Kelompok 5
Tujuan pembelajaran :
1. Mengetahui definisi skrining
2. Mengetahui tujuan skrining
3. Mengetahui metode skrining
4. Mengetahui syarat skrining
5. Mengetahui jenis-jenis skrining
6. Mengetahui karakteristik skrining
Materi
Pengertian Skrining
Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A Dictionary of
Epidemiology), skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau
kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur lain
yang dapat diterapkan dengan cepat
Tujuan Skrining
Tujuan dari tes skrining adalah deteksi dini untuk mengurangi risiko penyakit atau
memutuskan metode pengobatan yang paling efektif. Tes ini tidak masuk dalam kategori
diagnostik, tetapi digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang diharuskan untuk menjalani
tes tambahan untuk menentukan ada atau tidaknya penyakit.
Tujuan dan Manfaat Skrining (Screening) Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab,
2009): 1. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin sehingga
dapat dengan segera memperoleh pengobatan. 2. Mencegah meluasnya penyakit dalam
masyarakat. 3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini
mungkin. 4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat
penyakit dan untuk selalu waspada melakukan
Tes skrining dapat dilakukan pada orang-orang yang berada dalam kondisi sehat untuk
mengambil sampel penyakit tanpa gejala dapat bermanfaat jika dilakukan pencegahan dini untuk
meningkatkan prognosisnya. Tes ini juga bermanfaat bagi masyarakat luas jika identifikasi
mengarah pada pencegahan primer dan sekunder.
Perlu diketahui, bahwa tes skrining harus dapat diterima oleh publik, sederhana, mudah
diterapkan, dan memiliki hasil yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Dalam kaitannya
dengan diagnosis, penyakit harus dapat diobati dengan perawatan yang tersedia. Tak boleh
lupa, pengobatan dini yang dilakukan harus memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan pengobatan pasien yang memiliki gejala terhadap penyakit yang diidapnya.
3. The Screening Tool for Risk of Impared Nutritional Status and Growth (STRONGkids)
Indikator yang digunakan antara lain kondisi penyakit (penyakit dengan risiko tinggi) skor 0 & 2,
perubahan asupan makanan (skor 0 & 1), penurunan berat atau kenaikan berat badan yang tidak
atau kurang baik (0 & 1 poin), subjective clinical assessment (skor 0 & 1).
Jenis-jenis Skrining
Skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di skrining yaitu sebagai berikut.
1. Mass screening
Skrining yang dilakukan pada seluruh populasi. Misalnya, mass X-ray survey atau blood
pressure skrining pada seluruh masyarakat yang berkunjung pada pelayanan kesehatan.
2. Selective screening
Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target populasi berdasarkan pada
risiko tertentu. Tujuan selective screening pada kelompok risiko tinggi untuk mengurangi
dampak negatif dari skrining. Contohnya, Pap’s smear skrining pada wanita usia > 40 tahun
untuk mendeteksi Ca Cervix, atau mammography skrining untuk wanita yang punya riwayat
keluarga menderita Ca.
5. Multiphasic screening
Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu tertentu. Jenis
skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta diterima secara luas dengan berbagai
tujuan seperti pada evaluasi kesehatan dan asuransi. Sebagai contoh adalah pemeriksaan
kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan darah, gula darah dan kolesterol.
1.Skrining harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi menggambarkan sejauh mana hasil tes
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari fenomena yang diukur. Sedangkan reliabilitas
biasanya berhubungan salah satu dengan standardisasi atau kalibrasi peralatan pengujian atau
keterampilan dan keahlian dari orang-orang menafsirkan tes.
2. Skrining harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Karena kita menyarankan orang
yang tampaknya cocok untuk menjalani pemeriksaan, tidak harus menawarkan mereka sebuah
tes yang mungkin mempengaruhi kesehatan mereka.
3. Proses skrining harus mudah dan murah. Jika kita akan melakukan skrining dalam jumlah
proporsi yang besar maka skrining harus murah dan mudah untuk diselenggarakan.
Selain persyaratan tersebut terdapat pula kriteria seuatu penyakit untuk agar bisa dilakukan
skrining, yaitu: 1. Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas 2. Tersedia obat
potensial untuk terapi nya 3. Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya 4.
Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus 5. Screeningnya memenuhi syarat
sensitivitas dan spesivisitas 6. Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat 7.
Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti 8. Ada SOP tentang penyakit tersebut
a. Validitas
Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diu
kur (Sukardi, 2013). Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2014)
bahwa validitas mengacu sejauh mana akurasi suatu tes atau
skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Sedangkan validitas
dalam skrining adalah kemampuan dari suatu alat untuk membedakan antara orang yang
sakit dan orang yang tidak sakit. Validitas mempunyai dua komponen yaitu :
1.Sensitivitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang menderita penyakit atau besarnya probabilitas seseorang yang sakit akan
memberikan hasil tes positif pada tes diagnostik tersebut. Sensitivitas merupakan true positive
rate (TPR) dari suatu tes diagnostik.
2. Spesifisitas
Kemampuan yang dimiliki oleh alat ukur untuk menunjukan secara tepat individu-
individu yang tidak menderita sakit. Besarnya probabilitas seseorang yang
tidak sakit atau sehat akan memberikan hasil tes negatif pada tes diagnostik. Sensitivitas me
rupakan true negative rate (TNR) dari suatu tes diagnostik.
Sensitivitas dan spesifisitas merupakan komponen ukuran dalam validitas,
selain itu terdapat pula ukuran-ukuran lain dalam validitas yaitu :
a. True positive, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar- benar menderita
penyakit dengan hasil tes positif pula.
b. False positive, yang menunjukkan pada banyaknya kasus yang sebenarnya tidak
sakit tetapi test menunjukkan hasil yang positif.
c. True negative, menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakit dengan
hasil test yang negatif pula.
d. False negative, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang
sebenarnya menderita penyakit tetapi hasil test negatif.
b. Reliabilitas
Groth-Marnat (2008) mendefinisikan reliabilitas suatu test merujuk pada
derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Ia melihat seberapa skor yang
diperoleh seseorang itu akan menjadi sama jika orang
itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda.
Reliabilitas skrining adalah ukuran konsistensi berdasarkan orang dan
waktu. Menurut Budiarto (2003) reliabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut.
Sulistiani, Karlina dkk. 2012. Pelaksanaan Kegiatan Skrining/Deteksi Aktif Kasus PTM yang
Dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta
: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.