Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN SKRINING

DAFTAR ISI :
BAB I

DEFINISI.

BAB II

RUANG LINGKUP.

BAB III

TATA LAKSANA..

BAB IV

DOKUMENTASI

BAB I

DEFINISI
Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat
dari orang yang memiliki keadaan fatologis yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko
tinggi (Kamus Dorland ed . 25 : 974 ). Menurut Rochjati P (2008), skrining merupakan
pengenalan diri secara pro aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau factor
resiko.
Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit atau
kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan pasien saat
kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil keputusan untuk
menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan kesehatan
lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit .
Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau
diagnostic imaging sebelumnya. Skrining dilakukan apabila pasien tiba di rumah sakit, pada
saat pasien di transportasi emergensi atau di sumber rujukan.
Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang
sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak
menular dengan harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.
Screening pada umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya memerlukan
penelitian follow-up yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.

BAB II

RUANG LINGKUP
Skrining dilakukan pada area :
1.
2.
3.
4.

FO
Costumer Service
Poliklinik
IGD

Skrining dilakukan melalui :


1.
2.
3.
4.

Kriteria triage
Evaluasi visual atau pengamatan
Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik
Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostic imajing sebelumnya

TUJUAN
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tdk khas terdapat pada orang yang tampak
sehat,tapi mungkin menderita penyakit ( population risk)
2. Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga
mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan tidak menjadi
sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari
3. Mendapatkan penderita sedini mungkin untuk segera memperolleh pengobatan.
4. Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin

BAB III
TATA LAKSANA

A. Triage
Triage adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan sehingga pasien
terseleksi dalam mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawat daruratannya.
Triage di RS PKT Bontang menggunakan system labeling warna, pasien ditentukan
apakah gawat darurat, gawat tidak darurat, atau darurat tidak gawat atau tidak gawat tidak
darurat. Pasien yang telah di seleksi diberi label warna pada listnya, sesuai dengan tingkat
kegawatannya.
Adapun pemberian labeling warna sesuai dengan tingkat kegawatannya, sebagai berikut :
1. Pasien gawat darurat diberi label warna merah
2. Pasien gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat diberi label warna kuning
3. Pasien tidak gawat dan tidak darurat diberi warna hijau
4. Pasien yang telah dinyatakan meninggal diberi label warna hitam
Initial Assesment (Penilaian Awal)
Pasien yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) maupun poliklinik
memerlukan penilaian dan pengelolaan yang cepat dan tepat. Waktu berperan sangat
penting, oleh karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini
dikenal dengan initial assessment ( Penilaian awal).
Untuk di triage IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan
criteria AVPU :
A : Alert
V : Respon to verbal
P : Respon to pain
U : Unrespon
Penilaian awal ini intinya adalah
1. Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi. Disini dicari keadaan yang
mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi. Penanganan
ABCDE yang dimaksud adalah :
A : Airway dengan control cervical
B : Reathing dan ventilasi
C : Circulation dengan control perdarahan
D : Disability, status neurologis dan nilai GCS
E : Exposure buka baju penderita tapi cegah hipotermi
Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urin ( folly catheter ),
Kateter lambung ( NGT ), pemasangan heart monitor dan pemeriksaan laboratorium
atau rontgen.
2. Secondary survey
Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki, dari depan
sampai belakang dan setiap lubang dimasukan jari ( tub finger in every orifice ).
a. Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang meliputi :
A : Alergi
M : Medikasi / obat-obatan

P : Past illness / penyakit sebelumnya yang menyertai


L : Last meal / terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E : Event / hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
b.

Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Periksa

dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit ( BTLS ).
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll ( memiringkan penderita dengan
tetap menjaga kesegarisan tubuh ). Cek tanda-tanda vital.
B. Evaluasi Visual atau Pengamatan
Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan

pertolongan segera langsung diarahkan ke IGD


Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan segera

akan di arahkan ke poliklinik


Jika RS belum mempunyai pelayanan spesialistik tertentu maka pasien
disarankan untuk di rujuk

C. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi,
termasuk juga pemeriksaan psikologik
D. Laboratorium atau pemeriksaan imaging ( penunjang )
Sebelumnya pasien yang sudah membawa hasil Laboratorium atau pemeriksaan
imaging akan tetap di periksa, kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut
akan di konsulkan ke dokter spesialis sesuai penyakit . konsultasi bisa di lakukan
melalui IGD atau di arahkan ke praktek di poliklinik.
E. DASAR PEMIKIRAN ADANYA SKRINING
1. Yang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga
dapat diumpamakan sebagai puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih
tersamar.
2. Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan.
3. Biasanyapenderitadatang mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah
berada dlm stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat
disembuhkan lagi.
4. Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit
PRINSIP PELAKSANAAN
Proses Uji tapis terdiri dari dua tahap :

1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi
menderita penyakit dan bila hasil test negative maka dianggap orang tersebut tidak menderita
penyakit.
2. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laborat atau radiologist
misalnya :
1. Pemeriksan gula darah
2. Pemeriksaan radiology untuk uji tapis TBC
Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :
1. Dengan cepat dapat memilah sasaran utk periksan lebih lanjut
2. Tidak mahal
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa

MACAM SCREENING
1. Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita
2. Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan pada saat
yang sama.
Contoh: skrining pada penyakit aids
3. Penyaringan yg. Ditargetkan
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok kelompok yang terkena paparan yang spesifik.
Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
4. Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita penderita yang berkonsultasi kepada
praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.

KRITERIA UNTUK MELAKSANAKAN SCREENING

1. Sifat Penyakit
-

Serius

Prevalensi tinggi pada tahap praklinik

Periode yg panjang diantara tanda tanda pertama sampai timbulnya penyakit

2. Uji Diagnostik
-

Sensitif dan Spesifik

Sederhana dan Murah

Aman dan Dapat Diterima

Reliable

Fasilitas adekwat

3. Diagnosis dan Pengobatan


-

Efektif dan dapat diterima

Pengobatan g aman telah tersedia.

LOKASI SCREENING
Uji tapis dapat dilakukan di lapangan,rumah sakit umum,rumah sakit khusus,pusat pelayanan
khusus dll :
1. Lapangan : Uji skrining TBC
2. RSU

: Pap smear

3. RSK

: Uji tapis glaikoma di RS mata

4. Yan Khu

: RS jantung, RS kanker

VALIDITAS TES UJI SKRINING


Agar hasil pengukuran dari Penyaringan/Screening itu Valid, maka harus diukur dengan
menggunakan Sensitivitas & Spesifitas;
a.

SENSITIVITAS
Adalah Proporsi dari orang orang yang benar benar sakit yang ada di dalam populasi yang
disaring, yang diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai penderita sakit.

b. SPESIFISITAS

Adalah proporsi dari orang orang yang benar benar sehat, yang juga diidentifikasi dengan
menggunakan uji penyaringan sebagai individu sehat.
KRITERIA EVALUASI
Screening mengandalkan tes, tidak hanya satu tes, tetapi sederetan tes. Oleh karena itu, kegiatan
screening hanya akan efektif bila tes dan pemeriksaan yang digunakan juga efektif. Dengan
demikian, setiap tes memerlukan validitas dan reliabilitas yang kuat. Validitas tes ditunjukkan
melalui seberapa baik tes secara aktual mengukur apa yang semestinya diukur. Jika ini adalah tes
screening kolesterol, pertanyaannya adalah: dapatkah tes itu memberikan informasi yang cukup
akurat sehingga individu dapat mengetahui tinggi atau rendahnya kadar kolesterolnya sekarang?
Validitas ditentukan oleh sensitivitas dan spesifitas uji.
Reliabilitas didasarkan pada seberapa baik uji dilakukan pada waktu itudalam hal
keterulangannya (repeatibility). Dapatkah uji memberikan hasil yang dapat dipercaya setiap kali
digunakan dan dalam lokasi atau populasi yang berbeda?
Yield (hasil) merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk menyebut tes screening.
Yield adalah angka atau jumlah screening yang dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode
waktujumlah penyakit yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji dapat
dipengaruhi oleh keterbatasan uji dan sifat individu yang diuji. Status penyakit, keparahan,
tingkat dan jumlah pajanan, kesehatan giz, kebugaran fisik, dan faktor lain yang mempengaruhi
dan berdampak pada responden dan temuan tes.
a.

Validitas : merupakan tes awal baik untuk memberikan indikasi individu mana yg benar sakit
dan mana yang tidak sakit. Dua komponen validitas adalah sensitivitas dan spesifitas

b. Reliabilitas : adalah bila tes yang dilakukan berulang ulang menunjukan hasil yang konsisten.
c.

Yield : merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji tapis.

PERTIMBANGAN SCREENING
1. Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama
2.

Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yg terungkap saat
proses skrining dilakukan (obat yang potensial).

3.

Harus tersedia akses kefasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan
pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.

4. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan awal dan lanjutnya yang
dapat diidentifikasi.
5. Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.
6. Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.
7. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase regular dan perjalanan
penyakit dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji .
8.

Kebijakan ,prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus
dirujuk untuk pemeriksaan .diagnosis dan tindakan lebih lanjut.

9. Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi.
10. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja ,tetapi harus dilakukan dalam proses yang
teratur dan berkelanjutan.
11. alat yg digunakan
12. waktu
13. mendapat pengobatan
14. alat untuk diagnosis

BAB IV
DOKUMENTASI
Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik

PROSEDUR SKRINING DAN TRIASE

No. Dok :

Revisi ke : 0

Hal 1 dari 2

Ditetapkan oleh :
SPO

Tanggal Terbit
Dr. Nurul Fathoni M.Kes
Direktur

I.PENGERTIAN : Pemeriksaan yang dilakukan pada saat pasien pertama kali


datang.

II.TUJUAN

: 1.Untuk menentukan kebutuhan pasien.


2.Memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien

III.KEBIJAKAN : Setiap pasien yang datang periksa ke instalasi gawat darurat


harus dilakukan
skrining awal

IV.PROSEDUR

1.Melakukan proses triage


2.Mengukur tanda-tanda vital
3.Anamnese pasien keluhan pasien
4.Doktermelakukan pemeriksaan fisik pasien dan menetukan diagnose dan menentukan
kebutuhan pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh pasien
5.Memberikan advis,pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laborat atau rontegn
sesuai kebutuhan pasien
6.Dokter memberikan terapi kepada pasien sesuai kebutuhan pasien
7.Dokter menentukan atau menyarankan lanjutan perawatan oleh dokter spesialis atau
dokter umum.
8.Apabila pasien memerlukan pelayanan yang lebih lanjut sedangkan fasilitas atau tenaga
profesional yang di butuhkan pasien tidak tersedia ,maka dokter jaga IGD akan
melakukan rujukan keRumah Sakit yang lebih tinggi
9.Apabila tempat tidur dalam rumah sakit penuh maka pasien akan di rujuk kerumah sakit
lain
10.Apabila pelayanan kesehatan yang di butuhkan pasien tersedia maka pasien / keluarga
mendaftar kebagian informasi.
11.Perawat memasang gelang pasien sesuai identitas pasien
12.Perawat menulis laporan pasien
13.Perawat menulis sensus
14.Perawat menulis respon time
15.Setelah pasien selesai mendaftar kamar rawat inap perawat mengantar pasien keruangan
yang di maksud

16.Perawat IGD melakukan operan kepada perawat ruangan


V.UNIT TERKAIT :
1.IGD
2.Pendaftaran
3.Laboratorium
4.Rontgen
5.Unit rawatinap

Anda mungkin juga menyukai