RS CITAMA
A. Latar Belakang
Dunia perumahsakitan pada saat sekarang mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik jumlah
rumah sakit yang semakin bertambah banyak, peralatan kedokteran yang digunakan rumah sakit
semakin canggih, juga kualitas layanan rumah sakit yang semakin tinggi dengan tarif bersaing. Hal ini
memberikan kesempatan dan kebebasan pasien untuk menentukan pilihan mereka terhadap rumah sakit
yang akan mereka manfaatkan, sehingga tentu saja rumah sakit yang memberikan layanan terbaik yang
akan mereka pilih.
Kebijakan Pemerintah pada sektor kesehatan pada saat ini juga semakin baik, terutama
kebijakan bahwa seluruh rumah sakit harus terakreditasi dimana ada penekanan bahwa seluruh layanan
rumah sakit harus berfokus pada pasien. Oleh karenanya rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu
layanan untuk memenuhi kebijakan tersebut. Di samping itu perubahan faktor lingkungan yang dinamis
dari waktu ke waktu mengharuskan rumah sakit melakukan penyesuaian untuk menyikapi perubahan-
perubahan yang terjadi, seperti tingkat pendidikan masyarakat yang makin baik sehingga mereka makin
kritis terhadap mutu layanan rumah sakit, tingkat sosial ekonomi yang makin baik juga menyebabkan
mereka akan memilih rumah sakit dengan mutu layanan terbaik. Akibatnya rumah sakit dituntut untuk
memberikan mutu layanan terbaiknya agar bisa memenangkan persaingan serta memenuhi kebutuhan
pasien sesuai dengan apa yang mereka harapkan.
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun
(1820–1910) Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris menekankan pada aspek-aspek
keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajarannya yang terkenal sampai sekarang
adalah “ hospital should do the patient no harm”, Rumah Sakit jangan sampai merugikan atau
mencelakakan pasien.
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu
unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna memperluas
dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang
terjangkau.Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang
berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam perkembangan masyarakat
yang semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya disorot dari aspek klinis medisnya saja
namun juga dari aspek keselamatan pasien dan aspek pemberian pelayanannya , karena muara dari
pelayanan rumah sakit adalah pelayanan jasa.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah diawali dengan penilaian akreditasi
rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini
rumah sakit harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Rumah sakit dipicu
untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
Sesuai dengan hal tersebut diatas Rumah Sakit Citama harus terus berupaya untuk selalu
meningkatkan mutu dalam segala aspek pelayanan di dalam rumah sakit untuk memenuhi standart yang
telah ditentukan baik secara nasional maupun internasional sehingga memuaskan para pelanggan.
Selama ini proses pelayanan medis dan administrasi di Rumah Sakit Citama telah berjalan dengan baik
demikian juga upaya peningkatan mutu pelayanan, baik yang bersifat administrative maupun medis.
Tetapi dalam beberapa sisi masih dirasakan adanya kesenjangan dan kendala, terutama menyangkut
kebijakan-kebijakan teknis operasional administrasi, klinis, dan jalur koordinasi yang belum dalam bentuk
tertulis. Hal ini disebabkan program PMKP merupakan program yang berjalan secara berkelanjutan dan
terus menerus sehingga mencapai kondisi yang lebih baik dan dipertahankan baik oleh sebuah rumah
sakit.
Agar upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Citama dapat seperti yang diharapkan
maka perlu disusun Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Pedoman tersebut
merupakan konsep peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Citama, yang disusun sebagai acuan bagi
pengelola Rumah Sakit Citama dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit.
Dalam pedoman ini diuraikan tentang prinsip upaya peningkatan mutu, langkah-langkah pelaksanaannya
dan dilengkapi dengan indikator mutu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendorong pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada pasien yang memenuhi standar
pelayanan, keselamatan pasien dan memeberikan kepuasan kepada pasien.
2. Tujuan khusus
a. Tercapainya suatu pengertian tentang upaya peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit
Citama oleh segenap menejemen beserta jajarannya.
b. Mengetahui konsep dasar dan prinsip upaya peningkatan mutu pelayanan dengan
mengurangi insiden keselamatan pasien di rumah sakit oleh segenap seluruh karyawan
Rumah Sakit Citama
c. Mengetahui cara-cara atau langkah-langkah dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu
pelayanan dan mengurangi insiden keselamatan pasien di Rumah Sakit Citama
d. Meningkatkan SDM dari seluruh karyawan di Rumah Sakit Citama sehingga pelayanan
mencapai standar terbaik dan memuaskan melalui proses yang berkesinambungan
e. Meningkatkan mutu pelayanan dalam bidang penunjang medis, keperawatan, umum, rekam
medis, dan medis.
f. Sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan yang direncanakan sebagai upaya peningkatan
mutu Rumah Sakit Citama
g. Membantu untuk melakukan perbaikan nyata dalam hal menolong pasien dan mengurangi
risiko. Demikian juga bagi para manajer, pendukung staf dan lainnya, mereka dapat
menerapkan standar pada pekerjaan sehari-hari untuk menuju pada proses lebih efisien,
penggunaan sumber daya lebih rasional dan risiko fisik dikurangi.
h. Tersusunnya sistem monitoring pelayanan Rumah Sakit Citama melalui indikator mutu
pelayanan rumah sakit
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT CITAMA
B. Gambaran Umum
Rumah Sakit Citama adalah Rumah Sakit Swasta di bawah PT. CItama Marga Husada
yang terletak di kawasan strategis dan mudah dijangkau. Terletak pada radius kurang dari 1 km
dari stasiun kereta api Citayam yang beralamat di Jl. Raya Pabuaran No. 52, Bojong Gede, Bogor
. Rumah Sakit Citama dibangun di atas tanah seluas ± 5304 M2, bangunan berlantai 3 dengan
luas bangunan ± 2.500 M2. Dengan perkembangan dan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang
harus memadai pada saat ini, maka Rumah Sakit Citama terus meningkatkan kualitas dalam
pengembangan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat,
rekanan dari perusahaan dan pihak asuransi yang telah menjalin kerja sama dengan Rumah
Sakit Citama secara optimal dan professional.
Pelayanan Rumah Sakit Citama terdiri dari pelayanan dokter spesialis seperti spesialis
anak, penyakit dalam, bedah, Kebidanan dan Kandungan, syaraf, THT, spesialis Rehabilitasi
Medik, dan pelayanan dokter umum 24 jam. Pelayanan lainnya seperto Pelayanan Gawat
darurat, pelayanan penunjang seperti Rehabilitasi medik-fisioterapi, Laboratorium 24 jam,
Radiologi 24 jam dan farmasi 24 jam, dan pelayanan Ambulance.
Rumah Sakit Citama memberikan fasilitas perawatan dengan kapasitas 97 tempat tidur,
terdiri dari kamar perawatan kelas VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III yang seluruhnya dibuat
senyaman mungkin guna memberikan kepuasan bagi pasien / pengunjung Rumah Sakit Citama,
dilengkapi juga dengan fasilitas ruang tunggu dan lahan parkir yang memadai untuk memberikan
kemudahan bagi para pasien/pengunjung.
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, TUJUAN, NILAI, MOTTO DAN LOGO
RUMAH SAKIT CITAMA
VISI
Menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan terbaik di Kabupaten Bogor.
MISI
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, memuaskan dan terjangkau oleh
masyarakat.
b. Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akrab, tuntas.
c. Menciptakan hubungan kemitraan yang baik dengan pihak luar baik professional medis
maupun bidang kemasyarakatan.
d. Menjadi rumah sakit yang terstandar mutu oleh badan mutu independen.
FALSAFAH
Mengutamakan kemitraan dan kekeluargaan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan paripurna.
TUJUAN
1. Tujuan Umum Rumah Sakit Citama adalah mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat adil
dan makmur melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan dengan tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Tujuan khusus Rumah Sakit Citama adalah :
a. Meningkatnya loyalitas SDM terhadap Rumah Sakit Citama,
b. Meningkatkan profesionalisme SDM sesuai standar kompetensi,
c. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna (promotfi, preventif, kuratif dan
rehabilitative) sesuai dengan standa baku pelayanan kesehatan,
d. Memenuhi kebutuhan pelanggan,
e. Meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan,
f. Meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan,
g. Meningkatkan pertumbuhan rumah sakit,
h. Memberikan pelayanan yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat,
i. Mewujudkan pengembangan fisik rumah sakit sesuai dengan harapan masyarakat
sehingga mampu bersaing diera globalisasi.
Rumah Sakit Citama mempunyai lambang atau logo yang berbentuk sebagai berikut :
Berikut makna dari logo Rumah Sakit Citama:
a. Logos berbentuk huruf C yang berarti kata “Citama”
b. Tanda palang (+) menandakan badan usaha yang bergerak dibidang kesehatan
c. Warna Biru menunjukan kebijakan yang bersifat dinamis penuh inspiratif dan kreatifitas disertai perasaan
cinta, kasih sayang, dan kepercayaan terhadap loyalitas kenyamanan pelayanan.
x
o
-{
s=
! x
mx
zo o
!
=
- o m =
-z= m { o *^ o
ox z
.- a { o> Fr o> x>
AOgET r Eg ac il-x
OL irO
- -Ji >=
xr T a2 2z cm
=r=Ei>rz E 4 t= l- >u
oEi 1i ni z' { Z-
I9g*EsE D; = z o E)=
xm
m! z=
8dr=:dE afa o
i{=9n6; m,
-> !
z*\if;d? >-.D
e + a>
o rFtr
=+ffi tr
o=z 6 -z
I; zz o (, 1'
>o a o m
z m x-{ <L
! 3 nx fri
c2
r> oi;
z G. oz
zII o
fr c
= z
T = E
m=
r>
>z
eN
vm vI ! o
o
xx x x a m
-x bx t2
o
6a a\ r> xi c,> m_L
=- E> >c
@=
6c of
m{
=z rJ
=z q + >=
=:
a1 -z
o= o>z !o
a
ct E, o @
i x o o
{
o
o
c.
U'
!
{v
x xm { C
m
^ x
!
I{
z{ 2m ! xm
! HE T<
Ex xE G,5 x Bi x xD tr> =
o> m !0c -E r!
c{v
?e gc >1 =
! c t,z OE c =
rf,z tr ; zl z G) :E o
of >T I 6i
o- =z - 0 >E vo
2 o> 4V
=E ;5 >
vh ^>E E,= z -
vo
z C
{ a o
(, z
a
o
x o
va
m { E
ara
ml a
o
{ o 3; o
x> u -{
,T m T 23
o ! a
vC o irO
BH u x 9S
4,> o r
= r E =
iT m r {
z z{
G
o
2 > o
i
o tta >P oa
z >z GIP
m
=
troZ ixo
ME o=
E' Eo o>-.{ ,(r
@ E
tt o
-.t H=
E,;
oHi
x o
{ ;v
!, o 1' r
o. T I a
=
a 7 Ic
mD == a tn
! oa { {
!) m zi E; m v
2 Lx
Z@
oZ x
!, *Eu 4 z z
(cI *; U, a v I
- o
-=
o 9.H
=q
J- !, N
To N
= o
o
!, o
CL
va
ol U'
m
3
x
BAB V
PENGELOLAAN KEGIATAN PMKP
1. Struktur Organisasi
DIREKTUR
KETUA
PMKP
SEKRETARIS
DIREKTUR
MANAJER HRD
KETERANGAN :
GARIS KOMANDO
GARIS KOORDINASI
Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Mutu dan Keselamatan Pasien menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik secara internal maupun eksternal dengan unit-unit kerja lain (manajer,
HRD, komite dan unit kerja lainnya) sesuai dengan tugasnya masing-masing.
BAB VI
KONSEP PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
6.1.1 Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang secara
sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang selalu dicurahkan
pada pekerjaan.
c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
a) JUDUL INDIKATOR
b) DEFINISI OPERASIONAL
c) TUJUAN
e) NUMERATOR
f) DENUMERATOR
g) FORMULA PENGUKURAN
i) CAKUPAN DATANYA
m) SUMBER DATA
o) PUBLIKASI DATA
BAB VII
PEMILIHAN, PENGUMPULAN, ANALISIS DAN VALIDASI DATA INDIKATOR MUTU
Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) di Amerika Serikat mempublikasikan empat
kelompok indikator mutu, yaitu prevention quality indicator, inpatient quality indicator, patient safety
indicator, dan pediatric quality indicator (dapat diakses di sini). Sementara itu, Joint Commission
International juga menerbitkan International Hospital Inpatient Quality Measures yang terdiri dari sepuluh
kelompok indikator klinis (dapat diunduh di sini). Contoh dari kedua sumber tersebut sering dipakai
bergantian dalam ceramah mengenai akreditasi rumah sakit di Indonesia.
Di Indonesia, penetapan indikator dipandu Peraturan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit. Dalam lampiran Permenkes tersebut, diatur 21
jenis pelayanan dan 107 indikator yang telah ditetapkan standar minimalnya dengan nilai tertentu.
Terlepas dari beberapa nilai standar dalam SPM tersebut yang tidak dapat dilampaui, acuan
tersebut memberikan sistematika yang baik dalam membuat indikator. Setiap indikator dijelaskan dengan
beberapa aspek seperti judul indikator, definisi operasional, tujuan, dimensi mutu, numerator,
denominator, frekuensi pengukuran, sumber data, dan penanggung jawab pengumpulan data.
Pengukuran dapat dilakukan bila tahu apa yang diukur. Dengan demikian, judul dan definisi
operasional indikator telah jelas. Definisi operasional yang dimaksud di sini termasuk definisi operasional
numerator dan denominator. Dimensi mutu sesuai permenkes mengacu pada dimensi mutu World Health
Organization (WHO), yaitu efektif, efisien, mudah diakses, diterima/berpusat pada pasien, tidak berpihak,
dan aman (World Health Organization 2006).
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan variabel, yaitu :
1. Struktur, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti
tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan
struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Proses adalah aktivitas dalam bekerja, merupakan interaksi profesional antara pemberi pelayanan
dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
3. Outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen
(pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
Mengumpulkan data adalah proses yang mungkin paling melelahkan dalam petualangan
menguak mutu pelayanan lewat indikator mutu pelayanan. Salah satu penyebabnya adalah
pengumpulan data kurang dipertimbangkan secara matang ketika indikator mutu disusun. Cara
pengumpulan data berkaitan erat dengan tujuan indikator dan aspek-aspek lain dalam indikator.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil data indikator mutu , yaitu kualitas
instrument mutu, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen mutu berkenaan dengan validitas
dan realibilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer,
dan data sekunder. Sumber primer yakni sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data kepada pengumpul data.sedangkan bila dilihat dari segi cara pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner, observasi, dan gabungan
ketiganya.
7.2.1 Interview (wawancara)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang mendasrkan diri tentang diri sendiri atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dibagi menjadi dua yakni,
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.
Wawancara baik yang dilakuakan dengan face to face maupun yang menggunakan pesawat telepon,
akan terjadi kontak pribadi, oleh karena itu wawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga
dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara. Peneliti jangan
memberi pertanyaan yang bias. Selanjutnya situasi dan kondisi seperti yang telah dikemukakan diatas,
sangat mempengaruhi proses wawancara, yang pada akhirnya akan mempengaruhi validitas data.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan denga cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner ini
besifat efisien, cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Kuesioner dapat berupa pertayaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberika kepaada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos, internet.
Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2013) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket
sebagi teaknik pengumpulan data yaitu prinsip, penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik.
Prinsip penulisan angket
a. Isi dan tujuan pertanyaan
Setiap membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusu dalam skala pengukuran
dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan denga kemampuan berbahasa responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup. Pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan
yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang suatu
hal. Setiap pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbutuk data nominal, ordinal,
interval, dan rasio adalah pertanyaan tertutup.
d. Pertanyaan tidak mendua
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
f. Pertanyaan tidak menggiring
g. Panjang pertanyaan
h. Urutan pertanyaan
i. Prinsip pengukuran
j. Penampilan fisik angket
7.2.3 Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2013), mengemukakan bahwa observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologi dan psikologis.
Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data observasi digunakan bila, penelitan berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi
proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedaan menjadi partisipant obervation, dan
non pertisipant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi obersvasi terstruktur dan tdak terstruktur.
Dari Segi proses pelaksanaan pengumpulan data :
1. Observasi terstruktur
Observasi ini observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan
dan diamana tempatnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data antara lain mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang
tidak merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan. Teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan statistik. Ada 2 macam statistik yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan statistik nonparametris.
7.3.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan
pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya.
Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik deskriptif
maupun inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data
sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Tetapi
bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik analisis yang
digunakan adalah statistik inferensial. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian
data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran
tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran dan melalui perhitungan rata-rata
dan standar deviasi, perhitungan persentase.
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini cocok digunakan bila sampel diambil dari populasi
yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik ini
disebut statistic probabilitas karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data
sampel itu kebenarannya bersifat peluang (probability). Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan
diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang
dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila
peluang kesalahan 1% maka taraf kepercayaan 99%. Peluang kesalahan dan kepercayaan ini disebut
taraf signifikasi.
Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang
akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah
data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test
mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi
asumsi linieritas.
Statistik nonparametris tidak menuntut terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan
dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, statistik nonparametris sering disebut
“distribution free” (bebas distribusi). Statistik parametris mempunyai kekuatan yang lebih daripada
statistik nonparametris, bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi.
Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis data yang dianalisis. Statistik
parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik
nonparametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal ordinal.
Jadi, untuk menguji hipotesis dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan statistik, ada dua hal
utama yang harus diperhatikan, yaitu macam data dan bentuk hipotesis yang diajukan.
1. Macam Data
Macam-macam data, yaitu : Data Nominal, Ordinal, Interval (Rasio).
2. Bentuk Hipotesis
Ada 3 yaitu : Hipotesis Deskriptif, Komparatif dan Asosiatif. Dalam hipotesis komparatif, dibedakan
menjadi dua yaitu komperatif untuk dua sampel dan lebih dari dua sampel. Hipotesis deskriptif
yang akan diuji dengan statistik parametris merupakan dugaan terhadap nilai dalam satu sampel
(unit sampel) dibandingkan dengan standar, sedangkan hipotesis deskriptif yang akan diuji dengan
statistik nonparametris merupakan dugaan dua sampel. Hipotesis komparatif merupakan dugaan
ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai-nilai dua kelompok atau lebih. Hipotesis asosiatif,
adalah dugaan terhadap ada tidaknya hubungan secara signifikan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis penelitian yang akan menguji dalam penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah
yang diajukan, tetapi perlu diketahui bahwa setiap penelitian tidak harus berhipotesis, namun harus
merumuskan masalahnya. Penelitian yang tersusun dalam paradigma model struktural, pengujian
hipotesis menggunakan SEM (Structural Equation Modeling), dimana konsep dasar yang
digunakan adalah analisis korelasi dan regresi yang berbentuk path analisis.
BAB VIII
PELAPORAN DAN ANALISIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Menurut The national patient safety (2003), keselamatan pasien adalah proses yang dijalankan
oleh organisasi yang bertujuan membuat layanan kepada pasien menjadi
lebih aman. Proses tersebut mencakup pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, dan kemampuan belajar dari suatu
kejadian, menindaklanjuti suatu kejadian, dan menerapkan solusi untuk meminimalkan
risiko berulangnya kejadian serupa. Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah
suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman. (KKP-RS PERSI 2005).
Sedangkan menurut penjelasan UU 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 yang
dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit/KKP-RS (2008) mendefinisikan bahwa keselamatan (safety) adalah
bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien (Patient safety) adalah
pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm
yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik, sosial, psikologi, cacat, kematian dan
lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan.
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan
mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya atau potensiaal bahaya yang dapat
terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya
kesalahan sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi selanjutnya.
5. Sentinel Event
a. Kejadian sentinel harus dilaporkan dari unit pelayanan rumah sakit ke Komite
Keselamatan Paien Rumah Sakit dalam waktu maksimal 2x24 jam setelah terjadinya
insiden, dengan melengkapi formulir laporan insiden.
b. Kejadian sentinel yang harus dilaporkan antara lain :
1. Kematian yang tidak terantisipasi yang tidak berhubungan dengan proses penyakit.
2. Kehilangan permanen dari fungsi fisiologis pasien yang tidak berhubungan dengan
proses penyakit.
3. Salah lokasi, prosedur dan salah pasien saat pembedahan.
4. Penculikan bayi, salah identifikasi bayi.
5. Kekerasan/ perkosaan di tempat kerja yang mengakibatkan kematian, cacat permanen,
dan kasus bunuh diri di rumah sakit.
c. Hasil laporan dilakukan RCA (Root Cause Analysis) oleh Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKP-RS) dan unit terkait.
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin
tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang diproduksi.
Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan
untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality of customer’s satisfaction) yang dilakukan oleh setiap
orang dari setiap bagian di Rumah Sakit.
Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus pengendalian (control
cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Study-Action” (P-D-S-A) = Relaksasi (rencanakan – laksanakan
– pelajari –aksi). Pola P-D-S-A ini dikenal sebagai “siklus Shewart”, karena pertama kali dikemukakan
oleh Walter Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi
analisis P-D-S-A lebih sering disebuit “siklus Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang
mempopulerkan penggunaannya dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun itu disebut, P-
D-S-A adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (continous
improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-S-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses perbaikan
kualitas (quality improvement) secara rerus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaaan yang
lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti tampak pada gambar 1.
Dalam gambar 1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan dipecahkan dan pencarian
sebab-sebabnya serta penetuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan pengambilan keputusan yang terlalu
cepat serta keputusan yang bersifat emosional. Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang
akan dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar
pelayanan. Peningkatan
Pemecahan masalah
A P
S D dan peningkatan
A P
Standar
S D Pemecahan masalah
dan peningkatan
Standar
Follow-up
Corrective
Action
Improvement
(5) Menyelenggarakan
Pendidikan dan
Study Memeriksa akibat (4)
latihan
pelaksanaan (3)
Melaksanakan
pekerjaan Do
Keenam langkah P-D-S-A yang terdapat dalam gambar 4 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut
Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan. Penetapan sasaran
tersebut ditentukan oleh Direktur RS. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis
informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan maksud
tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak
dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
Konsep PDSA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang efektif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai diperlukan
partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua karyawan dalam
pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya
tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau menolak cara berfikir dan berbuat yang
semata-mata bersifat pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya
sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis
kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kualitas pelayanan
dalam kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan
adalah pengendalian tidak hanya terhadap outcome, tetapi terhadap hasil setiap proses. Proses
pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika
terdapat pengendalian kualitas dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses
dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan
manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok,
sebagai mata rantai dari suatu proses.
BAB X
MANAJEMEN RISIKO
Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk mengidentifikasi dan
mengendalikan seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh area baik
manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit
perlu menjamin berjalannya sistim untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan
erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dan berdampak kepada pencapaian sasaran
mutu rumah sakit. Ketiganya berkaitan erat dalam suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(Kemenkes RI, 2011).
Risiko adalah “peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat berpengaruh negatif terhadap
perusahaan.” (ERM) Pengaruhnya dapat berdampak terhadap kondisi :
Sumber Daya (human and capital)
Produk dan jasa , atau
Pelanggan,
Dapat juga berdampak eksternal terhadap masyarakat,pasar atau lingkungan.
Risiko adalah “fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian yang tidak diinginkan, dan
tingkat keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut.
Risk = Probability (of the event) X Consequence
Risiko di Rumah Sakit:
Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien
yang bermutu tinggi, aman dan efektif.
Risiko non klinis/corporate risk adalah semua issu yang dapat berdampak terhadap tercapainya
tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.
Kategori risiko di rumah sakit ( Categories of Risk ) :
Patient care care-related risks
Medical staff staff-related risks
Employee Employee-related risks
Property Property-related risks
Financial risks
Other risks
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas
risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit
adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri (The Joint Commission on Accreditation of
Healthcare Organizations/JCAHO).
Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis dan pengelolaan semua
risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan
terhadap semua jenispelayanan dirumah sakit pada setiap level
Jika risiko sudah dinilai dengan tepat, maka proses ini akan membantu rumah sakit, pemilik dan para
praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai
keseimbangan optimal antara risiko, keuntungan dan biaya.
Dalam praktek, manajemen risiko terintegrasi berarti:
Menjamin bahwa rumah sakit menerapkan system yang sama untuk mengelola semua fungsi-
fungsi manajemen risikonya, seperti patient safety, kesehatan dan keselamatan kerja, keluhan,
tuntutan (litigasi) klinik, litigasi karyawan, serta risiko keuangan dan lingkungan.
Jika dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan, modernisasi dan clinical
governance, manajemen risiko menjadi komponen kunci untuk setiap desain proyek tersebut.
Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko dan keselamatan, contoh:
“data reaktif” seperti insiden patient safety, tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan insiden
kesehatan dan keselamatan kerja, “data proaktif” seperti hasil dari penilaian risiko;
menggunakan pendekatan yang konsisten untuk pelatihan, manajemen, analysis dan investigasi
dari semua risiko yang potensial dan kejadian aktual.
Menggunakan pendekatan yang konsisten dan menyatukan semua penilaian risiko dari semua
jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.
Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk register
Menggunakan informasi yang diperoleh melalui penilaian risiko dan insiden untuk menyusun
kegiatan mendatang dan perencanaan strategis.
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau
kerugian secara finansial. Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan diambil manajemen
terhadap risiko tersebut.
Instrument:
1. Laporan KejadianKejadian(KTD+KNC+Kejadian Sentinel+dan lain-lain)
2. Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari penyimpangan-
penyimpangan pada praktik dan prosedur)
3. Pengaduan (Complaint) pelanggan
4. Survey/Self Assesment, dan lain-lain
Pendekatan terhadap identifikasi risiko meliputi:
Brainstorming
Mapping out proses dan prosedur perawatan atau jalan keliling dan menanyakan kepada
petugas tentang identifikasi risiko pada setiap lokasi.
Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai umpan balik
Penilaian risiko (Risk Assesment) merupakan proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya
risiko yg dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko risiko. RS harus punya Standard yang
berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni Risk Register:
1. Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun
2. Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi eksternal &
internal, external assessments dan Akreditasi
3. Informasi potensial risiko maupun risiko actual (menggunakan RCA&FMEA)
Penilaian risiko Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk Pasien dan
publik dapat terlibat bila memungkinkan. Area yang dinilai:
Operasional
Finansial
Sumber daya manusia
Strategik
Hukum/Regulasi
Teknologi
Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit
1. Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap pasien dapat
dinilai dengan tepat.
2. Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain.
3. Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua risiko, yaitu
menggunakan RCA.
4. Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan clinical governance.
5. Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari kejadian
yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.
Risk Assessment Tools yang digunakan dalam menangani risiko yang terjadi :
Risk Matrix Grading
Root Cause Analysis
Failure Mode and Effect Analysis
A. Identifikasi Risiko dan Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Dalam hal ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro-aktif) dan insiden yang
sudah terjadi (dengan pendekatan reaktif / responsif).
Risiko potensial dapat diidentifikasi dari berbagai macam sumber, misalnya:
a. Informasi internal (rapat bagian / koordinasi, audit, incident report, klaim, komplain)
b. Informasi eksternal (pedoman dari pemerintah, organisasi profesi, lembaga penelitian)
c. Pemeriksaan atau audit eksternal
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading)
dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)
Mungkin sekali Mungkin terjadi pada banyak keadaan tapi tidak menetap 4
(likely)
Hampir pasti (Almost Dapat terjadi pada tiap keadaan dan menetap 5
certain)
Identifikasi dampak
Dampak
Kemungkinan Sangat rendah Rendah Sedang Besar Ekstrim/
(likelihood) Catarastopik
Jarang 1 2 3 4 5
Kadang-kadang 2 4 6 8 10
Mungkin 3 6 9 12 15
Mungkin sekali 4 8 12 16 20
Hampir pasti 5 10 15 20 25
Nilai
1–3 4–6 8 – 12 15 – 25
Rendah Sedang Bermakna Tinggi
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan prioritas
penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola / mengendalikan
risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori hijau / kuning /ungu/ merah.
C. Evaluasi Risiko
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading yang
didapat dalam analisis.
D. Kelola Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan risiko
atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level terendah (risiko
sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.
E. Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori hijau dan kuning, maka tindak lanjut
evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui tahapan:
1. Identifikasi insiden dan di-grading
2. Mengumpulkan data dan informasi:
- Observasi
- Telaah dokumen
- Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. Penyebab langsung:
- individu
- peralatan
- lingkungan tempat kerja
- prosedur kerja
b. Penyebab tidak langsung:
- individu
- tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang
Rekomendasi :
Penanggung Jawab :
Tanggal :
Manajemen Resiko :
Investigasi lengkap : YA/TIDAK Tanggal:
Diperlukan investigasi lebih lanjut : YA/TIDAK Tanggal:
Investigasi setelah grading ulang : Hijau/Kuning/Merah
Di dalam menganalisa penyebab masalah, jangan berhenti hanya pada penyebab langsung namun harus
terus menggali hinga kepada akar masalah sehingga penyelesaian yang direkomendasikan nantinya
bukanlah penyelesaian simptomatik semata melainkan benar-benar penyelesaian etiologi yang dapat
mencegah berulangnya insiden yang sama di kemudian hari.
BAB X
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Setiap unit wajib melaksanakan kegiatan pemenuhan indikator kinerja manajerial dan mutu yang
sudah ditetapkan sesuai dengan kebijakan/pedoman/acuan yang digunakan di Rumah Sakit.
2. Setiap unit wajib melaporkan kegiatan pemenuhan indikator kinerja manajerial dan mutu yang
sudah ditetapkan.
3. Seluruh unit Rumah Sakit melaporkan hasil pencatatan tersebut kepada Tim Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien setiap bulan.
4. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rs.Citama melakukan pencatatan kegiatan
yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala
menggunakan system manajemen data informasi dan teknologi.
5. Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien RS.Citama melakukan sosialisasi hasil
evaluasi mutu kepada seluruh staf Rumah Sakit dan masyarakat luas.