1. PENDAHULUAN
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi
sebagai dampak oksitisin (tetanuspasmin) yang dihasilkan oleh kuman
pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neoromuskular
(neoro muscular junction) dan saraf autonom (IDAI, 2008). Kekebalan terhadap tetanus
hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT (Saifuddin dkk, 2002 p.388).
Tetanus penyakit infeksi yang akut dan kadang fatal yang disebabkan oleh
neorotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani, yang sporanya
masuk kedalam tubuh melalui luka (Dorland, 1998 p.1985). Tetanus merupakan
penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Masih banyak calon ibu di masyarakat kita
terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa dibilang
masih "jauh" dari kondisi steril saat persalinan. Bila ibu hamil terpapar oleh bakteri atau
spora tersebut, maka si ibu berisiko terinfeksi. Infeksi juga bisa diperoleh dari pusar bayi
baru lahir. Pasalnya, bakteri ini tumbuh melalui luka dan biasanya terjadi saat proses
pemotongan tali pusat yang menggunakan alat-alat seperti gunting atau pisau yang tidak
steril (Utami, 2009).
Tetanus juga sering terjadi pada orang dewasa.sebagian besar pasien dengan tetanus
adalah dari masyarakat kalangan menengah ke bawah.Faktor kurangnya pengetahuan
tentang perawatan luka merupakan factor penyebab utama terjadinya tetanus.
2. DEFINISI
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium
tetani yang dimanifestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot
rangka.
3. KONSEP TEORI
1. Etiologi
2. Patofisiologi
1. luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau, cangkul
dan lain-lain.
2. Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
3. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
4. Faktor predisposisi
1. Umur tua atau anak-anak
2. Luka yang dalam dan kotor
3. Belum terimunisasi
5. Tanda dan gejala
1. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari
2. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
3. Kesukaran membuka mulut (trismus)
4. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
5. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus
6. Gambaran umum yang khas pada tetanus:
1. Badan kaku dengan epistotonus
2. Tungkai dalam ekstensi
3. Lengan kaku dan tangan mengepal.
4. Biasanya keasadaran tetap baik.
5. Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena rangsang suara,
rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan
6. Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur
vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat
kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia
dan sulit menelan.
7. Prognosa
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.
1. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot
rahang.
Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
9. Penatalaksanaan
Umum
Pembedahan
Pengkajian Umum
1. Riwayat penyakit sekarang; adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang tidak
adekuat.
2. Sistem Pernafasan ; dyspneu asfiksia dan sianosis akibat kontaksi otot pernafasan
3. Sistem kardio vaskuler; disritmia, takikardia, hipertensi dan perdarahan.
4. suhu tubuh awal 38-40 C atau febris, terminal 43-44 C
5. Sistem Neurolgis; (awal) irritability, kelemahan, (akhir) konvulsi, kelumpuhan
6. satu atau beberapa saraf otak.
7. Sistem perkemihan; retensi urine (distensi kandung kencing dan urine out put tidak
ada/oliguria)
8. Sistem pencernaan; konstipasi akibat tidak adanya pergerakan usus
4. PATHWAY
3. luka ringan(gores,lesi)
NEUROTOKSIK
LOKAL: GENERAL
system cerna
saluran pernafasan
SSP
trismus
opistotonus
risus ordonikus
kaku otot dinding perut
kaku ekstremitas
TIK
-g3 eliminasi
gagal nafas
kerusakan SSP
hipoksia
lumpuh
gangguan mobilisasi
tindakan A,B,C
atur posisi semi prone
Hentikan kejang
Cari penyebab
Atasipenyulit
debridement
netralisis tetani
nutrisi dan cairan
JL NAFAS TDK EFEKTIF
G3 PERTUKARAN GAS
G3 POLA NAFAS
G3 KOMUNIKASI VERBAL
-RESIKO KETDK SEIMBANGAN
CAIRAN ELEKTROLIT
G3 PEMENUHAN NUTRISI < KEBTHN
5. MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang dan
oliguria
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kekakuan otot mengunyah
3. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan kaku otot perut dan sering kejang
4. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum pada trachea dan
spasme otot pernafasan
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme otot pernafasan
6. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot
pernafasan
7. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kekakuan otot mulut
8. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya luka
9. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kondisi lemah dan sering kejang
6. INTERVENSI
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pd trachea
dan spasme otot pernafasan.ditandai dengan ronchi,sianosis,dyspnea,batuk tidak efektif
disertai sputum dan lender,hasil lab AGD abnormal
- Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal
3. Bersihkan mulut dan saluran nafas dari sekret dan lendir dengan melakukan
suction
4. Oksigenasi
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot
pernafasan yang ditandai dengan kejang rangsang,kontraksi otot pernafasan,adanya
lender dan secret yang menumpuk
Criteria:
R/: jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat
berjalan dengan lancar
R/: kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan
dapat terdeteksi dalam kandungan O2 dalam darah
R/: kompres merupakan salah satu cara menurunkan suhu tubuh dengan cara
proses konduksi
R/: anti bakteri mempunyai spectrum luas untuk mengobati gram positif
dan gram negative.Antipiretik untuk proses thermoregulasi untuk
mengantisipasi panas
Criteria :
BB optimal
Intake adekuat
1. Jelaskan factor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya makanan
bagi tubuh
R/: dampak tetanus adalah kekakuan pada otot mengunyah sehingga pasien
menjadi sulit mengunyah dan menelan dan kadang timbul efek balik atau
tersedak.dengan tingkat pengetahuan yang adekuat diharapkan pasien dapat
berpartisipasi dan kooperatif dalam program diit
R/: diit yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien dari tingkat membuka
mulut sampai mengunyah
R/; pemberian cairan perinfus diberikan pada pasien dengan ketidak mampuan
mengunyah dan tidak bisa makan lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi
terpenuhi
R/: NGT juga bisa berfungsi sebagai alat masuknya makanan dan juga obat
KASUS
PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn M
Umur : 55th
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Alamat : Sempor
1. RIWAYAT KEPERAWATAN
Pasien belum pernah mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit.Hanya
batuk pilek biasa dan di periksakan di mantri desa dan sembuh.
1. System pernafasan
2. System cardiovaskuler
3. System persarafan
Terpasang DC dengan produksi jam 08.00 s/d 09.00 sebanyak 100 cc,warna
kuning pekat,bau khas.Infeksi saluran kencing (-),oedem (-),scrotum (+),pubis (+)
5. System pencernaan
6. System musculoskeletal
Tonus otot kaku, pada sela jari kaki kiri terdapat bekas luka,oedema ekstremitas
atas (-),turgor kulit baik (elastis),kulit sawo matang,sianosis (-)
7. Psikososial
Pasien saat ini terpisah dengan keluarga karena proses pengobatan di ruang
isolasi,waktu sehat pasien biasa berkumpul dengan anak istri ,aktifitas sehari-hari
dengan bekerja di sawah,harapan keluarga agar penyakitnya segera sembuh dan
cepat pulang ke rumah.Hubungan pasien dan keluarga baik begitu juga dengan
tetangga sekitar.
8. Spiritual
Pasien beraga islam,keluarga yakin bahwa semua yang telah terjadi sudah ada
yang mengatur kita hanya berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi semua
kesulitan.keluarga yakin dengan berdoa kepada Tuhan YME bisa membantu
proses kesembuhan pasien.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Al : 11,7 /m3
Erytrosit :5,14/m3
Hb :16,1 gr%
Ht :47,4 vol%
Mcv :92,2 %
Mch :31,3%
Mcac : 34,4%
Trombosit:316 %
Gol darah: B
4. ANALISA DATA
1. DS:-
Diagnose keperawatan : jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot
pernafasan,penumpukan secret
2. DS:
DO: otot pernafasan kaku (spasme otot pernafasan),kejang 1x,kontraksi otot pernafasan
Diagnose keperawatan : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot
pernafasan
3. DS:
4. DS:
5. DS:
Kriteria hasil:
Intervensi: .
R/ Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respiransi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan
pembuntuan jalan nafas.
2. Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (adakah ronchi) tiap
2-4 jam sekali
R/ Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau sekret yang
menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk
mengoptimalkan jalan nafas.
3. Bersihkan mulut dan saluran nafas dari sekret dan lendir dengan melakukan suction
4. Oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia.
5. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja
jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
II. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kaku otot pernafasan,timbulnya kejang
berulang
Criteria hasil :
intervensi
R/:sianosis merupakan salah satu tanda menifestasi ketidak adekuatnya supply O2 pada
jaringan tubuh perifer
4. Oksigenasi
R/:kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat
terdeteksi dalam kandungan O2 dalam darah
Criteria hasil :
Intervensi :
1. Beri pengaman di sekitar tempat tidur
R/: pengikatan pada pasien akan lebih menyiksa pasien dan melukai pasien
9. Hindari kegaduhan
Criteria hasil :
Intervensi:
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam berkomunikasi
V. Potensial Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
mengunyah
Criteria hasil :
1. BB optimal
2. Intake adekuat
3. Turgor baik
4. Pasien tampak segar tidak pucat
5. Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg
Intervensi :
1. Jelaskan factor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya makanan
bagi tubuh
R/: dampak tetanus adalah kekakuan pada otot mengunyah sehingga pasien menjadi sulit
mengunyah dan menelan dan kadang timbul efek balik atau tersedak.dengan tingkat
pengetahuan yang adekuat diharapkan pasien dapat berpartisipasi dan kooperatif
dalam program diit
R/: diit yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien dari tingkat membuka mulut sampai
mengunyah
R/: NGT juga bisa berfungsi sebagai alat masuknya makanan dan juga obat
2. IMPLEMENTASI
DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON
1. pemberian O2 3l/mnt
2. mengukur frekuensi
pernafasan,16x/mnt
3. meluruskan posisi
leher pasien
1.terpasang O2,pasien
Pkl 08.00 wib nyaman ,kooperatif
pkl 08.03 wib
Pola nafas tidak efektif 2.RR 16 x/mnt
berhubungan dengan 1. mencari
kaku otot pernafasan den tempat/bagian tubuh
potensi kejang berulang pasien yang mungkin
telah terjadi perukaan 3.pasien kooperatif,tidak
2. memasang pagar timbul kejang
pengaman tempat
tidur
3. melonggarkan
pakaian pasien 1.tidak ada bagian tubuh
4. memberi bantal di yg luka karena trauma
Pkl 08.00 wib pinggir tempat tidur
5. memasukkan pasien
Resiko injury di ruang yang gelap
berhubungan dengan dan jauh dari
kejang berulang keramaian
6. menganjurkan pada 2.pagar tempat tidur
keluarga untuk terpasang kuat
menunggu secara
bergantian
7. pengunjung untuk
masuk satu persatu 3.pakaian pasien
(bergantian),dan tidak
gaduh longgar,tidak tampak
menekan
4.bantal terpasang di
08.15 wib samping pasien
1. menjelaskan pada
keluarga penyebab 1.pasien ditunggu istrinya
mulut menjadi kaku
shg pasien tidak bisa
makan
2. mengkaji turgor kulit
pasien
3. mengkaji pengeluaran 2.pasien menggunakan
Tgl 26/02/11 pkl 08.00 urin gerakan seadanya sekuat
wib. 4. palpasi otot perut gerakan tangannya
5. memasang NGT
Gangguan komunikasi 6. memasang cairan
verbal berhubungan infuse RL drip
dengan kaku otot diazepam 2 amp 20 3.pasien belum kuat
mulut,rahang mengatup tpm menulis
rapat,sulit membuka 7. memasang kateter
-menyambung infuse RL + 2
ap diazepam
Cc 1.TD:90/70 mmhg
S:36,7 0C
16.15 4.membantu membersihkan N:80 x/mnt
mulut pasien dengan kassa
dan bethadin kumur RR:22x/mnt
-membantu memandikan
pasien
6.urin pasien 750 cc buang
-memberi diit sonde 250 cc
N:80 x/mnt
RR:22x/mnt
RR: 20x/mnt
-menyambung infus
13.00
08.00wib
11.30 wib
13.00 wib
17.00 wib
21.00 wib
3. CATATAN PERKEMBANGAN
TGL EVALUASI
S:-
P:lanjutkan implementasi
DX III S:-
P: lanjutkan implementasi
P:lanjutkan intervensi
S:-
TGL
27/2/11 O: turgor kulit baik,terpasang NGT,masuk cairan /diit personde 250 cc+
1 gelas air putih pembilas sonde 500 cc,terpasang kateter jumlah urin
100 cc
05.00 A:masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
P:lanjtkan intervensi
S:-
S:-
P:lanjutkan intervensi
28/2/11
05.00
S:-
P:lanjutkan intervensi
14.00
S;-
P:lanjutkan intervensi
20.00
wib
S:-