Anda di halaman 1dari 7

EPIDEMIOLOGI

Kelompok 5

 Gledis Angelica Jacob  Meyjayani Manenggek


 Angelita Gloria Grasela  Nadia Vega
 Jenifer Definka Hamal  Ribka Sefania Pinangge

Tujuan pembelajaran :
1. Mengetahui definisi skrining
2. Mengetahui tujuan skrining
3. Mengetahui metode skrining
4. Mengetahui syarat skrining
5. Mengetahui jenis-jenis skrining
6. Mengetahui karakteristik skrining

Materi

 Pengertian Skrining
Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A Dictionary of
Epidemiology), skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau
kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur lain
yang dapat diterapkan dengan cepat

Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A Dictionary of


Epidemiology), skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau
kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur lain
yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes skrining/penapisan memilah/memisahkan orang-orang
yang terlihat sehat untuk dikelompokkan menjadi kelompok orang yang mungkin memiliki
penyakit dan kelompok orang yang mungkin sehat. Sebuah tes skrining/penapisan ini tidak
dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa. Orang dengan temuan positif menurut hasil
skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke dokter untuk diagnosis dan
menjalani pengobatan yang diperlukan

 Tujuan Skrining

Tujuan dari tes skrining adalah deteksi dini untuk mengurangi risiko penyakit atau
memutuskan metode pengobatan yang paling efektif. Tes ini tidak masuk dalam kategori
diagnostik, tetapi digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang diharuskan untuk menjalani
tes tambahan untuk menentukan ada atau tidaknya penyakit.
Tujuan dan Manfaat Skrining (Screening) Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab,
2009): 1. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin sehingga
dapat dengan segera memperoleh pengobatan. 2. Mencegah meluasnya penyakit dalam
masyarakat. 3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin. 4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat
penyakit dan untuk selalu waspada melakukan

Tes skrining dapat dilakukan pada orang-orang yang berada dalam kondisi sehat untuk
mengambil sampel penyakit tanpa gejala dapat bermanfaat jika dilakukan pencegahan dini untuk
meningkatkan prognosisnya. Tes ini juga bermanfaat bagi masyarakat luas jika identifikasi
mengarah pada pencegahan primer dan sekunder.

Perlu diketahui, bahwa tes skrining harus dapat diterima oleh publik, sederhana, mudah
diterapkan, dan memiliki hasil yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Dalam kaitannya
dengan diagnosis, penyakit harus dapat diobati dengan perawatan yang tersedia. Tak boleh
lupa, pengobatan dini yang dilakukan harus memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan pengobatan pasien yang memiliki gejala terhadap penyakit yang diidapnya.

 Terdapat 4 metode skrining gizi:

1. Simple Pediatric Nutritional Risk Score (PNRS)


Metode SPNRS berdasarkan kurangnya asupan makan pasien (< 50% angka kecukupan gizi),
tingkatan nyeri pada anak, dan keparahan penyakit (kondisi patologis).

2. Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS)


Mengacu pada ESPEN terdapat 4 komponen antara lain riwayat penurunan asupan makan dalam
1 minggu sebelumnya (skor 0-2), Indeks Massa Tubuh menurut Usia (skor 0 & 2), riwayat
penurunan berat badan (skor 0-1), dan kaitan penyakit dengan kebutuhan gizi pasien (skor 0-2).

3. The Screening Tool for Risk of Impared Nutritional Status and Growth (STRONGkids)
Indikator yang digunakan antara lain kondisi penyakit (penyakit dengan risiko tinggi) skor 0 & 2,
perubahan asupan makanan (skor 0 & 1), penurunan berat atau kenaikan berat badan yang tidak
atau kurang baik (0 & 1 poin), subjective clinical assessment (skor 0 & 1).

4. The Screening Tool for Assessment of Malnutrition in Paediatrics (STAMP)


Metode STAMP terdiri dari 5 langkah singkat untuk menilai malnutrisi.8
• Langkah pertama : menentukan apakah kondisi anak memilik dampak terhadap status gizi jika
ya skor 3, mungkin skor 2, dan tidak 0 poin
• Kedua : asupan gizi anak jika tidak ada 3 poin, baru saja menurun skor 2, dan asupan baik 0
poin
• Langkah ketiga : menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) untuk
menentukan status gizi BB menurut TB, skor 3 jika > 3 persentil (terpisah > 3 kolom atau BB <
2 persentil), skor 2 jika > 2 persentil / terpisah 2 kolom, dan skor 0 jika 0 -1 persentil / terpisah 0
– 1 kolom
• Keempat : penjumlahan langkah 1 sampai langkah 3, risiko tinggi jika > 4 poin, risiko sedang 2
– 3 poin, dan risiko rendah 0 – 1 poin
• Kelima : menyusun rencana asuhan untuk anak sesuai pedoman yang ada

 Jenis-jenis Skrining
Skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di skrining yaitu sebagai berikut.
1. Mass screening
Skrining yang dilakukan pada seluruh populasi. Misalnya, mass X-ray survey atau blood
pressure skrining pada seluruh masyarakat yang berkunjung pada pelayanan kesehatan.

2. Selective screening
Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target populasi berdasarkan pada
risiko tertentu. Tujuan selective screening pada kelompok risiko tinggi untuk mengurangi
dampak negatif dari skrining. Contohnya, Pap’s smear skrining pada wanita usia > 40 tahun
untuk mendeteksi Ca Cervix, atau mammography skrining untuk wanita yang punya riwayat
keluarga menderita Ca.

3.Single disease screening


Jenis skrining yang hanya dilakukan untuk satu penyakit. Misalnya, skrining terhadap penderita
penyakit TBC, jadi lebih tertuju pada satu jenis penyakit.

4.Case finding screening


Case finding adalah upaya dokter atau tenagga kesehatan untuk menyelidiki suatu
kelainan yang tidak berhubungan dengan kelompok pasien yang datang untuk kepentingan
pemeriksaan kesehatan. Penderita yang datang dengan keluhan diare kemudian dilakukan
pemeriksaan terhadap mamografi atau rongen torax.

5. Multiphasic screening
Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu tertentu. Jenis
skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta diterima secara luas dengan berbagai
tujuan seperti pada evaluasi kesehatan dan asuransi. Sebagai contoh adalah pemeriksaan
kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan darah, gula darah dan kolesterol.

 Syarat Tes Skrining


Syarat untuk program skrining adalah harus melakukan tes yang akan memungkinkan kita untuk
mendeteksi penyakit sebelum waktu biasa dari diagnosis. setiap tes seperti yang gunakan harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:

1.Skrining harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi menggambarkan sejauh mana hasil tes
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari fenomena yang diukur. Sedangkan reliabilitas
biasanya berhubungan salah satu dengan standardisasi atau kalibrasi peralatan pengujian atau
keterampilan dan keahlian dari orang-orang menafsirkan tes.
2. Skrining harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Karena kita menyarankan orang
yang tampaknya cocok untuk menjalani pemeriksaan, tidak harus menawarkan mereka sebuah
tes yang mungkin mempengaruhi kesehatan mereka.

3. Proses skrining harus mudah dan murah. Jika kita akan melakukan skrining dalam jumlah
proporsi yang besar maka skrining harus murah dan mudah untuk diselenggarakan.

Selain persyaratan tersebut terdapat pula kriteria seuatu penyakit untuk agar bisa dilakukan
skrining, yaitu: 1. Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas 2. Tersedia obat
potensial untuk terapi nya 3. Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya 4.
Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus 5. Screeningnya memenuhi syarat
sensitivitas dan spesivisitas 6. Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat 7.
Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti 8. Ada SOP tentang penyakit tersebut

 Karakteristik tes skrining


Untuk keberhasilan suatu program skrining, ketersediaan tes skrining
juga diperlukan selain juga harus memiliki kriteria penyakit yang cocokuntuk di skrining. Tes sk
riningseharusnya juga tidak mahal, mudahdilaksanakan dan memberikan ketidaknyamanan ya
ng minimal pada pasien. Dan juga hasil skrining haruslah valid dan konsisten (Sarwani,
2007).

a. Validitas
Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diu
kur (Sukardi, 2013). Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2014)
bahwa validitas mengacu sejauh mana akurasi suatu tes atau
skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Sedangkan validitas
dalam skrining adalah kemampuan dari suatu alat untuk membedakan antara orang yang
sakit dan orang yang tidak sakit. Validitas mempunyai dua komponen yaitu :

1.Sensitivitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang menderita penyakit atau besarnya probabilitas seseorang yang sakit akan
memberikan hasil tes positif pada tes diagnostik tersebut. Sensitivitas merupakan true positive
rate (TPR) dari suatu tes diagnostik.

2. Spesifisitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang tidak menderita sakit. Besarnya probabilitas seseorang yang
tidak sakit atau sehat akan memberikan hasil tes negatif pada tes diagnostik. Sensitivitas me
rupakan true negative rate (TNR) dari suatu tes diagnostik.
Sensitivitas dan spesifisitas merupakan komponen ukuran dalam validitas,
selain itu terdapat pula ukuran-ukuran lain dalam validitas yaitu :
a. True positive, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar- benar menderita
penyakit dengan hasil tes positif pula.
b. False positive, yang menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak
sakit tetapi test menunjukkan hasil yang positif.
c. True negative, menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan
hasil test yang negatif pula.
d. False negative, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang
sebenarnya menderita penyakit tetapi hasil test negatif.

b. Reliabilitas
Groth-Marnat (2008) mendefinisikan reliabilitas suatu test merujuk pada
derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skor yang
diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang
itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda.
Reliabilitas skrining adalah ukuran konsistensi berdasarkan orang dan
waktu. Menurut Budiarto (2003) reliabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut.

a. Reliabilitas alat yang dapat ditimbulkan oleh:


1, Stabilitas reagen
2.Stabilitas alat ukur yang digunakan
Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil reagen dan alat ukur, makin
konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, sebelum digunakan
hendaknya kedua hasil tersebut ditera atau diuji ulang ketepatannya.

b. Reliabilitas orang yang diperiksa.


Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau penyakit dalam masa tunas. Misalnya lelah, kurang
tidur, marah, sedih, gembira, penyakit yang berat,
penyakit dalam masa tunas. Umumnya, variasi ini sulit diukur terutama faktor psikis.

c. Reliabilitas pemeriksa. Variasi pemeriksa dapat berupa :


1.Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang
dilakukan berulang-ulang oleh orang yang sama.
2.Variasi eksterna, merupakan variasi yang terjadi bila satu
sediaan dilakukan pemeriksaan oleh beberapa orang. Upaya
untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan mengadakan:
a. Standarisasi reagen dan alat ukur.
b.Latihan intensif pemeriksa.
c.Penentuan kriteria yang jelas
d. Penerangan kepada orang yang diperiksa.
e.Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.
 Contoh Skrining
1. Mammografi untuk Ca mammae
Kanker payudaramerupakan salah satu penyakit kanker yang palingbanyak menyebabkan kemat
ian padapenderitanya. Di Indonesia, kankerpayudara menempati urutan kedua penyebab kem
atian tertinggi perempuan Indonesia (Primartha dan Fathiyah, 2013).
Salahsatu metodepemeriksaan kankerPayudara adalah mammografi. Mammografi merupakan m
etode skrining kanker payudara yangdapatmengidentifikasi kanker beberapa tahun sebelum gejal
a-gejala fisik penyakit tersebut muncul (Keles dan Yafuz, 2011). Mammografi adalah
pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar- X dosis rendah untuk
mendeteksi kelainan pada payudara seperti benjolan yang dapat dirasakan (Putra, et al., 2009).

2. Pap Smear untuk Ca cervix


Kankerleher rahim (kankerserviks)merupakanpenyakit keganasan ginekologik yang menimbulk
an masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara berkembang. Kanker ini mulai
ditemukandiusia 25-34tahundan puncaknya pada usia4554 tahun (Kusuma, 2004).
Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan-perubahan
prakanker yang mungkin terjadi pada serviks. Uji ini bisadilakukan pada semua wanita
yg berusia antara 20- 64 tahun (Indrawati, 2009).

3.VCT untuk HIV/AIDS


Salah satu pintu masuk untuk mendeteksi infeksi HIV adalah melalui kegiatan konseling
dan tes HIV. Kegiatan ini terbukti sangatlah bernilai
tinggi dalam pelayanan kesehatan dan dukungan yangdibutuhkan dan
memungkinkan intervensi yang aman dan efektif terutama dalam pencegahan penularan dari ibu
ke anak (Anonim, 2012).

4. Uji latih jantung untuk mendeteksi penyakit jantung koroner


Uji latih jantung merupakan suatu uji latihan fisik yang dipergunakan untuk mengukur
kondisi kardiovaskuler dengan mendeteksi perubahan
hemodimamika, iskemia, dan gangguan irama jantung yang berhubungan
dengan aktivitas fisik tersebut. Uji latih jantung merupakan suatu uji stres
fisiologis yang bertujuan memunculkan ketidaknormalan kerja jantung yang bersifat laten
atau yang tidak terjadi pada saat istirahat. (Heger, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiani, Karlina dkk. 2012. Pelaksanaan Kegiatan Skrining/Deteksi Aktif Kasus PTM yang
Dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta
: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai