Overt
Culture
Covert
Culture
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
1. BAHASA
2. PENGETAHUAN
3. ORGANISASI SOSIAL/KEKERABATAN
4. MATA PENCAHARIAN HIDUP/EKONOMI
5. PERALATAN HIDUP/TEKNOLOGI
6. RELIGI DAN KEPERCAYAAN
7. KESENIAN
SOSIOLOGI
b. Kenyataan sosial pada dasarnya terdiri atas pola-pola perilaku individu yang nyata dan
konsekuensi-konsekuensinya.
kebudayaan-kebudayaan materiil.
d. Kebudayaan nonmateriil yang tidak mampu mengejar kecepatan perubahan dalam kebudayaan
materiil yang terus melaju. Hasilnya adalah suatu ketegangan yang terus meningkat antara budaya
5 Organisasi formal + + +
Penjelasan
1. Kategori statistik: pengelompokan atas dasar ciri tertentu
yang sama, misal: kelompok umur
2. Kategori sosial: kelompok individu yang sadar akan
ciri-ciri yang dimiliki bersama, misal: IBI, IDI, PII
3. Kelompok sosial: kelompok individu yang terbentuk
karena hubungan darah, perkawinan, pertemanan, misal:
keluarga batih, kerabat
4. Kelompok tidak teratur: kelompok individu yang
terbentuk karena berkumpul pada satu tempat dan satu
waktu karena perhatian yang sama, misal: orang-orang
antri karcis kereta api
5. Organisasi formal: kelompok yang sengaja dibentuk
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya, misal: birokrasi
PSIKOLOGI
• PSYCHE DAN LOGOS
• PSYCHE: SESUATU YANG ABSTRAK, YANG
MENJADI PENGGERAK DAN PENGATUR BAGI
SEGALA TINGKAH LAKU SESEORANG, BAIK
TINGKAH LAKU YANG TERMASUK PERBUATAN
MAUPUN TINGKAH LAKU YANG TERMASUK
PENGHAYATAN
• STUDI ILMIAH MENGENAI PERILAKU MANUSIA
DAN PROSES-PROSES YANG BERKAITAN
DENGAN PROSES TERSEBUT
44
FOKUS PSIKOLOGI
1. TINGKAH LAKU YANG DAPAT DIAMATI
SECARA LANGSUNG (MISALNYA BERJALAN,
LARI, BERCAKAP-CAKAP) DAN TINGKAH
LAKU YANG TIDAK DAPAT SECARA
LANGSUNG DAPAT DIAMATI (PERASAAN,
PIKIRAN, MOTIVASI, REAKSI BERBAGAI
KELENJAR DLL.)
2. PERILAKU NORMAL, PERILAKU
ABNORMAL, PERILAKU SAKIT
3. ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF DAN
PSIKOMOTOR,
METODE PSIKOLOGI
1. METODE INTROSPEKSI/MAWAS DIRI: Subyek meninjau kembali apa yang pernah
dihayatinya
2. METODE EKSTROSPEKSI: Gejala-gejala yang ada pada orang lain YANG DIAMATI
diinterpretasikan untuk disamakan dengan gejala-gejala yang pernah dialami sendiri
3. METODE BIOGRAFI: Datanya atas dasar ingatan terhadap peristiwa yang telah terjadi
4. METODE PENGUMPULAN BAHAN: tulisan tangan, puisi, prosa, gambar (pada anak kecil,
karya gambar banyak memberikan interpretasi kejiwaan
5. METODE EKSPERIMEN
6. METODE TES
7. METODE ANGKET
8. METODE CASE STUDY
9. METODE KLINIS
10. METODE OBSERVASI
RAGAM METODE TES
FUNGSINYA a.SPEED TEST (TES KECEPATAN)
b.POWER TES (TES KEMAMPUAN)
c.GENERAL SURVEY TEST (TES UNTUK MEMBANDINGKAN
KECAKAPAN SUBYEK YANG SEBAYA)
ORGANISASINY a. TES BENTUK ESAI/URAIAN
A b. TES BENTUK OBYEKTIF
BANYAKNYA A. INDIVIDUAL
B. KLASIKAL
OBYEK YANG a. TES PERHATIAN
INGIN b. TES INGATAN
DISELIDIKI c. TES INTELIGENSI
d. TES BAKAT
CARA a. TES BAHASA/VERBAL
MENJAWABNYA b. TES PERBUATAN/PERFORMANSI
TEORI-TEORI PSIKOLOGI
• TEORI AGRESI PSIKOANALISIS – SIGMUND
FREUD
• TEORI DISONANSI KOGNITIF – FESTINGER
• TEORI KEPRIBADIAN – ERICH FROMM
• TEORI DEPRIVASI RELATIF – GURR
• TEORI KECERDASAN MAJEMUK – HOWARD
GARDNER
Agresi walaupun merupakan konsep yang sangat familiar tetapi tampaknya tidak mudah
untuk mendefinisikannya. Agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang
lain, baik secara fisik maupun psikis (Baron & Byrne, 1994; Brehm & Kassin, 1993;
Brigham, 1991). Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan,
maka perilaku tersebut bukan dikategorikan perilaku agresi. Rasa sakit akibat tindakan
medis misalnya, walaupun sengaja dilakukan bukan termasuk agresi. Sebaliknya, niat
menyakiti orang lain tetapi tidak berhasil, hal ini dapat dikatakan sebagai perilaku agresi.
Teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana manusia secara
konsisten mencari dan berupaya untuk mengurangi disonansi atau ketidaknyaman dalam
berbagai situasi yang baru. Teori ini secara revolusional memikirkan tentang proses-proses
psikologi sosial khususnya yang terkait dengan bagaimana suatu penghargaan berdampak
pada sikap dan perilaku. Selain itu, teori ini juga menekankan pada bagaimana perilaku
dan motivasi berdampak pada persepsi dan kognisi.
Erich Fromm membagi sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter
sosialnya:
1. Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial masyarakat ini penuh
cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. Dalam
sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan kekejaman sangat jarang terjadi, tidak didapati
hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini
banyak dijumpai.
2. Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki unsur dasar tidak
destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat ini memandang keagresifan dan
kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki merupakan hal yang lazim ditemui.
Masyarakat ini tidak memiliki kelemah-lembutan, dan saling percaya.
3. Sistem C, yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif, agresif, kebrutalan,
dendam, pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini
sangat sering terhadi persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam bentuk materi
berupa mengunggulkan simbol.
Deprivasi relatif adalah keadaan psikologis dimana seoranag merasakan ketidakpuasan atau
kesenjangan atau kekurangan yang subyektif pada saat keadaan diri dan kelompoknya di
bandingkan dengan kelompok lain. Relative Deprivation terjadi apabila suatu kelompok atau
individu merasa mengalami kekurangan sesuatu dibandingkan dengan kelompok lain yang
dianggap mendapatkan lebih.
Menurut Sear & Mcconahay relative deprivasion muncul manakala individu mengukur diri
mereka dan membandingkan dengan dunia sekitarnya, khususnya ketika mereka melihat apa
yang ditayangkan oleh telivisi. Sebagai contoh di Amerika Serikat pada tahun '60-an, kelompok
minoritas melihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang meningkat hanya menguntungkan
kelompok tertentu kecuali kelompok mereka.Pemikiran seperti itu (bahwa impian Amerika
tidak dapat mereka raih) menyebabkan munculnya kekerasan dan kejahatan diberbagai daerah
urban di Amerika Serikat. Jadi apabila masing-masing kelompok menganggap bahwa mereka
sudah mendapatkan sesuatu sesuai dengan yang patut mereka dapatkan maka tidak akan
terjadi prasangka.Pertumbuhan prasangka dengan tidak sadar dan yang berdasarkan
kekurangan pengetahuan dan pengertian akan fakta-fakta kehidupan yang sebenarnya dari
golongan-golongan orang yang diprasangkai.Faktor lainnya yaitu untuk kepentingan
perseorangan atau golongan tertentu yang akan memperoleh keuntungan atau rezekinya
apabila mereka memupuk prasangka social, seperti yang diuraikan oleh Prof. A. M. Rose dalam
brosur UNESCO “The roots of prejudice”, prasangka sosial digunakan untuk mengeksploitasi
golongan lain demi kemajuan perseorangan atau golongan sendiri (Gerungan,2000).
Ragam Kecerdasan:
Kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan belajar dari pengalaman dan ilmu
untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. ... Kesembilan
kemampuan itu disebut sebagai kecerdasan majemuk.
Kecerdasan Verbal-Linguistik, Kecerdasan Logis-Matematis, Kecerdasan
Spasial-Visual, Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, Kecerdasan Musikal,
Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Naturalis,
Kecerdasan Eksistensial
DETERMINAN SOSIAL BUDAYA
KESEHATAN
PRE REQUISITE FOR HEALTH
(Ottawa Charter 1986)
1. PEACE
2. SHELTER
3. EDUCATION
4. FOOD
5. INCOME
6. A STABLE ECOSYSTEM
7. SUSTAINABLE RESOURCES
8. SOCIAL JUSTICE
9. EQUITY
54
DeterminanKesehatan
55
PROXIMAL DETERMINANT OF HEALTH
INTERSECTIONALITY OF SOCIAL DETERMINANTS OF HEALTH AND WELL-BEING
Pertanyaan
1. Apa pentingnya kita mempelajari antropologi
sosiologi, dan psikologi dalam konteks kita
belajar promosi kesehatan?
2. Seberapa pentingnya kita mengerti tentang
perubahan sosial, difusi kebudayaan, dan
kejiwaan dalam kesehatan masyarakat?