Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian
Menurut Depkes RI (2002) KEK adalah keadaan dimana ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun/kronis dan
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Ambang batas
LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5cm.
Ibu hamil KEK adalah ibu yang ukuran LILA (Lingkar Lengan Atas)
nya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa kriteria sebagai
berikut.
1. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg.
2. Tinggi badan ibu < 145 cm.
3. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg.
4. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00.
5. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (Weni, 2010).
B. Etiologi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK antara lain :
1. Faktor Sosial Ekonomi, terdiri dari:
a) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang
dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan
sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat
ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti
semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin
tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan
tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan
lainnya
b) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu
unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena
dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan /
informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
c) Faktor Pola Konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya
mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi
sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak

mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat


penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
d) Faktor Perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada
umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala
keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori
paling sedikit 3000 kalori / hari. Jika ibu tidak punya kebiasaan
buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang
kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).
2. Faktor Biologis, diantaranya terdiri dari :
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi
makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama
kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling
baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga
diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik.
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang
dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat
mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka
anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi
anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran
dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu.
Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya
sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan
keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung
kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi
berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004).

c) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh
seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan
satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas,
tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
2) Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua
atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas.
3) Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami
lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas viabilitas.
d) Berat Badan Selama Hamil
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan
rata-rata untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan
jumlah zat makanan yang harus diberikan agar kehamilannya
berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan
selama hamil sekitar 12-14 kg.
Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan
akibat akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk,
2004 ).
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12 kg,
dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II
sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat
badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari ibu hamil risiko tinggi KEK antara lain :
1. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23,5 cm.
2. Kurang cekatan dalam bekerja.
3. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.
4. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika
lahir secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya
rendah atau kurang dari 2.500 gram.
D. Patofisiologi

Kurang energi pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh akan
energi tidak tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi yang lebih
besar dari kebutuhan energi individu normal. Hal ini dikarenakan pada saat
hamil ibu, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan energi untuk dirinya
sendiri, tetapi juga untuk janin yang dikandungnya. Oleh sebab itu jika
pemenuhan kebutuhan energi pada ibu hamil kurang dari normal, maka hal
itu tidak hanya akan membahayakan ibu, tetapi juga janin yang ada di
dalam kandungan ibu.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein maupun
lemak merupakan hal yang sangat penting dalam usaha untuk
mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam
sudah dapat terjadi kekurangan. Sehingga jika keadaan ini berlanjut terus
menerus, maka tubuh akan menggunakan cadangan lemak dan protein
amino yang digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini
terus berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi terutama
energi yang akan berakibat buruk pada ibu hamil.
Pathway (Pohon Masalah)
Kehamilan

Pertumbuhan &
perkembangan
janin

Pertambahan besar
organ kandungan

Perubahan
hormon

Kebutuhan Energi dan Zat Makanan

Metabolisme
energi

Pendapatan Pendidikan Pola Kosumsi Perilaku Usia Bumil


Keluarga

Jarak

Paritas

Kehamilan

Rendah

Kurang

Rendah Fe

Merokok < 20 thn

< 2 thn

> 2 kali

Berat ibu selama hamil

Pertambahan < 10 kg

BUMIL KEK

Pada Ibu

Pada Persalinan

Anemia Perdarahan

Prematur

Risiko

Persalinan

infeksi

sulit/lama

BB turun

Kematian Ibu

Pada Bayi

Abortus
BBLR

Persalinan

Cacad bawaan

dgn operasi

Asfiksia intrapartus
Kematian Bayi

E. Pengukuran Status Gizi


Dapat dilakukan melalui empat cara yaitu secara klinis, biokimia,
biofisik, dan antropometri.
1. Penilaian secara klinis
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah
pertama dalam mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil
penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nampak
nyata.

2. Penilaian secara biokimia


Penilaian status gizi secara biokimia di lapangan banyak menghadapi
masalah. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering
digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari
anemia gizi.
3. Penilaian secara biofisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang
gizi. Dilakukan oleh dokter atau petugas kesehatan atau yang
berpengalaman dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan
otot dan bagian tubuh lainnya.
4. Penilaian secara antropometri.
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil digunakan pengukuran secara
langsung dengan menggunakan penilaian antropometri yaitu : Lingkar
Lengan Atas. Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk
mengetahui risiko KEK wanita usia subur (Supariasa, 2002 : 48).
Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45
tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan
usia subur (PUS).
Ambang batas lingkar Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko
KEK adalah 23,5 cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur.
Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti
wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan
keadaan tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan:
a) Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku
lengan kiri.
b) Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan
dalam keadaan tidak tegang atau kencang.
c) Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau
sudah dilipat-lipat, sehingga permukaannya sudah tidak rata.
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk kasus Kekurangan energy kronis atau
KEK pada ibu hamil adalah :
1. Istirahat
2. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang
ada. Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti

sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan


tambahan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan dengan
penerapan porsi kecil tapi sering. Penambahan 200 450 Kalori dan
12 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan gizi janin.
3. Konsumsi tablet Fe selama hamil. Kebutuhan bumil terhadap energi,
vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis
ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses
hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah
dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan
normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan
tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen
energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan
yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein
hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuhtumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya anemia besi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk kasus Kekurangan Energi Kronik atau
KEK pada ibu hamil antara lain :
1. Laboratorium (darah lengkap, kadar Fe, eritrosit, Hb, pemeriksaan
feses, pemeriksaan urine)
2. Pemeriksaan Radiologi : USG
3. Pemeriksaan Rontgent

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SECARA TEORITIS


1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan


informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Dalam
menentukan masalah pasien dalam tahap ini mengharuskan perawat
menentukan secepat mungkin pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang
dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan di masa yang akan datang. Dalam
tahap pengkajian terdiri dari beberapa tahap meliputi:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi
atau data dari berbagai pihak keluarga, petugas kesehatan, dan hasil
rekawan medis. Data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat data
subjektif, data objektif, data demografi, riwayat tumbuh kembang, riwayat
penyakit keluarga, aktifitas sehari-hari, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium. Sumber data yang didapatkan melalui anamnesa, observasi,
dan pemeriksaan fisik.
b. Analisis data
Pada analisis data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan
masalah kesehatan keluarga yang diangkat dari lima tugas keluarga, yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masayarakat.
(Salvitri, 2013)
2.

Perumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, komponen diagnose keperawatan meliputi:
a. Problem atau masalah,
b. Etiologi atau penyebab,
c. Symptom atau sign (gejala atau tanda) yang dikenal dengan PES.
Tipologi diagnose keperawatan meliputi:
a. Diagnosa actual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnose resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat
terjadi cepat apabila tidak segera mendapat bantuan dari perawat.

c. Diagnose potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika


keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya
dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang mungkin dapat
ditingkatkan.
Diagnosa keperawatan keluarga yang dapat muncul berkaitan dengan
kasus diare berdasarkan NANDA 1995 adalah sebagai berikut:
a. Diagnose keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
2) Resiko terhadap cidera.
3) Resiko terhadap infeksi.
b. Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan:
1) Perubahan pemeliharaan kesehatan
2) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapiutik atau pengobatan
keluarga
5) Resiko terhadap penularan penyakit
Prioritas diagnosa keperawatan
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon
dan Malagya, 1978:
No

Kriteria

Skor

Bobot

Sifat Masalah
Skala :
Tidak/ kurang
1

sehat
Ancaman
kesehatan

3
2

Keadaan sejahtera
2

Kemungkinan

masalah untuk
diubah
Skala : Mudah
Sebagian

2
1

Perhitungan

Pembenaran

Tidak dapat

Potensial masalah
untuk dicegah
3.

Skala : Tinggi

Cukup

Rendah

Menonjolnya
masalah
Skala:

Masalah berat,
harus segera
4.

diatasi

Ada masalah
tetapi tidak perlu
ditangani

Masalah tidak
dirasakan
Total

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:


1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat
2) Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan
bobot

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5) (Salvitri, 2013)
3.

Perencanaan Keperawatan Keluarga

Rencana keperawatan keluaraga adalah sekumpulan tindakan yang


ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan
dan keperawatan yang sering muncul.
Prinsip dalam menetapkan rencana keperawatan keluarga adalah:
1) Rencana tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan
2)
3)
4)
5)

masalah
Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga
Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan
Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan
Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus menerus oleh
keluarga. (Salvitri, 2013)

4.

Pelaksanaan Keperawatan Keluarga


Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan
keperawatan yang telah disusun. (Salvitri, 2013)

5.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun
rencana keperawatan yang baru. (Salvitri, 2013)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman . 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta :
Buku KedokteranEGC
Baliwati, Y. F. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Swadaya
Departemen Kesehatan RI.2002. Pedoman Umum Gizi. Seimbang.
Jakarta
BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa
Kristyanasari, Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jakarta : Nuha Medika.
Pratiwi

Sendy. 2012. Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil


http://sendyfemale.blogspot.com/2012/06/bab-i-pendahuluan1_26.html. Diakses pada tanggal 3 September 2015 pukul 17.00 WITA

Salvitri Gusti. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluara. Jakarta : CV Trans
Info Media

Anda mungkin juga menyukai