Macam-macam skrining
Ada 3 macam skrining yaitu:
1.
Dilakukan dengan melibatkan penggunaan berbagai alat uji skrining pada saat yang bersamaan.
3.
Dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi individu-individu sehat terhadap suatu penyakit yang
dapat dicegah lebih lanjut.
Tujuan Skrining
Tujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini
hampir selalu diarahkan kepada penyakit tidak menular, seperti kanker, Diabetes Mellitus,
glaukoma, dan lain-lain. Dalam skala tingkatan prevalensi penyakit, deteksi dan pengobatan dini
ini termasuk dalam tingkat prevensu sekunder.
Semua skrining dengan sasaran pengobatan dini ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi orangorang asimtomatik yang berisiko mengidap gangguan serius. Dalam kontek ini, penyakit adalah
setiap karakteristik anatomi (misalnya kanker atau arteriosklerosis), fisiologi (misalnya
kebiasaan merokok) yang berkaitan dengan peningkatan gangguan kesehatan yang serius atau
kematian.
Biaya skrining secara ekonomis harus seimbang dengan resiko biaya untuk perawatan medis
secara keseluruhan.
Harus dimungkinkan untuk diadakan follow up dan kemungkinan untuk pencariaan/penemuan
penderita secara berkesinambungan.
Tes Dalam Skrining
Kualitas suatu uji diagnostik dinilai dengan dua parameter, yaitu sensitivitas dan spesifisitasnya.
Kedua parameter ini memiliki nilai yang konstan yaitu (diharapkan) bernilai sama dimanapun uji
dilakukan. Selain itu ada pula kuantitas yang dinamakan nilai prediksi positif dan nilai prediksi
negatif, kedua nilai ini memiliki nilai yang berbeda jika uji dilakukan di tempat-tempat dengan
prevalensi penyakit yang tidak sama.
Banyak pertimbangan untuk menilai apakah suatu cara uji dapat dipakai secara prosedur pada
suatu uji penapisan. Diantaranya yang paling penting adalah validitas dengan demikian suatu
cara untuk uji dikatakan valid, tergantung seberapa mampu membedakan antara yang
kemungkinan sakit dari yang sehat. Ada banyak ukuran uji validitas yang diperoleh dari tabel 2 x
2 (tabel uji validitas).
Nilai duga negatif (Negative Predictive Value (NPV)) yaitu persentase yang benarbenar tidak
menderita suatu penyakit dari semua hasil uji tapis negatif (dalam tabel 2 x 2 sebagai d/c+d x
100 %).
Prevalensi yaitu presentase antara positif gold standar dari semua yang di uji (dalam tabel 2 x 2
sebagai a+c/a+b+c+d x 100%)
Gold Standar
Uji Penampisan
Positif
Negatif
Total
Positif
a+b
Negatif
c+d
Total
a+c
b+d
a + b +c +d
A.
PENGERTIAN
Screening adalah suatu strtegi yang digunkan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit
pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk
mendeteksi atau mencari pendeerita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak
dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara
singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang
kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk
mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan
beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Screening
dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka
dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.
Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang
sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar
tidak menular dengan harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.
Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya memerlukan
penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.
B.
1.
Yang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga dapat
3.
Biasanya
penderita
datang mencari mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah berada dlm stadium
lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan lagi.
4.
C.
TUJUAN
1.
Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tdk khas terdapat pada orang yang
tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan
tidak menjadi sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari
3.
4.
D.
SASARAN
2.
3.
a.
Hipertensi
b.
Diabetus miletus
c.
Penyakit jantung
d.
Karsinoma serviks
e.
Prostate
f.
glaukoma
4.
Aids
E.
PRINSIP PELAKSANAAN
1.
tinggi menderita penyakit dan bila hasil test negative maka dianggap orang tersebut tidak
menderita penyakit.
2.
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laborat atau
radiologist misalnya :
1.
2.
2.
Tidak mahal
3.
4.
F.
MACAM SCREENING
1.
Penyaringan Multiple
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok kelompok yang terkena paparan yang spesifik.
pada
Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
4.
Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita penderita yang berkonsultasi
kepada praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.
G.
1.
Sifat Penyakit
Serius
2.
Uji Diagnostik
Reliable
Fasilitas adekwat
3.
H.
LOKASI SCREENING
Uji tapis dapat dilakukan di lapangan,rumah sakit umum,rumah sakit khusus,pusat pelayanan
khusus dll :
1.
2.
RSU
: Pap smear
3.
RSK
4.
Yan Khu
: RS jantung, RS kanker
I.
Agar hasil pengukuran dari Penyaringan/Screening itu Valid, maka harus diukur dengan
menggunakan Sensitivitas & Spesifitas;
a.
SENSITIVITAS
Adalah Proporsi dari orang orang yang benar benar sakit yang ada di dalam populasi yang
disaring, yang diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai penderita sakit.
b.
SPESIFISITAS
Adalah proporsi dari orang orang yang benar benar sehat, yang juga diidentifikasi dengan
menggunakan uji penyaringan sebagai individu sehat.
J.
KRITERIA EVALUASI
Screening mengandalkan tes, tidak hanya satu tes, tetapi sederetan tes. Oleh karena itu, kegiatan
screening hanya akan efektif bila tes dan pemeriksaan yang digunakan juga efektif. Dengan
demikian, setiap tes memerlukan validitas dan reliabilitas yang kuat.Validitas tes ditunjukkan
melalui seberapa baik tes secara aktual mengukur apa yang semestinya diukur. Jika ini adalah tes
screening kolesterol, pertanyaannya adalah: dapatkah tes itu memberikan informasi yang cukup
akurat sehingga individu dapat mengetahui tinggi atau rendahnya kadar kolesterolnya sekarang?
Validitas ditentukan oleh sensitivitas dan spesifitas uji.
Reliabilitas didasarkan pada seberapa baik uji dilakukan pada waktu itudalam hal
keterulangannya (repeatibility). Dapatkah uji memberikan hasil yang dapat dipercaya setiap kali
digunakan dan dalam lokasi atau populasi yang berbeda?
Yield (hasil) merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk menyebut tes screening.
Yield adalah angka atau jumlah screening yang dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode
waktujumlah penyakit yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji dapat
dipengaruhi oleh keterbatasan uji dan sifat individu yang diuji. Status penyakit, keparahan,
tingkat dan jumlah pajanan, kesehatan giz, kebugaran fisik, dan faktor lain yang mempengaruhi
dan berdampak pada responden dan temuan tes.
a.
Validitas : merupakan tes awal baik untuk memberikan indikasi individu mana yg benar
sakit dan mana yang tidak sakit. Dua komponen validitas adalah sensitivitas dan spesifitas
b.
Reliabilitas : adalah bila tes yang dilakukan berulang ulang menunjukan hasil yang
konsisten.
c.
tapis.
Yield : merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji
K.
PERTIMBANGAN SCREENING
1.
Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama
2.
Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yg terungkap
Harus tersedia akses kefasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan
Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan awal dan lanjutnya
Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.
6.
Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.
7.
Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase regular dan
perjalanan penyakit dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji .
8.
Kebijakan ,prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus
Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi.
10. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja ,tetapi harus dilakukan dalam proses
yang teratur dan berkelanjutan.
11. alat yg digunakan
12. waktu
13. mendapat pengobatan
14. alat untuk diagnosis
L.
Sebelum melakukan skrining terlebih deahulu harus ditentukan penyakit atau kondisi medis apa
yang akan dicari pada skrining.
Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang cytotechnologist (orang yang
terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan
patologis (dokter yang ahli dalam bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk
diagnosis akhir.
Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel ke laboratorium.
Dokter akan mengambil sel dengan cara yang sama, namun dokter akan mencuci alat dengan
cairan khusus, yang dapat menyimpan sel untuk pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke
laboratorium, teknisi menyiapkan slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah
diinterpretasikan dibanding slide yang disiapkan dengan metode tradisional.Umumnya dokter
akan melakukan Pap smear selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa
genital eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain dan rektum). Walaupun pemeriksaan
panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker
serviks atau prakanker sejak dini.
Faktor genetik
Usia di atas 50 tahun
Pernah menderita kanker payudara
Riwayat keluarga dengan kanker payudara
Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
Haid pertama sebelum usia 12 tahun
Menopause setelah usia 55 tahun
Kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil
Pemakaian terapi hormon
Obesitas pasca menopause
Merokok dan konsumsi alkohol
Paparan bahan kimia
Riwayat radiasi / penyinaran