Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Skrining

1. US Comission on Chronic Illnes (1951) telah mendefinisikan skrining sebagai suatu


upaya dalam menduga ciri-ciri suatu penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan
cara menguji, memeriksa atau prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat.
2. Definisi lain tentang skrining (screening) untuk pengendalian penyakit adalah
pemeriksaan orang-orang asimptomatik untuk mengklasifikasikan mereka ke dalam
kategori yang diperkirakan mengindap atau diperkirakan tidak mengindap penyakit (as
likely or unlikely to have the disease) yang menjadi obyek skrining.
3. Skrining bukan alat untuk mendiagnosis, subjek yang ditemukan positif atau
kemungkinan mengidap suatu penyakit tertentu dalam skrining masih perlu dirujuk
kembali untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa. Biasanya
kegiatan skrining bukan berasal dari kemauan penderita tetapi berasal dari petugas
kesehatan atau pihak lain yang ingin mengetahui besarnya kejadian penyakit tertentu.

Macam-macam skrining
Ada 3 macam skrining yaitu:
1.

Mass Screening (Skrining Masal)

Dilakukan pada seluruh populasi.


2.

Multiple Screening (Skrining Ganda)

Dilakukan dengan melibatkan penggunaan berbagai alat uji skrining pada saat yang bersamaan.
3.

Prescriptive Screening (Skrining Preskriptif)

Dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi individu-individu sehat terhadap suatu penyakit yang
dapat dicegah lebih lanjut.

Tujuan Skrining
Tujuan skrining adalah untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini
hampir selalu diarahkan kepada penyakit tidak menular, seperti kanker, Diabetes Mellitus,
glaukoma, dan lain-lain. Dalam skala tingkatan prevalensi penyakit, deteksi dan pengobatan dini
ini termasuk dalam tingkat prevensu sekunder.
Semua skrining dengan sasaran pengobatan dini ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi orangorang asimtomatik yang berisiko mengidap gangguan serius. Dalam kontek ini, penyakit adalah
setiap karakteristik anatomi (misalnya kanker atau arteriosklerosis), fisiologi (misalnya
kebiasaan merokok) yang berkaitan dengan peningkatan gangguan kesehatan yang serius atau
kematian.

Kriteria Program Skrining.


Menurut Mausner dan Bahn (1997), ada 10 kriteria yang harus dipenuhi dalam program skrining
yaitu:
Penyakit atau keadaan yang dicari haruslah merupakan masalah kesehatan yang penting.
Tersedia obat yang potensial dan disepakati untuk pengobatan penderita yang ditemukan.
Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti dan pengobatan.
Penyakit atau keadaan yang dideteksi harus mempunyai masa laten atau asimtomatik dini.
Tersedia alat uji skrining yang sesuai.
Uji skrining yang tersedia harus dapat diterima oleh populasi sasaran.
Perjalanan alamiah penyakit atau keadaan yang akan dideteksi harus benar-benar diketahui.
Harus ada kebijakan yang sudah disepakati dari mereka yang diobati sebagai penderita.

Biaya skrining secara ekonomis harus seimbang dengan resiko biaya untuk perawatan medis
secara keseluruhan.
Harus dimungkinkan untuk diadakan follow up dan kemungkinan untuk pencariaan/penemuan
penderita secara berkesinambungan.
Tes Dalam Skrining
Kualitas suatu uji diagnostik dinilai dengan dua parameter, yaitu sensitivitas dan spesifisitasnya.
Kedua parameter ini memiliki nilai yang konstan yaitu (diharapkan) bernilai sama dimanapun uji
dilakukan. Selain itu ada pula kuantitas yang dinamakan nilai prediksi positif dan nilai prediksi
negatif, kedua nilai ini memiliki nilai yang berbeda jika uji dilakukan di tempat-tempat dengan
prevalensi penyakit yang tidak sama.
Banyak pertimbangan untuk menilai apakah suatu cara uji dapat dipakai secara prosedur pada
suatu uji penapisan. Diantaranya yang paling penting adalah validitas dengan demikian suatu
cara untuk uji dikatakan valid, tergantung seberapa mampu membedakan antara yang
kemungkinan sakit dari yang sehat. Ada banyak ukuran uji validitas yang diperoleh dari tabel 2 x
2 (tabel uji validitas).

Tabel Uji validitas

Ukuran ukuran tersebut adalah:


Sensitivitas yaitu persentase hasil positif apabila suatu cara uji dilakukan terhadap penderita yang
berpenyakit (dalam tabel 2 x 2 sebagai a/a+c x 100 %).
Spesifisitas yaitu persentase hasil negatif, apabila cara uji tersebut dilakukan terhadap orang
yang tidak sakit (dalam tabel 2 x 2 sebagai d/b+d x 100 %).
Nilai duga positif (Positif Predictive Value (PPV)) yaitu persentase yang benarbenar menderita
suatu penyakit dari semua hasil uji tapis positif (dalam tabel 2 x 2 sebagai a/a+b x 100 %).

Nilai duga negatif (Negative Predictive Value (NPV)) yaitu persentase yang benarbenar tidak
menderita suatu penyakit dari semua hasil uji tapis negatif (dalam tabel 2 x 2 sebagai d/c+d x
100 %).
Prevalensi yaitu presentase antara positif gold standar dari semua yang di uji (dalam tabel 2 x 2
sebagai a+c/a+b+c+d x 100%)
Gold Standar
Uji Penampisan

Positif

Negatif

Total

Positif

a+b

Negatif

c+d

Total

a+c

b+d

a + b +c +d

Rasio Likelihood positif yaitu sensitivitas dibanding 1 spesifisitas.


Rasio Likelihood negatif yaitu 1 sensitivitas dibanding spesifisitas.

KONSEP DASAR SCREENING

A.

PENGERTIAN

Screening adalah suatu strtegi yang digunkan dalam suatu populasi untuk mendeteksi penyakit
pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk
mendeteksi atau mencari pendeerita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak
dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara
singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang
kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.

Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk
mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan
beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Screening
dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka
dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.

Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang
sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar
tidak menular dengan harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.

Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya memerlukan
penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.

B.

DASAR PEMIKIRAN ADANYA SKRINING

1.

Yang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga dapat

diumpamakan sebagai puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih tersamar.


2.

Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan.

3.

Biasanya

penderita

datang mencari mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah berada dlm stadium
lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan lagi.
4.

Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.

C.

TUJUAN

1.

Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tdk khas terdapat pada orang yang

tampak sehat,tapi mungkin menderita penyakit ( population risk)


2.

Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara

tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan
tidak menjadi sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari
3.

Mendapatkan penderita sedini mungkin untuk segera memperolleh pengobatan.

4.

Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin

D.

SASARAN

Sasaran utama Uji tapis ataU Skrining adalah :


Penderita penyakit KRONIS
1.

Infeksi bakteri ( Lepra,TBC, dll)

2.

Infeksi Virus ( hepatitis )

3.

Penyakit non infeksi :

a.

Hipertensi

b.

Diabetus miletus

c.

Penyakit jantung

d.

Karsinoma serviks

e.

Prostate

f.

glaukoma

4.

Aids

E.

PRINSIP PELAKSANAAN

Proses Uji tapis terdiri dari dua tahap :

1.

Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko

tinggi menderita penyakit dan bila hasil test negative maka dianggap orang tersebut tidak
menderita penyakit.
2.

Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laborat atau
radiologist misalnya :
1.

Pemeriksan gula darah

2.

Pemeriksaan radiology untuk uji tapis TBC

Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :


1.

Dengan cepat dapat memilah sasaran utk periksan lebih lanjut

2.

Tidak mahal

3.

Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan

4.

Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa

F.

MACAM SCREENING

1.

Penyaringan Massal (Mass Screening)

Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.


Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita
2.

Penyaringan Multiple

Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan


saat yang sama.
Contoh: skrining pada penyakit aids
3.

Penyaringan yg. Ditargetkan

Penyaringan yg dilakukan pada kelompok kelompok yang terkena paparan yang spesifik.

pada

Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
4.

Penyaringan Oportunistik

Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita penderita yang berkonsultasi
kepada praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.

G.

KRITERIA UNTUK MELAKSANAKAN SCREENING

1.

Sifat Penyakit

Serius

Prevalensi tinggi pada tahap praklinik

Periode yg panjang diantara tanda tanda pertama sampai timbulnya penyakit

2.

Uji Diagnostik

Sensitif dan Spesifik

Sederhana dan Murah

Aman dan Dapat Diterima

Reliable

Fasilitas adekwat

3.

Diagnosis dan Pengobatan

Efektif dan dapat diterima

Pengobatan g aman telah tersedia.

H.

LOKASI SCREENING

Uji tapis dapat dilakukan di lapangan,rumah sakit umum,rumah sakit khusus,pusat pelayanan
khusus dll :

1.

Lapangan : Uji skrining TBC

2.

RSU

: Pap smear

3.

RSK

: Uji tapis glaikoma di RS mata

4.

Yan Khu

: RS jantung, RS kanker

I.

VALIDITAS TES UJI SKRINING

Agar hasil pengukuran dari Penyaringan/Screening itu Valid, maka harus diukur dengan
menggunakan Sensitivitas & Spesifitas;

a.

SENSITIVITAS

Adalah Proporsi dari orang orang yang benar benar sakit yang ada di dalam populasi yang
disaring, yang diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai penderita sakit.

b.

SPESIFISITAS

Adalah proporsi dari orang orang yang benar benar sehat, yang juga diidentifikasi dengan
menggunakan uji penyaringan sebagai individu sehat.

J.

KRITERIA EVALUASI

Screening mengandalkan tes, tidak hanya satu tes, tetapi sederetan tes. Oleh karena itu, kegiatan
screening hanya akan efektif bila tes dan pemeriksaan yang digunakan juga efektif. Dengan
demikian, setiap tes memerlukan validitas dan reliabilitas yang kuat.Validitas tes ditunjukkan
melalui seberapa baik tes secara aktual mengukur apa yang semestinya diukur. Jika ini adalah tes
screening kolesterol, pertanyaannya adalah: dapatkah tes itu memberikan informasi yang cukup
akurat sehingga individu dapat mengetahui tinggi atau rendahnya kadar kolesterolnya sekarang?
Validitas ditentukan oleh sensitivitas dan spesifitas uji.

Reliabilitas didasarkan pada seberapa baik uji dilakukan pada waktu itudalam hal
keterulangannya (repeatibility). Dapatkah uji memberikan hasil yang dapat dipercaya setiap kali
digunakan dan dalam lokasi atau populasi yang berbeda?

Yield (hasil) merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk menyebut tes screening.
Yield adalah angka atau jumlah screening yang dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode
waktujumlah penyakit yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji dapat
dipengaruhi oleh keterbatasan uji dan sifat individu yang diuji. Status penyakit, keparahan,
tingkat dan jumlah pajanan, kesehatan giz, kebugaran fisik, dan faktor lain yang mempengaruhi
dan berdampak pada responden dan temuan tes.

a.

Validitas : merupakan tes awal baik untuk memberikan indikasi individu mana yg benar

sakit dan mana yang tidak sakit. Dua komponen validitas adalah sensitivitas dan spesifitas
b.

Reliabilitas : adalah bila tes yang dilakukan berulang ulang menunjukan hasil yang

konsisten.
c.
tapis.

Yield : merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji

K.

PERTIMBANGAN SCREENING

1.

Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama

2.

Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yg terungkap

saat proses skrining dilakukan (obat yang potensial).


3.

Harus tersedia akses kefasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan

pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.


4.

Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan awal dan lanjutnya

yang dapat diidentifikasi.


5.

Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.

6.

Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.

7.

Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase regular dan

perjalanan penyakit dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji .
8.

Kebijakan ,prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus

dirujuk untuk pemeriksaan .diagnosis dan tindakan lebih lanjut.


9.

Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi.

10. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja ,tetapi harus dilakukan dalam proses
yang teratur dan berkelanjutan.
11. alat yg digunakan
12. waktu
13. mendapat pengobatan
14. alat untuk diagnosis

L.

CARA TES SCREENING

Sebelum melakukan skrining terlebih deahulu harus ditentukan penyakit atau kondisi medis apa
yang akan dicari pada skrining.

Contoh uji Skrining:


Pap smear yaitu tes screening kanker serviks
Pap smear dilakukan di ruang dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda berbaring di atas
meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups. Secara
perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu dokter akan
mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk
pemeriksaan mikroskopis.

Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang cytotechnologist (orang yang
terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan
patologis (dokter yang ahli dalam bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk
diagnosis akhir.

Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel ke laboratorium.
Dokter akan mengambil sel dengan cara yang sama, namun dokter akan mencuci alat dengan
cairan khusus, yang dapat menyimpan sel untuk pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke
laboratorium, teknisi menyiapkan slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah
diinterpretasikan dibanding slide yang disiapkan dengan metode tradisional.Umumnya dokter
akan melakukan Pap smear selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa
genital eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain dan rektum). Walaupun pemeriksaan
panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker
serviks atau prakanker sejak dini.

Skrining dan deteksi dini


1. Pengertian
Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi
penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau
prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan.
Test skrining dapat dilakukan dengan :
Pertanyaan (anamnesa)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
2. Tujuan skrining dan deteksi dini
Skrining bertujuan untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini hampir
selalu diarahkan kepada penyakit yang tidak menular seperti kanker, diabetes mellitus, glaucoma,
dan lain-lain.
3. Persyaratan skrining
Menurut Wilson and Jungner (1986) persyaratan skrining antara lain :
Masalah kesehatan atau penyakit yang diskrining harus merupakan masalah kesehatan yang
penting.
Harus tersedia pengobatan bagi pasien yang terdiagnosa setelah proses skrining.
Tersedia fasilitas diagnosa dan pengobatan.

Contoh program skrining :


Phenylketonuria (PKU) adalah skrining kelainan bawaan metabolisme phenylalanin yg
diakibatkan kerusakan aktifitas enzim phenylalanin-hidroxylase. Penyakit ini muncul pd usia 3-6
bln dan ditandai oleh keterlambatan perkembangan bayi
Test gangguan pendengaran pada bayi harus dilakukan sebelum bayi berusia 8 bulan.
Test Papanicolaou-smear (PAP SMEAR) untuk skrining kanker serviks,
Skrining donor darah untuk mendeteksi HIV.
Mammography dan pemeriksaan fisik untuk skrining kanker payudara pada wanita diatas 50
tahun.
Pemeriksaan alpha-fetoprotein untuk skrining kerusakan (defek) syaraf.
Sepuluh juta orang di dunia terdiagnosis mengidap kanker setiap tahunnya. Diperkirakan angka
ini akan meningkat menjadi 15 juta orang di tahun 2020. Di Indonesia, kanker menduduki
peringkat ke lima penyebab kematian terbanyak.
Ada 4 kanker utama pada perempuan yang perlu di ketahui, antara lain:
Kanker Payudara
Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim)
Kanker Ovarium (Kanker Indung Telur)
Kanker Endometrium (Kanker Badan Rahim)
1. Kanker Payudara
Adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker ini menyebabkan
kematian enam juta penderitanya setiap tahun, atau mencapai 12% dari seluruh kasus kanker
payudara di dunia.
Faktor Resiko

Faktor genetik
Usia di atas 50 tahun
Pernah menderita kanker payudara
Riwayat keluarga dengan kanker payudara
Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
Haid pertama sebelum usia 12 tahun
Menopause setelah usia 55 tahun
Kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil
Pemakaian terapi hormon
Obesitas pasca menopause
Merokok dan konsumsi alkohol
Paparan bahan kimia
Riwayat radiasi / penyinaran

Anda mungkin juga menyukai