Anda di halaman 1dari 10

RESUME

SKRINING KESEHATAN KELOMPOK KHUSUS

Oleh :

Nama : Vena Herlina Harmin


Nim : P07120219084

3B/S.Tr Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021/2022
A. PENGERTIAN

Skrining adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu populasi untuk mendeteksi
penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif
untuk mendeteksi atau mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak
dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang secara
singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan
besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.

Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk
mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan beresiko
terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Screening dilakukan
untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim
untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti. Uji tapis bukan untuk
mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak
kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular dengan
harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.

Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya
memerlukan penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.

Kelompok khusus adalah sekelompok masyarakat atau individu oleh karena keadaan
fisik,mental, social budaya dan ekonomi perlu mendapat bantuan, bimbingan dan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam
memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri.
a. Pelayanan Kelompok Khusus di Institusi
1. Pelayanan terhadap lembaga – lembaga sosial kemasyarakatan yang menyelenggarakan
pemeliharaan dan pembinaan kelompok – kelompok khusus tertentu :

 Panti Wreda
 Panti asuhan
 Pust rehabilitas anak cacat
 Penitipan bayi

Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di institusi adalah meliputi:

 Penghuni panti
 Petugas panti
 Lingkungan panti

2. Pelayanam kelompok khusus di masyarakat Dilakukan melalui kelompok- kelompok yang


terorganisasi dengan melibatkan peran serta msyarakat. Klasifikasi akibat pertumbuhan dan
perkembangannya:

 Kelompok ibu hamil


 Kelompok ibu bersalin
 Kelompok ibu nifaas
 Kelompok bayi dan anak balita
 Kelompok anak usia sekolah
 Kelompok usia lanjut
 Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan Adapun yang termasuk kelompok khusus ini diantaranya adalah :

1. Penderita penyakit menular

 Kelompok penderita penyakit kusta


 Kelompok penderita penyakit TBC
 Kelompok penderita Aids
 Kelompok penderita Penyakit kelamin ( GO, Sypilis )
2. Penderita penyakit tidak menular

 Kelompok Penderita Penyakit DM


 Kelompok Penderita penyakit Jantung
 Kelompok penderita stroke

3. Kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi

 Kelompok cacat fisik


 Kelompok cacat mental
 Kelompok cacat social

4. Kelompok khusus yang mempunyai resiko terserang penyakit

 Kelompok wanita tuna susila


 Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika
 Kelompok kelompok pekerja tertentu.

B. DASAR PEMIKIRAN ADANYA SKRINING

a. Yang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga dapat
diumpamakan sebagai puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih tersamar.
b. Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan.
c. Biasanya penderita datang mencari mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit
telah berada dlm stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat
disembuhkan lagi.
d. Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
C. TUJUAN

a. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tdk khas terdapat pada orang yang
tampak sehat,tapi mungkin menderita penyakit ( population risk)
b. Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas
hingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya
dan tidak menjadi sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari
c. Mendapatkan penderita sedini mungkin untuk segera memperoleh pengobatan.
d. Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin

D. SASARAN

Sasaran utama Uji tapis atau Skrining adalah


Penderita penyakit kronis dan Kelompok khusus:

a. Infeksi bakteri ( Lepra,TBC, dll)


b. Infeksi Virus ( hepatitis )
c. Penyakit non infeksi ( Hipertensi, Diabetus miletus, Penyakit jantung, Karsinoma serviks,
Prostate, Glaukoma ).
d. HIV- Aids ( Harian, 2006).

E. PRINSIP PELAKSANAAN Proses Uji tapis terdiri dari dua tahap :

a. Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko


tinggi menderita penyakit dan bila hasil test negative maka dianggap orang tersebut tidak
menderita penyakit.
b. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostic Pemeriksaan yang biasa
digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laborat atau radiologist misalnya :
1. Pemeriksan gula darah
2. Pemeriksaan radiology untuk uji tapis TBC
c. Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :

1. Dengan cepat dapat memilah sasaran utk periksan lebih lanjut


2. Tidak mahal
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa

F. MACAM SCREENING

a. Penyaringan Massal (Mass Screening) Penyaringan yang melibatkan populasi secara


keseluruhan. Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000
wanita.
b. Penyaringan Multiple Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik
uji penyaringan pada saat yang sama.
Contoh: skrining pada penyakit aids
c. Penyaringan yg. Ditargetkan Penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang
terkena paparan yang spesifik. Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar
dengan bahan Timbal.
d. Penyaringan Oportunistik Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita –
penderita yang berkonsultasi kepada praktisi kesehatan Contoh: screening pada klien
yang berkonsultasi kepada seorang dokter.

G. KRITERIA UNTUK MELAKSANAKAN SCREENING

a. Sifat Penyakit

1.Serius
2.Prevalensi tinggi pada tahap praklinik
3.Periode yg panjang diantara tanda – tanda pertama sampai timbulnya penyakit
b. Uji Diagnostik

1.Sensitif dan Spesifik


2.Sederhana dan Murah
3.Aman dan Dapat Diterima
4.Reliable
5.Fasilitas adekwat

c. Diagnosis dan Pengobatan


1.Efektif dan dapat diterima
2.Pengobatan g aman telah tersedia.

H. LOKASI SCREENING

Uji tapis dapat dilakukan di lapangan,rumah sakit umum,rumah sakit khusus,pusat


pelayanan khusus dll :
Lapangan : Uji skrining TBC

a. RSU
b. RSK
c. RS. Khusus

I. VALIDITAS TES UJI SKRINING

Agar hasil pengukuran dari Penyaringan/Screening itu Valid, maka harus diukur dengan
menggunakan Sensitivitas & Spesifitas :

1. SENSITIVITAS Adalah Proporsi dari orang – orang yang benar – benar sakit yang ada di
dalam populasi yang disaring, yang diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan
sebagai penderita sakit.
2. SPESIFISITAS Adalah proporsi dari orang – orang yang benar – benar sehat, yang juga
diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai individu sehat.

J. KRITERIA EVALUASI

Screening mengandalkan tes, tidak hanya satu tes, tetapi sederetan tes. Oleh karena itu,
kegiatan screening hanya akan efektif bila tes dan pemeriksaan yang digunakan juga efektif.
Dengan demikian, setiap tes memerlukan validitas dan reliabilitas yang kuat. Validitas tes
ditunjukkan melalui seberapa baik tes secara aktual mengukur apa yang semestinya diukur.

Validitas suatu uji dapat dipengaruhi oleh keterbatasan uji dan sifat individu yang diuji.
Status penyakit, keparahan, tingkat dan jumlah pajanan, kesehatan giz, kebugaran fisik, dan faktor
lain yang mempengaruhi dan berdampak pada responden dan temuan tes.

a. Validitas : merupakan tes awal baik untuk memberikan indikasi individu mana yg benar
sakit dan mana yang tidak sakit. Dua komponen validitas adalah sensitivitas dan
spesifitas
b. Reliabilitas : adalah bila tes yang dilakukan berulang ulang menunjukan hasil yang
konsisten.
c. Yield : merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji
tapis.

K. PERTIMBANGAN SCREENING

a. Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama
b. Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yg
terungkap saat proses skrining dilakukan (obat yang potensial).
c. Harus tersedia akses kefasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis
dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.
d. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan awal dan
lanjutnya yang dapat diidentifikasi.
e. Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.
f. Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.
g. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase regular dan
perjalanan penyakit dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji .
h. Kebijakan ,prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang
harus dirujuk untuk pemeriksaan .diagnosis dan tindakan lebih lanjut.
i. Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi.
j. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja ,tetapi harus dilakukan dalam
proses yang teratur dan berkelanjutan.

L. CARA TES SCREENING

Sebelum melakukan skrining terlebih deahulu harus ditentukan penyakit atau kondisi
medis apa yang akan dicari pada skrining. Contoh uji Skrining: Pap smear yaitu tes screening
kanker serviks Pap smear dilakukan di ruang dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda
berbaring di atas meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups.
Secara perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu dokter akan
mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk
pemeriksaan mikroskopis. Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang
cytotechnologist (orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan memeriksanya. Teknisi
ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang ahli dalam bidang abnormalitas sel).

Patologis bertanggung jawab untuk diagnosis akhir. Pendekatan terbaru dengan


menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel ke laboratorium. Dokter akan mengambil sel
dengan cara yang sama, namun dokter akan mencuci alat dengan cairan khusus, yang dapat
menyimpan sel untuk pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke laboratorium, teknisi
menyiapkan slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah diinterpretasikan dibanding slide yang
disiapkan dengan metode tradisional.Umumnya dokter akan melakukan Pap smear selama
pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa genital eksternal, uterus, ovarium,
organ reproduksi lain dan rektum). Walaupun pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah
reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker serviks atau prakanker sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/476240692/skrining-kelompok-khusus
https://pdfcoffee.com/makalah-keperawatan-komunitas-skrining-kelompok-khusus-pdf-
free.html
https://repo.stikesicme-jbg.ac.id/4439/5/Keperawatan%20Komunitas%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai