujukan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi

dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan

kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus.

Perawatan berkesinambungan adalah strategi kesehatan yang efektif

primer memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan

keputusan tentang kesehatan mereka dan perawatan kesehatan mereka. Bidan

yang memenuhi syarat untuk bekerja dimodel kesinambungan perawatan

dalam berbagai pengaturan, termasuk rumah sakit umum dan swasta, layanan
masyarakat, pelayanan kesehatan pedesaan dan daerah terpencil dan praktik

swasta.

1. Konsep Dasar Teori Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah proses dan mulainya ovulasi sampai partus

yaitu kira-kira 280 hari (40 minggu) juga disebut kehamilan matur

(cukup bulan) lebih dari 43 minggu disebut postmatur dan kehamilan

antara 28 minggu sampai 36 minggu disebut kehamilan

prematur(Prawirohardjo, 2010).

Periode ini terbagi menjadi tiga trimester, yang masing-masing

terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender.

Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan

bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 9 bulan sejak hari

pertama haid terakhir (HPHT).

Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-

13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga

ke-40) (Prawirohardjo, 2009).


b. Perubahan Fisiologis Wanita Hamil pada Trimester III

Perubahan fisiologis ibu hamil trimester III

Sistem Sistem Sistem


Payudara Sistem
pencernaa reproduks muskuloskele-
endokrin
n i tal

estrogen
Hormon janin meningkat
sistem peningkatan Hormon
meningka berkemba
urinaria berat badan meningkat
t ng

perubahan
uterus penekanan jaringan aktifitas otot
Motilitas membesa vesica Basal
usus mamae meningkat
r urinaria Metabolic
menurun untuk
Rate
menopang
meningkat
peningkat berat badan
peningkatan
Konstipas an frekuensi suplai darah
i vaskularis BAK meningkat
asi peningkatan
serviks Suhu
penggunaan
dan meningkat
energy
vagina

payudara
membesar energi
dan tegang menurun

Sumber: Prawihardjo (2010)

Gambar 2.1 Skema perubahan fisiologi ibu hamil trimester III

c. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan

Beberapa ketidaknyamanan yang dialami pada trimester III yaitu

hiverventilasi dan sesak nafas (nonpatologis), pusing dan mengantuk,

sering kencing dan kebocoran air kencing, kaki dan jari bengkak,

dyspepsia, kram, dan ruam (Varney, 2006).

d. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

1) Kebutuhan nutrisi, kebutuhan makanan sehari-hari untuk ibu hamil

yaitukalori : 2500 Kkal, protein : 85 g, kalsium (ca) : 1,5 g, zat besi


(fe) : 15 mg, vitamin a : 6000 iu, vitamin b: 1,8 mg, vitamin c : 100

mg, riboflavin : 2,5 mg, as nicotin : 18 mg, vitamin d : 400-800 iu.

2) Kebutuhan eliminasi dalam buku Sarwono (2010), pada bulan pertama

kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai

membesar hingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan

hilang dengan makin tua nya kehamilan bila uterus keluar dari rongga

panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun

kepintu atas panggul, keluhan ini akan timbul kembali.

3) Kebutuhan seksual pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang

persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapat

membahayakan. Bisa terjadi bila kurang higienis, ketuban pecah dini,

dan persalinan bisa terangsang karena sperma mengandung

prostaglandin.Perlu diketahui keinginan seksual ibu hamil tua sudah

berkurang karena berat perut yang makin membesar dan tekniknya

pun sudah sulit dilakukan.

4) Kebutuhan mobilisasi, ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya

memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan

mengangkat tanpa menjadi tegang. Sikap tubuh yang baik

diinstruksikan kepada wanita hamil karena diperlukan untuk

membentuk aktivitas sehari-hari yang aman dan nyaman selama

kehamilan. Karena sikap tubuh seorang wanita yang kurang baik dapat

mengakibatkan sakit pinggang.


5) Kebutuhan istirahat wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan

yang melelahkan. Wanita hamil juga harus menghindari posisi duduk,

berdiri dalam waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus

mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang mendukung

kesehatan sendiri, maupun kesehatan bayinya. Kebiasaan tidur larut

malam dan kegiatan-kegiatan malam hari harus dipertimbangkan dan

kalau mungkin dikurangi hingga seminimal mungkin. Tidur malam

sekitar 8 jam/ istirahat/ tidur siang ± 1 jam.

6) Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya imunisasi

TTuntuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Imunisasi TT

harusdiberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2

minimal 1bulan, dan ibu hamil harus sudah diimunisasi lengkap pada

umur kehamilan 8 bulan.

e. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III

1) Selaput Kelopak Mata Pucat

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan

hemoglobin dibawah 11gr%.Untuk mencegah terjadinya anemia, ibu

hamil harus mengurangi aktivitas yang berat, perbanyak istirahat,

pola makan harus teratur dan seimbang, konsumsi makanan yang

mengandung zat besi, seperti telur, kacang-kacangan, biji-bijian, dan

sayuran yang berdaun hijau.


2) Berat Badan Ibu hamil tidak naik

Selama kehamilan, ibu hamil diharapkan mengalami penambahan

berat badan sedikitnya 6 kg. Tidak adanya kenaikan berat badan yang

diharapkan menunjukkan kondisi gizi yang buruk pada ibu hamil dan

menunjukkan adanya pertumbuhan janin yang terhambat.

3) Nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan atau koma, tekanan

darah tinggi

Gejala-gejala tersebut dapat merupakan pertanda adanya preeklamsi.

Biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 pekan (akhir trimester 2 atau

pada trimester 3) walau juga dapat dijumpai lebih awal. Preeklamsi

dapat diikuti terjadinya eklamsi yang bisa berakibat fatal jika tidak

segera ditangani.

4) Gerakan janin berkurang atau tidak ada

Sejak usia kehamilan 5 bulan, ibu sebaiknya memantau gerakan

janin. Gerakan janin diharapkan dirasakan oleh ibu 3 kali setiap jam.

Jika ibu merasakan kurang dari itu, menunjukkan bayi tidak aktif,

harus berkonsultasi dengan bidan atau dokter.

5) Penyakit Ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan

Beberapa ibu yang memiliki penyakit seperti kencing manis (diabetes

mellitus), penyakit jantung, anemia, dan penyakit lain yang bisa

berpengaruh pada kehamilan, hendaknya sering kontrol dan

berkonsultasi dengan dokter. Hal ini untuk meminimalisir akibat

buruk yang bisa muncul dan membahayakan jiwa ibu maupun janin
yang dikandung. Bahkan, dianjurkan untuk mempersiapkan diri

ketika merencanakan untuk hamil.

6) Ketuban pecah dini (KPD)

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban dari vagina

setelah kehamilan berusia 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah

lebih dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Jika ibu

hamil mengalami ketuban pecah dini, hendaknya segera

memeriksakan diri ke bidan atau dokter, karena kondisi tersebut

dapat mempermudah terjadinya infeksi pada kandungan yang dapat

membahayakan ibu maupun janinnya.

7) Perdarahan

Perdarahan pada usia kehamilan 4-9 bulan dapat menunjukkan

plasenta letak rendah dalam rahim dan dapat menutup jalan lahir.

Perdarahan pada akhir kehamilan dapat merupakan tanda plasenta

terlepas dari rahim.

8) Demam Tinggi

Demam tinggi dapat disebabkan karena infeksi atau penyakit lain.

Demam tinggi yang tidak ditangani dengan tepat dapat meningkatkan

risiko terjadinyapersalinan prematur.


f. Anemia pada Kehamilan

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak

mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh

jaringan. (Wasnidar, 2007). Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin

darahnya kurang dari 11 gr %. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak

hanya berpengaruh pada keselamatan dirinya saja, tetapi juga pada janin

yang dikandungnya (Wibisono, Hermawan, dkk 2009). Penyebab paling

umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, hal ini

penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama

kehamilan bahkan jika tidak mengalami anemia pada kunjungan

pertama, masih mungkin terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya

(Proverawati, 2011).

Klasifikasi anemia terbagi menjadi :

Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil

dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu : (Manuaba I.B.G, 2010)

a. Hb > 11 gr% Tidak anemia (normal)

b. Hb 9-10 gr% Anemia ringan

c. Hb 7-8 gr% Anemia sedang

d. Hb <7 gr% Anemia berat

Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah , kurang

energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala,

mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan


berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah,

selaput lendir kelopak mata, bibir dan kuku penderita tampak pucat.

Apabila anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak nafas,

bahkan lemah jantung. (Depkes RI, 2007).

Penyebab Anemia diantaranya adalah :

1) Kekurangan gizi (malnutrisi)

2) Kurang zat besi dalam diet

3) Mal absorpsi

4) Kehilangan darah banyak, persalinan yang lalu, dan lain-lain

5) Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru, cacing usus, malaria

dan lain-lain

6) Dua penyebab yang paling sering ditemukan adalah anemia

akibat difisiensi besi dan perdarahan

Bahaya Anemia pada kehamilan menurut (Manuaba, 2010) yaitu :

resiko terjadi abortus, persalinan permaturus, hambatan tumbuh

kembang janin dalam rahim, mudah menjadi infeksi, ancaman

dekompensasi kordi (Hb <6 gr %), mengancam jiwa dan kehidupan ibu,

mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum dan

ketuban pecah dini (KPD).

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil

melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data

dasar kesehatan ibu, dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan

laboratorium termasuk pemeriksaan tinja (Manuaba, I.B.G. 2010).


Penanganan pada Anemia sebagai berikut :

b. Anemia Ringan

Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr % masih dianggap

ringan sehingga hanya di perlukan kombinasi 60 mg/ hari zat

besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari (Arisman,

2004).

c. Anemia Sedang

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi feros 600-1000

mg/hari seperti sulfat ferosus atau gluonas ferosus

(Winkjosastro, 2005).

d. Anemia Berat

Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan

selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan

(Arisman, 2004).

Untuk mencegah anemia pada ibu hamil menurut (Depkes RI,

2007) yang harus dilakukan yaitu mengkonsumsi makanan bergizi

seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenui kebutuhan

tubuh. Zat besi dapat diperoleh dari daging, (terutama daging merah

seperti sapi dan kambing), telur ikan, ayam dan hati. Pada sayuran zat

besi dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam

dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan lain. Perlu

diperhatikan bahwa zat besi pada daging lebih mudah diserap oleh tubuh
dari pada zat besi sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang

diperkuat zat besi. Hal ini dikarenakan bentuk zat besi didalam sayuran

adalah dalam bentuk non heme, juga karna adanya pitat dan pektin,

sehingga diperlukan zat pemicu seperti vitamin C untuk membantu

mempermudah penyerapan dalam usus.

g. Ante Natal Care (ANC)

Asuhan Antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu :

1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya

3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan

kehamilannya

4. Mengidentisikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga

kualitas kehamilan dan merawat bayi

6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya

(Prawirohardjo, 2014)

f. Standar Pelayanan Ante Natal Care (ANC)


a. Standar Asuhan Kebidanan Dan Kewenangan Bidan Dalam

Kehamilan

1) Standar pelayanan Ante Natal Care (ANC)

a. Standar 3 yaitu identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untukmemberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota masyarakat agar

mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilan sejak dini

secara teratur.

b. Standar 4 yaitu pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan

berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal resti/kelainan,

khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV,

memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan

kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas.

c. Standar 5 yaitu palpasi abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, dan

bilaumur kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian

terendah janin dan masuknya kepalajanin ke dalam rongga


panggul, untuk mencari kelaianan serta melakukan rujukan

tepat waktu

d. Standar 6 yaitu pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada

kehamilan

e. Standar 7 yaitupengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan

darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala

preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan

merujuknnya

f. Standar 8 yaitu persiapan persalinan(Dewi & Sunarsih,2011).

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,

suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk

memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman

serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan

baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk

merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.

Dalam Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dalam penerapan

praktispelayanan ANC, menurut Badan Litbangkes Depkes RI


Tahun 2015, standar minimal pelayanan ANC adalah “14 T”

yaitu:

a) Timbang Berat Badan dan pengukuran Tinggi Badan

b) Ukur Tekanan Darah

c) Ukur Tinggi Fundus Uteri

d) Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

e) Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan

f) Pemeriksaan Haemoglobin (Hb)

g) Pemeriksaan Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)

h) Perawatan payudara dan pijat tekan payudara

i) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam hamil

j) Pemeriksaan protein urin

k) Pemeriksaaan reduksi urin

l) Pemberian terapi kapsul yodium

m) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria

n) Temu wicara

g. Kunjungan ANC

Jadwal Kunjungan Antenatal bila kehamilan normal cukup 4 kali,

dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini

diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.

Pemeriksaan antenatal lengkap adalah K1,K2, dan K3. Hal ini berarti

minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal sebelum usia kehamilan

12 minggu, sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28


minggu dan sebanyak 2 kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan

diatas 28 minggu. Bila kehamilan resiko tinggi perhatian dan jadwal

kunjungan harus lebih ketat (Prawirohardjo, 2014)

h. Kewenangan Bidan dalam Memberikan Asuhan Kebidanan

Kehamilan

Menurut PERMENKES Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

ibu sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ayat 3, khususnya dalam

pelayanan kehamilan bidan berwenang melakukanpenanganan kegawat-

daruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet tambah darah

pada ibu hamil, penyuluhan dan konseling, dan bimbingan pada kelompok

ibu hamil.

2. Konsep Dasar Teori Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasi konsepsi (janin dan

uri) yang dapat hidup ke dunia luar, melalui jalan lahir atau jalan lain

(Mochtar, 2013).

b. Lima benang merah asuhan persalinan

Lima Benang Merah tersebut adalah membuat keputusan klinik,

asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan


(rekam medik) asuhan persalinan dan rujukan. Lima benang merah ini

akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan, mulai dari kala

satu hingga kala empat, termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir

(JPNK-KR ,2008).

c. Fisiologi Persalinan

Pada persalinan juga terjadi perubahan fisiologis antara lain adalah

metabolisme meningkat yang menyebabkan tekanan darah, suhu, nadi,

pernafasan meningkat, juga menyebabkan kardiak output meningkat

yang menyebabkan poliuria. Pada sistem gastrointestinal mortalitas

lambung menurun dan memicu terjadinya mual muntah (Varney, 2008).

d. Tanda – tanda Persalinan

Terdapat tanda-tanda persalinan yaitu: Terjadi his permulaan (his

palsu), terjadi his persalinan, Bloody show terjadi perubahan serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat dikanalis

servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah yang menjadikan

perdarahan sedikit, pengeluaran cairan yang terjadi akibatt pecahnya

ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar ketuban pecah

menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang pecah pada pembukaan

kecil (Asrinah, 2010 dalan Nurasiah, 2012).

e. Tahapan Persalinan

1) Kala I (kala pembukaan)

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan


meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap (10 cm). Tanda- tanda persalinan yaitu terjadi his persalinan

memancar dari pinggang ke perut bagian bawah, adanya pengeluaran

lendir bercampur darah. Selain itu tanda lainnya adalah terjadinya

penipisan dan pembukaan serviks dan pecahnya kantung ketuban

(Varney, 2008).

Proses membukanya servik sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase,

yaitu :

a) Fase laten, berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi

sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

b) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase yaitu :

(1) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

(2) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

(3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali

dalam waktu 2 jam pembukaan 9 menjadi lengkap.

2) Kala II

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Menurut

Manuaba (2008), gejala dan tanda kala dua persalinan yaitu ibu

merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu

merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau


vaginanya, perineum menonjol, vulva-sfingter ani membuka,

meningkatnya pengeluaran lendir bercampua darah.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi

obyektif) yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau

terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi

di luar his dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala

janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka

dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi

mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II

berlangsung rata – rata 1,5 jam dan pada multipara rata – rata 0,5 jam.

(Manuaba, 2012)

3) Kala III

Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan

berakhir dengan lahirnya plasenta. Kala III persalinan berlangsung

rata-rata antara 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala III

sampai 30 menit. (Varney, 2008)

Tanda lepasnya plasenta, menurut WHO dalam buku Acuan

Persalinan Normal (2008) :

a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus, setelah bayi lahir uterus

berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus

berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat atau

fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)


b. Tali pusat memanjang,tali pusat terlihat menjulur keluar vulva

(tanda Ahfeld)

c. Semburan darah mendadak dan singkat,darah yang terkumpul

dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta

keluar dibantu oleh gaya gravitasi.

Faktor predisposisi atonia uteri diantaranya adalah keadaan

umum lemah (anemia), grandemultipara, jarak hamil <2 tahun,

distensi Rahim berlebihan (Manuaba, 2012).

Manajemen aktif kala III terdiri dari :

1. Pemberian Oksitosin

2. Penegangan tali pusat terkendali

3. Masase fundus uteri

Menurut depkes RI ( 2008 ) melakukan manajemen aktif

kala III meliputi :

1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm

dari vulva

2. Meletakkan 1 tangan diatas kain pada perut ibu. Di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi tangan lain menegangkan tali pusat.

3. Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang

atas (dorso kranial) secara hati-hati ( untuk mencegah inversio

uteri ) jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik , hentikan

penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi


berikutnya dan ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak segera

berkontraksi minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk

melakukan stimulasi puting susu.

4. Mengeluarkan plasenta

5. Pemeriksaan plasenta

6. Menilai perdarahan

4) Kala IV

Mulai dari lahirnya prasenta dan lamanya 2 jam. Dalam kala itu

diamati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum.(Mochtar, 2011)

f. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan (5P)

1) Tenaga (Power) adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan meliputi:

a) His (kontraksi otot rahim)

b) Kotraksi otot dinding perut

c) Kontraksi dengan diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

d) Ketegangan dan kotraksi ligamentum rotundum

2) Janin (Passenger) keadaan janin meliputi letak janin dan presentasi.

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada di

bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pada

pemeriksaan dalam. Pada letak sungsang mekanisme persalinan

kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas

dengan waktu 8 menit (Manuaba, 2010).


3) Jalan lahir (Passage) yang paling penting dan menentukan proses

persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang yang

kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yangkuat. Jalan

lahir adalah pelvis minor atau panggul kecil. Panggul kecil ini terdiri

dari pintu atas panggul, bidang terluas panggul, bidang sempit

panggul dan pintu bawah panggul (Manuaba, 2010).

4) Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja

otot-otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom

maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan

rasa tenang dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu

tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan

persalinan, maka hal ini akan menghambat proses persalinan.

5) Penolong. Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang dinamakan

dorongan ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang

bidan dapat membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat

dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia–sia jika saat untuk mengejan

yang ibu lakukan tidak tepat.

g. Perubahan Fisiologis Persalinan

Perubahan Fisiologi Persalinan

Kardiak
Metabolisme Sistem
output
meningkat gastrointestinal
meningkat

Tekanan darah, Poliuria Motilitas lambung


suhu tubuh, menurun
nadi, pernafasan Proteinuria
meningkat Pengosongan
lambung lamban

Mualdan muntah
Sumber: Prawihardjo, 2010

Gambar 2.2 Skema perubahan fisiologi persalinan

h. Standar Asuhan Kebidanan dan Wewenang Bidan Dalam Asuhan

Persalinan

Dalam memberikan pelayanan pertolongan persalinan terdapat 4

standar yang harus dipenuhi bidan yakni:

1) Standar 9: Asuhan Persalinan Kala I, Bidan memberikan

pelayanan kebidanan yang memadahi dalam mendukung

pertolongan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi

2) Standar 10: Persalinan Kala II yang aman, Bidan memastikan

persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

3) Standar 11: penatalaksanaan aktif persalinan kala III, bidan

melakukan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara

lengkap untuk mencegah komplikasi lain.

4) Standar 12: Penanganan kala II dengan gawat janin melalui

episiotomi bidan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda

gawat janin ketika kepala janin telah meregangkan perineum.

Berdasarkan penelitian, hanya sebagian kecil wanita yang diasuh

secara komprehensif yang membutuhkan epidural atau obat lain untuk

menghilangkan rasa sakit selama persalinan. Dan sebagian besar


wanita yang diasuh secara komprehensif lebih memungkinkan untuk

bersalin normal daripada operasi caesar. (Sandall Dkk, 2013).

Menurut PERMENKES Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin

DanPenyelenggaraan Praktik Bidan dalam memberikan pelayanan

kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada pasal 19 ayat 3 , Bidan

berwenang melakukan: episiotomi, pertolongan persalinan normal,

penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawat-

daruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet tambah

darah pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu

nifas, fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu eksklusif pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga

dan postpartum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada

kelompok ibu hamil dan pemberian surat keterangan kehamilan dan

kelahiran.

3. Konsep Dasar Teori Bayi Baru lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Menurut saifuddin, bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran.

Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru lahir normal adalah berat

bayi lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis

dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi dan

Rahardjo, 2015).
Penilaian bayi baru lahir terhadap asfiksia dengan menilai APGAR Skor,

meliputi :

Tabel 2.2 Penilaian APGAR Skor

Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada Lambat dibawah 100 Diatas 100
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tidak teratur Menangis dengan baik
Nafas

Tonus Tidak ada Beberapa fleksi Gerakan aktif


otot ekstremitas
Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis kuat

Warna Biru pucat Tubuh merah muda, Merah muda seluruhnya


kulit ekstremitas biru
Sumber :Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetrik Willliams. Jakarta:EGC.

Interpretasi:

Nilai 0-3 asfiksia berat

Nilai 4-6 asfiksia sedang

Nilai 7-9 asfiksia ringan dan bayi normal dengan APGAR 10 (varney,

2007)

b. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Perubahan Fisiologi BBL

Sistem pernafasan Sistem pengaturan Sistem


tubuh gastrointestinal
Kompresi paru selama
persalinan Refleks
Timbunan lemak menelan belum
dan kadar glukosa sempurna
yang normal
Udara masuk ke dalam
paru Gumoh
Panas tubuh
normal
Usaha bernafas

Paru berfungsi normal

Gambar 2.3Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir


Sumber: Prawihardjo, 2010

c. Tanda Bahaya Bayi Baru lahir


1) Sianosis/kebiruan

2) Demam, Apabila suhu tubuh lebih dari 37,5 °C kondisi ini

dikatakandemam.

3) Kedinginan/hipotermi. Bayi baru lahir mempunyai resiko

kedinginankarena luas permukaan bayi relatif lebih luas sehingga

menggalamipaparan lebih banyak. Hipotermia adalah keadaan suhu

tubuh bayidibawah 36,5°C

4) Perdarahan

5) Jaundice / kuning. Kulit bayi terlihat berwarna kuning, warna

kuning ini

terjadi karena penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin.

Kuning bayipada bayi akan berbahaya bila muncul kurang dari 24

jam setelah lahir.

6) Diare yang disertai dengan gejala mata cekung dan kondisi tidak

sadar,jika kulit perut bayi dicubit kembali dengan lambat, hal in

7) menandakan bahwa bayi mengalami kekurangan cairan dalam

tahap kronis.

8) Muntah terus menerus

9) Tidak mau makan dan menyusui/kesulitan menyusui


10) Pus atau kemerahan pada umbilicus/tali pusat, mata dan kulit.

11) Letargi / lemas / bayi lebih banyak tidur

12) Keadaan umum bayi paling mudah dikenal dengan keadaan dari

gerakandan tangisnya. Bila gerakan melemah dan tangisan lemah

atau tidak adaharus diwaspadai kondisi bayi sedang dalam keadaan

umum yang baik,hal itu menandakan bayi sakit berat

(Khoirunnisa,(2010)

d. Refleks Pada Bayi Baru Lahir


1) Pada pemeriksaan neurologis terdiri dari refleks morro, rooting,

sucking, swallowing, babinski, grasping, dan grasp.

2) Morro adalah gerakan lengan dan kaki yang terjadi ketika bayi

yang baru lahir dikejutkan oleh suara atau gerakan keras. Rooting

merupakan bayi baru lahir akan menoleh kearah dimana terjadi

sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila

bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang

disentuhkan tersebut (APN, 2008). Refleks rooting muncul ketika

pipi diusap, bayi menengok kearah usapan (Varney, 2008).

3) Sucking merupakan rangsangan puting susu pada langit-langit

bayi menimbulkan refleks mengisap. Isapan ini akan

menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan

langit-langit bayi, sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan

ASI terpancar keluar (APN, 2008). Reflek menghisap ada dan

kuat ketika disentuh dengan putting (Varney, 2008). Reflek


swallowing merupakan kumpulan ASI di dalam mulut bayi

mendesak otot-otot di daerah mulut dan faring untuk

mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam

lambung bayi (APN, 2008).

4) Refleks babinski ditimbulkan dengan stimulus gesekan

pada telapak kaki, yang menghasilkan dorsofleksi jari besar dan

pengembangan jari-jari yang lebih kecil. Biasanya stimulus

semacam itu menyebabkan semua jari-jari kaki menekuk ke

bawah. Disebut juga Babinski’s toe sign (APN, 2008).

5) Grasping bila jari menyentuh telapak tangan bayi maka jari

jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat (APN, 2008).

Refeks graps atau menggenggam sudah baik (Sitiava, 2012).

Refleks Gag ada (refleks yang umumnya muncul dari kepala

sampai jari-jari kaki selama gestasi) (Varney, 2008).

e. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

Kebutuhan dasar terdiri dari:

1) Kebutuhan Fisik meliputi :

a) O2 (zat asam atau udara segar)

Setelah bayi lahir, kebutuhan O2 dipenuh oleh pemasukan

(intake) paru-parunya sendiri. Bila bayi baru lahir tidak langsung

menangis dan terlihat warna kulit bayi membiru/pucat segera


bebaskan jalan nafas bayi sambil menilai APGAR menit I (Varney,

2008).

b) Gizi

Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk

menjamin kesehatan dan pertumbuhan bayi/anak, diberikan pada

usia 0-2 tahun. ASI adalah makanan bayi yang terbaik (Varney,

2008).

c) Eliminasi

Bayi baru lahir harus sudah buang air kecil dalam waktu 24

jam setelah lahir, selanjutnya buang air kecil 6-8 x/hari.Feses bayi

baru lahir berwarna hijau (mekonium), dan bayi baru lahir harus

sudah buang air besar dalam 24 jam (Varney, 2008).

d) Istirahat dan tidur

Sangat bermanfaat jika bayi diletakkan di tempat tidur yang

hangat, tempat tidur seharusnya diletakkan dekat tempat tidur ibu

sehingga bisa dihangatkan dan bisa diberikan ASI saat bayi

menginginkannya (Varney, 2008).

e) Kebersihan (personal hygiene)

Perawatan untuk menjaga kebersihan bayi adalah seperti

memandikan bayi, memakaikan pakaian hangat pada bayi,

merawat tali pusat, dan mengganti popok bayi (Varney, 2008).

f. Standar Asuhan dan Kewenangan Bidan pada Bayi Baru Lahir

Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir


Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan

kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan

kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud

pada PERMENKES Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan, Bidan berwenang melakukan

penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

meliputi :

1) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan

jalan

nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung

2) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan bblr

melaluipenggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru

3) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol

atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan

kering; dan

4) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir

dengan infeksi gonore (GO).

4. Konsep Dasar Teori Nifas


a. Pengertian Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu(Sulistyawati,2011).

Perubahan Fisik yakni involusi Uterus atau pengerutan uterus

merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum

hamil. Kemudian tempat plasenta, luka bekas plasenta tidak

meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan

pertumbuhan endometrium baru dibawah. Saat nifas after pains

(meriang atau mules-mules) dirasakan, namun menurut hasil penelitian

di katakan bahwa setelah diberikan kompres dingin sebagian besar ibu

nifas mengalami tingkat nyeri ringan. Penggunaan kompres dingin

terbukti dapat menghilangkan nyeri, terapi dingin menimbulkan efek

analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga

impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit (Jurnal Sain Med,

2013). Terjadi proses lokhea yang terdiri dari lokhea rubra, lokhea

serosa dan lokhea alba (Varney, 2007).

b. Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan terdiri dari pola nutisi makanan harus

bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang

mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan,

pola eliminasi diuresis terjadi berhubungan dengan pengurangan


volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari post partum setelah

plasenta lahir estrogen ambilasi, istirahat karena lelah sehabis bersalin

ibu harus beristirahat, tidur terlentang selama 2 jam postpartum

kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah

terjadinya trombosis dan tromboemboli, personal hygiene pada masa

postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi oleh karena itu,

kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya

infeksi.Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat

penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009), kebiasaan, sedangkan

seksualitas ibu post partum secara fisik, aman untuk melakukan

hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,

banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan

seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu

setelah kelahiran, keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan (Sulistyawati, 2009).

c. Penyebab Terjadinya Perdarahan Post Partum,

secara mudahadalah 4-T:

1) Tonus:Atonia uteri,Hipotonia uteri, kandung kemih yang over

distensi.

2) Tissue: Retensi plasenta (sisa plasenta) dan bekuan darah.

3) Trauma : Perlukaan pada vagina, serviks atau uterus.

4) Trombin:Gangguan pembekuan darah (bawaan atau didapat)(Faisal,


2008).

d. Tanda Bahaya Masa Nifas

1) Pengeluaran vagina yang baunya membusuk

2) Rasa sakit di bagian bawah abdomen/ puggung

3) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik

4) Gangguan masalah penglihatan/ penglihatan kabur

5) Pembengkakan di wajah atau tangan

6) Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK atau merasa tidak enak badan

7) Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit

8) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama

9) Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan pada kaki

10) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan

diri sendiri

11) Merasa sangat letih atau nafas terengah- rengah(Prawirohardjo, 2011).

e. Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan pada Masa Nifas

Dalam memberikan pelayanan post natal care bidan juga

memiliki standar yakni:

1) Standar 14: Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan,

Bidan memberikan informassi perawwatan ibu dan bayi yang

bersih dan aman untuk memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan

asuhan sayang ibu dan sayang bayi melalui IMD


2) Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas, Bidan

memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah

persalinan dan penyuluhan ASI esklusif.

Kewenangan bidan, menurut PERMENKES Nomor 28 Tahun

2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan dalam

memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada

pasal 19 ayat (2) meliputi pelayanan ibu nifas normal.

f. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Perubahan Fisiologis Pada Ibu Masa Nifas

Sistem
Sistem Sistem Sistem gastrointesti
reproduksi endokrin urinaria nal Sistem musculoskeletal

HCG Kandung
Otot polos menurun kemih Kurang KIE
berkontraksi Estrogen kurang tentang luka Ligamen kembali ke
menurun sensitive perineum ukuran semuala

Prolaktin Urine
Involusi meningkat residual
uterus, Mena
lochea, rugae han
vagina defek Diastasis traktus
muncul asi abdominis
Produksi
ASI
Konsti
pasi

Gambar 2.4Perubahan Fisiologis Pada Nifas

Sumber Prawihardjo, 2010

Tanda bahaya yang harus diwaspadai adalahpendarahan

pervaginam yang luar biasa, pengeluaran pevaginam yang baunya

menusuk, rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, sakit kepala
yang terus menerus, nyeri epigastrik, masalah penglihatan,

pembengkakkan di wajah atau ditangan, demam, muntah, rasa sakit saat

BAK, payudara yang berubah menjadi merah dan panas,lunak atau

pembengkakan pada kaki, merasa sedih karena tidak dapat mengasuh

sendiri bayinya atau diri sendiri, merasa sangat letih atau nafas terengah-

engah (Varney, 2007).

Adapun kebijakan program yang disusun untuk kunjungan masa

nifas sesuai dengan Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas, 2009,

diantaranya: Menurut Buku Kesehatan ibu dan anak (2015), jadwal

kunjunganmasanifas sebanyak 3 kali yaitu :

1. Kunjungan Nifas 1 (KF1) : 6 jam – 3 hari

2. Kunjungan Nifas 2 (KF2) : 4 – 28 hari

3. Kunjungan Nifas 3 (KF3) : 29 – 42 hari

Adapun jenis pelayanan yang diberikan kepada ibu yaitu

berupapenilaian terhadap kondisi ibu nifas secara umum tekanan darah,

suhu tubuh, respirsi dan nadi perdarahan pervaginam, kondisi perineum,

tanda ineksi, kontraksi rahim, tinggi fundus uteri dan memeriksa payudaa

lokhia dan perdarahan, Pemeriksaan jalan lahir, Pemeriksaan payudara dan

anjuran pemberian ASI Eksklusif, Pemberian Kapsul Vit. A, Pelayanan

kontrasepsi pascapersalinan, Penanganan risiko tinggi dan komplikasi

pada nifas (Buku KIA,2015).

Bidan juga memberikan nasihat mengenai Makan makanan

yangberaneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani,


protein nabati, sayur, dan buah-buahan, Kebutuhan air minum pada ibu

menyusui pada 6 bulan pertama adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan

kedua adalah 12 gelas sehari, menjaga kebersihan diri , termasuk

kebersihan daerah kemaluan, ganti pembalut sesering mungkin, Istirahat

cukup, saat bayi tidur ibu istirahat, Bagi ibu yang melahirkan dengan cara

operasi caesar maka harus menjaga kebersihan luka bekas operasi, cara

menyusui yang benar dan hanya memberiASI saja selama 6 bulan,

perawatan bayi yang benar, jangan membiarkan bayi menangis terlalu

lama, karena akan membuat bayi stress, lakukan stimulasi komunikasi

dengan bayi sedini mungkin bersama suami dan keluarga, untuk

berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan KB setelah

persalinan (Buku KIA,2015)

5. Konsep Dasar Teori Neonatus

a. Pengertian Neonatus

Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi

kehidupan intrauterin.Masa neonatus adalah periode selama satu bulan

(lebih tepat 4 minggu atau 28 hari setelah lahir) (Syaifudin, 2010).

Pemantauan tumbuh kembang neonatus meliputi;

Kunjungan neonatal adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus

sedikitnya 3 kali yaitu: Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai

dengan 48 jam setelah lahir. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3


s/d 7 hari. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari

(Kemenkes RI, 2010).

b. Periode Neonatal

Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kurang baiknya penanganan pada

BBL atau neonatus yang sehat akan menyebabkankelainan yang dapat

mengakibatkan kecacatan seumur hidup, bahkan kematian (Marmi, 2012).

Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3

kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%

kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Marmi, 2012).

BBL yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila

tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian.Kematian bayi

sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan

pertama kehidupan (Marmi, 2012).

c. Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan pada Neonatus

Kewenangan bidan, menurut PERMENKES Nomor 28 Tahun 2017

Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Dalam memberikan

pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan

berwenang melakukan:

1) Pelayanan esensial

2) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

3) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

4) Konseling dan penyuluhan


d. Kunjungan Neonatal

Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan

komprehensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan, yang

meliputi:

1) Pemeriksaan tanda bahaya Perawatan tali pusat

2) Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir

3) Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir

4) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli eksklusif,

pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan BBL di rumah

dengan menggunakan buku KIA

5) Penanganan dan rujukan kasus

Cakupan Kunjungan Neonatal adalah cakupan neonatus yang

mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali

pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke-3-7 dan 1 kali pada hari ke-8-28

setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Varney,

2008).

Menurut Permenkes RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Bab III

mengenai Penyelenggaraan Praktik Kebidanan pasal 11 ayat 2

dikatakan bahwa Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :

1) Melakukan asuhan BBL normal termasuk resusitasi, pencegahan

hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan

BBL pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.
2) Penanganan hipotermi pada BBL dengan segera merujuk

3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah

6) Pemberian konseling dan penyuluhan

7) Pemberian surat keterangan kelahiran

8) Pemberian keterangan kematian

6. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

“melawan” atau “mencegah” sedangkan konsepsi adalah pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan

kehamilan.Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel

sperma (Wiknjosastro, 2011).

b. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)

Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak

keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil

kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium.


Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan

diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya

menurunkan angka kematian maternal (Wiknjosastro, 2011).

Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan

yang nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya

kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah

penularan penyakit menular seksual, seperti HIV. Meskipun

penggunaan alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko

yang kadang-kadang merugikan kesehatan, namun demikian

keuntungan penggunaan alat/obat kontrasepsi tersebut akan lebih besar

dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan risiko

kesakitan dan kematian maternal (Wiknjosastro, 2011).

Alat Kontrasepsi :

1) Kontrasepsi untuk ibu menyusui

a) Metode Amenore Laktasi

(1) Pengertian

(a) Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi

yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa

tambahan makanan atau pun minuman apapun lainnya.

(b) Syarat untuk dapat menggunakan: Menyusui secara

penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian

lebih dari 8 kali sehari.


(c) Cara kerja: Penundaan/penekanan ovulasi.

(BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012).

Tabel 2.3 Keuntungan dan Kerugian Metode Amenore Laktasi (MAL)

Keuntungan Kontrasepsi Keuntungan nonkontrasepsi


Untuk Bayi:
1. Efektivitas tinggi 1. Mendapatkan kekebalan
(keberhasilan 98% pada enam pasif (mendapatkan anti bodi
bulan pasca persalinan). perlindungan lewat ASI).
2. Segera efektif. 2. Sumber asupan gizi yang
3. Tidak mengganggu senggama. terbaik dan sempurna untuk
4. Tidak ada efek samping secara tumbuh kembang bayi yang
sistemik. optimal.
5. Tidak perlu pengawasan 3. Terhindar dari keterpaparan
medis. terhadap kontaminasi dari
6. Tidak perlu obat atau alat dan air, susu lain atau formula,
biaya. atau alat minum yang
dipakai.

Untuk Ibu:
1. Mengurangi perdarahan pascapersalinan
2. Mengurangi risiko anemia
3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan
bayi.

Sumber: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Edisi Ketiga 2011


b) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(1) Pengertian

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit

kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak

terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastic polietilena, ada

yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak.

(2) Cara kerja

Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR

menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma

sehingga tidak mampu untuk fertilisasi (BKKBN dan

Kemenkes R.I., 2012)

Tabel 2.5 Keuntungan dan keterbatasan AKDR

Keuntungan Keterbatasan
1. Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% 1. Tidak mencegah Infeksi Menular
(0,6-0,8 kehamilan/100 Seksual (IMS)
perempuan dalam 1 tahun 2. Tidak baik digunakan pada perempuan
pertama) dengan IMS atau perempuan yang
2. Dapat efektif segera setelah sering berganti pasangan
pemasangan 3. Diperlukan prosedur medis termasuk
3. Metode jangka panjang pemeriksaan pelvis
4. Sangat efektif karena tidak perlu 4. Klien tidak dapat melepas AKDR
lagi mengingat-ingat sendiri
5. Tidak mempengaruhi hubungan 5. Klien harus memeriksa posisi benang
sosial AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
6. Meningkatkan kenyamanan melakukan ini perempuan harus
seksual karena tidak perlu takut memasukkan jarinya ke dalam vagina ;
untuk hamil sebagian perempuan tidak mau
7. Tidak ada efek samping hormonal melakukan ini.
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI

Sumber: Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan


di Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012)
2) Kontrasepsi hormonal

a) Hormon Progestin

Hormon Progestin adalah metode kontrasepsi dengan

menggunakan progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron ada

pil, injeksi/suntikan, implant.

Tabel 2.6 Keuntungan dan keterbatasan pil progestin

Keuntungan Keterbatasan
1. Efektif jika diminum setiap hari di 1. Harus digunakan setiap hari dan
waktu yang sama (0,05-5 pada waktu yang sama
kehamilan/100 perempuan dalam 1 2. Bila lupa satu pil saja, kegagalan
tahun pertama) menjadi lebih besar
2. Tidak diperlukan pemeriksaan 3. Risiko kehamilan ektopik, tetapi
panggul risiko ini lebih rendah
3. Tidak mempengaruhi ASI
4. Tidak mengganggu hubungan seksual 7. jika dibandingkan dengan
5. Kembalinya fertilitas segera jika perempuan yang tidak
pemakaian dihentikan menggunakan minipil
6. Mudah digunakan dan nyaman 8. Efektifitas menjadi rendah bila
Efek samping kecil digunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis atau obat epilepsi
9. Tidak mencegah IMS
Sumber: Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di
Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012).

Tabel 2.7 Keuntungan dan keterbatasan injeksi progestin

Keuntungan Keterbatasan
1. Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 1. Klien sangat tergantung pada
perempuan dalam 1 tahun pertama tempat sarana pelayanan kesehatan
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang (harus kembali sesuai jadwal
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami suntikan)
isteri 2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-
4. Tidak mengandung estrogen sehingga waktu sebelum suntikan berikut
tidak berdampak serius terhadap penyakit 3. Tidak mencegah IMS
jantung dan gangguan pembekuan darah. 4. Terlambatnya kembalinya
kesuburan setelah penghentian
pemakaian
5. Tidak mempengaruhi ASI
6. Sedikit efek samping
7. Dapat digunakan oleh perempuan usia >
35 tahun sampai perimenopause
8. Membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik
9. Menurunkan kejadian penyakit jinak
payudara
10. Mencegah beberapa penyebab penyakit
radang panggul
11. Menurunkan krisis anemia bulan sabit
(sicle cell)

Sumber: Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di


FasilitasKesehatan.(BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012).
c) Implant

Implant adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung

progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon

polidimetri.

Tabel 2.8 Keuntungan dan keterbatasan implant

Keuntungan Keterbatasan
1. Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1,0 1. Membutuhkan tindak
kehamilan per 100 perempuan) pembedahan minor untuk insersi
2. Daya guna tinggi. dan pencabutan.
3. Perlindungan jangka panjang 2. Tidak mencegah infeksi menular
(sampai 3 tahun). seksual
4. Pengembalian tingkat kesuburan 3. Klien tidak dapat menghentikan
yang cepat setelah pencabutan. sendiri pemakaian kontrasepsi,
5. Tidak memerlukan pemeriksaan akan tetapi harus pergi ke klinik
dalam. untuk pencabutan
6. Bebas dari pengaruh estrogen. 4. Efektivitas menurun bila
menggunakan obat tuberkulosis
atau obat epilepsi.
7. Tidak mengganggu kegiatan
senggama.
8. Tidak mengganggu produksi ASI.
Sumber: Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di
Fasilitas Kesehatan (BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012).

c. Kewenangan Bidan Pada Alat Kontrasepsi

Kewenangan bidan pada pelayanan kontrasepsi menurut PERMENKES


Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

yakni dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan

berwenang memberikanpenyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana; dan pelayanan kontrasepsi oral,

kondom, dan suntikan.

Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:

a. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat

kontrasepsi bawah kulit;

b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit

tertentu;

c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang

ditetapkan;

d. Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;

e. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu

dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;

f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan

anak sekolah;

g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan

terhadap infeksi menular seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,

dan penyakit lainnya;


h. Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif

lainnya (napza) melalui informasi dan edukasi; dan

i. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;


B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif

Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif (Continuity of Care) terdiri


dari 6 tahap yaitu mulai kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus
dan pelayanan kontrasepsi. Manajemen asuhan kebidanan pada Continuity of
Care menggunakan 7 langkah varney yang diuraikan sebagai berikut :

1. Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Identitas

Identitas yang mempengaruhi masa kehamilan terdiri dari umur jika

<16 atau >35 tahun akan membuat wanita rentan terhadap sejumlah

komplikasi (Varney, 2008). Usia <18 tahun dan >35 tahun

memerlukan pengawasan antenatal tambahan (Simkin, 2008).

2) Alasan Datang Periksa

Alasan datang periksa yaitu tujuan utama suatu kunjungan untuk

melihat kebutuhan utama pasien.

3) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering terjadi pada kehamilan trimester III yaitu

hiverventilasi dan sesak nafas, pusing dan mengantuk, sering kencing

dan kebocoran air kencing, kaki dan jari bengkak, dyspepsia, keram,

nyeri punggung (Varney, 2007).

4) Riwayat Kesehatan Klien

Riwayat kesehatan klien meliputi riwayat kesehatan yang lalu saat ini

yang dikaji untuk mendeteksi komplikasi penyakit penyerta


kehamilan seperti penyakit kardiovaskuler, 1-4% dari kehamilan akan

terjadi penyakit jantung yang tanpa gejala kelainan jantung

sebelumnya (Sarwono, 2010). Penyakit endokrin yaitu meliputi

diabetes mellitus meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia saat

persalinan, sectio cesaria, dan makrosomia dengan komplikasi utama

yang mungkin terjadi adalah trauma kelahiran seperti distosia bahu,

fraktur tulang, dan injuri plekus brakialis (Sarwono, 2010), penyakit

infeksi yaitu wanita hamil dengan infeksi saluran kemih berat dengan

gejalanya nausea, vomitus, takikardia, pireksia, nyeri pinggang, urin

berbau busuk dan mengandung protein akan berisiko anemia,

preeklampsia, pielonefritis kronis dan kerusakan ginjal serta janin

berisiko prematur dan retardasi pertumbuhan (Sarwono, 2010).

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga terdiri dari riwayat keluarga yang pernah

menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat

kongenital (Syafrudin, 2009). Keluarga dengan riwayat penyakit

diabetes menunjukkan data terkuat makrosomia janin dan seksio

sesarea. Pada jangka waktu lebih lama terlihat adanya hubungan

peningkatan kadar glukosa inutero dengan obesitas. Terdapat

beberapaa perkiraan epilepsi disebabkan oleh komponen genetik

yang padaa situasi tertentu menyebabkan seseorang mengalami

kejang epilepsi. Prevalensi epilepsi pada populasi umum adalah 1

dari 200 dan terjadi padaa 0,3-0,5% wanita hamil, 9 wanita


meninggal karena epilepsi (Myles, 2009).

6) Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi terdiri dari hari pertama haid terakhir (HPHT)

yang merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan

perkiraan tafsiran partus(Varney, 2007), taksiran persalinan dan usia

kehamilan merupakan data dasar dalam mengevaluasi ukuran

kandungan, apakah persalinan cukup bulan atau prematur, dan

kemungkinan komplikasi untuk jumlah minggu kehamilan, siklus: 28

± 2 hari, lama: 3-8 hari (Mochtar, 2011).

7) Riwayat Obstetri

Riwayat Obstetri terdiri dari :

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


S
N u A T Ab La
U Pe Jn Pnl Pen J BB Pen
o a n mp H M nor kta
K ny s g y K /PB y
m k t mal si
i
1
2

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko pada ibu hamil:

(1) Menurut Skor Puji Rochyati dalam Manuaba (2010), kehamilan

berisiko tinggi adalah sebagai berikut:

(a) Primipara sekunder dengan usia anak terkecil lebih dari 10

tahun. Ibu dengan primi para sekunder berisiko terjadinya

pesalinan tidak lancar, pendarahan post partum dan risiko

penyakit penyerta seperti hipertensi. Grandemultipara yaitu


pernah melahirkan 4 kali atau lebih. Ibu dengan

grandemultipara berisiko terjadinya kelainan letak, ruptur

uteri, persalinan lama, dan pendarahan post partum serta

makin tinggi risiko terjadinya preeklamsi.

(b) Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah

persalinan prematur, bayi lahir mati, riwayat persalinan

dengan tindakan ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, seksio

sesaria,preeklampsia/eklampsia, gravida serotinus,

kehamilan dengan perdarahan antepartum).

(c) Riwayat melahirkan berat bayi lahir rendah, prematur, bayi

makrosomia berisiko terjadi berulang di kehamilan

selanjutnya dan potensi ruptur uteri. Riwayat nifas dengan

retensio plasenta, hemoragik post partum(HPP) dapat

berulang di nifas berikutnya.

(d) Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi

kehamilan.

(2) Sedangkan faktor risiko kehamilan menurut Syafrudin (2010)

adalah sebagai berikut:

(a) Anak lebih dari 4

(b) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang > 2

tahun

(c) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang

belakang panggul.
8. Riwayat Kontrasepsi

Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang

pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian

terakhir dengan kehamilan.

9. Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi

komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan anak

pertama kali (Quickening), apa keluhan dan ketidaknyamanan yang

dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja yang telah didapat, apakah

sudah melakukan imunisasi selama hamil (Varney, 2007).

10.Riwayat Ginekologi

Riwayat ginekologi yaitu terdiri dari mioma risiko abortus akan

meningkat dan menghalangi jalan lahir, kista akan menyebabkan

risiko ruptur uteri meningkat saat kehamilan, kehamilan ektopik

tidak mungkin bertahan sampai kala II, pada molahidatidosa tidak

mungkin bertahan sampai kala II, HPV (Kutil Veneral) dapat

membesar sehingga perlu SC (Sarwono, 2010).

Radang panggul berhubungan dengan peningkatan kehamilan

ektopik, hidramnion merupakan faktor risiko predisposisi

persalinan premature, herpes simpleks tipe II dapat menyebabkan

kerusakan neurologi berat bahkan kematian bayi, dan gameli dapat

menyebabkan kelahiran prematur sebanyak 10% (Varney, 2007).


11. Data Fungsional Kesehatan

Data fungsional kesehatan meliputi nutrisi umtuk menghindari junk

food (Miriam Stoppard, 2007), untuk pola eliminasi pada trimester

III, karena terjadi pembesaran uterus yang menurunkan kapasitas

kandung kemih sehinggga mengakibatkan sering BAK, untuk pola

istirahat pada wanita hamil untuk tidur siang sebaiknya 1 sampai 2

jam setiap hari, 8 jam setiap tidur malam (Doenges, 2011).

Pada data aktivitas saat hamil, ibu akan mudah lelah karena

menurunnya basal metabolic rate sehingga wanita hamil boleh

melakukan pekerjaannya sehari-hari asal bersifat ringan (Sarwono,

2010).

datapersonal hygiene ibu hamil sebaiknya tetap menjaga kebersihan

badannya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi,

perawatan gigi diperlukan dalam kehamilan karena gigi yang baik

menjamin pencernaan yang sempurna, sementara untuk pola

kebiasaan meliputi kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan, obat-

obatan, perokok aktif maupun pasif, merupakan salah satu pencetus

gangguan kehamilan yang memperlukan pengawasan antenatal

tambahan (Myles, 2009).

data seksualitas yaitu saat memasuki trimester ketiga, janin sudah

semakin besar dan bobot janin semakin berat, membuat tidak

nyaman untuk melakukan hubungan intim tetapi apabila sudah

memasuki 38-42 minggu belum ada tanda-tanda kehamilan,


dianjurkan untuk melakukan hubungan intim, karena sperma yang

mengandung prostalglandin ini akan dapat membantu rahim untuk

berkontraksi.

12.Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Psikologi : Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ke tiga.

Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi

dan kehidupannya sendiri (Varney, 2008).

Sosial : Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap

kelahiran bayi akan mempercepat proses adaptasi ibu

menerima perannya (Sulistyawati, 2009).

Kultural : Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan

sekijtar.Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan keluarga

maupun lingkungan masyarakat yang dapat merugikan

atau memberikan pengaruh negative pada kehamilan ibu

(Sulistyawati, 2009).

Spiritual : Berdoa telah ditemukan sebagi sumber yang efektif

bagi seseorang untuk mengatsi nyeri, stress, dan distress.

Seringkali berdoa menyebabkan seseorang merasakan

perbaikan suasana hati dan merasakan kedamaian dan

ketenangan(Sulistyawati, 2009).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum yang meliputi kesadaran yaitu


composmentis, tanda vital yang terdiri dari tekanan darah yaitu lebih

dari 140/90 mmHg dan dapat berlanjut menjadi pre eklampsi dan

eklampsi jika tidak segera ditangani(Varney,2008).

Pada pemeriksaan suhu jika didapatkan keadaan ibu hamil

dengan demam tinggi (lebih dari 38,70C) merupakan tanda bahaya

kehamilan (Varney, 2008).

Pemeriksaan antropometri terdiri dari berat badan sebelum

hamil dan berat badan saat ini, dimana berat badan ditimbang untuk

memperoleh kenaikan berat badan total selama kehamilan (Varney,

2008). Pertambahan berat badan lebih dari 15 kg dapat diindikasikan

bahwa ibu mengalami preeklampsia berat, diabetes melitus dan janin

mengalami makrosomia, untuk tinggi badan yaitu >145 cm, bila

kurang dicurigai terjadi kesempitan panggul (Varney, 2007), ukuran

lila kurang dari 23,5 cm, bila kurang berarti status gizi buruk yang

dapat menyebabpkan terjadinya pertumbuhan janin terhambat.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan head to toe yang

dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Pemeriksaan inspeksi, oedem pada wajah adalah tanda klasik

preeklampsi (Varney, 2008), untuk pemeriksaan mata konjunctiva

yang berwarna putih, atau pucat tanda anemia (Varney, 2008), untuk

pemeriksaan mulut dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan

gingivitis yang mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah,


maka perlu perawatan mulut agar selalu bersih. Sering tampak lidah

kotor dan gusi epulis yang merupakan akibat mual-mual atau

hipersalivasi. Adanya karies atau keropos yang menandakan ibu

kekurangan kalsium. Saat hamil terjadi karies yang berkaitan dengan

emesis, hiperemesis gravidarum, adanya kerusakan gigi dapat

menjadi sumber infeksi (Varney, 2008), untuk pemeriksaan anus

didapatkan hasiltampak adanya hemoroid dikarenakan penurunan

motilitas gastrointestinal dan perubahan usus serta tekanan pada

sistem pembuluh darah oleh pembesaran uterus (Varney, 2008), serta

untuk pemeriksaan ektremitas edema tungkai yang merupakan salah

satu tanda kemungkinan terjadinya pre-eklamsia (Manuaba, 2009).

Pada palpasiterdiri dari pemeriksaan abdomen didapatkan

hasil untuk mengetahui besarnya rahim dan dengan ini menentukan

tuanya kehamilan, menentukan letak janin dalam rahim, pada palpasi

leopold terdiri dari leopold I-IV dimana hasil leopold I yaitu pada

fundus teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang melenting,

leopold II yaitu teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada

sebelah kanan/kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil

janin, leopold III yaitu pada segmen bawah rahim teraba bagian

keras, bulat dan melenting yang sudah tidak dapat digoyangkan,

leopold IV yaitu sudah masuk pintu atas panggul (divergen) atau

belum masuk pintu atas panggul (konvergen), tafsiran berat janin

(TBJ) yaitu (TFU-(11/12)x155) (Mochtar, 2011), untuk pemeriksaan


ektremitas didapatkan Edema tungkai merupakan salah satu tanda

kemungkinan terjadinya tromboflebitis.Pemeriksaan refleks tendon

sebaiknya dilakukan karena hiperefleksi menandakan adanya

komplikasi kehamilan preeklamsia (Manuaba, 2007).

Pada pemeriksaan auskultasi untuk pemeriksaan abdomen

didapatkan hasil bising peristaltik usus orang dewasa <5 kali

permenit menyebabkan konstipasi,>35 kali permenit ciri-ciri

obstipasi, nilai normal denyut jantung janin kurang atau lebih dari

120 -160 dpm tanda-tanda janin mengalami fetal distress (Varney,

2008).

Pemeriksaanperkusi reflek patella negatif menunjukan tanda-

tanda pre-eklamsi dan refleks homan positif dapat menunjukkan

tromboflebitis (Varney, 2008).

2. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus Saat ibu memasuki kehamilan 36

minggu saat bayi mulai turun ke tulang panggul lebih dalam

sehingga timbul desakan di kandung kemih, panggul dan vagina lalu

saat inilah muncul kontraksi sungguhan (Varney, 2008).

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan urine yaitu

jika ditemukan hasil pemeriksaan urin positif maka

mengindikasikan adanya preeklampsi, serta pemeriksaan darah

lengkap untuk menentukan Hb, sekali dalam 3 bulan karena saat


hamil dapat timbul anemia akibat defisiensi Fe lalu menentukan

jenis golongan darah agar dapat cepat mencari darah yang cocok

jika membutuhkan tranfusi darah. Selanjutnya pemeriksaan USG

memberikan informasi tentang pertumbuhan janin dengan

menggunakan pengukuran kepala sampai kaki, panjang femur, dan

diameter biparietal, untuk memastikan usia gestasi, menentukan

ukuran maupun lokasi plasenta dan untuk mendeteksi beberapa

abnormalitas pada janin (Varney, 2008).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Interpretasi data dasar terdiri dari diagnosis dan masalah.

Diagnosis : G... PAPAH usia kehamilan ..minggu + … hari janin tunggal

hidup, intrauterin

Dimana G adalah gravida, P adalah para, a adalah aterm, p adalah

premature, a adalah abortus, h adalah hidup (Varney, 2008). Intrauterin

hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa USG atau

dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan merupakan

kehamilan intrauterin dengan pemriksaan USG dan pemeriksaan dalam.

Masalah: Berupa ketidaknyamanan yang dirasakan seperti edema,

keletihan, leukorea, nyeri bawah perut, peningkatan frekuensi berkemih,

konstipasi, nyeri ulu hati, kram tungkai, insomnia,hemoroid

(Prawihardjo, 2010)

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis /Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual


yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk

merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis /masalah potensial

tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang

harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini

mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri,

kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu

Rasional :Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi

petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya

b. Berikan KIE tentang ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester

III dan cara mengatasinya.

Rasional :Dapat mengurangi kekhawatiran yang berlebih pada ibu dan

membantu ibu mengatasi ketidaknyamanan yang terjadi pada

trimester III (Varney, 2008).

c. Berikan KIE mengenai nutrisi ibu hamil.

Rasional :Karena dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan

nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin (Manuaba,

2009)

d. Berikan KIE kepada ibu dan keluarga tentang persiapan persalinan


Rasional :Persiapan persalinan yang matang menggambarkan kesiapan

ibu dalam menghadapi persalinan

e. Anjurkan klien untuk tidur posisi miring ke kiri

Rasional :Posisi ini menurunkan kemungkinan terjadinya penekanan

pada vena cava inferior (Doenges, 2011)

f. Berikan KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan

Rasional :Mengetahui tanda bahaya pada kehamilan membuat ibu

mampu mendeteksi dini tanda yang dapat membahayakan keselamatan

ibu dan janinnya. (Doenges, 2011)

g. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan menghindari duduk

atau berdiri terlalu lama.

Rasional :Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan

dengan pertumbuhan jaringan ibu dan janin (Varney, 2008).

h. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

Rasional :Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk

mendeteksi kemungkinan penyimpangan dengan segera guna

memungkinkan tindakan preventif atau korektif (Henderson, 2007).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.


Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilandan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

Kunjungan ke-2

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subyektif

Data subyektif terfokus pada critical point yaitu keluhan utama

kunjungan ulang dan pola fungsional kesehatan yang berkaitan dengan

keluhan utama.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum perlu dikaji lebih lanjut pada kunjungan ulang

kecuali tinggi badan dan LILA.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada pemeriksaan fisik, antara lain mata

khususnya konjungtiva, abdomen khususnya leopold dan DJJ serta

pemeriksaan ekstremitas.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : G Papah usia kehamilan…..minggu + … hari

janin tunggal, hidup

Masalah : kurangnya pengetahuan ibu tentang persiapan persalinan


Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu!

Rasional: Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi

petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya.

b. Jelaskan mengenai tanda-tanda persalinan!

Rasional: Hal ini bertujuan untuk membantu ibu dalam mengetahui

secara dini tanda-tanda persalinan, sehingga ibu dan keluarga siap

ketika akan menghadapi persalinan (Varney, 2008)

c. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb dan Protein urin!

Rasional : Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara dini

kemungkinan terjadinya anemia dan pre eklamsia

d. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil!

Rasional : senam hamil dianjurkan dilakukan ketika janin dalam

kandungan telah berusia lebih dari 3 bulan (Kushartanti, 2004)

e. Jadwalkan kunjungan ulang !

Rasional : pemberian asuhan Antenatal pada kehamilan trimester III

adalah dua kali untuk mendeteksi kemungkinan penyimpangan seperti

kelainan letak dll dan segera dilakukan tindakan (Henderson, 2005)


Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk

SOAP.

2. Konsep Dasar Manajemen Persalinan Normal

Kala I

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering dirasakan oleh ibu adalah nyeri

akibat dari kontraksi uterus, pengeluaran lendir darah & cairan

ketuban. Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar

kedepan, kekuatan kontraksi semakin bertambah. Pinggang terasa

sakit menjalar ke depan, nyeri semakin hebat bila untuk aktivitas

jalan (Manuaba, 2007).

2) Data Fungsional Kesehatan


Data fungsional kesehatan meliputi nutrisi antara lain

sebagian ibu masih ingin makan pada masa fase laten persalinan

tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya menginginkan

cairan saja (APN, 2008). Data eliminasi meliputi pada kala I, sering

buang air kecil akibat rasa tertekan di area pelvis dan pada kala II,

adanya desakan mengejan seperti dorongan ingin buang air besar

(Varney, 2008).

Data aktivitas antara lain menganjurkan ibu yang sedang

dalam proses persalinan untuk mendapatkan posisi yang paling

nyaman, ia dapat berjalan, duduk, jongkok, berlutut atau berbaring,

berjalan duduk dan jongkok akan membantu proses penurunan

kepala janin, anjurkan ibu untuk terus bergerak, anjurkan ibu untuk

tidak tidur terlentang. Pada primi ataupun multi akan memberikan

perhatian pada kontraksi, timbul kecemasan, tegang,perasaan tidak

enak atau gelisah (Simkin, 2008).

Data personal hygiene antara lain perlu diperhatikan dimulai

dari kebersihan rambut, kulit kepala, payudara, genitalia sampai

pakaian yang bersih (Simkin, 2008).

3) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Psikososiokultural spiritual berisi riwayat pernikahan

meliputi pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan

sah/tidak. Respon klien dan keluarga terhadap persalinan.Lalu

kondisi psikis ibu mengahadapi persalinan, pada kala I, ibu primi


bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan terhadap persalinan awal

dengan terlalu banyak memberi perhatian pada kontraksi, menjadi

tegang, timbul kecemasan, perasaan tidak enak atau gelisah (Simkin,

2008), selain itu adat istiadat pernikahan termasuk peristiwa yang

sacral dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, yang masih tetap

menjunjung tinggi nilai adat dan agama yang beraneka ragam

(Manuaba, 2010).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum meliputi kesadaran dan tanda vital.

Kriteria hasil pemeriksaan kesadaran adalah composmentis, ekspresi

wajah meringis. Tekanan darah normal 110/70-120/80 mmHg,

Tekanan darah yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan

faktor risiko untuk berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia

(Hidayat, 2009).Pada saat persalinan peningkatan sistolik rata-rata

10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 10 mmHg (Varney, 2008).Nadi

pada ibu bersalin berkisar antara 60-100 x/menit. Suhu tubuh

peningkatannya jangan melebihi 0,50C sampai dengan 10C (Varney,

2008) dan pernapasan16-20 x/menit.

2) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan inspeksi, oedem pada wajah adalah tanda klasik

preeklampsi (Varney, 2008), untuk pemeriksaan mata

konjunctiva yang berwarna putih, atau pucat tanda anemia


(Varney, 2008), untuk pemeriksaan anus didapatkan hasil

tampak adanya hemoroid dikarenakan penurunan motilitas

gastrointestinal dan perubahan usus serta tekanan pada sistem

pembuluh darah oleh pembesaran uterus (Varney, 2008), serta

untuk pemeriksaan ektremitas edema tungkai yang merupakan

salah satu tanda kemungkinan terjadinya pre eklamsia

(Manuaba, 2009).

b) Pada palpasi pemeriksaan abdomen didapatkan hasil untuk

mengetahui besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya

kehamilan, menentukan letak janin dalam rahim, pada usia

kehamilan 28 minggu didapatkan TFU 26 cm, pada usia

kehamilan 32 minggu didapatkan TFU 30 cm, pada usia

kehamilan 36 minggu didapatkan TFU 33 cm, pada palpasi

leopold terdiri dari leopold I-IV dimanaleopold I yaitu

pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan bagian apa yang

berada dibagian fundus normalnya pada fundus teraba bagian

lunak, kurang bulat dan kurang melenting yaitu bokong, leopold

II yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan bagian

apa yang berada di sisi kanan dan kiri ibu normalnya teraba

bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah kanan/kiri

ibu dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin, leopold

III yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan bagian

apa yang berada dibagian segmen bawah rahim normalnya yaitu


pada segmen bawah rahim teraba bagian keras, bulat dan

melenting yaitu kepala, leopold IV yaitu pemeriksaan yang

dilakukan untuk menentukan bagian terendah janin atau belum.

Sudah masuk pintu atas panggul (divergen) atau belum masuk

pintu atas panggul (konvergen), tafsiran berat janin (TBJ) yaitu

((TFU-(11/12) x 155) (Mochtar, 2011).

c) Pada pemeriksaan auskultasi terdiri dari pemeriksaan dadauntuk

mendengarkan suara nafas biasanya pada 90% hingga 95%

wanita hamil akan terdengar murmur sistolik pendek yang

semakin jelas terdengar selama inspirasi maupun ekspirasi

(Varney, 2008), untuk pemeriksaan abdomen denyut jantung

janin yaitu <120 atau >160 dpm, tanda adanya fetal

distress(Varney, 2008).

d) Pemeriksaanperkusi refleks homan positif dapat menunjukkan

tromboflebitis (Varney, 2008).

3) Pemeriksaan Khusus

Dilakukan pemeriksaan dalam kemudian catat tanggal, jam

dan nama pemeriksa. Tentukann pembukaan jika 0-3 cm berarti fase

laten, 3-4 cm fase aktif akselerasi, 4-9 cm fase aktif, dilatasi

maksimal, 9-10 cm fase aktif deselearasi. Presentasi normalnya

belakang kepala. Denominator normalnya UUK (oksiput) dan Posisi

nya UUK kiri depan (LOA) atau UUK kanan depan (ROA).

Pemeriksaan ketuban dan catat dalam partograf. U jika


selaput ketuban masih utuh (belum pecah), J jika selaput ketuban

sudah pecah dan air ketuban jernih, M jika selaput ketuban sudah

pecah dan air ketuban bercampur mekonium, D jika selaput ketuban

sudah pecah dan air ketuban bercampur darah, K jika selaput

ketuban sudah pecah tetapi air ketuban sudah tidak mengalir lagi

(kering) (JNPK-KR, 2008).

Tentukan sejauh mana bagian terbawah janin turun. Hodge I

sama dengan 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas

simfisis pubis, 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah

memasuki pintu atas panggul. Hodge II sama dengan 3/5 jika

sebagian (2/5) bagian terbawah janin memasuki rongga panggul.

Hodge III sama dengan 2/5 jika hanya sebagian dari bagian

terbawah janin masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah

turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat

digerakan) dan hodge IV sama dengan 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari

masih dapat teraba bagian terbawah janin yang berada diatas

sympisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul.0/5

jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan

luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk kedalam rongga

panggul (JNPK-KR, 2008).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : G PAPAHusia kehamilan …..minggu + …..hari, kala I fase


laten/aktif persalinan normal

janin tunggal, hidup, intrauterin

Masalah : masalah yang biasa terjadi pada persalinan kala I adalah

Nyeri pada perut yang menjalar ke punggung

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

Rasional :Mengetahui hasil pemeriksaan merupakan hak klien

b. Beri dukungan emosional pada ibu

Rasional :Dengan adanya suami dan anggota keluaarga yang

berperan aktif dalam mendukung ibu dapat sangat

membantu memberi kenyamanan ibu (JNPK-KR, 2008).

c. Lakukan observasi kala I

1) Tiap 30 menit yaitu detak jantung janin, nadi ibu dan kontraksi

uterus.

Rasional :Denyut jantung janin dan nadi ibu perlu diperiksa untuk

memastikan kondisi ibu dan janinnya. Kontraksi uterus

baik jika durasi > 40 detik, frekuensi 4-5 kali dalam 10

menit selama 30 menit sehingga memudahkan petugas

dalam pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-KR,


2008).

2) Tiap 2 jam yaitu suhu tubuh ibu dan volume urin ibu

Rasional :Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5o-37,5o C

merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keadaan

umum ibu. Urin ibu diobservasi sebagai upaya

pengosongan kandung kemih sehingga tidak menahan

penurunan kepala. Karena kandung kemih yang penuh

berpotensi memperlambat proses persalinan (Varney,

2008)

3) Tiap 4 jam yaitu pembukaan serviks, penurunan kepala, keadaan

ketuban, molase, dan tekanan darah ibu.

Rasional :Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan

mengobservasi pembukaan serviks dan penurunan kepala,

kondisi janin dapat pula dilihat dari keadaan air ketuban,

dan molase atau penyusupan kepala janin, dan tekanan

darah ibu untuk mengetahui keadaan ibu, sehingga dapat

memudahkan kita dalam pengambilan tindakan

selanjutnya (JNPK-KR, 2008).

d. Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar Pencegahan infeksi

Rasional :PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang

diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir karena dapat

menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur PI


secara baik dan benar juga dapat melindungi penolong

persalinan terhadap risiko infeksi (JNPK-KR, 2008).

e. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih dari

10 menit.

Rasional :Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya

akan menekan vena cava inferior, hal ini akan mengakibatkan

turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi

seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan

oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan

dengan gangguan terhadap proses persalinan karena

menyebabkan lambatnya penurunan bagian terbawah janin

(Varney, 2008).

f. Ajarkan ibu napas dalam terutama saat terjadi kontraksi

Rasional :Latihan napas dalam dapat mengurangi ketegangan dan rasa

nyeri terutama saat terjadi kontraksi (Varney, 2008).

g. Siapkan alat dan bahan untuk pertolongan persalinan serta obat-obatan

essensial untuk menolong persalinan sesuai dengan APN

Rasional :Untuk memeriksa kelengkapan alat pada proses pertolongan

persalinan serta sebagai alat pelindung diri (JNPK-KR,

2008).

h. Berikan KIE kepada ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan

minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi

Rasional :Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama


persalinan akan memberi lebih banyak energy dan mencegah

dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau

membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif

(JNPK-KR, 2008).

i. KIE ibu tentang proses persalinan

Rasional :Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat

mengugah emosi dengan memberikan pengertian tentang

proses persalinan ibu akan berupaya mengatasi gangguan

emosionalnya(JNPK-KR, 2008).

j. Dokumentasi hasil pemantauan kala satu pada partograf

Rasional :Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala

satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan

kllinik, dokumentasi dengan patograf memudahkan untuk

pengambilan keputusan dan rencana asuhan selanjutnya

(JNPK-KR, 2008).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai

dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam


bentuk SOAP.

KALA II

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

1) Keluhan utama

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.Ibu

merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vaginanya.

b. Data objektf

1) Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital :

2) Pemeriksaan fisik

Adanya tanda dan Gejala Kala II Persalinan. Pada inspeksi tampak

perineum menonjol, vulva vagina dan spingter ani membuka,

meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

3) Pemeriksaan Khusus

1) Pemeriksaan Dalam :

Tanggal : jam : oleh:

Pada pemeriksaan vulva dan vagina tampak membuka.

Pengeluaran pervaginam lendir darah, cairan ketuban. Dinding


vagina tidak oedema. Pembukaan 10 cm. Effacement yaitu 100%.

Ketuban jernih/utuh. Presentasi adalah belakang kepala.

Denominator teraba UUK. Tidak teraba bagian terkecil janin.

Hodge berada di Hodde III/IV. Hodge III yaitu 2/5 jika hanya

sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas symphisis

dan 3/5 bagian telah turun melewati bagian tengah rongga panggul

(tidak dapat digoyangan) sedangkan Hodge IV yaitu 1/5 jika hanya

1 dari 5 jari dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas

symphisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul.

0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari

pemeriksaan luar dan seluruh terbawah janin sudah masuk kedalam

rongga panggul (JNPK-KR, 2008).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : G PAPAH kala II Persalinan Normal

Masalah : Tidak Ada

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

1) Anjurkan keluarga pendamping untuk melakukan stimulasi puting susu

bila kontraksi tidak baik

Rasional :Stimulasi puting susu berfungsi untuk menstimulasi


produktivitas oksitosin ibu, yang berperan dalam proses

persalinan mengejan (Doenges, 2011).

2) Lakukan prosedur asuhan persalinan normal :

a) Lakukan persiapan pertolongan persalinan

Rasional :Untuk memeriksa kelengkapan alat dan bahan, serta obat-

obatan essensial pada proses pertolongan persalinan serta

sebagai alat pelindung diri (Doengoes, 2011).

b) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah

Rasional :Ketika pembukaan lengkap perlu dilakukan amniotomi agar

mengetahui warna ketuban yang keluar. Jika berwarna

mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan

pertolongan bayi setalah lahir karena hal tersebut

menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama

proses persalinan (JNPK-KR, 2008).

c) Lakukan periksaan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

Rasional :Mendeteksi bradikardia janin dan hipoksia berkenaan

dengan penurunan sirkulasi maternal dan penurunan perfusi

plasenta (Doenges, 2011).

d) Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah lengkap

Rasional : Agar ibu dapat segera bersiap-siap untuk mengejan

(Doenges, 2011).
e) Anjurkan ibu untuk minum-minuman yang manis saat his berkurang

Rasional : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama

persalinan akan memberi lebih banyak energi dan

mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat

kontrasksi dan/atau membuat kontraksi menjadi tidak

teratur dan kurang efektif (JNPK-KR, 2008).

f) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman bagi dirinya untuk

meneran kecuali posisi berbaring terlentang

Rasional : Saat ibu merasa nyaman, maka ibu dapat berkonsentrasi

untuk mengejan (Doenges, 2011), jika berbaring terlentang

maka berat uterus dan isinya akan menekan vena cava

inferi, hal ini akan mengakibatkan turunnya aliran darah

dari sirkulasi utero-plesenter sehingga akan menyebabkan

hipoksia pada janin. Berbaring terlentang juga

akanmemperlambat persalinan dan menyulitkan ibu untuk

meneran secara efektif (APN, 2008).

g) Lakukan bimbingan untuk meneran dengan baik dan benar.

Rasional : Meneran yang baik dan benar dapat mengurangi resiko

kelelahan yang berlebih pada ibu, serta sebagai salah satu

indikator kemajuan dalam proses persalinan (Doenges,

2011).

h)Lahirkan kepala setelah kepala bayi membuka vulva 5-6 cm

dengan cara lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi


dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan puncak

kepala agar tidak terjadi fleksi yang terlalu cepat dan membantu

lahirnya kepala.

Rasional :Dengan melakukan penahanan perineum untuk melindungi

perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara

bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan

berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum (JNPK-

KR, 2008).

i) Periksa lilitan tali pusat pada leher bayi.

Rasional : Lilitan tali pusat dapat menghambat kelahiran bahu

sehingga bisa terjadi asfiksia pada bayi bila tidak

dilepaskan (JNPK-KR, 2008).

j) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Rasional : Putaran paksi luar yang sempurna menjadikan kepala

janin searah dengan punggungnya sehinngga memudahkan

kelahiran bayi (JNPK-KR, 2008).

k) Lahirkan bahu secara biparietal.

Rasional : Melahirkan bahu secara biparietal dapat mengurangi atau

mencegah terjadinya rupture (JNPK-KR, 2008).

l) Melahirkan badan bayi dengan tangan kanan menyanggah kepala,

lengan dan siku sebelah bawah dan gunakan tangan kiri untuk

memegang lengan dan siku atas.


Rasional : Untuk memudahkan proses persalinan dan mencegah

laserasi (JNPK-KR, 2008).

m) Lahirkan seluruh tungkai bayi dengan tangan kiri menelusuri

punggung hingga tungkai.

Rasional : Menelusuri punggung sampai tungkai untuk memudahkan

proses kelahiran (JNPK-KR, 2008).

n) Lakukan penilaian tangisan bayi, pernapasan, pergerakan dan warna

kulit bayi dan letakkan bayi diatas perut ibu.

Rasional : Untuk mengetahui apakah bayi menangis kuat atau

bernapas megap-megap, gerakan bayi aktif atau tidak serta

wana kulit bayi kemerahan atau sianosis sehingga

memudahkan petugas dalam pengambilan tindakan

selanjutnya (JNPK-KR, 2008).

o) Keringkan bayi diatas perut ibu.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi.

Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam

keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti

walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat

(JNPK-KR, 2008).

Kala III

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

Keluhan utama
Wanita merasa gembira, bangga pada dirinya, lega, dan sangat lelah.

Selain itu juga ibu merasakan mules pada perutnya (Varney, 2007).

b. Data objektif

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum perlu dikaji lebih lanjut yaitu kesadaran dan nadi.

2) Pemeriksaan fisik

Pada Inspeksi di genetalia tampak tali pusat memanjang, tampak

semburan darah mendadak dan singkat. Pada Palpasi di abdomen

teraba tinggi fundus berada diatas pusat (JNPK- KR, 2008).

3) Data bayi

Bayi lahir tanggal dan jam berapa, jenis kelaminnya apa. Catat hasil

penilaian selintas apakah bayi cukup bulan, apakah air ketuban jernih

tidak bercampur mekonium, apakah bayi menangis kuat dan atau

bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak dengan aktif (JNPK-

KR, 2008).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : G PAPAH kala III persalinan normal

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera


Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Cek kehamilan tunggal!

Rasional : Mengecek adanya janin yang kedua, setelah mengecek dan

tidak ada janin kedua maka bisa dilakukan prosedur lainnya

(JNPK-KR, 2008).

b. Pemberian suntik oksitosin

Rasional : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan

efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan

mengurangi kehilangan darah (JNPK-KR, 2008).

c. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat!

Rasional : Setelah pemotongan dan pengikatan tali pusat bisa dilakukan

perawatan tali pusat dan bayi pun bisa melakukan kontak kulit

kepada ibunya (JNPK-KR, 2008).

d. Lakukan IMD!

Rasional : Kontak kulit dengan kulit merupakan salah satu cara untuk

mengoptimalisasi hormonal ibu dan bayi, karena di kulit ibu

terdapat kuman yang aman di dalam perut bayi sehingga

memberikan perlindungan terhadap infeksi, selain itu akan

mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih

cepat dan efektif (JNPK-KR, 2008).

e. Lakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)!


Rasional : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah

avulsi. Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari

dinding uterus akan mencegah kehilangan darah yang tidak

perlu (JNPK-KR, 2008).

f. Lahirkan plasenta!

Rasional :Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan

membantu mencegah tertinggalnya sisa plasenta dan selaput

ketuban dijalan lahir (JNPK-KR, 2008).

g. Lakukan masase fundus uteri selama 15 detik!

Rasional : Perdarahan segera setelah melahirkan dapat dicegah dengan

masase fundus uteri karena dapat merangsang kontraksi

uterus (JNPK-KR, 2008).

h. Periksa kelengkapan plasenta!

Rasional : Adanya sisa plasenta di dalam uterus dapat mengakibatkan

perdarahan sehingga plasenta harus dikeluarkan secara

lengkap (JNPK-KR, 2008).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan


kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk

SOAP

Kala IV

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

Keluhan utama

Ibu merasakan mules pada perutnya akibat adanya kontraksi setelah

pengeluaran plasenta berakhir (Varney, 2008).

b. Data objektf

1) Pemeriksaan umum

Kesadaran normalnya ialah composmentis, tekanan darah, nadi dan

pernapasan harus menjadi stabil pada level prapersalinan selam jam

pertama pasca partus. Pemantauan tekanan darah dan nadi yang

rutin selama interval ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat

kehilangan darah berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat,

tetapi biasanya dibawah 380C (Varney, 2008).

2) Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi abdomen tampak mengecil, pada genetalia ada atau

tidak ada laserasi, tidak ada memar ataupun hematoma. Pada

palpasi abdomen teraba uterus di tengah-tengah abdomen, teraba

membulat keras (Varney, 2008)

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : PAPAH kala IV persalinan normal


Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum!

Rasional : Laserasi pada vagina dan perineum dapat mengakibatkan

perdarahan (JNPK-KR, 2008).

b. Lakukan penjahitan jika terdapat laserasi yang mengakibatkan

perdarahan!

Rasional : Penjahitan laserasi merupakan suatu upaya untuk

mendekatkan jaringan-jaringan dalam proses penyembuhan

dan juga untuk menghentikan perdarahan.

c. Lakukan pemantauan kala IV yaitu periksa kembali tanda-tanda vital

dan kandung kemih ibu tiap 15 menit pada jam pertama dan tiap 30

menit pada jam kedua!

Rasional : Perubahan keadaan tubuh ibu dari saat hamil,

mempengaruhi KU dan TTV ibu yang menggambarkan

kondisi ibu, pemantauan kontraksi uterus untuk menghindari

terjadinya perdarahan postpartum (Varney, 2007). Kandung

kemih yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi uterus dan


akan menyebabkan perdarahan pascapersalinan (JNPK-KR,

2008).

d. Ajarkan pada ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi uterus!

Rasional : Dengan memberikan rangsangan taktil pada uterus

mencegah terjadiya perdarahan dan ibu dapat melakukan

sendiri masase uterus dan menilai kontraksi uterus (Varney,

2008).

e. Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar PI!

1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai di dalam larutan klorin

0,5%, rendam selama 10 menit. Cuci dan bilas setelah

dekontaminasi!

2) Buang benda-benda yang terkontaminasi kedalam tempat sampah

yang sesuai!

3) Bersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu dengan

pakaian bersih dan kering!

4) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% dan

mencucinya dengan air DTT!

5) Celupkan sarung tangan yang kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan

merendamnya secara terbalik!

6) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan

keringkan!
Rasional : Pencegahan infeksi akibat kontaminasi bakteri dengan

peralatan bekas pakai akibat dan darah pada saat persalinan

serta mencegah terjadinya infeksi silang (JNPK-KR, 2008).

f. Pastikan ibu merasa nyaman dan anjurkan suami untuk memberikan

makanan dan minuman yang diinginkan!

Rasional : Setelah persalinan ibu banyak kehilangan tenaga dan merasa

lapar mengembalikan energi dan dehidrasi yang digunakan

selama proses persalinan (Doenges, 2011).

g. Lengkapi partograf!

Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan

kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan

klinik (JNPK-KR, 2008).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk

SOAP.
3. Konsep Dasar Manajemen Bayi Baru Lahir

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Objektif

1) Keadaan Bayi Saat Lahir

Hal pertama yang perlu bidan kaji adalah waktu kelahiran yang

terdiri dari tanggal dan jam. Hal ini perlu dikaji untuk menentukan

usia bayi baru lahir. Selain itu, jenis kelamin dan apgar skor pun

perlu di kaji (Varney, 2008).

Pada pengkajian plasenta normalnya berat ±500 gr, ukuran

diameter 15-20 cm, tebal plasenta 2-3cm, dan tidak terdapat

kelainan. Pada pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan

diperhatikan apakah ada perkapuran, nekrosis, dan sebagainya.

Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegarannya,

ada tidaknya simpul, dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena

yang dimana pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya

kelainan congenital terutama pada system pencernaan, urogenital,

respiratorik, atau kardiovaskuler.

Tindakan resusitasi terdiri dari langkah awal, ventilasi, kompresi

dada, intubasi endotrakeal, pemberian oksigen. Pada bayi normal

hanya dilakukan resusitasi pada tahap awal saja yang terdiri dari

menghangatkan bayi dengan kain, memposisikan kepala bayi,

menghisap lendir pada mulut dan hidung bayi, mengeringkan bayi

dengan kain kering dan melakukan rangsang taktil, serta


memposisikan kembali kepala bayi dan melakukan penilaian pada

bayi (JNPK-KR, 2008).

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban bercampur

mekonium dan atau tidak menangis atau tidak bernapas atau megap-

megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi

(JNPK-KR, 2008)

2) Data fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Pada hari – hari pertama kelahiran bayi,
Nutrisi apabila pengisapan putting susu cukup
adekuat maka akan dihasilkan secara
bertahap 10 – 100 ml ASI. Produksi ASI
akan optimal setelah hari 10 – 14 usia
bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700
– 800 ml ASI per hari (kisaran 600 –
1000 ml) untuk tumbuh kembang bayi
(JNPK-KR, 2008)
BAK: 24 jam pertama 15-60 ml dengan
Eliminasi frekuensi lebih dari 20 x
BAB: turun 5-13% pada hari ke 4-5
diakibatkan karena intake minimal dan
metabolism meningkat
 BBL tidur nyenyak: bayi jarang
Istrahat bergerak dan pernafasan lambat dan
teratur
 BBL tidur dengan gerakan mata yang
cepat (REM): bayi bernafas tidak
teratur dan meringis atau membuat
ekspresi wajah lainnya serta gerakan
mata yang cepat dapat terlihat melalui
kelopak mata
BBL perlu mandi setiap hari. Kepala dan
Pesonal Hygiene popok BBL perlu di bersihkan / diganti
setiap kali area tersebut kotor dan
perawatan tali pusat yang sesuai dapat
mencegah infeksi neonatorum (varney,
2007)
BBL mengeluarkan aktivitas motorik
Aktivitas yang tidak jelas dan aktif menangis,
menangis disebabkan oleh letih, kolik,
rasa tidak nyaman, lapar dan kesepian

3) Pemeriksaan Umum

Pada pemeriksaan umum yang dapat dikaji adalah keadaan

umum normalnya baik dan pada pemeriksaan TTV, tekanan darah

dipantau hanya bila ada indikasi. Nadi dapat dipantau di semua titik

nadi perifer (Saifuddin, 2007). Frekuensi jantung pada bayi baru

lahir 120-160 x/menit (Sitiava, 2012) untuk pernapasan normal,

perut dan dada bergerak hampir bersaman tanpa adanya retraksi,

tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.

Gerakan pernapasan 30–50 kali permenit (Saifuddin, 2007).

Pernapasan bayi baru lahir ditandai dengan bayi segera menangis

kuat (Dewi, 2011). Sedangkan untuk suhu normal bayi adalah 36,5-

37,5 oC. Pengukuran suhu tubuh bayi dapat melalui anus atau ketiak
bayi (Saifuddin, 2007).

Pengukuran antropometri terdiri dari berat badan, panjang

badan, lingkar kepala, dan lingkar dada. Berat badan bayi baru lahir

normal adalah 2500-4000 gram,panjang badan bayi 48-52 cm

(Sitiava, 2012). Sedangkan normalnya lingkar kepala lebih besar

daripada lingkar dada. Pengukuran lingkar kepala terdiri dari

circumferentia sub occipito bregmatica (lingkaran kecil kepala) 32

cm, circumferenrtia fronto occipitalis (lingkaran sedang kepala) 34

cm, dan circumferentia mento oksipitalis (lingkaran besar kepala) 35

cm (Varney, 2008) dan untuk pengukuran lingkar dada normalnya

30-38 cm (Sarwono, 2010).

4) Pemeriksaan Fisik

Kepala terdiri kontur kepala yaitu molding hampir selalu terjadi

pada persalinan pervaginam, tampak lebih oval biasanya jelas

terlihat pada hari ke 1 dan 2, sutura teraba seperti retakan antara

tulang-tulang kepala teraba seperti ruang-ruang lunak yang luas pada

sambungan sutura, tidak ada massa atau tonjolan tidak lazim seperti

kaput sauchedaneum dan cepal hematoma, untuk ubun-ubun teraba

ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil, teraba seperti ruang-ruang

lunak yang luas pada sambungan sutura, normalnya teraba datar,

keras dan berbatas tegas terhadap sisi-sisi tulang tengkorak, sering

terjadi pulsasi pada ubun-ubun besar (Wong, 2009). Distribusi

rambut dipuncak kepala, dengan lembaran-lembaran tunggal yang


tidak dapat diidentifikasi. Tidak ada massa atau area yang lunak di

tulang tengkorak (Varney, 2008).

Fontanel anterior terbuka sampai 12-18 bulan, berbentuk wajik

5x4 cm sepanjang sutura korona dan sutura sagitalis. Fontanel

posterior bentuk segitiga, sangat kecil 1x1 cm sepanjang garis sutura

lambdoidalis dan sagitalis menutup pada saat lahir (Varney, 2008).

Pada pemeriksaan mata tampak simetris, tidak tampak kotoran

dan perdarahan, sklera jernih, konjungtiva jernih, iris berwarna

merata dan bilateral, pupil sama bilateral dan reaktif terhadap cahaya

(pemeriksaan dilakukan di ruang genap dengan pena senter/senter,

jika dilakukan pada bayi baru lahir pada inkubator atau diruang

rawat bayi, lindungi mata bayi semaksimal mungkin), kornea jernih,

retina transparan (Varney, 2008). Selama periode reaktivitas pertama

setelah lahir, mata bayi baru lahir terbuka dan bayi memperlihatkan

perilaku terjaga. Mata segaris dengan telinga (Varney, 2008).

Pada pemeriksaan hidung tampak simetris, tidak tampak

pernafasan cuping hidung, tidak tampak sekret dan hidung di garis

tengah (Varney, 2008).

pada telinga tampak simetris, tidak tampak sekret/serumen,

telinga lembut dan fleksibel (Stright, 2010). Posisi telinga berada

pada garis lurus dengan mata, kulit telinga tidak kendur,

pembentukan tulang rawan pinna terbentuk dengan baik, kokoh,

tulang rawan kaku, kembali kebentuk semula dengan cepat.


Pada pemeriksaan mulut tampak simetris, tidak tampak labio

palato skhizis dan labio skhizis dan gigi, bibir tidak tampak pucat,

mukosa mulut lembab, bayi menangis kuat, refleks isap baik, sekresi

lendir tidak berlebihan.

Mulut berada digaris tengah wajah dan simetris. Bentuk dan

ukuran proporsional dengan wajah, membrane mukosa lembap dan

berwarna merah muda, bibir tebentuk penuh, berwarna merah muda,

palatum tidak membentu arkus, lidah ukuran proporsional dengan

mulut (Varney, 2008).

Pada pemeriksaan leher didapatkan pergerakan leher baik,

simetris, kepala menengok dari sisi ke sisi secara seimbang, rentang

pergerakan sendi bebas, bentuknya pendek tidak ada kelebihan kulit,

tiroid berada pada garis tengah, tidak ada massa, nadi karotis

frekuensinya kuat dan teratur (Varney, 2008).

Pada pemeriksaan dada tampak simetris, tidak tampak retraksi

dinding dada, tidak terdengar suara nafas tambahan, puting susu

menonjol, bunyi jantung teratur (120-160 x/menit) (Saifuddin,

2007).

Amati pola pernapasan, dalam keadaan normal tidak dijumpai

pernapasan cuping hidung, merintih, ataupun retraksi dinding dada.

Semua bayi baru lahir bernapas dengan diafragma, sehingga pada

waktu inspirasi bagian dada tertarik ke dalam dan pada saat yang

sama perut bayi membuncit.


Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir

bersaman tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu

inspirasi maupun ekspirasi. Gerakan pernapasan 30-50 kali permenit

(Saifuddin, 2010).

Suara nafas jernih, sama dikedua sisi pada sisi anterior dan

posterior, beberapa kali ronkhi basah muncul beberapa jam setelah

bayi lahir akibat cairan yang tersisa di paru janin, tidak ada

perubahan warna atau sianosis yang menyertai temuan ini. Hal ini

mengartikan bahwa lapang paru bayi jernih (Varney, 2008).

Frekuensi jantung 100-160 x/menit, teratur tanpa murmur

(awalnya mungkin terdengar mirmur sampai duktus arteriosus

menutup). Hal ini mengartikan irama jantung normal tanpa

abnormalitas yang bermakna.

Payudara jarak antar putting berada pada garis sejajar tanpa ada

putting tambahan, areola tegak dan tidak ada rabas (Varney, 2008).

Tali pusat tampak 2 arteri dan 1 vena, tali pusat tampak berwarna

putih, tidak tampak perdarahan tali pusat (Varney, 2010).

Dinding perut BBL lebih datar daripada dinding dada. Pada

pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersaman tanpa

adanya retraksi (Saifuddin, 2010).

Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah

batas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga

abdomen. Abdomen bundar, memiliki kontur, otot abdomen,


simetris, lunak, dan tidak nyeri tekan tanpa massa (Varney, 2008).

Pemeriksaan punggung didapatkan tampak simetris, tidak

tampak pilonidal dimple, tidak ada kelainan fleksibilitas tulang

punggung, tidak tampak spina bifida (Kosim, 2012).

Pada genetalia untuk perempuan tampak klitoris, tidak

tampak pengeluaran, labia minora tertutup labia mayora (Sitiava,

2012), labia dan klitoris biasanya adema, meatus uretra dibelakang

klitoris, verniks caseosa diantara labia (Wong, 2009). Pada genetalia

laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada (Sitiava, 2012). Laki-

Laki tidak tampak hipospadius dan epispadius, testis tampak sudah

turun (Sitiava, 2012), testis teraba dalam setiap skrotum, skrotum

biasanya besar, adema, menggantung dan ditutupi rugae (Wong,

2009) dan anus terdapat lubang anus paten, keluar mekonium dalam

48 jam (Wong,2009).

Lanugo tampak terlihat maupun tidak, biasanya tidak terlihat

karna rambut kepala terlihat sempurna, verniks terdapat verniks

caseosa pada lipatan-lipatan (Wong,2009).

Ekstremitas atas panjang proporsional terhadap satu sama

lain, rentang pergerakan sendi penuh (meliputi abduksi, aduksi,

rotasi eksternal dan internal, fleksi, ekstensi seperti yang dapat

diterapkan pada sendi, fleksi penuh pada ekstremitas atas muncul

seiring maturitas). Jari-jari lengkap 10 jari dan tanpa berselaput,

jarak antar jari sama, karpal dan metacarpal ada dan sama dinkedua
sisi. Kuku panjang melebihi bantalan kuku, cavilla reffil kembali < 2

detik (Varney, 2008).

Ekstremitas bawah panjang proporsional dengan tubuh dan

sama di kedua sisi, ekstremitas lurus. Sepuluh jari kaki dan tanpa

selaput, jarak antar jari sama. Kuku panjang sampai melewati

bantalan kuku, bantalan kuku merah muda, pengisian kapiler cepat

(tiga detik). Rentang pergerakan sendi penuh (meliputi abduksi,

aduksi, internal, dan rotasi eksternal, fleksi dan ekstensi seperti yang

dapat diaplikasikan pada masing-masing sendi tungkai, lutut,

pergelangan, kaki, tumit, jari kaki) (Varney, 2008).

Pada pemeriksaan neurologis terdiri dari refleks morro,

rooting, sucking, swallowing, babinski, grasping, dan grasp.

Morro adalah gerakan lengan dan kaki yang terjadi ketika

bayi yang baru lahir dikejutkan oleh suara atau gerakan keras.

Rooting merupakan bayi baru lahir akan menoleh kearah dimana

terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila

bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang

disentuhkan tersebut (APN, 2008). Refleks rooting muncul ketika

pipi diusap, bayi menengok kearah usapan (Varney, 2008).

Sucking merupakan rangsangan puting susu pada langit-

langit bayi menimbulkan refleks mengisap. Isapan ini akan

menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan

langit-langit bayi, sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI


terpancar keluar (APN, 2008). Reflek menghisap ada dan kuat ketika

disentuh dengan putting (Varney, 2008). Reflek swallowing

merupakan kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot

di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan

mendorong ASI ke dalam lambung bayi (APN, 2008).

Refleks babinski ditimbulkan dengan stimulus gesekan

pada telapak kaki, yang menghasilkan dorsofleksi jari besar dan

pengembangan jari-jari yang lebih kecil. Biasanya stimulus semacam

itu menyebabkan semua jari-jari kaki menekuk ke

bawah. Disebut juga Babinski’s toe sign (APN, 2008).

Grasping bila jari menyentuh telapak tangan bayi maka jari

jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat (APN, 2008).

Refeks graps atau menggenggam sudah baik (Sitiava, 2012). Refleks

Gag ada (refleks yang umumnya muncul dari kepala sampai jari-jari

kaki selama gestasi) (Varney, 2008).

5) Pemeriksaan Penunjang

Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit dan Sel

darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa.

Hemoglobin bayi baru lahir berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/dl

(Varney, 2008).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB, KMK/SMK/BMK usia…… Hari

Masalah : Tidak ada


Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Intervensi

a. Jaga kehangatan tubuh bayi

Rasional : Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat

stress karena perubahan suhu lingkungan (Varney, 2008).

b. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Rasional : Kontak kulit dengan kulit membuat bayi lebih tenang

sehinggadidapat pola tidur yang lebih baik. Selain itu dapat

menstabilisasikan pernapasan, mengendalikan suhu tubuh

bayi, menjaga kolonisasi kuman (Prawirohardjo, 2010).

c. Lakukan perawatan tali pusat

Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat

dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi

insiden infeksi pada neonatus (Prawirohardjo, 2008).

d. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep tetrasiklin 1% kira-kira 1

jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).

Rasional : Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama

pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular

seksual seperti gonore dan klamidiasis. Sebagian besar

konjungtivitis muncul pada dua minggu pertama kelahiran


(Prawirohardjo, 2010).

e. Berikan Neo K(Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc secara

IM (pada paha sebelah kiri)

Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan

VitaminK karena cadangan vitamin K dalam hati relatif

masih rendah. Vitamin K dihasilkan di saluran pencernaan

segera setelah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Pada

hari ke-8, bayi baru lahir normal sudah mampu

menghasilkan vitamin K. Kekurangan vitamin K berisiko

tinggi bagi bayi untuk mengalami perdarahan yang disebut

juga perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)

(Prawirohardjo, 2010).

f. Berikan imunisasi Hb 0 atau vaksin Hepatitis B

Rasional : Tindakan ini memberikan perlindungan terhadap bayi baru

lahir yang ibunya memiliki antigen permukaan hepatitis B

yang tidak terdiagnosis pada saat pelahiran, dengan

pemajanan selanjutnya pada bayi baru lahir. Vaksin

hepatitis B ini efektif untuk mencegah penularan perinatal

pada banyak bayi baru lahir (Varney, 2008).

g. Tunda untuk memandikan bayi 6-12 jam

Rasional : Memandikan bayisegera setelah lahir yang dapat

mengakibatkan hipotermi(Prawirohardjo, 2008). Kulit bayi


baru lahir sangat rentan untuk mengering sehingga

meningkatkan risiko terjadinya hipotermi.

h. Catat waktu dan karakteristik urine serta feses yang pertama kali keluar

Rasional : Pengeluaran mekonium dan adanya bising usus adalah

bukti pasti integritas saluran cerna. Bayi baru lahir yang

belum berkemih selama 24 jam pertama harus dirujuk ke

tenaga kesehatan pediatric(Varney, 2008).

i. Lakukan rawat gabung

Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak

dari kamar bersalin seharusnya tetap dipertahankan dengan

merawat bayi bersama ibunya (rawat gabung) (Varney,

2008)

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan

dalam bentuk SOAP


4. Konsep Dasar Manajemen Nifas

Kunjungan Awal (6 jam – 3 hari post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules,

sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum

(Ambarwati, 2009)

2) Data Fungsional Kesehatan

Data fungsional kesehatan terdiri dari pola nutisi makanan harus

bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang

mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan,

pola eliminasi diuresis terjadi berhubungan dengan pengurangan

volume darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari post partum setelah

plasenta lahir estrogen ambilasi, istirahat karena lelah sehabis bersalin

ibu harus beristirahat, tidur terlentang selama 2 jam postpartum

kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah

terjadinya trombosis dan tromboemboli, personal hygiene pada masa

postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi oleh karena

itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya

infeksi.Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan


sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009), kebiasaan,

sedangkan seksualitas ibu post partum secara fisik, aman untuk

melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu

dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa

nyeri, banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan

hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau

6 minggu setelah kelahiran, keputusan bergantung pada pasangan

yang bersangkutan (Sulistyawati, 2009).

3) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk

bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu

memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah (

Damaiyanti, 2011).

Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap kelahiran bayi

akan mempercepat proses adaptasi ibu menerima perannya

(Sulistyawati, 2009).

Ibu nifas harus pantang makanan yang berasal dari daging, ikan,

telur, dan goreng-gorengan karena dipercaya akan menghambat

penyembuhan luka persalinan dan makanan ini akan membuat ASI

menjadi lebih amis. Adat ini akan merugikan pasien karena justru

pemulihan kesehatannya akan terhambat (Sulistyawati, 2009).

Berdoa telah ditemukan sebagi sumber yang efektif bagi

seseorang untuk mengatsi nyeri, stress, dan distress. Seringkali berdoa


menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan

merasakan kedamaian dan ketenangan (Sulistyawati, 2009).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan kesadaran untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran

pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma. (Sulistyawati,

2009).

Tanda-tanda vital perlu untuk dikaji agar mengetahui keadaan klien.

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah

akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan

(Sulistyawati, 2009).

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit

(37,50C-380C). Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena

pembentukan ASI (Sulistyawati, 2009).

Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Keadaan

pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu

dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akanmengikutinya

(Sulistyawati, 2009).

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan :

a) Pemeriksaan inspeksi, mata bentuk simetris, konjungtiva pucat

atau cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya (kadar


hemoglobin) secara kasar, normal warna merah muda sclera

normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin

terinfeksi hepatitis, bila merah kekuningan adanya konjungtivitis,

kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya preeklamsia,

pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya trismus,

halitosis dan labioskisi, trismus yaitu kesukaran membuka mulut,

halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena personal hygine yang

kurang, selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk

menilai edema atau tanda-tanda radang, leher teknik yang di

gunakan adalah inspeksi dan palpasi, pembesaran kelanjar limfe

dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, misalnya peradangan

akut/ kronis, pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa kasus

seperti tuberculosis atau sifilis, payudara mencapai maturitas yang

penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi, payudara

akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri

tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta

dimulainya laktasi, kolostrum merupakan ekskresi cairan dengan

viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan pada hari

pertama sampai hari keempat postpartum, ASI transisi yang keluar

setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari

keempat sampai hari kesepuluh, ASI matur disekresi pada hari

kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih, kandungannya

relatif konstan, mengkaji simetris atau tidak, konsistensi, ada


pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak

(Ambarwati dkk, 2009), pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil

abdomen pada nulipara tidak tampak striae, otot-otot biasanya

kencang dan pada multipara striae mungkin terdapat, otot-otot

sering kendur, linea nigra dapat terlihat (Varney, 2008).sedangkan

pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhea yang keluar

pada ibu. Jenis lokhia, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman), lokhia

sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa (7-14

hari, kekuningan/kecoklatan) lokhia alba (>14 hari, putih).Lokhea

adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai

reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada

vagina normal (Varney, 2007), pada pemeriksaan ekstremitas di

dapatkan hasil ekstremitas insfeksi untuk mengecek apakah ada

varices (Ambarwati dkk, 2009).

b) Pemeriksaan palpasi yang terdiri dari pemeriksaan palpasi pada

leher dilakukan untuk mengetahui keadaan dan lokasi kelenjar

limfe, kelenjar tyroi dan trakea, pembesaran kelanjar limfe dapat

disebabkan oleh berbagai penyaki, misalnya peradangan akut/

kronis, pembesaran limfe juga terjadi dibeberapa kasus seperti

tuberculosis atau sifilis, palpasi kelenjar tyroid dilakukan untuk

mengetahui adanya pembesaran kelenjar tyroid yang biasanya

disebabkan oleh kekurangan garam yodium (Priharjo,2006),


payudara mengkaji konsistensi, ada pembengkakan atau tidak,

putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak (Ambarwati, 2009),

abdomen tinggi fundus uteri (TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari

bawah pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-pusat (1 minggu),

tidak teraba, diatas sympisis (2 minggu), tidak teraba/50 gram (6

minggu), sebesar normal (8 minggu), setelah janin lahir, uterus

secara berangsur-angsur akan menjadi kecil sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil, cek kontraksi uterus dan

konsistensinya, cekdiastasis rectis abdominalis, kandung kemih

bisa buangair/tidak bisa buang air (Ambarwati, 2009), genetalia

untuk mengecek apakah ada perbaikan luka episiotomy atau

jahitan, ekstremitas palpasi untuk mengecek apakah ada varices,

oedema, reflex patella.

c) Pada pemeriksaan auskultasi terdiri dari pemeriksaan abdomen

untuk menghitung bising usus, dan pemeriksaan perkusiuntuk

mengecek homan sign (Ambarwati, 2009).

3) Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi

darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan

darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih

dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi

dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat
naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis hal ini

terjadi karena peningkatan kecepatan sedimentasi eritrosit yang khas

setelah melahirkan (Sulistyawati, 2009).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : PAPAH nifas normal ..jam 0 hari ke..

Masalah : Masalah yang sering terjadi pada masa nifas adalah takut

kencing karena luka jahitan perineum,cemas dengan

perubahan bentuk badan, dan merasa tidak percaya diri

untuk merawat bayinya (Sulistyawati, 2009).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Observasi TTV, kandung kemih, kontraksi, TFU, KU, dan pengeluaran

pervaginam.

Rasional : memantau keadaan ibu untuk mendeteksi dini tanda bahaya

yang dapat terjadi (Varney, 2008).

b. Beritahu ibu untuk melakukan ambulasi

Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, lalu

miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan. Mobilisasi

mempunyai variasi tergantung pada adanya komplikasi

persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.


c. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya

Rasional : Menyusui adalah metode efektif untuk meningkatkan tonus

uterus. hal ini berhubungan dengan kontraksi uterus yang

distimulasi oleh pelepasan pitosin sewaktu bayi menghisap

(Varney, 2008).

d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya termasuk perawatan

luka perineumnya

Rasional :Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, kemampuan

ibu baru untuk secara aktif menyerap pengajaran formal

terbatas akibat fokus yang intens pada bayinya yang baru lahir

(Varney, 2008).

e. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C,

dan zat besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan

sampai 2000 ml/hari

Rasional : Protein membantu meningkatkan penyembuhan dan

degenerasi jaringan baru. Zat besi perlu untuk sintesus

hemoglobin. Vitamin C memfasilitasi absorpsi besi dan perlu

untuk sintesis dinding sel. Peningkatan cairan membantu

mencegah statis urin dan masalah-masalah ginjal (Varney,

2008).

f. Berikan KIE mengenai tanda bahaya pada masa nifas

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengantisipasi hal yang mungkin

terjadi dan membahayakan ibu (Varney, 2008)


g. Lakukan bounding attachment terhadap ibu dan bayi

Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak dari

lahir sangat mempengaruhi perkembangan psikologi bayi

selanjutnya (Sarwono, 2010).

h. KIE tentang ketidaknyamanan pada masa nifas

Rasional : Rasa nyeri yang disebut jugaafter pain adalah manifestasi

dari pengembalian bentuk uterus ke keadaan seperti sebelum

hamil (Manuaba, 2012)

i. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta

suplemen dapat mempercepat penyembuhan perineum

(Sinclair, 2010)

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan

keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk bentuk SOAP.

Kunjungan ke-2 (4 - 28 hari post partum)

Langkah 1 : Pengkajian
a. Data subjektif

1) Keluhan utama

Keluhan yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules, sakit pada

jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2009)

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tanda vital suhu tubuh yaitu >37,50C tanda adanya infeksi

(Varney,2008).

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari

keempat sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur disekresi

pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,

kandungannya relatif konstan, mengkaji simetris atau tidak,

konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak,

dan lecet/tidak (Ambarwati dkk, 2009).

pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil tinggi fundus uteri

(TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari bawah pusat (uri lahir),

pertengahan sympisis-pusat (1 minggu), tidak teraba, diatas sympisis

(2 minggu), tidak teraba/50 gram (6 minggu), sebesar normal (8

minggu), setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan


menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, cek

kontraksi uterus dan konsistensinya, cekdiastasis rectis abdominalis,

kandung kemih bisa buang air/tidak bisa buang air (Ambarwati, 2009)

pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia yang

keluar pada ibu.jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman),

lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa

(7-14 hari, kekuningan/kecoklatan) lokhia alba (>14 hari, putih).

mengecek apakah ada perbaikan luka episiotomi atau jahitan.

(Ambarwati, 2009).

Pada pemeriksaan ekstremitas di dapatkan hasil ekstremitas

insfeksi untuk mengecek apakah ada varices, oedema dan

pemeriksaan perkusiuntuk mengecek reflex patella. (Ambarwati,

2009).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke …

Masalah : Masalah pada masa nifas adalah takut kencing karena luka

jahitan perineum, cemas dengan perubahan bentuk badan dan merasa tidak

percaya diri untuk merawat bayinya

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/ masalah potensial

Tidak Ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi


a. Memantau involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi

adanya perdarahan yang abnormal

Rasional : Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil. Kadar semua unsur darah kembali normal pada

keadaan tidak hamil pada akhir puerperium (Varney, 2008).

b. Mendeteksi dan mengenali tanda-tanda infeksi masa nifas!

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengantisipasi hal yang mungkin

terjadi dan membahayakan ibu (Varney, 2008).

c. Berikan KIE tentang ASI eksklusif!

Rasional : ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi

bayi yang bersifat alamiah.

f. Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas

Rasional : Senam nifas dapat membuat keadaan emosi lebih baik dan

mengurangi risiko perdarahan pasca partum (Sinclair,

2010).

Kunjungan ke-3 (29 - 42 hari post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subyektif

1) Keluhan utama

Keluhan yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules, sakit pada

jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2009)

b. Data obyektif
1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari

keempat sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur disekresi

pada hari kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih,

kandungannya relatif konstan, mengkaji simetris atau tidak,

konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak,

dan lecet/tidak (Ambarwati, 2009).

tinggi fundus uteri (TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari

bawah pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-pusat (1 minggu), tidak

teraba, diatas sympisis (2 minggu), tidak teraba/50 gram (6 minggu),

sebesar ukuran awal (8 minggu), setelah janin lahir, uterus secara

berangsur-angsur akan menjadi kecil sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil, cek kontraksi uterus dan konsistensinya,

cekdiastasis rectus abdominalis, kandung kemih bisa buang air/tidak

bisa buang air (Ambarwati, 2009)

pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia yang

keluar pada ibu.jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman),

lokhia sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa

(7-14 hari, kekuningan) lokhia alba (>14 hari, putih). Mengecek


apakah ada perbaikan luka episiotomi(Ambarwati, 2009).

Pada pemeriksaan ekstremitas di dapatkan hasil ekstremitas

insfeksi untuk mengecek apakah ada varices, oedema dan

pemeriksaan perkusiuntuk mengecek reflek patella(Ambarwati, 2009).

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke …

Masalah : Masalah nifas adalah takut kencing karena luka jahitan

perineum, cemas dengan perubahan bentuk badan dan merasa

tidak percaya diri untuk merawat bayinya

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/ masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Pastikan involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi adanya

perdarahan yang abnormal!

Rasional :Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum

hamil. Kadar semua unsur darah kembali normal pada

keadaan tidak hamil pada akhir puerperium(Varney, 2008).

b. Deteksi dan kenali tanda-tanda infeksi masa nifas!

Rasional : Mendeteksi secara dini tanda-tanda infeksi dapat


mengantisipasi hal yang mungkin terjadi dan

membahayakan ibu (Varney, 2008)

c. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar!

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta

suplemen dapat mempercepat penyembuhan perineum

(Sinclair, 2010)

d. Berikan KIE mengenai posisi menyusui yang baik dan benar!

Rasional : Salah satu faktor lecet atau ketidaknyamanan pada puting

susu adalah akibat cara menyusui yang tidak benar (Varney,

2008).

5. Konsep Dasar Manajemen Neonatus Normal

Kunjungan Neonatus 1

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan utama

Keluhan utamayang sering dijumpai pada neonatus

diantaranya sariawan/jamur pada mulut (Oral Trush), muntah, gumoh,

ruam popok, kuning atau ikterus (Ambarwati, 2012)

2) Data Fungsional Kesehatan

Kebutuhan
Keterangan
Dasar
Nutrisi Produksi ASI akan optimal setelah hari 10–14 usia bayi. Bayi sehat
Kebutuhan
Keterangan
Dasar
akan mengkonsumsi 700–800 ml ASI per hari (kisaran 600–1000
ml) untuk tumbuh kembang bayi (JNPK-KR, 2008).
Eliminasi BAK dalam 24 jam pertama 15-60 ml dengan frekuensi lebih dari 20
kali dan untuk BAB turun 5-13% pada hari ke 4-5 diakibatkan
karena intake minimal dan metabolisme meningkat
Istirahat Bayi tampak semi-koma saat tidur dalam; meringis atau tersenyum
adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM); tidur sehari
rata-rata 20 jam (Varney, 2008).
Personal Neonatus perlu mandi setiap hari. Kepala dan popok neonatus perlu
hygiene di bersihkan/diganti setiap kali area tersebut kotor dan perawatan tali
pusat yang sesuai dapat mencegah infeksi neonatorum (Varney,
2007).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

Kesadaran :

Tanda-tanda vital :

2) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Pada pemeriksaan inspeksi meliputi pemeriksaan wajah sklera

tampak kuning dicurigai ikterik (Wong, 2009).Untuk pemeriksaan

telinga pendengaran baik (menilai adanya gangguan pendengaran

dilakukan dengan membunyikan bel atau suara apabila terjadi refleks

terkejut, apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi

gangguan pendengaran.

Pemeriksaan hidung pernapasan cuping hidung menandakan

bayi asfiksia, pemeriksaan mulut tampak pucat memandakan sianosis

untuk pemeriksaan dada dengan hasil tampak retraksi dinding dada


menandakan asfiksia (Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak

Balita, 2010).

Pemeriksaan genetalia Terdapat/tidak ruam popok adanya

diaper rush, (Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita,

2010).

Palpasi

Auskultasi

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil frekuensi peristaltik

usus kurang dari 3 kali/ menit menandakan konstipasi, danlebih dari 5

kali/menit menandakan obstipasi.

Perkusi

Pada pemeriksaan perkusi pada pemeriksaan abdomen

didapatkan hasil terdengar hipertimpani abdomen adanya kembung

Pemeriksaan Neurologis atau Refleks

Pemeriksaan neurologis atau refleks meliputi refleks morro

didapatkan hasil positif, terkejut saat ada suara, refleks rooting

didapatkan hasil positif, membuka mulut jika ada yang menyentuh

bibir (JNPK-KR,2008).

Refleks sucking didapatkan hasil positif, dapat menghisap

putting susu, refleks swallowing dengan hasil positif, dapat menelan

(JNPK-KR,2008), refleks babinsky didapatkan hasil positif, jari kaki

menekuk ke bawah (Sitiava, 2012), dan refleks graft didapatkan hasil

positif, kaki seakan – akan berjalan ketika bayi diangkat


1) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium

yang nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah lebih

tinggi dari nilai normal orang dewasa (Varney, 2008)

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis :NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMKusia jam 0 hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Jaga kehangatan bayi

Rasional : Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi

sempurna sehingga bayi lebih mudah mengalami perubahan

suhu tubuh(Saifuddin, 2007)

b. Jelaskan ibu cara pencegahaninfeksi

Rasional : Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal

yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi

sangat rentan terhadap infeksi, segala bentuk infeksi yang

terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya

dibandingkan dengan infeksi pada anak atau dewasa


(Saifuddin, 2007).

c. Jelaskan ibu cara perawatan tali pusat.

Rasional : Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya tetanus

pada bayi baru lahir dan kuman – kuman tidak masuk

sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat(Saifuddin,

2007).

d. Perhatikan tanda-tanda stres dingin (misalnya, peka rangsang, pucat,

belang, distres pernapasan, tremor, letargi dan kulit dingin)

Rasional : Hipotermia, yang meningkatkan laju penggunaan oksigen

dan glukosa, sering disertai dengan hipoglikemia dan

distres pernapasan. Pendinginan juga mengakibatkan

vasokonstriksi perifer, dengan penurunan suhu kulit yang

terlihat menjadi pucat atau belang. Iritabilitas dan apnea

yang dihubungkan dengan hipoksia

e. Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyokong

punggung

Rasional : Memudahkan drainase mukus

f. Jelaskan kepada orang tua untuk tidak meninggalkan bayi di dalam

ruangan sendirian dan ruangan yang datar tanpa penghalang.

Rasional : Menurunkan risiko cidera karena regurgitasi yang tidak

terdeteksi atau jatuh.

g. Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang berhubungan

dengan memberi makan, mandi, memasang popok, dan pakaian dan


perawatan putung umbilikal

Rasional : Meningkatkan pemahaman dengan prinsip-prinsip dan

teknik perawatan neonatus, membantu mengembangkan

keterampilan orangtua sebagai pemberi perawatan.

h. Jelaskan ibu cara perawatan tali pusat.

Rasional : Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya tetanus

pada bayi baru lahir dan kuman-kuman tidak masuk

sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat(Saifuddin,

2007).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

Kunjungan Neonatus 2

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

Data subjektif terfokus pada data fungsional kesehatan


b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum terfokus pada pemeriksaan keadaan umum dan

tanda - tanda vital

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada warna kulit, pemeriksaan mata,

khususnya konjungtiva dan sklera, dada dan abdomen.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis :NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMK usiahari

Masalah :Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Jaga kehangatan bayi

Rasional : Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi

sempurna sehigga bayi lebihmudah mengalami perubahan

suhu tubuh (Saifuddin, 2007).

b. Berikan KIE tentang memandikan bayi!

Rasional : Memandikan bayi merupakan saat-saat menyenangkan

untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu

dan anak (Iskarina, 2008).


c. Jelaskan ibu cara pencegahan infeksi

Rasional : Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang

harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi sangat rentan

terhadap infeksi, segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi

merupakan hal yang lebih berbahaya dibandingkan dengan

infeksi pada anak atau dewasa (Saifuddin, 2007).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

Kunjungan Neonatus 3

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

Data subjektif terfokus pada data fungsional kesehatan

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum terfokus pada pemeriksaan keadaan umum dan


tanda - tanda vital

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada warna kulit, pemeriksaan mata,

khususnya konjungtiva dan sklera, dada dan abdomen.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis :NKB/NCB/NLB,KMK/SMK/BMK usia hari

Masalah :Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

1. KIE tentang pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan

P-ASI

Rasional : Pemberian ASI eksklusif memberikan antibody dan

memberikan asupan makanan yang tepat untuk bayi

2. KIE untuk menjaga pola personal hygiene pada bayi

Rasional : Menjaga kebersihan kulit bayi untuk mencegah terjadinya

alergi ataupun ruam-ruam pada bayi


6. Asuhan Kebidanan Pada Calon Akseptor KB

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Keluhan utama atau alasan datang periksa,

klien datang karena ingin berkonsultasi tentang alat KB yang cocok

untuk ibu pasca melahirkan dan menyusui.

2) Riwayat menstruasi dimana riwayat menstruasi yang dikaji adalah

siklus, lama haid, banyaknya, warna, nyeri haid, keluhan waktu haid,

dan amenore, pada kasus ini ibu yang mengalami anemia karna haid

berlebihan boleh menggunakan metode KB pil.

3) Data Fungsional Kesehatan

Pada data personal hygiene diperlukan kebiasaan menjaga kebersihan

vagina yang lebih sering pada penggunaan AKDR. (Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011), untuk data kebiasaan merokok

dan mengkonsumsi obat tertentu (epilepsy dan tuberculosis) dapat

mempengaruhi penetapan pemilihan metode kontrasepsi (BPPPK,

2011), serta data seksualitas metode Kontrasepsi Kondom tidak

melindungi dari penyakit menularseksual (PMS)/HIV (BPPPKi, 2011).

4) Riwayat psikososiokultural spiritual

dimana masih kuatnyakepercayaan di kalangan masyarakat muslim

bahwa setiap mahluk yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu

tidak khawatir memiliki jumlah anak yang banyak (Prawirohardjo,

2011).
b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum meliputi metode kontrasepsi non hormonal

merupakan pilihan yang lebih baik (buku panduan praktis pelayanan KB

hal : MK-31), untuk tekanan darah tinggi selama < 180/110 mmHg ibu

boleh menggunakan KB PIL dan suntikan progestin, untuk tekanan

darah tinggi boleh menggunakan metode KB AKDR, pada nadi jika

didapatkan hasil > 100 x/menit dengan nyeri dada hebat, batuk, napas

pendek merupakan keadaan yang perlu mendapatkan perhatian dimana

memungkinkan masalah yang mungkin terjadi seperti serangan jantung

atau bekuan darah di dalam paru.

2) Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan inspeksi dari konjuntiva

berwarna merah muda/pucat karena jika sklera berwarna kuning

menandakan kemungkinan indikasi adanyapenyakit hati pemilihan alat

kontrasepsi non-hormonal lebih diutamakan sedangkan pada ibu yang

mengalami anemia karna haid berlebihan boleh menggunakan metode

KB pil, pada payudara dimana penderita tumor jinak atau kanker

payudara boleh menggunakan metode AKDR, untuk abdomen jika

terdapat nyeri abdomen hebat menandakan penyakit kandung empedu,

bekuan darah, pankreatitis ( pil KB), untuk genitalia jika ditemukan

perdarahan vagina yang tidak diketahui sampai dapat dievaluasi tidak

boleh mengunakan metode AKDR, untuk ekstermitas didapatkan hasil

simetris, tidak tampak varises, tidak nyeri dan tidak tampak oedema
karena pada penggunaan suntik kombinasi, varises, rasa sakit dan kaki

bengkak menandakan indikasi risiko tinggi penggumpalan darah pada

tungkai, jika tampak adanya varises pada tungkai boleh menggunakan

metode AKDR dan bila ibu mengalami edema dan nyeri tungkai, dada

dan paha perlu dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut untuk

menentukan penggunaan alat kontrasepsi AKBK.

3) Selanjutnya pemeriksaan palpasi yang meliputipemeriksaan payudara

jika terabanya benjolan yang dapat menandakan adanya kemungkinan

akseptor menderita tumor jinak atau kanker payudara boleh

menggunakan metode AKDR.

4) Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan PP test untuk memastikan

ibu sedang hamil atau tidak.

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis: Papah calon akseptor alat kontrasepsi ........

Masalah :Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

1) Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu


Rasional :Informasi yang jelas dapat mempermudah

komunikasi petugas dan klien untuk tindakan

selanjutnya.

2) Berikan KIE mengenai kontrasepsi!

Rasional : Banyak pasangan suami istri memilih memulai

hubungan seksual segera setelah lokhia ibu

menghilang.

3) KIE tentang jenis-jenis KB untuk menyusui

Rasional : Klien dapat mengetahui jenis-jenis KB yang tepat

pada masa menyusui

4) Bantu ibu memilih keputusan dalam penggunaan KB brsama suami

Rasional : Klien lebih tepat dan siap dalam memilih alat

kontrasepsi yang sesuai dengan klien dan suami.

Langkah 6 :Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 :Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada studi kasus continuity of care ini membahas tentang kesenjangan

antara teori dan hasil dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah penulis

lakukan mulai dari ante natal care, intranatal care, bayi baru lahir, post natal

care, neonatus, dan pelayanan kontrasepsi pada Ibu A usia 34 tahun P4004 HPHT

28 Oktober 2018, TP 30 Juli 2019. Kontak pertama dimulai pada tanggal 27 Juli

2019 yaitu pada masa kehamilan 38 minggu dengan pembahasan sebagai berikut :

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Umur Ibu A pada kehamilan ini adalah 34 tahun. Berdasarkan umur jika

< 16 tahun atau > 35 tahun akan membuat wanita rentan terhadap sejumlah

komplikasiHal ini memerlukan pengawasan antenatal tambahan. (Varney,

2008). Terdapat kesesuaian antara teori dan praktik yang terlaksana, bahwa

klien tidak termasuk kategori usia yang dapat dikategorikan dalam kehamilan

resiko tinggi.

Pada pemeriksaan kehamilan I pada tanggal 27 Juli 2019 , diusia

kehamilan 38 minggu. Dilakukan pemeriksaan kehamilan meliputi

pemeriksaan fisik lengkap.

Keluhan yang dirasakan Ibu R pada kehamilan trimester III tidak terjadi

kesenjangan antara teori dengan kenyataan. Pada kunjungan pertama ini,

didapatkan berat badan ibu meningkat menjadi 67 kg dari sebelum hamil 61

kg. Terdapat kesesuaian antara kasus dengan teori yang mengatakan ibu hamil
akan mengalami kenaikan ± 6,5-16.5 kg selama hamil atau kenaikan berat

badan sekitar 0,5 kg/minggu (Sulistyawati, 2012).

Pada kunjungan pemeriksaan kehamilan II pada tanggal 1 Agustus

2019, diusia kehamilan 38minggu.

Pada pelayanan pemeriksaan kehamilan ini terdiri dari 10 T yaitu

pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, pengukuran tekanan

darah (tensi), pengungukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi

rahim, penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut jantung

janin, penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT), pemberian tablet

tambah darah, tes laboratorium, konseling atau penjelasan, tata laksana atau

mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2015).

Pada saat melakukan asuhan antenatal care terhadap Ibu A mahasiswa

telah melakukan asuhan standar minimal 10 T tersebut. Namun pada standar

pemberian suntik TT, tidak dilakukan oleh penulis karena Ibu R sudah

diberikan imunisasi sebelumnya dan hal ini sesuai dengan teori bahwa Ibu R

telah mendapatkan pelayanan pemeriksaan sebanyak 10 T dan tidak ada

kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Pemeriksaan umum yang meliputi kesadaran composmentis, tanda vital

yang terdiri dari tekanan darah yaitu 120/80 mmHg atau < 140/90 mmHg

(Salmah, 2006), nadi yaitu 60-100 x/menit (Varney, 2007), suhu tubuh yaitu

36,5-37,50C (Varney, 2007) , pernafasan yaitu 16-20 x/menit (Varney, 2007).

Mengacu pada teori yang ada, dari 3 kali kunjungan ante natal yang dilakukan
ibu, semua hasil pemeriksaan tanda vital Ibu R dalam batas normal, namun

tetap melakukan pengawasan selama kehamilan agar proses kehamilan dapat

berjalan dengan baik.

B. Asuhan Kebidanan Intranatal

Pengkajian persalinan kala I dilakukan pada tanggal 7 AGustus 2019.

Usia kehamilan Ibu Rpada saat proses persalinan yaitu 39 minggu 3 hari.

Berdasarkan teori dapat dikatakan bahwa usia kehamilan ibu saat persalinan

aterm yaitu usia 39 minggu 3 hari. Persalinan adalah proses pengeluaran bayi,

plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender,

kehamilan aterm adalah usia kehamilan diantara 38-42 minggu dan ini

merupakan periode terjadinya persalinan normal. (Prawirohardjo, 2009)

Keluhan yang dirasakan Ibu A pada saat mendekati proses persalinan

adalah adanya pengeluaran lendir bercampur darah melalui jalan lahir. Teori

mengatakan tanda-tanda persalinan adalah rasa nyeri oleh adanya his yang

datang lebih kuat, sering, teratur, keluar lendir bercampur darah yang lebih

banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban

pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah

ada pembukaan (Mochtar, 2011).

Teori ini sudah sesuai dengan kedaan kala I yang dialami oleh Ibu A

yaitu adanya rasa nyeri karena his yang datang lebih kuat sering dan teratur,
ketuban pecah dengan sendirinya, dan setelah dilakukan pemeriksaan dalam

didapatkan adanya pembukaan.

Pada saat pemeriksaan dalam jam 01.15 WITA frekuensi kontraksi 5

kali dalam 10 menit dan lamanya 50 detik. Pada pemeriksaan dalam ditemukan

pembukaan 4 cm. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam lagi pada pukul

01.30 WITA karena ibu sudah merasa ingin BAB, dan didapatkan hasil

pembukaan lengkap 10 cm. Friedman dan Sachtleben mendefinisikanfase laten

berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nullipara dan lebih

dari 14 jam pada ibu multipara. (Prawirohardjo, 2009)

Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dimana proses

persalinan kala I fase laten ibu berlangsung selama 5 jam dihitung mulai ibu

merasakan kontraksi yang teratur hingga pembukaan 4 cm.

Dari hasil pemeriksaan kala I fase aktif ibu berlangsung selama 4 jam

hal ini merupakan durasi persalinan yang normal. World Health Organization

mendefinisikan partus lama sebagai pembukaan serviks yang kurang dari 1 cm/

jam selama minimal 4 jam.(Prawirohardjo,2009)

Pada pemeriksaan dalam pukul 01.30WITA pembukaan 10 cm,

kontraksi 5 x dalam 10 menit durasi > 50 detik dan intensitas kuat, tampak

pengeluaran lendir darah , klien merasa ingin meneran saat ada kontraksi

serta klien merasakan ada perasaan ingin BAB. Hal ini sesuai dengan gejala

dan tanda persalinan yaitu ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum

dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-sfingter ani membuka dan


meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah (JNPK-KR, 2008).

Pada pukul 01.50 WITA bayi Ibu A lahir. Teori menyebutkan pada

kala II multipara berlangsung rata-rata + 0,5 jam (JNPKKR, 2008). Hal ini

dikarenakan ini merupakan persalinan yang ketiga, dengan riwayat persalinan

terdahulu tidak ada penyulit yang menyertai persalinan Ibu A, dan cara

meneran Ibu A yang benar membuat kala II Ibu A berlangsung kurang dari 0,5

jam. Hal ini sesuai dengan teori tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik.

Frekuensi DJJ yang normal antara 120-160 x/menit. Berdasarkan

partograf WHO, denyut kurang dari 120 detik/menit (bradicardi) atau lebih

dari 160 detik/menit (takicardi) saat ibu sedang tidak HIS menunjukkan

gawat janin. Hasil pemeriksaan DJJ normal dan tidak terjadi kesenjangan

antara teori dengan praktik.

Manajemen aktif kala III sesuai dengan teori yaitu setelah bayi lahir

dan adanya tanda pelepasan plasenta seperti perubahan bentuk dan tinggi

uterus, tali pusat memanjang dan adanya semburan darah mendadak dan

singkat (JNPK-KR, 2010).

Penulis melakukan manajemen aktif kala III yang terdiri dari langkah

memeriksa uterus untuk memastikan tidak adanya bayi kedua dan pemberian

suntik oksitosin dalam 2 menit pertama setelah bayi lahir. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Is Susiloningtyas pada tahun 2013 di RS Sidoarjo

dijelaskan bahwa manajemen aktif Kala III dapat mengurangi terjadinya

perdarahan post partum, dengan cara penegangan tali pusat terkendali dan
pemberian oksitosin terbukti mengurangi terjadinya perdarahan pasca

persalinan dan berkurangnya kasus anemia diantara ibu bersalin yang

mendapat penanganan Pengelolaan Aktif Kala III.

Kala III pada Ibu A berlangsung dengan baik dan normal tanpa adanya

penyulit. Lama kala III berlangsung sekitar 10 menit. Hal ini sesuai dengan

teori tidak ada kesenjangan bahwa plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah

bayi lahir dan keluar spontan (WHO, 2013).

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam setelah persalinan tersebut (JNPKKR, 2010). Setelah plasenta lahir

dilakukan pengecekan laserasi, dan tidak terdapat robekan pada kulit

perineum Ibu A .Pemantauan kala IV dimaksudkan untuk observasi

perdarahan postpartum. Karena kasus perdarahan paling sering terjadi pada

dua jam pertama setelah melahirkan, hal penting yang perlu diobservasi

adalah tingkat kesadaran, tanda-tanda vital,kontraksi uterus, kandung kemih,

dan perdarahan. Perdarahan dikatakan normal jika jumlahnya tidak lebih dari

500 ml (Ujiningtyas, 2009).

Hasil pemantauan kala IV Ibu A observasi tanda-tanda vital dalam

batas normal, kontraksi baik, perdarahan dalam batas normal. TFU setinggi 1

jari diatas pusat setelah plasenta lahir lalu setelah 2 jam postpartum menjadi 2

jari di atas pusat.Dalam hal ini terdapat kesenjangan dalam teori bahwa tinggi

fundus uteri pada hari kelahiran adalah sepusat. (Varney, 2008)

Penurunan tinggi fundus uteri yang tidak sesuai ini dapat dipengaruhi

oleh paritas karena otot-otot yang terlalu sering teregang memerlukan waktu
yang lama dalam proses involusi uterus. Lalu dapat dipengaruhi oleh berat

badan lahir bayi, menurut Blackburn & Looper (1992) dalam Myles (2009)

dinding-dinding otot menguat dan menjadi elastis (dapat membesar dan

meregang) sehingga dengan adanya perkembangan janin didalam Rahim yang

semakin membesar maka menyebabkan peregangan otot rahim yang

berlebihan sehingga proses pengembalian Rahim seperti semula akan lebih

lama.

C. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Bayi Ibu A masuk dalam kategori bayi baru lahir normal dikarenakan

masa kehamilan Ibu A dalam keadaan normal. Bayi baru lahir normal adalah

bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan

berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (DEPKES RI, 2010).

Teori ini sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan bahwa bayi Ibu

A yang lahir saat usia kehamilan 39 minggu 3 hari dan berat saat lahir adalah

3400 gram.Bayi lahir pukul 01.50WITA. Pada saat bayi lahir dilakukan

penilaian selintas dan apgar score pada bayi Ibu A. Didapatkan hasil apgar

score bayi Ny.A adalah 7/9.

Bayi diberi injeksi vitamin Neo-K 1 mg atau 0,5 cc dan bayi di beri

salep mata tetrasiklin 1 %. Memberikan profilaksis mata dalam bentuk salep

tetrasiklin 1% kira-kira 1 jam setelah kelahiran (setelah masa interaksi

orangtua bayi) untuk mencegah konjungtivitis pada bayi baru lahir sering

terjadi terutama pada bayi dengan klien yang menderita penyakit menular

seksual seperti gonore dan klamidiasis (Winkjosastro, 2010).


Pemberian Neo K (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc

secara IM (pada paha sebelah kiri) untuk mencegah kekurangan vitamin K.

Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi untuk mengalami perdarahan

yang disebut juga perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK), karena

cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah. Vitamin K dihasilkan di

saluran pencernaan segera setelah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh.

Pada hari ke-8, bayi baru lahir normal sudah mampu menghasilkan vitamin K

(Winkjosastro, 2010). Hal ini sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan

yang terjadi pada bayi baru lahir telah diberikan Neo K setelah 1 jam kelahiran

bayi dengan dosis 1 mg atau 0,5 cc secara IM pada paha sebelah kiri.

Hb0 pada bayi Ibu R diberikan saat hari ke 5. Vaksin Hb0 pada

neonatus untuk mencegah penyakit hepatitis B dan kerusakan hati. Pemberian

vaksin ini sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan DEPKES (2009) bahwa

pemberian vaksin Hb0 dapat diberikan pada usia < 7 hari.

D. Asuhan Kebidanan Nifas

Dalam masa nifas ini, Ibu A telah dilakukan pemeriksaan perperium

sebanyak 3 kali yaitu I pemeriksaan nifas 6 jam setelah persalinan, kunjungan

II pemeriksaan nifas 5 hari setelah persalinan, kunjungan III pemeriksaan nifas

28 hari setelah persalinan.

Pada kunjungan I, 6 jam setelah persalinan melakukan pemantauan

terhadap klien untuk menghindari terjadinya perdarahan. Tekanan darah masih

normal, nadi, dan suhu normal, kontraksi uterus baik, TFU 3 jari diatas pusat
dan kandung kemih kosong.

Pemeriksaan 6-8 jam setelah persalinan, dilakukan pemeriksaan

pengeluaran loche pada Ibu R dan didapatkan hasil lochea berwarna merah.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Sulistyowati (2009) lochea rubra

berwarna merah karena mengandung darah. Ini adalah lochea pertama yang

mulai keluar segera setelah kelahiran dan terus berlanjut selama 1-3 hari

pertama post partum. Setelah persalinan, klien menyusui bayinya. ASI sudah

keluar setelah persalinan. Menurut Sulistyowati (2009) setelah persalinan

terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron akibat lepasnya plasenta

sehingga aktivitas prolaktin yang sedang meningkat dapat mempengaruhi

kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI.

Kunjungan kedua ini, pemeriksaan TFU klien berada 3 jari di bawah

pusat, hasil pemeriksaan ini tidak sesuai dengan teori. TFU berada 2 jari di

bawah pusat, uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada perdarahan abnormal

dan tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal dan tanda-tanda REDDA, memastikan ibu mendapat

cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik

dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, dan memberikan konseling

pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat

dan perawatan bayi sehari-hari serta ASI ekslusif. (Saleha, 2009).

Pada pemeriksaan ketiga pada hari ke 12 setelah persalinan,Klien

memenuhi nutrisinya dengan baik, ASI klien lancar dan TFU sudah tidak

teraba. Ibu tidak menunjukkan tanda-tanda adanya demam, infeksi atau


perdarahan abnormal.

E. Asuhan Kebidanan Neonatus

Dalam teori kunjungan neonatus, yakni kunjungan I (1-2 hari setelah

kelahiran), kunjungan II (3-7 hari setelah kelahiran), kunjungan III (8-28 hari

setelah kelahiran) (Varney, 2006). Neonatus Ibu A telah 3 kali kunjungan

yaitu 6 jam setelah kelahiran, 5 hari setelah kelahiran, dan 12 hari setelah

kelahiran. Hal ini sesuai dengan teori, tidak ada kesenjangan yang terjadi.

Pada kunjungan neonatus I (KN 1) 6 jam setelah kelahiran dilakukan

pemantauan, keadaan umum neonatus baik, nadi, pernafasan serta suhu tubuh

neonatus dalam batas normal, neonatus menangis kuat, pada tali pusat

terbungkus kassa steril, neonatus mengkonsumsi ASI dan neonatus sudah

BAK 1x warna kuning jernih dan BAB 1x berwarna hijau kehitaman

(meconium), sejalan dengan teori sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa pada masa neonatal saluran pencernaan mengeluarkan tinja pertama

biasanya dalam dua puluh empat jam pertama berupa meconium (Varney,

2008).

Pada kunjungan II 5 hari setelah kelahiran, dilakukan pemeriksaan

pada neonatus, hasilnya keadaan umum baik, nadi, pernafasan serta suhu

tubuh neonatus dalam batas normal. Pada saat dilakukan pemeriksaan bayi

Ny. A mengalami icterus. Namun icterus yang dialami merupakan fisiologis

dikarenakan timbul pada hari ke 5.

Kunjungan III (2 minggu) bayi dalam keadaan sehat dan sudah


mengalami kenaikan berat badan yakni dari 3300 gr menjadi 3600 gr. Karena

ibu dipastikan memeberikan ASI secara on demand, dan ibu tidak

memberikan minuman/ makanan tambahan lain selain ASI.

Dari kunjungan I sampai kunjungan III neonatus dalam keadaan baik

dan hasil pemeriksaan kepala pada fontanel mayor terbuka dan fontanel

minor tertutup. Hal ini sesuai dengan teori yaitu fontanel mayor terbuka

sampai usia 12-18 bulan berbentuk berlian, 5 x 4 cm sepanjang sutura korona

dan sutura sagital dan fontanel minor menutup pada saat lahir berbentuk

segitiga, sangat kecil, 1 x 1 cm sepanjang garis sutura lambdoidalis dan

sagitalis (Varney, 2008).

F. Asuhan Kebidanan Pelayanan Kontrasepsi

Pada saat kunjungan nifas III dilakukan konseling tentang persiapan

dalam menggunakan alat kontrasepsi yang akan digunakan setelah

berakhirnya masa nifas pada ibu A. Ibu belum menggunakan alat kontrasepsi

jenis apapun dikarenakan masa nifas yang belum selesai. Masa nifas berakhir

kurang lebih sekita 42 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Pada saat ini

perlu dijelaskan kepada ibu bahwa kemungkinan yang akan terjadi jika ibu

tidak menggunakan alat kontrasepsi ibu bisa hamil lagi (Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2011).

Konseling yang diberikan mengenai kontrasepsi yang aman untuk ibu

menyusui. Ibu mengatakan ingin menggunakan kontrasepsi AKDR namun

akan merundingkan terlebih daluhu kepada suami.


Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan metode kontrasepsi

jangka panjang adalah tingkat ekonomi, usia, paritas, pendidikan, dan faktor

pasangan. Ibu dengan jumlah anak yang lebih banyak akan

mempertimbangkan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang. Ibu

yang mempunyai anak lebih dari dua tidak disarankan untuk memakai

kontrasepsi suntik/injeksi dan pil KB, karena angka kegagalannya masih

tinggi. Jika terjadi kegagalan dalam pemakaian kontrasepsi suntik/injeksi dan

pil KB dapat mempengaruhi kesehatan Ibu, kesehatan bayi dan proses

persalinannya nanti karena terlalu seringya melahirkan. Diharapkan Ibu yang

mempunyai anak lebih dari dua untuk memakai kontrasepsi jangka panjang,

karena metode kontrasepsi jangka panjang sangat efektif dan efesien

(Ramadini 2014).
LAMPIRAN

1. ANC 1

2. ANC 2
3. KN & KF 1
4. KN & KF 2

5. KN 3
6. KF 3

Anda mungkin juga menyukai