Anda di halaman 1dari 22

AUTISME

KELOMPOK 7

DAHLIA
INDAH OKTAVIA
PUTRI WULAN SARI
PENDAHULUAN

ETIOLOGI MANIFESTASI
DEFINISI KLINIS

PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI

PEMERIKSAAN
PENUNJANG PENATALAKSANAAN
DEFINISI
• Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pad
a anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut sindrom Kanner y
ang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang mela
mun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perh
atian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi (Budiman, 1998).
• Definisi autisme adalah kelainan neuropsikiatrik yang menyebabkan kuran
gnya kemampuan berinteraksi social dan komunikasi, minat yang terbatas,
perilaku tidak wajar dan adanya gerakan stereotipik, dimana kelainan ini m
uncul sebelum anak berusia 3 tahun (Teramihardja J, 2007).
• Jadi, dapat disimpulakn bahwa autism gangguan psikologis pada anak dim
ana anak memiliki atau merasa tertarik dengan dunianya sendiri.
ETIOLOGI

1. Genetik
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragi
l).
3. Keracunan logam
4. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak
5. Terjadi autoimun pada tubuh penderita ya
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.
KLASIFIKASI

1 Autisme RINGAN

2 Autisme SEDANG

3 Autisme BERAT
MANIFESTASI KLINIS
• Penarikan diri
• Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempi
t, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
• Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kes
ibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak terceng
gang dengan objek mekanik.
• Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara
lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak
bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
• Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
• Kontak mata minimal atau tidak ada.
• Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan men
ggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap ra
ngsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkej
ut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada
rangsangan lain.
• Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
• Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat ber
bicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal, bent
uk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbica
ra pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
• Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungs
ional.
• Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan m
ata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.
Perbedaan perkembangan anak normal dan anak autis pada masa infant dan toddle
r FAKTOR PEMBEDA PERKEMBANGAN NORMAL ANAK AUTIS
Pola tatapan mata Usia 6 bulan sudah mampu melakukan kontak sosial Pandangan mereka melewati orang
melalui tatapan dewasa yang mencegah
Toddler: menggunakan gaze sebagai sinyal perkembangan pola interaksi melalui
pemenuhan vokalisasi mereka atau mengundang tatapan
partner untuk bicara Lebih sering melihat kemana-mana
daripada ke orang dewasa

Affect Usia 2,5-3 bulan sudah melakukan senyum sosial Tidak ada senyum sosial
Usia 30-70 bulan melihat dan
tersenyum terhadap ibunya, tapi tidak
disertai dengan kontak mata dan
kurang merespon senyuman ibunya
Vokalisasi Usia 2-4 bulan anak dan ibu terlibat dalam pola Karakter Autism mereka tampak dari
yang simultan dan berganti vokal yang menjadi awal kurangnya babbling yang
bagi komunikasi verbal selanjutnya. menghambat jalan interaksi sosial ini
Imitasi Sosial: berkaitan dengan Langsung muncul setelah lahir Usia 8-26 bulan dapat meniru
responsifitas sosial, bermain ekspresi wajah tapi melalui
bebas dan bahasa sejumlah keanehan dan respon
mekanikal yang mengindikasikan
sulitnya perilaku ini bagi mereka
Inisiatif dan Reciprocity Merespon stimulus yang ada Anak menjadi penerima pasif dari
sehingga timbul reciprocity permainan orang dewasa dan
tidak berinteraksi secara ktif
dengan mereka
Attachment Kelekatan pada anak autis diselingi
dengan karakteristik pengulangan
pergerakan motorik mereka
seperti tepukan tangan,
goncangan dan berputar-putar
Kepatuhan Anak autis patuh terhadap
permintaan. Jika permintaan
tersebut sesuai dengan kapasitas
intelektual mereka, mereka dapat
merespon secara pantas saat
mereka dalam lingkungan yang
terstruktur dan dapat diprediksi.
Anak autis memiliki sifat
negativistik secara berlebihan
Komunikasi 1. Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.
2. Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan
dalam kemampuan bicara.
3. Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang
baik.
4. Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
5. Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.

Interaksi Sosial 1. Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk
berinteraksi secara layak.
2. Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi,
aktivitas, dan  interes bersama.
3. Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
4. Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan
sesuatu bersama-sama.

Perilaku 1. Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya
duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
2. Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus
cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu
diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak
minta diulang.
3. Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan,
menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
4. Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang
diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara
tertentu.
PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik (akson) se
rta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwar
na kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih.
Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampa
i tujuh bulan.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderit
a autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor,
neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat ki
mia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan selsaraf, migrasi, diferensiasi, pertum
buhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Braingrowth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah ter
tentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tu
mbuh dan mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuh
an sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel
Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls
saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga m
erangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada system
saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara ab
normal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mema
tikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic
factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye. Gang
guan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 4
Neutrologis MRI(Magnetic resonance imaging)

2 5
Test neupsikologis EEG(elektro encepalogram)

3 6
Test pendengaran Pemeriksaan darah

7
Pemeriksaan urine
PENATALAKSANAAN
MEDISKimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT) yaitu
neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis mempunyai kadar serotonin
dalam darah. Kadar norepinefrin,dopamin,dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling
berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat
keadaan atau perjalanan autis tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan
diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur. Risperidone bias digunakan sebagai antagonis
reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku yang menyakiti diri
sendiri.

KEPERAWATAN
1. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara yang
lebih baik.
2. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
3. Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya sringkali tidak memahami
mereka.mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif terhadap
suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih
untuk mencari latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
ASUHAN KEPERAWATAN

1 PENGKAJIAN

2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

3 RENCANA KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac, A (2005) dan Townsend, M.C
(1998) antara lain:
1. Tidak suka dipegang
2. Rutinitas yang berulang
3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
4. Terpaku pada benda mati
5. Sulit berbahasa dan berbicara
6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
7.  Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain Ketidakmampuan untuk membedakan b
atas-batas tubuh diri sendiri dengan orang lain Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain at
au gerakkan-gerakkan mimik orang lain
9. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan stuktur gramatis, ekolali, pembalika
n pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda, ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan ab
strak, tidak adanya ekspresi nonverbal seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 RESIKO MUTILASI DIRI

2 GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL

3 GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL

4 GANGGUAN IDENTITAS DIRI


RESIKO MUTILASI DIRI
Tujuan : Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative (missalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat)
sebagai respons terhadap kecemasan dengan criteria hasil:
1. Rasa gelisah dipertahankan pada tingkat anak merasa tidak memerlukan perilaku-perilaku mutilatif diri
2. Pasien memulai interaksi antara diri dan perawat apabila merasa cemas

1. Jamin keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang kondusif untuk mencegah
perilaku merusak diri . Rasional: Perawat bertanggun jawab untuk menjamin keselamatan anak)
2. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai respon terhadap kecemasan. Rasi
onal : pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara /alternative pemecahan yang tepat
3. Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-mukul kepala, sarung ta
ngan untuk mencegah menarik – narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah lu
ka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris . Rasional : Untuk menjaga bagian-bagian vital
dari cidera
4. Membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat. Rasional : Untuk dapat bisa lebih
menjalin hubungan saling percaya dengan pasien
5. Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu - waktu mening-katnya kecemasan agar tidak
terjadi mutilasi . Rasional : Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-perilaku mut
ilasi diri dan memberikan rasa aman
GANGGUAN INTERAKSI SOSIAL
Tujuan : Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive
pada wajah dan kontak mata dalam waktu yang ditentukan dengan criteria hasil :
1. Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
2. Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsive pada wajah dan perilaku-perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi d
engan orang lain
3. Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain

1. Jalin hubungan satu – satu dengan anak untuk meningkatkan kepercayaan. Rasional : Interaksi sta
f dengan pasien yang konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan.
2. Berikan benda-benda yang dikenal (misalnya: mainan kesukaan, selimut) untuk memberikan rasa
aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami distress. Rasional : Benda-benda
ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu aman bila anak merasa distres.
3. Sampaikan sikap yang hangat, dukungan, dan kebersediaan ketika anak berusaha untuk memenu
hi kebutuhan-kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hub
ungan saling percaya. Rasional: Karakteristik-karakteritik ini meningkatkan pembentukan dan m
empertahankan hubungan saling percaya.
4. Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan penguatan
yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan sentuhan, senyu
man, dan pelukan. Rasional : Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu rangsangan yang g
encar pada pasien yang tidak terbiasa.
5. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk hubu
ngan dengan orang lain dilingkungannya. Rasional :Kehadiran seorang yang telah terbentuk
hubungan saling percaya dapat memberikan rasa aman.
GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL
Tujuan : Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak
mata dalam waktu yang telah ditentukan dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
2. Pesan-pesan nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
3. Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain

1. Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi


anak. Rasional: Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tin
da-kan-tindakan dan komunikasi pasien.
2. Antisipasi dan penuhi kebutuhan-kebutuhan anak sampai kepuasan pola komunikasi terb
en-tuk. Rasional : Pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi kecemasan anak
se-hingga anak akan dapat mulai menjalin komunikasi dengan orang lain dengan asertif.
3. Gunakan tehnik validasi konsensual dan klarifikasi untuk menguraikan kode pola
komunikasi ( misalnya :" Apakah anda bermaksud untuk mengatakan bahwa..?"). Rasio
nal: Teknik-teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi dari pesan yang diterima, men
jelaskan pengertian-pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. Hati-hati untuk tida
k "berbicara atas nama pasien tanpa seinzinnya".
4. Gunakan pendekatan tatap muka berhadapan untuk menyampaikan ekspresi-ekspresi no
n-verbal yang benar dengan menggunakan contoh. Rasional: Kontak mata mengekspres
ikan minat yang murni terhadap dan hormat kepada seseorang
GANGGUAN IDENTITAS DIRI
Tujuan: Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri dan bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam wa
ktu yang ditentukan untuk mengenali fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil:
1. Pasien mampu untuk membedakan bagian-bagian dari tubuhnya dengan bagian-bagian dari tubuh orang lain
2. Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari lingkungannya dengan menghentikan ekolalia (mengulangi ka
ta-kata yang di dengar) dan ekopraksia (meniru gerakan-gerakan yang dilihatnya)

1. Fungsi pada hubungan satu-satu dengan anak. Rasional: Interaksi pasien staf meningkatkan pemb
en-tukan data kepercayaan.
2. Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatan-kegiatan perawatan diri,
seperti berpakaian dan makan. Rasional : Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspada
an anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain.
3. Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya. Rasional : Kegiatan-kegiat
an ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari or
ang lain.
4. Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan untuk menjelaskan
perbedaan-perbedaan antara pasien dengan perawat. Berhati-hati dengans entuhan sampai ke
perca-yaan anak telah terbentuk. Rasional: Bila gerak isyarat ini dapat diintepretasikan sebagai sua
tu ancaman oleh pasien.
5. Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian-bagian dari batas-batas tubuh dengan menggu
na- kan cermin dan lukisan serta gambar-gambar dari anak. Rasional: Dapat memberikan gambar
an tentang bentuk tubuh dan gambaran diri pada anak secara tepat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai