PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gangguan Asperger (GA) merupakan spektrum gangguan perkembangan
pervasif kompleks, ditandai perburukan menetap fungsi sosialisasi/interaksi sosial,
komunikasi, kognisi, sensasi, disertai pola perilaku berulang serta minat terbatas
(Anurogo dan Ikrar, 2015).
2.2. Sejarah
2.3. Epidemiologi
Sindrom asperger sering terdiagnosis setelah anak berusia > 3 tahun atau usia
sekolah. Prevalensi sindrom asperger berkisar dari 3/1000 anak hingga 2,5/10.000
anak sampai 1/100.000 anak. Sindrom asperger lebih sering pada anak lelaki
dibandingkan anak perempuan dengan rasio 4-9:1. Di Indonesia, belum ada data pasti
(Anurogo dan Ikrar, 2015).
2.4 Etiologi
3
4
keturunan atau genetik dan kelainan struktural pada daerah tertentu diotak sangat
berperan penting. Faktor genetik berhubungan dengan pengaruh gen pada saat
perkembangan fungsi otak. Sebagai contoh, ayah yang memiliki kesulitan dalam
fungsi sosialnya, kemungkinan besar akan menghasilkan keturunan dengan indikasi
sindrom asperger. Contoh lain seorang ibu pecandu alkohol, narkoba, rokok, dan
minuman keras lainnya, merupakan potensi besar kelak akan melahirkan anak dengan
sindrom asperger. Selain faktor genetik, faktor non genetik juga diduga menjadi sebab
lahirnya anak dengan gangguan asperger. Sebagai contoh, tekanan yang berat dan
tuntutan yang begitu tinggi sehingga anak memiliki rasa takut yang berlebihan dan
menjadi kurang asertif.
Penyandang Sindrom Asperger dapat dilihat dari beberapa tanda dan gejala,
diantaranya:
1. Masalah Sosialisasi
a. Penyandang Sindrom Asperger sebenarnya ingin berteman tetapi teman-
temannya sering menolak dan mengejek.
b. Penyandang Sindrom Asperger tidak mengerti bagaimana perasaan orang lain.
c. Penyadang Sindrom Asperger tidak mengerti humor dan norma-norma yang
berlaku dilingkungannya.
d. Penyandang Sindrom Asperger akan menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma sosial yang berlaku.
e. Penyandang Sindrom Asperger lebih suka terhadap rutinitas yang menarik
perhatian mereka sehingga akan sulit dalam beradaptasi.
2. Masalah Komunikasi
a. Dalam percakapan, penyandang Sindrom Asperger akan lebih banyak
berbicara tentang hal yang menarik minatnya tanpa berfikir apakah lawan
bicaranya tertarik dengan apa yang dibicarakannya.
b. Sering kali tidak memahami bahasa non verbal seperti ekspresi dan bahasa
tubuh orang lain serta kurangnya melakukan kontak mata.
c. Penyandang Sindrom Asperger akan sangat terobsesi dengan hal-hal yang
menarik baginya.
5
2.9 Penatalaksanaan
Orang tua dan guru atau pendidik diharapkan dapat menemukan dan
mengembangkan potensi anak. Luangkan waktu untuk berinteraksi setiap hari.
Didiklah dengan cinta kasih. Berkomunikasi dengan bahasa sederhana. Bermain peran
membantu memahami perspektif, sudut pandang, paradigma, pikiran, dan perasaan
orang lain. Latihan visualisasi juga bermanfaat. Hendaknya menjelaskan tugas satu
per satu dengan nada lambat.
8
2.10 Pencegahan
2.11 Prognosis