Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TUTORIAL

KEPERAWATAN MATERNITAS
KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Dosen Pembimbing :
Ns. Yulia Irvani Dewi. M.Kep., Sp.Mat

Disusun oleh:
Kelompok 5 A 2022 2

1. Mutiara Kamila Rahmi (2211124605) 7. Jeli (2211124617)

2.Hafizhah nur imtiyaz (2211124606) 8. Octavia Ramadhani (2211124621)

3. Annisa Maharani Paradisa (2211124610) 9. Firman As Shidiqie (2211124622)

4. Tanta Adhwu Eman Lano (2211124612) 10. Fildefandra (2211135435)

5. Gusvany Arifah (2211124613) 11. Angel Ibrena Kuhita (2211135438)

6. Nursyahfajria Rizky Fahira (2211124615) 12. Rachela diada yulova putri (2211135445)
Dosen Pembimbing:
Dr. Widia Lestari

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Makalah ini tepat pada waktunya.
Rasa syukur yang terus kami ucapkan kepadda Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan karunia-Nya sehingga sampai saat ini dalam keadaan sehat,semoga kami
dapat memberikan informasi yang cukup dengan makalah yang berjudul “Konsep
Kesehatan Repoduksi Pada Remaja”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini niatnya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kami juga mengucapkan kata terima kasih sebanyak banyaknya kepada semua
pihak terkhusus guru pembimbing kami yang telah membimbing kami dalam
proses pembuatan makalah ini, demikianlah makalah ini kami buat, semoga
bermanfaat, Terima kasih.

Pekanbaru,16 September 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------------------------i
DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------1
1.1Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------------------1
1.2Rumusan Masalah-------------------------------------------------------------------------------2
1.3Tujuan Pembelajaran----------------------------------------------------------------------------2
1.4Manfaat Penulisan-------------------------------------------------------------------------------3
BAB II PEMBAHASAN-------------------------------------------------------------------------------9
2.1Kasus ---------------------------------------------------------------------------------------------9
2.2Bagaimana Kesehatan Pada Remaja ---------------------------------------------------------9
2.3Kehamilan Pada Remaja-----------------------------------------------------------------------13
2.4Menjadi Orang Tua Pada Remaja-------------------------------------------------------------14
BAB III PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------------18
A.Kesimpulan---------------------------------------------------------------------------------------18
B.Saran-----------------------------------------------------------------------------------------------18
DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------------------19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan periode penting dalam perkembangan manusia, di mana terjadi
perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan Salah satu masalah yang sering terjadi
pada remaja adalah perilaku seksual berisiko, yang dapat menyebabkan kehamilan pada
usia yang tidak tepat Kehamilan pada remaja memiliki dampak yang signifikan, baik bagi
remaja itu sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Remaja yang hamil sering mengalami
masalah kesehatan fisik dan mental, serta kesulitan dalam melanjutkan pendidikan dan
mencari pekerjaan.Selain itu, kehamilan pada remaja juga dapat meningkatkan risiko
kematian ibu dan bayi Menjadi orang tua pada usia remaja juga memiliki tantangan
tersendiri. Remaja yang menjadi orang tua sering mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan fisik, emosional, dan finansial anak mereka.Selain itu, mereka juga mungkin
mengalami tekanan sosial dan stigma negatif dari masyarakat Untuk mengatasi masalah
kehamilan pada remaja dan menjadi orang tua pada remaja, diperlukan pendekatan yang
komprehensif dan terintegrasi antara pelayanan kesehatan, pendidikan, dan dukungan
social Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif, akses terhadap kontrasepsi,
dan dukungan sosial yang memadai dapat membantu remaja dalam mengambil keputusan
yang tepat terkait dengan kesehatan reproduksi mereka

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas kelompok 5 tertarik merumuskan
masalah Konsep Hospitalisasi Pada Anak ?
1. Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Kehamilan Pada Remaja
3. Menjadi Orang Tua Pada Remaja
1.3 TUJUAN
1) Tujuan umum
Mahasiswa/i mengetahui dan memahami tentang Konsep Hospitalisasi
Pada Anak.

1
2) Tujuan Khusus
1. Mengetahui Mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Mengetahui Pada Remaja
3. Mengetahui Menjadi Orang Tua Pada Remaja

1.4 MANFAAT
1. Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan tentang
Konsep Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
2. Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan untuk
menunjang proses pembelajaran

KASUS
Seorang remaja perempuan berusia 16 tahun datang ke klinik kesehatan reproduksi dengan
keluhan terlambat datang bulan selama 2 bulan. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan
hasil positif bahwa ia sedang hamil. Remaja tersebut merasa sangat cemas dan tidak tahu
harus berbuat apa. Ia belum memberitahu keluarganya dan merasa tidak siap untuk menjadi
orang tua.

2
Penjelasan :

Kasus diatas terkait dengan topik kesehatan reproduksi remaja, kehamilan pada remaja, dan
menjadi orang tua pada remaja. Kehamilan pada remaja dapat menimbulkan berbagai
masalah, seperti risiko kesehatan yang lebih tinggi bagi ibu dan bayi, serta masalah sosial
dan psikologis bagi remaja itu sendiri. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

1. Berikan dukungan emosional kepada remaja tersebut. Dengarkan keluhannya dan berikan
dukungan moral agar ia merasa lebih tenang dan tidak sendirian dalam menghadapi situasi
ini.

2. Berikan informasi tentang opsi yang tersedia untuk remaja tersebut, seperti aborsi,
adopsi, atau mempertahankan kehamilan. Jelaskan risiko dan manfaat dari masing-masing
opsi tersebut, serta hak-hak dan kewajiban remaja dalam memilih opsi tersebut.

3. Berikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan kehamilan, termasuk perawatan


prenatal, nutrisi, dan tanda-tanda bahaya selama kehamilan.

4. Jelaskan bahwa kehamilan pada remaja dapat menimbulkan risiko kesehatan yang lebih
tinggi, dan penting untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

5. Berikan informasi tentang dukungan sosial dan psikologis yang tersedia, seperti konseling
atau dukungan kelompok. Jelaskan bahwa remaja tersebut tidak sendirian dalam
menghadapi situasi ini, dan ada banyak orang yang siap membantu.

6. Berikan informasi tentang kontrasepsi dan cara mencegah kehamilan pada masa depan.
Jelaskan bahwa remaja tersebut masih memiliki masa depan yang panjang, dan penting
untuk mempertimbangkan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan produksi merupakan keadaan sejahtera baik fisik dan


mental. Kesehatan reproduksi adalah sekumpulan metode, teknik dan
pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi
melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi yang
menyangkut kegiatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan,
bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi
dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks (Indah Dian Pertama,
2017). Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi diusahakan dilakukan
semenjak remaj. Sebab seseorang akan bisa mengenali kelainan pada
kesehatan reproduksinya sedini mungkin, terutama perihal menstruasi dan
perubahan pada tubuhnya (Kinanti, 2009)

Masa remaja merupakan proses dari anak anak menjadi dewasa


yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosi dan
sosial (Aini, 2009). Saat anak memasuki masa remaja akan mengalami
perubahan yang dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu biologis,sosial dan
kognitif (Marmi, 2013). Salah satu contoh perubahan biologis yaitu pada
remaja terjadinya masa pubertas pada laki laki ditandai dengan mimpi
basah dan pada perempuan ditandai dengan menstruasi. WHO
menunjukkan kurangnya penetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
(WHO, 2012)

Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan


seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:

1. Masa remaja awal (early adolescene) : umur 11-13 tahun. Dengan ciri khas
:ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan
lebih banyak memperhatikan tubuhnya.
2. Masa remaja pertengahan (middle adolescene) : umur 14-16 tahun. Dengan
ciri khas: mencari identitas diri, timbul keiinginan untuk berkencan,
berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

4
3. Masa remaja lanjut (late adolescene) : umur 17-20 tahun. Dengan ciri khas:
mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,
pengungkapan kebebasan diri.

Perubahan fisik dalam masa remaja

merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi, karena pada masa
ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk mencapai
kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu
melaksanakan fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi yaitu :

1. Munculnya tanda-tanda seks primer; terjdi haid yang pertama (menarche)


pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
2. Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a. Pada remaja laki-laki; tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar
bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah
besar, dada lebih besar, badan berotot, tumbuh kumis diatas bibir,
cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
b. Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan
vagina, but di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar

secara umum kebutuhan riil menyangkut hak dasar remaja akan


informasi terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi itu, antara lain
sebagai berikut :

1. Penyediaan layanan yang ramah dan mudah diakses bagi remaja, tanpa
memandang usia, jenis kelamin, status pernikahan, dan situasi keuangan
mereka.
2. Adanya dukungan terpenuhinya hak setiap remaja untuk menikmati seks
dan ekspresi seksualitas mereka dalam cara-cara yang mereka pilih sendiri.
3. Penyediaan informasi dan pemberian hak mendapatkan pendidikan
mengenai reproduksi dan seksualitas. Informasi dan pendidikan yang
diberikan ini harus mendorong terjadinya independensi dan keyakinan diri
remaja, dan memberikan pengetahuan agar mereka bisa membuat
keputusan sendiri terkait reproduksi dan seksual mereka.

5
4. Adanya jaminan kerahasiaan dalam relasi sosial dan seluruh aspek dari
seksualitas mereka.
5. Penyediaan informasi yang bisa diakses sesuai dengan perkembangan
remaja.
6. Setiap remaja yang aktif secara seksual atau tidak; dan yang memiliki
keragaman orientasi seksual bisa mendapatkan informasi agar mereka
merasa nyaman dengan tubuh dan seksualitas mereka sendiri.
7. Setiap remaja mendapatkan persiapan untuk memiliki ketrampilan
melakukan negosiasi dalam relasi sosialnya, termasuk dalam masa pacaran
dan dalam melakukan tindakan seks yang lebih aman (bagi yang seksual
aktif).

HAK-HAK REMAJA TERKAIT DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI

Selain kebutuhan-kebutuhan tersebut, remaja juga memiliki hak-hak


mendasar terkait kesehatan reproduksinya. Hak-hak itu juga harus
terpenuhi sebagai kebutuhan dasar mereka. Hak-hak itu adalah :

1. Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali remaja,
untuk terbebas dari resiko kematian karena kehamilan, khususnya bagi
remaja perempuan.
2. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal ini
adalahn perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan kesinambungan
3. Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi bagi
remaja dan setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan-pilihan
mereka.
4. Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraan perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi dan
pendidikan kesehatan reproduksi yang memadai tersebut.
5. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat,
terbebas dari penafsiran ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos-
mitos, dan filosofi yang dapat membatasi kebebasan berpikir tentang
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual.
6. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk
mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah kesehatan
reproduksi menjadi prioritas kebijakan negara.

6
7. Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi
anak-anak dan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi,
pelecehan, perkosaan, penyiksaan, dan kekerasan seksual.
8. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak
mendapatkan pelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan dapat
diterima.
9. Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
10. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini berarti
setiap individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk
diskriminasi termasuk kehidupan keluarga, reproduksi, dan seksual.
11. Hak untuk memilih bentuk keluarga. Artinya, mereka berhak
merencanakan, membangun, dan memilih bentuk keluarga (hak untuk
menikah atau tidak menikah).
12. Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur kehidupan
seksual dan reproduksinya, sehingga tidak seorang pun dapat memaksanya
untuk hamil, aborsi, ber-KB dan sterilisasi.

MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan


berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan
seksualitas terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak
reformasi bergulir hal ini telah diupayakan oleh sejumlah pihak seperti
organisasi-organisasi non pemerintah (NGO), dan juga pemerintah sendiri
(khususnya Departemen Pendidikan Nasional), untuk memasukkan
seksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi Remaja’; namun
hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem riil yang dihadapi
remaja. Faktanya, masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi
masih banyak dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :

1. Perkosaan.
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya
tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja
perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk
dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
2. Free sex.

7
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti.
Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain
dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus
HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang
tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja
perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam
mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan
penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini
akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait
kesehatan reproduksi ini.
3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-
mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan
seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa
berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan.
Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan
kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.
4. Aborsi.

2.2 Kehamilan Pada Remaja

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan pada ibu


maupun lingkungannya. Kehamilan juga diartikan saat-saat kritis, saat terjadinya
gangguan dan perubahan identitas serta peran bagi setiap anggota keluarga.
Kehamilan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang wanita dan
keluarga pada umumnya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh sistem genetalia
wanita mengalami perubahan yang mendasar untuk mendukung perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim selama proses kehamilan berlangsung (Hutahaen,
2009).

Remaja berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh ke arah kematangan.
Kematangan yang dimkasud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga
kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai
oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19
tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa
dewasa (Widyastuti, 2011).

8
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi
reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan,
baik fisik, mental, maupun peran sosial (Surjadi, 2002 dalam Kumalasari, 2012).

Masa remaja merupakan masa topan-badai dan stres (strom and stress). Hal tersebut
disebabkan pada masa tersebut seorang individu sedang mengalami masa pergolakan
yang diwarnai dengan konflik dan suasana hati. Pada masa tersebut pula seorang
remaja telah memliki keinginan bebas dan menentukan nasib diri sendiri. Pada masa
ini seorang individu dipandang sedang melalui masa evaluasi, pengambilan
keputusan, komitmen dan menetukan status ke depan. Pada masa remaja seorang
individu sedang berada pada masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan
psikososial. Secara kronolis penduduk yang tergolong remaja ini berkisar antara usia
11-20 tahun (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2014). a.
Batasan Usia Remaja Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.
Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut
BKKBN adalah 19 tahun. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan budaya
setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling
mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari
masalah pokok ini WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia
remaja.Dengan demikian dari segi program pelayanan, definisi remaja yang
digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan
belum kawin.(Widyastuti, 2011) Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita
sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya Menurut Widyastuti
(2011), berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja
ada tiga tahap, yaitu :

1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun) a) Tampak dan memang merasa lebih dekat
dengan teman sebaya. b) Tampak dan merasa ingin bebas. c) Tampak dan memang
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal
(abstrak)

9
2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) masih berkembang.

e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. c) Memiliki citra (gambaran, keadaan,
peranan) terhadap dirinya.

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak

b.Tumbuh Kembang Remaja Pengertian tumbuh kembang adalah pertumbuhan fisik


atau tumbuh dan perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang
remaja merupakan proses atau tahap perubahan atau transisi dari masa kanak-kanak
menjadi masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan, di antaranya adalah
pertama perubahan fisik baik yang bisa dilihat dari luar maupun yang tidak dilihat,
yang kedua adalah perubahan emosional yang tercermin dari sikap dan tingkah laku,
yang ketiga perkembangan kepribadian di mana masa ini tidak hanya dipengaruhi
oleh orang tua dan lingkungan keluarga tetapi juga lingkungan luar sekolah
(Kumalasari, 2012). Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik
(organobiologik) secara cepat dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan
perubahan kejiwaannya ( mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini
umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah remaja
sangat memerlukan sebuah pengertian, bimbingan, dan dukungan dari lingkungan
disekitarnya agar dalam setiap perubahannya tersebut terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehinga kelak remaja tersebut menjadi
manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti, 2011).
Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga

10
diperlukan perhatian khusus, karena apabila terjadi dorongan-dorongan seksual yang
tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab dan
dapat terjadi berbagai dampak yang buruk bagi kehidupan remaja tersebut
(Widyastuti, 2011).

c. Perubahan Fisik pada masa remaja Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami
perubahan struktur tubuh dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Awal pubertas
dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan. Pada masa kini, secara umum
ada pergeseran permulaan masa pubertas ke arah umur yang lebih muda, dikarenakan
meningkatnya kesehatan umum dan gizi. Pada masa ini terjadi suatu perubahan fisik
yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-
organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan yang ditunjukkan
dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksinya. Meskipun masa remaja
adalah masa produktif namun kehamilan pada usia remaja sangat tidak disarankan.
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan fisik dan psikologis yang harus
diselesaikan. Jika pada masa ini remaja harus menanggung pertumbuhan lain maka
dapat dipasatikan pertumbuhan remaja tersebut baik fisik maupun psikologis akan
terhambat. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan badan remaja tersebut diikuti
munculnya tanda-tanda seks primer dan sekunder. Berikut ini merupakan perubahan
organ reproduksi pada remaja :

1) Remaja laki-laki Tanda-tanda seks primer pada laki-laki adalah gonad atau testes.
Organ itu terletak dalam scrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran
matang. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu tahun atau dua
tahun sebelum kemudian laju pertumbuhan kembali menurun. Testes baru
berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Sebagai tanda organ-organ
reproduksi pria sudah matang. Mulai berkembangnya organ reproduksi pria
biasanya ditandai dengan kejadian mimpi basah. Mimpi basah sebetulnya
merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena
sperma terus menerus diproduksi dan perlu dikeluarkan. Ini adalah pengalaman
yang normal bagi semua remaja laki-laki (Widyastuti, 2011). Ciri-ciri seks
sekunder pada masa remaja laki-laki adalah sebagai berikut :

11
a) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki betambah
besar.

b) Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul
menyempit.

c) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan dan kaki.

d) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil
lagi.

e) Tumbuh jakun suara menjadi membesar.

f) Penis dan buah zakar membesar, kulit menjadi lebih kasar, tebal dan
berminyak.

g) Rambut menjadi lebih berminyak.

h) Produksi keringat menjadi lebih banyak.

2) Remaja Wanita Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber.
Namun tingkat kecepatan antara organ satu dengan yang lainnya berbeda. Berat
uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-
rata beratnya 43 gram, dan pada wanita dewasa memiliki berat uterus rata-rata 60
gram. Pada perempuan ovarium mulai berfungsi dibawah pengaruh gonadotropin
dan hipofisis. Dalam ovarium folikel mulai tumbuh, namun folikel-folikel tersebut
tidak sampai matang, karena sebelumnya mengalami atresia, tetapi folikel-folikel
tersebut sudah mampu mengeluarkan estrogen. Sebagai tanda kematangan organ
reproduksi wanita adalah ditandai dengan datangannya menstruasi (menarche).

2.3 Menjadi Orang Tua Pada Remaja

Definisi Remaja

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005: 802) pengertian orang tua adalah ayah
ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb). Sejalan dengan
pendapat tersebut, Soelaeman (1994:179) menganggap bahwa“...istilah orang tua
hendaknya tidak pertama-tama diartikan sebagai orang yang tua, melainkan sebagai
orang yang dituakan, karenanya diberi tanggung jawab untuk merawat dan mendidik
anaknya menjadi manusia dewasa”.

12
Masa remaja atau adolescence berarti berkembang menuju kedewasaan. Kematangan
yang dimaksud bukan hanya kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan
psikis (Yani Widyatuti, 2009). Masa remaja dikenal sebagai masa perkembangan
fisik, yaitu masa dimana alat kelamin manusia mencapai kematangan. Secara
anatomis berarti alat kelamin pada khususnya dan kondisinya, tubuh pada umumnya
dalam keadaan sempurna dan alat kelamin juga berfungsi dengan sempurna. Di akhir
peran yang dikembangkan secara fisik ini, akan ada pria berotot dengan
kumis/janggut yang mampu menghasilkan ratusan juta sel sperma. (sperma) setiap
kali dia ejakulasi (mengeluarkan air mani), atau wanita yang berpayudara besar dan
pinggul lebar akan berovulasi dari indung telurnya setiap bulan.

FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB MENJADI ORANG TUA PADA MASA


REMAJA

Masa perkawinan terjadi dua aspek:

1. Diri anak

a. Faktor Pendidikan
Seorang anak masa usia wajib sekolah, namun diisi waktu untuk bekerja,
anak tersebut akan merasa cukup mandiri dan mampu untuk mencukupi atau
menghidupi diri sendiri. Namun saat anak putus sekolah dan mengganggur, anak
tersebut akan mengisi kekosongan mereka yaitu salah satunya adalah menjalin
hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol terjadi kehamilan diluar
nikah.

b. Faktor melakukan hubungan biologis


beberapa kasus dimana perkawinan terjadi akibat anak-anak melakukan
hubungan seperti suami istri. Dalam keadaan seperti itu orang tua anak
perempuan cenderung akan segera menikahkan anak perempuannya, karena
menurut orang tua anak perempuannya sudah tidak perawan dan itu suatu
kehinaan.

mengabaikan perasaan dan kekhawatiran orang tua, oleh karena itu,ini akan
berpotensi menyesatkan anak di kemudian hari. Seperti, anak kita telah
melakukan kesalahan besar, dan alih-alih memperbaiki kesalahannya, orang tua
justru menempatkan anak pada posisi rentan terhadap masalah tersebut. Karena
besar kemungkinannya kelak pernikahan anak tersebut akan dipenuhi konflik.

13
c. Hamil sebelum menikah
Jika anak perempuan sudah hamil, orang tua cenderung akan
menikahkannya. Faktanya, ada beberapa kasus dimana, meskipun orang tua gadis
tersebut pada dasarnya tidak setuju dengan calon menantunya, namun karena
gadis tersebut hamil, orang tuanya terpaksa menikahkannya. Bahkan ada kasus
dimana seorang gadis tidak menyukai calon suaminya, namun karena hamil, ia
terpaksa mengajukan permohonan pembebasan dari perkawinan. Ini jelas
merupakan sebuah dilema yang nyata. Baik untuk para anak, orang tua dan
bahkan hakim yang mendengarkannya. Sebab dalam kondisi seperti ini jelas
sekali bahwa perkawinan yang akan dilangsungkan bukan lagi perkawinan
menurut hukum atau bahkan agama. Karena bisa dibayangkan masa depan
pernikahan anak didepan orang tua. Pernikahan yang didasari cinta saja, besar
kemungkinan akan gagal di kemudian hari, apalagi jika didasari oleh paksaan.

2. Dari luar anak


a. Faktor Pemahaman Agama
Sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak menjalin
hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan sebagai
orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan anak-
anak tersebut. Ada satu kasus, dimana orang tua anak menyatakan bahwa jika
anak menjalin

hubungan dengan lawan jenis merupakan satu: “perzinahan”. Oleh karena itu
sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan segera menikahkan. Saat
mejelishakim menanyakan anak wanita yang belum berusia 16 tahun tersebut,
anak tersebut pada dasarnya tidak keberatan jika menunggu dampai usia 16 tahun
yang tinggal beberapa bulan lagi. Tapi orang tua yang tetap bersikukuh bahwa
pernikahan harus segera dilaksanaka. Bahwa perbuatan anak yang saling sms
dengan anak laki-laki adalah merupakan “zina”. Dan sebagai orang tua sangat
takut dengan azab membiarkan anak tetap berzina.

b. Faktor adat dan budaya.


Di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa
pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah
dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut

14
mengalami masa menstruasi. Padahal umumnya anak-anak perempuan mulai
menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan
pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum sebuah pernikahan yang
diamanatkan UU. Dari kedua penyebab pernikahan dini, yang terjadi bukan karena
si anak, yang menjadi korban adalah anak-anak perempuan.

Perkembangan Remaja dan Tugasnya sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya


suatu individu , dari masa anak-anak sampai dewasa , individu memiliki tugas
masing-masing pada setiap tahap perkembangannya . Yang dimaksud tugas pada
setiap tahap perkembangan adalah bahwa setiap tahapan usia , individu tersebut
mempunyai tujuan untuk mencapai suatu kepandaian.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah dibahas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hospitalisasi merupakan suatu proses yang mana karena suatu alasan
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah.
Hospitalisasi dapat menimbulkan stress pada anak. Perubahan suasana
yang tidak dikenal, hilangnya kebebasan, dan pengalaman dapat menimbulkan
stress. Respon anak terhadap stress yang ditimbulkan hospitalisasi ini akan
berbeda-beda pada setiap anak, tergantung dengan berat ringannya penyakit,
usia anak, dukungan keluarga, pengalaman sebelumnya terhadap penyakit,
dan kemampuan koping yang dimiliki. Respon anak terhadap stress
hospitalisasi dapat menghambat juga mengganggu proses perawatan dan
pengobatan pada anak.
Disinilah peran dan pengetahuan tenaga kerja kesehatan termasuk
perawat dibutuhkan dalam menemukan strategi untuk meminimalkan dampak
hospitalisasi. Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan
bagi anak dan keluarga guna mengurangi respon stress anak saat hospitalisasi

B. Saran
Kepada para pembaca kami ucapkan selamat belajar dan
manfaatkanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan .

16
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2013). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.

Apriliawati, A. (2015). Pengaruh Biblioterapi Terhadap Tingkat Kecemasan Anak


Usia
Sekolah Yang Menjalani Hospitalisasi Di Rumah Sakit Islam Jakarta. Skripsi.

Apriyani, D. (2013). Hubungan Antara Hospitalisasi Anak Dengan Tingkat


Kecemasan
Orang Tua. Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume 8, No.2

Asmadi. (2017). Hospitalisasi. Poltekkes Malang

H. Alimul dan A. Aziz, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak (Edisi


1). SalembaMedika. Jakarta. 2005.

Nursalam, Susilanginrum, & Utami, 2008; Hockenberry & Wilson, 2011; AMTA,
2016; Natalina, 2013

Semiun, Y. (2006). Gangguan Kecemasan Anak

Wulandari , D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

17

Anda mungkin juga menyukai