DI INDONESIA
KEPERAWATAN GERONTIK
Disusun oleh:
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada manusia seseorang
mengalami kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan
segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah
mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga
masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan
sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada
umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai
usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat
dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima
dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang
kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung
menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas
yang ada.
Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek
pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam
mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual
lansia. Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke arah
perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan pendekatan
pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik
dalam kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa
aman, nyaman, terutama dalam menghadapi kematian. pengkajian
keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan
komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua
langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber
skunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar
untuk diagnosa keperawatan. ( Potter & Perry, 2005 )
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan-rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah skrining pada lansia?
2. Apa saja tujuan dari skrining pada lansia?
3. Apa yang dimaksud skrining menggunakan indeks katz, indeks barthel,
pengkajian posisi dan keseimbangan serta pengkajian status kognitif?
C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan agar pembaca :
1. Mengetahui dan memahami pengertian skrining pada lansia
2. Mengetahui dan memahami tujuan dari skrining lansia
3. Mengetahui dan memahami skrining menggunakan indeks katz, indeks
barthel, pengkajian posisi dan keseimbangan serta pengkajian status
kognitif?
BAB II
ISI
A. Pengertian Skrining
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu
atau sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam
kategori yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit
(Rajab, 2009). Tes skrining merupakan salah satu cara yang
dipergunakan pada epidemiologi untuk mengetahui prevalensi suatu
penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau keadaan ketika angka
kesakitan tinggi pada sekelompok individu atau masyarakat berisiko
tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan
penanganan segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi dengan
pemeriksaan lain untuk menentukan diagnosis definitif (Chandra, 2009).
Berbeda dengan diagnosis, yang merupakan suatu tindakan untuk
menganalisis suatu permasalahan, mengidentifikasi penyebabnya
secara tepat untuk tujuan pengambilan keputusan dan hasil keputusan
tersebut dilaporkan dalam bentuk deskriptif ( Yang dan Embretson,
2007). Skrining bukanlah diagnosis sehingga hasil yang diperoleh betul-
betul hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan tes skrining tertentu,
sedangkan kepastian diagnosis klinis dilakukan kemudian secara
terpisah, jika hasil dari skrining tersebut menunjukkan hasil yang positif
(Noor, 2008).
Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal
perkembangan penyakit sehingga intervensi dapat diterapkan untuk
menghambat proses penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah
“penyakit” untuk menyebut setiap peristiwa dalam proses penyakit,
termasuk perkembangannya atau setiap komplikasinya. Pada
umumnya, skrining dilakukan hanya ketika syarat-syarat terpenuhi, yakni
penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan,
terdapat sebuah uji yang sudah terbukti dan dapat diterima untuk
mendeteksi individu-individu pada suatu tahap awal penyakit yang dapat
dimodifikasi, dan terdapat pengobatan yang aman dan efektif untuk
mencegah penyakit atau akibat-akibat penyakit (Morton, 2008).
Tujuan skrining :
Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab, 2009):
1. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini
mungkin sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan.
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin.
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang
sifat penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap
gejala dini.
5. Mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan
peneliti.
Manfaat skrining :
a. Penyakit Hipertensi
Tindakan skrining sangat bermanfaat, baik terhadap hipertensi
sistolik maupun diastolik. Pencegahan akan dapat mengurangi resiko
timbulnya stroke, penyakit jantung, bahkan kematian. Dari hasil studi,
ditemukan bahwa bila 40 orang diobati dalam waktu 5 tahun akan dapat
mencegah satu kejadian stroke, pada hipertensi dilakukan pengkajian
secara lengkap (anamnesa dan pemeriksaan fisik) , skrining atau tes
saringan. Penyakit Jantung
b. Penyakit Ginjal
Selain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan
fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan
ginjal adalah pemeriksaan laboratorium tes fungsi ginjal dan foto IVP.
c. Diabetes Melitus
Selain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan
fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan diabetes
antara lain pemeriksaan reduksi urine, pemeriksaan kadar gula darah,
dan funduskopi.
d. Gangguan Mental
Selain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan
fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan
gangguan mental antara lain pemeriksaan status mental dan tes fungsi
kognitif. Biasanya telah dapat dibedakan apakah terdapat kelainan mental
seperti depresi, delirium, atau demensia.
C. Indeks Katz
Menurut Martono, hadi & kris pranarka. 2009, Indeks katz
merupakan instrument sederhana yang digunakan untuk menilai
kemampuan fungsional AKS (Aktivitas Kehidupan Sehari-hari), dapat juga
untuk meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada lansia.
Adapun aktivitas yang dinilai adalah Bathing, Dressing, Toileting,
transferring, continence dan feeding, dengan penilaian sebagai berikut :
1.Bathing
Mandiri: memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan seluruhnya sendiri.
2. Dressing
3. Toileting
4. transferring
mandiri: berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dank e tempat
duduk(memakai/tidak memakai alat Bantu)
5. continence
6. feeding
Martono, hadi & kris pranarka. 2009. Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan usia
lanjut). Jakarta : FK UI
Kemampuan
No Mandiri Tergantung
Aktivitas
Jumlah
Keterangan :
D. Barthel Indeks
Indeks Barthel sering digunakan untuk mengkaji kemampuan
pasien merawat diri mereka sendiri, namun pokok-pokoknya ditekankan
untuk jumlah bantuan fisik yang akan diperlukan bila pasien tak mampu
melakukan fungsi yang diberikan (Gallo dkk, 2004).
DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1. Makan 5 10
2. Minum 5 10
6. Mandi 5 15
9. Mengenakan pakaian 5 10
c. 60 : Ketergantungan Total
+ - NO
Jumlah kesalahan
total
Nama pasien :
Jenis kelamin :
Tahun pendidikan :
Tanggal :
Suku :
Nama pewawancara :
Pertanyaan 1 hanya dinilai benar hanya pada waktu bulan yang tepat,
tanggal yang tepat, tahun yang diberikan secra benar.
Pertanyaan 4 harus dinilai sebagai benar bila nomor telpn benar dapat
dipastikan, atau bila subjek dapat mengulang nomor yang sama pada
bentuk pertanyaan yang lain.
Pertanyaan 6 harus dinilai benar hanya bila bulan tanggal pasti dan
tahun semua diberikan.
Pertanyaan 9 tidak perlu diperiksa. Ini dinilai sebagai benar, jika diberikan
pertama wanita ditambah dengan nama akhir dari pada nama aktif subjek.
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 kesalahan untuk subjek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang sama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA