Anda di halaman 1dari 22

AUTISME

SUTARMI, MN
PENDAHULUAN

ETIOLOGI MANIFESTASI
DEFINISI KLINIS

PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI PATHWAY

PEMERIKSAAN
PENATALAKSANAAN
PENUNJANG
DEFINISI
• Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada anak. Menurut Veskarisyanti (2008 : 17) d
alam bahasa Yunani dikenal kata autis, “auto” berarti sendiri ditujukan pada seseorang ketika menunjukkan gajala hi
dup dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri. Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada t
ahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, ga
ngguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adany
a aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan k
eteraturan di dalam lingkungannya.
• Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang
sering disebut sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehil
angan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi
(Budiman, 1998).
• Definisi autisme adalah kelainan neuropsikiatrik yang menyebabkan kurangnya kemampuan berinteraksi social dan k
omunikasi, minat yang terbatas, perilaku tidak wajar dan adanya gerakan stereotipik, dimana kelainan ini muncul seb
elum anak berusia 3 tahun (Teramihardja J, 2007).
• Jadi, dapat disimpulakn bahwa autism gangguan psikologis pada anak dimana anak memiliki atau merasa tertarik de
ngan03/21/2021
dunianya sendiri. 3
ETIOLOGI
1. Genetik
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Keracunan logam
4. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak disera
p oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena facto
r ekonomi.
5. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan tubuhnya sendiri.imun adalah kek
ebalan tubuh terhadap virus/bakteri penyakit,sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan
oleh tubuh penderita itu sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurk
annya.
6. Cidera otak
7. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.
8. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti.
03/21/2021 4
9. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi.
KLASIFIKASI

1 Autisme Persepsi

2 Autisme Reaksi

3 Autisme yang timbul kemudian

03/21/2021 5
MANIFESTASI KLINIS
• Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang m
ereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi memp
ersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, pe
rmainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memi
liki kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang
idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
• Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-ba
gian tubuh.
• Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berl
anjut dan mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
• Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak
menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
• Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
• Kontak mata minimal atau tidak ada.
03/21/2021 6
• Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan men
ggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap ra
ngsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkej
ut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada
rangsangan lain.
• Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
• Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat ber
bicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal, bent
uk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbica
ra pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
• Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungs
ional.
• Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan m
ata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat. 7
03/21/2021
Perbedaan perkembangan anak normal dan anak autis pada masa infant dan toddle
r FAKTOR PEMBEDA PERKEMBANGAN NORMAL ANAK AUTIS
Pola tatapan mata Usia 6 bulan sudah mampu melakukan kontak sosial Pandangan mereka melewati orang
melalui tatapan dewasa yang mencegah
Toddler: menggunakan gaze sebagai sinyal perkembangan pola interaksi melalui
pemenuhan vokalisasi mereka atau mengundang tatapan
partner untuk bicara Lebih sering melihat kemana-mana
daripada ke orang dewasa

Affect Usia 2,5-3 bulan sudah melakukan senyum sosial Tidak ada senyum sosial
Usia 30-70 bulan melihat dan
tersenyum terhadap ibunya, tapi tidak
disertai dengan kontak mata dan
kurang merespon senyuman ibunya
Vokalisasi Usia 2-4 bulan anak dan ibu terlibat dalam pola Karakter Autism mereka tampak dari
yang simultan dan berganti vokal yang menjadi awal kurangnya babbling yang
bagi komunikasi verbal selanjutnya. menghambat jalan interaksi sosial ini

03/21/2021 8
Imitasi Sosial: berkaitan dengan Langsung muncul setelah lahir Usia 8-26 bulan dapat meniru
responsifitas sosial, bermain ekspresi wajah tapi melalui
bebas dan bahasa sejumlah keanehan dan respon
mekanikal yang mengindikasikan
sulitnya perilaku ini bagi mereka
Inisiatif dan Reciprocity Merespon stimulus yang ada Anak menjadi penerima pasif dari
sehingga timbul reciprocity permainan orang dewasa dan
tidak berinteraksi secara ktif
dengan mereka
Attachment Kelekatan pada anak autis diselingi
dengan karakteristik pengulangan
pergerakan motorik mereka
seperti tepukan tangan,
goncangan dan berputar-putar
Kepatuhan Anak autis patuh terhadap
permintaan. Jika permintaan
tersebut sesuai dengan kapasitas
intelektual mereka, mereka dapat
merespon secara pantas saat
mereka dalam lingkungan yang
terstruktur dan dapat diprediksi.
Anak autis memiliki sifat
03/21/2021 negativistik secara berlebihan9
Komunikasi 1. Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.
2. Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan
dalam kemampuan bicara.
3. Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang
baik.
4. Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
5. Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.

Interaksi Sosial 1. Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk
berinteraksi secara layak.
2. Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi,
aktivitas, dan  interes bersama.
3. Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
4. Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan
sesuatu bersama-sama.

Perilaku 1. Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya
duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
2. Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus
cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu
diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak
minta diulang.
3. Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan,
menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
4. Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang
diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara
tertentu.
03/21/2021 10
PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listri
k (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian o
tak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.
Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak ber
usia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, de
ndrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar
anak.
Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkung
an. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunaka
n menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat
dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropi
n dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yan
g merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan selsaraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkemba
ngan jalinan sel saraf. Braingrowth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kon
disi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.

03/21/2021 11
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporka
n berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autism
e. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada system saraf pusat),
dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal m
ematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kem
atian sel Purkinye. Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.
Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal m
asa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang meny
ebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alcohol berlebihan atau obat s
eperti thalidomide. Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama melakukan g
erakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa.
Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan
target, over selektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan. Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada
otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel
neuron di hipokampus (bagian depan otak besaryang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (ba
gian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori). Penelitian pada monyet dengan merusak hipokam
pus dan amigdala mengakibatkan bayi monyet berusia dua bulan menunjukkan perilaku pasif-agresif. Mereka tidak mem
ulai kontak sosial, tetapi tidak menolaknya.
Namun, pada usia enam bulan perilaku berubah. Mereka menolak pendekatan sosial monyet lain, menarik diri, mulai
menunjukkan gerakan stereotipik dan hiperaktivitas mirip penyandang autisme. Selain itu, mereka memperlihatkan gang
guan kognitif.
03/21/2021 12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 4
Neutrologis MRI(Magnetic resonance imaging)

2 5
Test neupsikologis EEG(elektro encepalogram)

3 6
Test pendengaran Pemeriksaan darah

7
Pemeriksaan urine
03/21/2021 13
PENATALAKSANAAN
MEDISKimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT) yaitu
neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis mempunyai kadar serotonin
dalam darah. Kadar norepinefrin,dopamin,dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling
berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat
keadaan atau perjalanan autis tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan
diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur. Risperidone bias digunakan sebagai antagonis
reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku yang menyakiti diri
sendiri.

KEPERAWATAN
1. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara yang
lebih baik.
2. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
3. Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya sringkali tidak memahami
mereka.mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif terhadap
suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih
untuk mencari latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
03/21/2021
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya. 14
ASUHAN KEPERAWATAN

1 PENGKAJIAN

2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

3 RENCANA KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac, A (2005) dan Townsend, M.C
(1998) antara lain:
1. Tidak suka dipegang
2. Rutinitas yang berulang
3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
4. Terpaku pada benda mati
5. Sulit berbahasa dan berbicara
6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
7.  Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain Ketidakmampuan untuk membedakan b
atas-batas tubuh diri sendiri dengan orang lain Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain at
au gerakkan-gerakkan mimik orang lain
9. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali, pembalika
n pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan ab
strak, tidak adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.
03/21/2021 16
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 RESIKO MUTILASI DIRI

2 GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL

3 GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL

4 GANGGUAN IDENTITAS DIRI

03/21/2021 17
RESIKO MUTILASI DIRI
Tujuan : Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative (missalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat)
sebagai respons terhadap kecemasan dengan criteria hasil:
1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri
2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa cemas

1. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang kondusif untuk mencegah
perilaku merusak diri . Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan anak)
2. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai respon terhadap kecemasan. Rasi
onal : pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara /alternative pemecahan yang tepat
3. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-mukul kepala, sarung ta
ngan untuk mencegah menarik – narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah lu
ka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris . Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital
dari cidera
4. Membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat. Rasional : Untuk dapat bisa lebih
menjalin hubungan saling percaya dengan pasien
5. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu mening-katnya kecemasan agar tidak
terjadi mutilasi . Rasional : Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-perilaku mut
ilasi diri dan memberikan rasa aman
GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive
pada wajah dan kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil :
1. Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
2. Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi d
engan orang lain
3. Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain

1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan kepercayaan. Rasional : Interaksi sta
f dengan pasien yang konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan.
2. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa
aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress. Rasional : Benda-benda
ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu aman bila anak merasa distres.
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika anak berusaha untuk memenu
hi kebutuhan-kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hub
ungan saling percaya. Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan dan m
empertahankan hubungan saling percaya.
4. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan penguatan
yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyu
man, dan pelukan. Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu rangsangan yang g
encar pada pasien yang tidak terbiasa.
5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubu
ngan dengan orang lain dilingkungannya. Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk
hubungan saling percaya dapat memberikan rasa aman.
GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak
mata dalam waktu yang telah ditentukan dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
2. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
3. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain

1. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi


anak. Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tin
da-kan-tindakan dan komunikasi pasien.
2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan pola komunikasi terb
en-tuk. Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi kecemasan anak
se-hingga anak akan dapat mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan asertif.
3. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk menguraikan kode pola
komunikasi ( misalnya :" Apakah anda bermaksud untuk mengatakan bahwa..?"). Rasio
nal: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi dari pesan yang diterima, men
jelaskan pengertian-pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati untuk tida
k "berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya".
4. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan ekspresi-ekspresi no
n-verbal yang benar dengan menggunakan contoh. Rasional: Kontak mata mengekspres
ikan minat yang murni terhadap dan hormat kepada seseorang
GANGGUAN IDENTITAS DIRI
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam wa
ktu yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
2. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi ka
ta-kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)

1. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak. Rasional: Interaksi pasien staf meningkatkan pemb
en-tukan data kepercayaan.
2. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatan-kegiatan perawatan diri,
seperti berpakaian dan makan. Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspada
an anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain.
3. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya. Rasional : Kegiatan-kegiat
an ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari or
ang lain.
4. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan untuk menjelaskan
perbedaan-perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai ke
perca-yaan anak telah terbentuk. Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan sebagai sua
tu ancaman oleh pasien.
5. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-batas tubuh dengan menggu
na- kan cermin dan lukisan serta gambar-gambar dari anak. Rasional: Dapat memberikan gambar
an tentang bentuk tubuh dan gambaran diri pada anak secara tepat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai