SEJARAH KESEHATAN
MASYARAKAT DUNIA DAN
INDONESIA
KESEHATAN (HEALTH)
Kesehatan Kedokteran
Masyarakat
Obyek Masyarakat Individual
Fokus/titik berat Promotif-Preven Kuratif
tif
Parameter Meningkatnya Pasien sembuh
Keberhasilan kesejahteraan dari penyakit
Indikator Contoh: IMR, Lepas dari
MMR, penyakit, tidak
morbiditas cacat
TINDAKAN PREVENSI
FASE
PRIMARY Lima tingkat
SEBELUM
PREVENTION pencegahan (Leavell
SAKIT
dan Clark):
1.Health Promotion
2.Specific Protection
SECONDARY 3.Early Diagnosis and
PREVENTION Prompt Treatment
FASE 4.Disability Limitation
SELAMA 5.Rehabilitation
PROSES
SAKIT TERTIARY
PREVENTION
Primary prevention
1. Health Promotion: penyuluhan,
peningkatan gizi, pengawasan
tumbuhkembang balita, anak dan
remaja, perbaikan rumah sehat, hiburan,
pengendalian lingkungan, dsb
2. General and Specific Protection:
vaksinasi, penyediaan air bersih/PI, K3,
perlindungan dari bahan karsinogenik,
dsb
Secondary prevention
(Early diagnosis and prompt treatment)
1. Mencari kasus sedini mungkin
2. General check-up rutin (indiv/mass screening)
3. Selective screening
4. Peningkatan keteraturan berobat
5. Pemberian pengobatan yang tepat/adekwat
Tertiary prevention
1. Disability limitation: penyempurnaan pengobatan
lanjutan agar tidak terjadi komplikasi, pencegahan
komplikasi dan cacat, perbaikan fasilitas kesehatan,
mengusahakan pengurangan beban non medis
PERILAKU
Status
KETURUNAN
Kesehatan
PELAYANAN
Masyarakat
LINGKUNGAN
PERKEMBANGAN ILMU
KESEHATAN DI INDONESIA
Perkembangan ilmu kesehatan di
Indonesia
Berhubungan dengan sejarah perkembangan negara
Indonesia
Berhubungan dengan sejarah perkembangan ilmu
kesehatan di dunia
Terbagi ke dalam pembabakan sejarah: kolonialisme
Belanda, imperialisme Jepang, perang kemerdekaan,
orde 48-66, orde 66-98
Kolonialisme Belanda (A)
Upaya kesehatan bagi rakyat dilakukan terutama di
daerah perkebunan milik Belanda (onderneming)
Institusi pemberi yankes (poliklinik) Dienst der
Volksgezondheid (dinas kesehatan rakyat)
Preventif medicine dilakukan oleh dokter
(pribumi Dokter Jawa), juru patek, juru cacar
Vaksinasi cacar (ditemukan Jenner 1789) dilakukan di
Jawa mulai 1804, dimulai pada pemilik
onderneming keluarga masyarakat
Perkembangan dokter Jawa (1)
Adanya wabah penyakit rakyat di wilayah onderneming di
Banyumas (1847) dokter Belanda tidak mungkin
menanggulangi rekrut bumiputera tanpa harus tamat SD
Gagasan sekolah dokter Jawa (2 tahun) oleh Dr W Bosch
(Chef Militaire Dienst).
Sekolah dokter Jawa (1851) di Jakarta, direktur: Dr A Bleeker
(officier van de gezondsheids dienst)
Dokter Jawa setingkat mantri cacar (paramedis)
Adanya simpati dokter Belanda kurikulum menjadi 3 tahun
sehingga lebih mandiri
1864 sekolah dokter Jawa menjadi 3 tahun
Perkembangan dokter Jawa (2)
1867-1868 terjadi konflik antara yang menentang dan
mendukung dokter Jawa kewenangan dokter Jawa dicabut
karena khawatir dengan meluasnya komunikasi dokter Jawa
yang berpraktek mandiri dengan masyarakat
membahayakan kedudukan pemerintah kolonial Belanda
Dr JJWE van Riemsdyk mengkritik kurikulum 3 tahun dokter
Jawa perubahan kurikulum 7 tahun (2 tahun persiapan dan 5
tahun kedokteran, dan bahasa Belanda) dengan major
menolong persalinan
1902 sekolah dokter Jawa menjadi 9 thn (kebidanan dan
kedokteran kehakiman)
Perkembangan dokter Jawa (3)
1903 sekolah dokter Jawa STOVIA (School tot Opleiding
van Inlandse Artsen)/Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera
Lulusannya bukan Dokter Jawa Indische Arts
Wewenangnya mempraktekkan seluruh ilmu kedokteran
1923 menghasilkan lulusan pertama di Indonesia
1927 STOVIA sempat berubah menjadi Geneeskundige
Hogeschool (GH)
1913 di Surabaya dibuka pendidikan dokter NIAS (Nederlands
Indische Artsen School)
Kolonialisme Belanda (B)
PH dirintis via mother and child health
MCH dirintis oleh Dr Stratz (obstetricus WN Austria)
dan Dr Maasland (dokter militer)
Kursus bidan dirintis oleh stadsvroedvrouw asal
Belanda (satu-satunya bidan di Jawa) 1850,
diselenggarakan di Militaire Hospital Batavia (sekarang
RSPAD Gatot Soebroto)
Kolonialisme Belanda (C)
Kursus yang lain:
Dr Van Buren mendidik 4 orang jadi bidan di Kediri
(akhir abad 19)
Dr Bervoets dari Zending Protestant di Mojowarno
mendidik 4 orang jadi bidan
Pada 1907 di Pulau Jawa sudah ada 37 bidan
Pendidikan bidan akhirnya banyak diselenggarakan
swasta (terutama zending) di mana lulusannya
ditempatkan di Nederland Indie (Jawa)
Kolonialisme Belanda (D)
Pendidikan dokter di Belanda dan di Jawa berbeda,
terutama untuk ilmu kedokteran kehakiman
Di Jawa kedokteran kehakiman adalah MA diujikan,
di Belanda fakultatif
Ilmu penyakit kulit dan mata adalah bagian ilmu
penyakit dalam
Keduanya berdiri sendiri 1930 karena endemi
trachoom dan patek (frambusia)
Kolonialisme Belanda (E)
Pemberantasan cacar yang dirintis 1804 baru dimulai di Jawa
1856 dan disempurnakan 1922 ;(CFR=20%)
Kolera (endemis di India 1818) mewabah 1848-1853,
1864-1865, 1896-1899, 1909-1913, 1915-1919 (6864†)
Pest timbul di Malang Selatan (1910-1915 dan 22,000†)
Jawa Tengah 1923 Jawa Barat (1923-1928 dan 1933-1935;
1934 meninggal karena pest 23,239 jiwa; di Bandung
meninggal 600 jiwa) vaksinasi pest (ditemukan Otten)
diberikan pada 2 juta penduduk
Kolonialisme Belanda (F)
Tokoh-tokoh dokter yang menggugah perlunya perhatian
pemerintah kolonial pada kesehatan:
1. Dr Bosch (1847) pribumi bersalin dalam keadaan
“mishandeling”, penganiayaan sia-sia
2. Dr Startz
3. Dr Van Buren (1889) mempengaruhi pendapat masyarakat
via majalah dan buku “De verloskundige voorziening voor
Nederland Indie” tentang perlunya pertolongan persalinan
yang higienis dan dilakukan oleh nakes
Kolonialisme Belanda (G)
Tokoh lain:
Prof Boerman menaksir mortalitas karena persalinan 3 X
daripada karena pest
Dr Erland (RS HVA Toeloengredjo (1936) menyatakan
bahwa kondisi persalinan masih sangat buruk dari jaman van
Buren
Prof Remmelts menyatakan bahwa angka kematian karena
persalinan di Hindia Belanda sebesar 16%, atau setiap 15
menit seorang yang bersalin meninggal
Kematian karena persalinan 7X daripada karena malaria, dan
4 X daripada karena pest
Kolonialisme Belanda (H)
Kesehatan anak:
Angka kematian anak umur < 1 tahun = 30%
Setiap 1 menit 1 anak meninggal
Angka kematian pada anak terbesar disebabkan
salah makan
Imperialisme Jepang
1942 STOVIA dan NIAS ditutup, dokter-dokter
Belanda ditangkap kekosongan tenaga dokter
dirasakan oleh Jepang ketika perang dengan sekutu
29 April 1943 dibuka sekolah dokter di Jakarta
bernama Ika Dai Gaku
Kurikulum 5 tahun, dan bahasa pengantar Bahasa
Indonesia (kalau dosennya dar Jepang
menggunakan bhs Jepang/English)
Ika Dai Gaku
Adanya korps guru besar pimpinan Prof Itagaki, dan
anggota: Dr Asikin, Dr A Mochtar, Dr Hidayat dan Dr
Hadibroto
Ika Dai Gaku juga dimanfaatkan untuk persiapan
perlawanan di antaranya melalui pengibaran bendera
merah putih di Gedung United Studiosorium
Indonesiensis/USI (Jl Kramat 45)
Periode 1945-1948
Transisi kolonial Belanda ke pemerintah RI membuat
kesibukan meningkat Vaksinasi/revaksinasi cacar
tidak bisa dilakukan
Adanya wabah cacar di Sumatera Tengah (kini Riau)
menyebar ke Aceh dan Jawa
Sampai 1950 tidak banyak dilakukan usaha kesehatan
rakyat
1948-1966
Indonesia masuk WHO dan UNICEF (1950) pengaruh WHO
besar
1951 Bandung Plan menyatakan perlunya penyelenggaraan
puskesmas bagi yankesmas di pedesaan
Bandung plan dicetuskan oleh Dr Leimena dan Dr Patah Ide
Patah Leimena
Promosi Bandung Plan kurang sehingga tidak dijadikan public
health policy
Health center digemakan lagi oleh Sulianti, Achmad
Dipodilogo dll.
Bandung Plan masuk dalam laporan WHO 1954
HC-HC dirintis di Mojosari, Bekasi, Metro dan Bali
Rekomendasi WHO Expert Comitte Report
No. 55 & 83
Dalam pembangunan negara sedang berkembang,
problematika kesehatan harus ditanggulangi Rural
Health Unit.
Unit harus diterima sebagai organisasi masyarakat
desa, di mana pelaksanaan kesehatan dikerjakan oleh
HC
Program kesehatan yang harus disajikan kepada
masyarakat desa melalui puskesmas harus mencakup
pokok-pokok kesehatan minimal (Basic health
service)
1966-1998
Draft Plan integrasi (Dr Achmad):
1. Kesehatan adalah program yang berkesinambungan
2. Dilaksanakan secara koordinatif
3. Adanya public health policy
4. Berorientasi community health and community
welfare
5. Pendekatan teamwork
Program-program kesehatan
1. Pemberantasan frambusia melalui TCP (Troponema
Controle Program) dan TCP Simplified
2. Program simplified juga dilakukan untuk TBC dan
kusta
3. Pemberantasan malaria melalui Malaria Eradication
Program
A
I SW PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN
S
H A MASYARAKAT DI INDONESIA
A
M
AS Diskusikan program kesehatan masyarakat apa saja
UG
T yang ada pada setiap orde pemerintahan?
1945 – 1966
1967 – 1998
1998 – 2012