Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

DISUSUSN OLEH :

 GABRIELLA RENIL
(B.19.012)
 BRIGITA.M
(B.19.010)
 JUMRAWATI (B.19.013)
 RAHMAWATI (B.19.019)

STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR


PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2020/2022

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Manajemen terpadu balita sakit merupakan satu bentuk pengelolalaan balita yang
mengalami sakit dengan tujuan meningakatakan dejarat kesehatan serta kualitas
pelayanan kesehatan anak.upaya ini merupakan salah satu cara efektif untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan pada bayi dan anak.Bentuk penglolaan ini
dapat dilakukan pada pelayanan tingkat pertama seperti unit rawat
jalan,puskesmas,polindes,dan lain-lain.Manajemen ini dilaksanakan secara terpadu
tidak terpisah dari salah satu bentuk kegiatan kesehatan.Dikatakan terdapu karena
bentuk pengelolaannya dilaksanakan secara bersama dan penanganan kasusnya tidak
pencegahan penyakit,serta promosi untuk tumbuh kembang(Bessenecker,2002)
Dalam pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit ini,strategi yang digunakan adalah
upaya kuratif,promotif,dan preventif.Upaya kuratif dilakukan dengan penanganan
secara langsung pada balita yang sakit adanya
pneumonia,diare,malaria,campak,demam berdarah,masalah teliga,dan masalah gizi.
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dalam bahasa inggris yaitu integrated
management of childhood illness (IMCI) adalah manjemen untuk menangani balita
sakit bersifat terpadu berarti mencari dan mngobati dengan dipandu buku bagan
MTBS ( depkes, 2008).
B. SEJARAH MTBS
MTBS atau integrated management of childhood illness ( IMCI) pertama kali
dikembangkan pada tahun 1992 oleh UNICEF dan organisasi kesehatan dunia
(WHO) dengan tujuan pencegahan, deteksi dini dan pengobatan penyakit pada
penyebab utama kematian anak (Unicef, 2012). Fasilitas kesehatan tingkat pertama di
Negara-negara berpenghasilan rendah, dukungan diagnostik seperti radiologi dan
laboratorium, pelayanan minimal atau tidak adalah obat-obatan dan peralatan sering
langka. Petugas kesehatan mengenali riwayat, tanda dan gejala untuk menentukan
suatu program manajemen terbaik dari sumber daya yang tersedia, sehingga dapat
memberikan perawatan yang berkualitas kepada anak-anak yang sakit serius WHO
dan UNICEF telah membahas tantangan ini dengan mengembangkan strategi yang
disebut IMCI atau manajemen terpadu balita sakit (MTBS) ( WHO, 2014)
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996. Modul
MTBS telah diadaptasi pada tahun 1997 atas kerja sama anatara kemenkes RI, WHO,
Unicef dan ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) . PENERAPAN MTBS di Indonesia
berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara berkala
sesuai perkembangan program kesehatan di departemen kesehatan dan ilmu
kesehatan anak melalu IDAI. Hingga akhir tahun 2009, penerapan MTBS telah
mencakup 33 provinsi, namun belum seluruh puskesmas mampu menerapkan karena
berbagai sebab, diantaranya belum adanya tenaga kesehatan yang sudah berlatih
MTBS dan sarana prasarana untuk pelaksanaan kegiatan ( depkes 2008)
C. SASARAN MTBS
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi 2 kelompok
kelompok sasaran yaitu : (1) kelompok usia 1 minggu sampai 2 bulan (< 2 bulan );
kelompok usia 2 bulam sampai 5 tahun ( depkes 2008)
D. TUJUAN MTBS
Kegiatan MTBS bertujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
meningkatkan kulaitas pelayanan kesehatan unit rawat jalan kesehatan dasar di
puskesmas ( depkes 2008)
E. Manfaat MTBS
Manfaat MTBS menurut depkes ( 2008) antaran lain. (1) menurunkan angka
kematian balita (2) memperbaiki status gizi; (3) meningkatkan manfaat pelayanan
kesehatan; (4) mempebaiki kinerja kesehatan (5) memperbaiki kualitas pelayanan
dengan biaya lebih murah.
F. Proses MTBS
Proses MTBS menurut depkes (2008) terdiri 6 langkah yaitu
a. Penilaian
Bagan penilaian anak sakit teridiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisik. Penilaian penyakit dalam MTBS (1) penilaian
dan kalsifikasi batuk atau sukar bernafas; (2) penilaian dan klasifikasi diare; (3)
penilaian dan klasifikasi ( malaria, DBD, dan campak ); (4) penilaian dan
klasifikasi masalah telinga; (5) pemeriksaan status gizi; (6) memeriksa anemia;
(7) pemeriksa status HIV; (8) memeriksa status imunisasi; (9) pemberian vitamin
A (10) penilian masalah keluhan lain .
b. Klasifikasi penyakit
Klasifikasi dalam MTBS merupakan penilaian untuk menggolopngkan tingkat
keparahan penyakit dan bukan diagnosis penyakit yang spesifik. Klasifikasi
penyakit mempunyai tibdakan sesuai warna dasar antara lain : (1) merah yaitu
pennaganan segera atau perlu di rujuuk;n (2) kuning yaitu pengobatan spesifik di
pelayanan kesehatan; (3) hijau yaitu perawatan di rumah
c. Identifikasi tindakan
Tindakan apa yang dilakukan setelah klasifikasi
d. Pengobatan
Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang baik dan efektif
dengan ibu untuk memberikan obat dan dosis obat yang harus diberikan di klinik
maupun di rumah
e. Konseling
Alur konseling merupakan nasehat perawatan termasuk pemberian makan dan
cairan di rumah dan nasehat kapan harus kembali segaera maupun kembali untuk
tindak lanjut
f. Pelayanan tindak lanjut pada kunjungan ulang.

Bagan MTBS
G. Komponen penerapan MTBS
Dalam rencana aksi MTBS 2008-2014 kementerian kesehatan RI menetapkan ada 3
komponen dalam penerapan startegi MTBS yaitu
a. Komponen I
Inprofin case manajemen skill of first level workers trough trining and follow up
yaitu, meningkatkan keterampilan tenanga kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit menggunakan pedoman MTBS yang telah diadaptasi ( dokter,
perawat, bidan, tenaga kesehatan)
b. Komponen II
Ensuring that health facility support required to provide effective IMCI careare in
place yaitu memperbaiki system kesehatan agar penanganan penyakit pada balita
lebih efektif
c. Komponen III
Household and community component, yaitu menigkatkan praktek atau peran
keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian
pertolongan kasus balita sakit ( meningkatkan pemberdayaan keluarga dan
masyarakat, yang dikenal sebagai ‘manajemen terpadu balita sakit berbasis
masayarakat’ ). ( prasetiawaty 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Simbolon Demsa. 2019. Pencegahan Stanting Melalui Intervensi Gizi Spesifik Pada Ibu
Menyusui Pada Anak Usia 0-24 Bulan. Jawa Barat. Media Sahabat Cendekia.

Oktiawati Anisa,Julianti Erna.2019.Konsep dan Aplikasi Keperawatn Anak.Jakarta.Trans Info


Media.
Kementrian kesehatan republic Indonesia.2019.buku bagan manajemn terpDU BALITA SAKIT

Anda mungkin juga menyukai