Anda di halaman 1dari 58

Ni Putu Devi Sulistyawati Kardha, SST.Ft., M.

Fis
 1. Autism Spectrum Disorder (ASD)
2. attention Deficit Disorder (ADD)
3. Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)
AUTISME
 Autism berasal dari bahasa yunani
 ‘autos’ yang berarti sendiri.

Istilah ini menggambarkan keadaan yang cenderung


dikuasai oleh pikiran atau perilaku yang terpusat pada
diri sendiri
AUTIS MENURUT DSM V (DIAGNOSTIC AND STATISTICAL
MANUAL OF MENTAL DISORDER)

 American Psychiatric Association (APA) mengeluarkan panduan edisi


terbaru dari panduan psikiatrik yakni buku "Diagnostic and Statistical
Manual Disorders (DSM)” Edisi Kelima (V) atau disingkat menjadi
DSM-5.

 Autisme pada DSM-5 disebut sebagai Autism Spectrum Disorder


(ASD) yaitu dikarakterisasikan sebagai
 “Defisit yang persisten dalam komunikasi dan interaksi sosial pada berbagai
situasi, termasuk defisit hubungan timbal balik sosial, perilaku komunikatif
non-verbal, dan ketrampilan mengembangkan, mempertahankan serta
memahami hubungan. Sebagai tambahan atas defisit dari diagnosis ASD yaitu
adanya pola perilaku ketertarikan yang terbatas, maupun aktivitas yang
berulang”
AUTIS MENURUT DSM V (DIAGNOSTIC AND STATISTICAL
MANUAL OF MENTAL DISORDER)

 Autis memiliki 2 gejala utama :


1. Komunikasi sosial.
2. Minat terbatas dan perilaku berulang.
 Panduan ini menyiratkan bahwa diagnosa autis diberikan
ketika anak menunjukkan kesulitan untuk melakukan
komunikasi dan adaaptasi sosial disebabkan keunikan perilaku.
 Keunikan perilaku disebabkan minat yang terbatas pada
beberapa obyek atau aktifitas. Tapi keunikan ini juga
disebabkan pola kognitif dan kebutuhan sensorisnya yang
berbeda dari anak pada umumnya.
NEUROPHATOLOGY ASD
 a. Korteks cerebri
 Penyandang autis mempunyai kelainan pada lobus frontalis dan
lobus parietalis. Autis sebanyak 45 % mempunyai kelainan
pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak kurang
peduli pada lingkungannya.
 Sehingga apabila anak autis kurang terangsang dengan keadaan
lingkungan atau keadaan sosialnya, ada kemungkinan terjadi
kelainan pada daerah lobus parietalis pada otaknya.
 Sedangkan lobus frontalis terdapat area broca yang terletak di
gyrus frontalis superior. Area ini berperan dalam proses
bahasa, serta kemampuan dan pemahaman berbicara.
b. Cerebellum
 Autis juga dapat disebabkan karena adanya kelainan pada otak

kecil atau cerebellum, terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak


kecil memiliki tanggung jawab untuk proses sensoris, daya
ingat berfikir, belajar berbahasa, dan proses atensi (perhatian)
 Kelainan pada otak kecil atau cerebellum ini mengakibatkan

gangguan atau kekacauan lalu lintas impuls di otak.


 Penyebab itulah yang membuat anak autis memiliki kelainan

pada proses sensoris, kemampuan mengingat, berfikir,


berbahasa, dan kurang perhatian.
c. Sistem Limbik
 Ada juga kelainan pada sistem limbik yang disebut hippocampus dan

amygdala. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar


dan daya ingat sehingga menyebabkan kesulitan dalam menyimpan
informasi baru.
 Gangguan pada hippocampus juga menyebabkan perilaku yang

diulang-ulang, yang aneh dan hiperaktif.


 Sedangkan amygdala bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang

sensorik, proses memori, emosi dan pengendali rasa takut.


 Gangguan sistem limbik ini dapat menyebabkan anak kesulitan dalam

mengendalikan emosinya, sehingga anak biasa menajdi agresif atau


sangat pasif.
PENYEBAB ASD
a. Faktor neurobiologis
 Ggn neurobiologis pada susunan saraf pusat (otak).

 Biasanya, gangguan ini terjadi dalam tiga bulan pertama kehamilan,

bila pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat tidak sempurna


b. Masalah genetik
 Faktor genetik memegang peranan kuat dan ini terus diteliti. Pasalnya

banyak manusia mengalami mutasi genetik yang bisa terjadi karena


cara hidup yang semakin modern (penggunaan zat kimia dalam
kehidupan sehari-hari, faktor udara yang semakin terpoluasi).
Beberapa faktor yng juga terkait dalah usia ibu saat hamil, usia ayah
saat istri hamil, serta masalah yang terjadi saat hamil dan proses
kelahiran.
c. Masalah selama kehamilan dan kelahiran
 Pada masa 8 minggu pertama kehamilan. I

 bu yang mengkonsumi alkohol, terkena virus rubella, menderita infeksi kronis

atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang diduga mempertinggi resiko autis.


 Proses melahirkan yang sulit sehingga bayi kekurangan oksigen juga diduga

berperan penting.
 Bayi yang lahir prematur atau punya berat badan di bawah normal lebih besar

kemungkinannya untuk mengalami gangguan pada otak


 Komplikasi prenatal, perinatal, dan neonatal yang meningkat juga menjadi

penyebab anak autis. Komplikasi yang sering terjadi ialah adanya pendarahan
setelah trimester pertama dan adanya kotoran janin pada cairan amnion yang
merupakan tanda bahaya dari janin.
d. Keracunan logam berat
 Keracunan logam berat merupakan kondisi yang sering dijumpai

ketika anak dalam kandungan.


 Keracunan logam seperti timbal, merkuri, cadmium dapat

 menyebabkan spasme infatile, rubella congenital, sclerosis

tuberose, lipidosis cerebral dan anomali kromosom X rapuh.


 Racun dan logam berat dari lingkungan yang berasal dari pestisida,

polusi udara dan cat tembok dapat mempengaruhi kesehatan janin.


Penelitian terhadap sejumlah anak autis menunjukkan kadar logam
berat (merkuri, timbale, timah) dalam darah mereka lebih tinggi
dibandingkan anak-anak normal (Maryanti, 2012).
e. Infeksi virus
 Autis diduga dapat disebabkan oleh virus (seperti rubella, toxoplasmosis, dan herpes),

jamur, nutrisi yang buruk, perdarahan dan keracunan makanan pada masa kehamilan yang
dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang menyebabkan fungsi otak bayi yang
dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
f. Vaksinasi
 Vaksinasi MMR (Meales, Mumps dan Rubella) menjadi salah satu faktor yang diduga kuat

menjadi penyebab autism walaupun sampai sekarang hal ini masih menjadi perdebatan.
 Banyak orangtua yang melihat anaknya yang tadinya berkembang normal menunjukkan

kemunduran setelah memperoleh vaksinasi MMR. Zat pengawet pada vaksinasi inilah
(Thimerosal) yang dianggap bertanggung jawab menyebabkan autis. Untuk menghindari
resiko maka beredar informasi bahwa sebaiknya vaksinisasi diberikan secara terpisah atau
menggunakan vaksinasi yang tidak mengandung thimerosal. Cara lain adalah menunggu
anak berusia 3 tahun untuk meyakinkan bahwa masa kemunculan gejala autis telah
terlewati (Maryanti, 2012).
KLASIFIKASI ASD

Ketertarikan yang
Derajat Autistik Komunikasi Sosial terbatas dan perilaku
berulang
Derajat 1 Dapat berinteraksi sosial Keterbatasan yang nyata
Membutuhkan tanpa bantuan, walaupun paling tidak pada satu hal.
dukungan/bantuan ringan mengalami kendala atau
kekurangan dalam
komunikasi sosial
Derajat 2 Ditandai dengan Ditandai dengan
Membutuhkan dukungan/ kekurangan dan keterbatasan yang nyata
bantuan sedang keterbatasan dalam dalam beberapa hal.
berinteraksi serta dalam
memberikan respon secara sosial
Derajat 3 Kemampuan Ditandai dengan adanya
Sangat membutuhkan berkomunikasi sosial yang keterbatasan yang nyata
dukungan / bantuan terbatas dalam kehidupan seharihari.
MASALAH KOMUNIKASI SOSIAL DAN INTERAKSI

 Sulit berteman atau berinteraksi dengan teman sebaya.


 Tidak atau kurang memahami bermain peran.
 Kurang memahami ruang pribadi orang lain.
 Kurang menghargai apa yang orang lain sampaikan.
 Kesulitan mempredisksi niat dan perilaku orang lain.
 Kesulitan memahami informasi abstrak.
 Kesulitan menjalin komunikasi dan percakapan sosial.
 Sulit memahami perasaan dan pikiran orang lain.
 Sulit memahami norma-norma
 Sulit bermain imaginatif.
MASALAH SENSORIS
 Hipersensitif Sensori
Kondisi dimana stimulasi yang diterima CNS yang
seharusnya cukup, namun dirasa berlebihan. Sehingga
anak cenderung menolak atau proteksi diri.
 Hiposensitif sensori

Kondisi dimana stimulasi yang diterima CNS yang


seharusnya cukup, namun dirasa kurang. Sehingga
anak cenderung mencari stimulasi. anak tampak aktif
dan selalu bergerak.
PROFIL KOGNITIF
 Kesulitan mentrasfer pemahaman yang telah
mereka pelajari pada berbagai konteks baru.
 Proses berpikir konkret membuat mereka fokus
pada detail dan kesulitan melihat konteks secara
umum.
 Biasanya profil kognitifnya juga berisi
ketidaksetaraan antara kemampuan diri.
KOMUNIKASI SOSIAL
 Tidak menyahut atau tidak merespon secara konsisten
ketika dipanggil namanya
 Tidak senyum pada pengasuh
 Tidak menggunakan komunikasi gerak tubuh secara
mandiri ketika berbicara, contoh : tanpa disuruh tidak
paham untuk mengayunkan tangan untuk menyatakan
selamat tinggal
 Tidak menunjukkan minat bermain dengan anak lain
 Tidak menunjukkan minat bermain cilukba atau bermain
peran .
KOMUNIKASI DAN PEMAHAMAN
 Tidak melakukan kontak mata untuk
mendapatkan perhatian atau komunikasi
 Tidak untuk menunjuk untuk menarik perhatian
orang lain untuk melihat hal yang sedang
menarik perhatiannya (atensi bersama)
 Tidak memahami kalimat instruksi sederhana
satu langkah, seperti : tunjukkan mana kucing
PERILAKU
 Memiliki minat berlebih pada suatu obyek dan
menjadi terpaku pada obyek tersebut
 Fokus berlebih pada suatu aktifitas atau obyek dan
bisa menghabiskan waktu yang cukup lama
 Mudah frustasi jika ad perubahan rutinitas sehari-
hari
 Mengulang beberpa gerak tubuh atau memiliki pola
gerak tubuh yang tidak biasa, misal : jalan jinjit,
mengayunkan tangan
SENSORIS
 Sangat sensitif pada rangsang sensasi tertentu,
misal mudah terganggu jika ada suara keras atau
hanya mau makan yang keras saja
 Mencari rangsang sensasi tertentu, sepert
menyukai gerakan tubuh cepat, menjetikkan jari,
menekan tubuh, mengedip-kedipkan mata untuk
mengurangi cahaya masuk ke mata
PERLU DIPAHAMI
 Bahwa gejala autis tidak sama dengan keterlambatan
perkembangan. Karena secara khas gangguan
komunikasi, interaksi sosial, perilaku serta keunikan
kognitif dan sensori.

 Pada keterlambatan perkembangan akan lebih


spesifik pada hambatan perkembangan kemampuan
tertentu pada anak.
CONTOH TEST SEDERHANA

A. Interaksi sosial (minimal 2)


1. Tidak mampu menjalin interksi sosial non verbal
(kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh, gerak gerik
kurang setuju).
2. Kesulitan.
3. Tidak ada empati, perilaku berbagi
kesenangan/minat.
4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan
emosional 2 arah.
B. KOMUNIKASI SOSIAL (MINIMAL 1)
 Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha
komunikasi non verbal.
 Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi,
egosentris.
 Bahasa aneh dan diulang-ulang.
 Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang
imitasi sosial.
IMAGINASI, BERPIKIR FLEKSIBEL DAN BERMAIN IMAJINATIF
(MINIMAL 1)

 Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara


yang khas dan berlebihan, baik intensitas maupun
fokusnya.
 Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas
yang tidak berguna.
 Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan
berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada
baian-bagian tertentu dari suatu benda.
ASSESMENT ASD
 MCHAT (The Modified Checklist for Autism in
Toddlers) mengetahui derajat resiko pada anak usia
16 s/d 30 bulan)
 Sensory Profile melihat (proses general, auditory,
visual, touch,movement,oral sensory)
 CARS (Childhood autism rating scale) observasi
melihat skala /derajat autisma
 GARS (Gilliam autism rating scale) juga melihat
derajat autisma
M-CHAT-R
Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised (M-CHAT-R)
Aturan Penggunaan M-CHAT-R
Dilakukan kurang dari 2 menit.
Aturan skoring dapat diunduh http://www.mchatscreen.com.

Algoritme Skoring
Semua pertanyaan kecuali 2, 5, dan 12, respon “TIDAK” mengindikasikan risiko GSA (skor 1);
untuk pertanyaan 2,5, dan 12, “YA” mengindikasikan risiko GSA (skor 1).
Interpretasi M-CHAT-R:

RISIKO RENDAH: Skor total 0-2; jika anak lebih muda dari 24 bulan, lakukan skrining
lagi setelah ulang tahun kedua. Tidak ada tindakan lanjutan yang diperlukan, kecuali
surveilans untuk mengindikasikan risiko GSA

RISIKO MEDIUM: Skor total 3-7; lakukan Follow-up (M-CHAT-R/F tahap kedua) untuk
mendapat informasi tambahan tentang respon berisiko. Skrining positif jika skor M-CHAT-R/F 2
atau lebih.
Tindakan yang diperlukan: adalah rujuk anak untuk evaluasi diagnostik dan evaluasi eligibilitas
untuk intervensi awal. Skrining negatif jika skor M-CHAT-R/F 0-1. Tidak ada tindakan lanjutan
yang diperlukan, kecuali surveilans untuk mengindikasikan risiko
GSA. Anak harus diskrining ulang saat datang kembali.

RISIKO TINGGI: Skor total 8-20; Follow-up dapat tidak dilakukan dan pasien dirujuk segera
untuk evaluasi diagnostik dan evaluasi eligibilitas untuk intervensi awal.
APAKAH SENSORY PROFIL?
 Sensory Profile adalah sebuah metode standar
yang digunakan oleh praktisi (terapis) untuk
mengukur kemampuan proses sensori seorang
anak dan melihat efek dari proses sensori itu
dalam kemampuan fungsional di kehidupan
sehari-hari
 Sensory Profile sangat baik digunakan pada anak
usia 7 s/d 35 bulan ada yang usia 3 tahun s/d 10
tahun
SENSORY PROFILE

Sensory Profile berkaitan dengan :


Taktil (perabaan)
Vestibular (Keseimbangan)

Proprioseptif (Otot dan Sendi)

Auditory

Visual

Olfaktory

Gustatory

Bahasa

Self Regulation

Sosial

Emosional

Bermain
PENTINGNYA SENSORY PROFILE
Dengan menggunakan SENSORY PROFILE dapat mengenali permasalahan
seperti :

 Gangguan sensori modulasi (sensory modulation disorder), yaitu kesulitan dalam mengatur


intensitas respon adaptif terhadap suatu stimulus tertentu. Individu yang mengalami ganguan
modulasi dapat menunjukan reaksi yang tidak sesuai dengan situasi. Menunjukan reaksi
berlebihan atau bahkan tidak bereaksi.

 Gangguan diskriminasi sensori (sensory discrimination disorder), yaitu ketidakmampuan


dalam mengartikan kualitas sentuhan, gerakan dan posisi tubuh atau kesulitan dalam
mempersepsikan suatu input secara tepat.

 Gangguan praksis (sensory based motor-disorder), yaitu ketidak mampuan dalam


merencanakan suatu gerak motorik baru, sebagai manifestasi gangguan pemrosesan sensoris
dari sistem vestibuler dan proprioseptif.
IMPAIRMENT
 Cognitive,
 Social communication,
 Sensory-perceptual,
 Motor impairments
COGNITIF IMPAIRMENTS

Difficulty disengaging attention and increased


focus on objects.
These impairments may contribute to social
functional deficits such as lack of or delayed
response to name and/or delays in joint attention
 Attention and Other Social Skills

 Language
MOTOR IMPAIRMENTS
 Motor stereotypies
 Motor Coordination and Arm Function
 Motor delay
 Gait and balance
 Motor planning, praxis, imitation
 Strength and tone
 Endurance and physical activity levels
SENSORY-PERCEPTUAL
 Sensory Processing Disorder
 Motor stereotypies
 Menunjukkan beberapa stereotip motorik yang
berbeda, termasuk perilaku berulang seperti
seluruh tubuh goyang, memutar, melompat,
memantul, dan lengan mengepak (arm flapping)
 Motor Coordination and Arm Function
 Impairments pada kecepatan berlari, kelincahan,
kordinasi bilateral, ketangkasan dan keterampilan
bermain bola.
 Motor delay
 Inkoordinasi motorik pada anak-anak dengan
ASD dapat muncul sedini bayi.
 Ada keterlambatan perkembangan
ADHD
 terdapat dalam tiga kategori utama yang
 sering ditunjukkan di rumah, di sekolah dan sebagainya

 1. Hiperaktivitas
 · Seringkali menggerak tangan atau kaki atau menggeliang-geliut di tempat duduk
 · Selalu meninggalkan tempat duduk ketika di kelas
 · Selalu berlari ke sana ke mari atau suka memanjat dan sering terlihat kikuk/tidak
luwes
 · Sering menghadapi masalah ketika bermain atau melakukan aktiviti karena tidak
bisa fokus
 · Selalu banyak bercakap
 · Sering bergerak tanpa terkendali atau kerap bertindak seolah-olah “digerakkan
oleh motor”.
 2. Pemusatan perhatian yang singkat
 ·Sering gagal memberi memusatkan perhatian dengan teliti kepada pekerjaan
yang terperinci atau sering melakukan kesalah dalam menyelesaikan tugas
sekolah dan kegiatan sehari-hari
 ·Selalu tidak mematuhi arahan dan gagal menyiapkan kerja sekolah, kerja
harian atau tugas
 ·Sering mengalami masalah untuk mengatur tugas dan aktiviti sehari-hari
 Sering mengelak, tidak suka atau keberatan hendak melakukan sesuatu tugas
yang memerlukan konsentrasi yang lama (seperti tugas-tugas di sekolah atau
rumah)
 ·Mudah lupa dan selalu kehilangan barang (misalnya pensil, pemadam, buku
atau pekerjaan sekolah, mainan dan sebagainya)
 ·Perhatian mudah beralih dari satu aktiviti ke satu aktiviti lain.
 3. Tingkah laku impulsif
 Selalu memberi jawaban sebelum soal selesaikan
ditanyakan
 Kurang sabar dan menghadapi masalah ketika
menunggu giliran
 Sering mengganggu atau mencelah perbuatan atau
aktiviti orang lain
 ·Sering membuat pertimbangan yang salah dan
mudah mengalami konflik dengan orang lain
ATENSION DEFICIT DISORDER (ADD)
 Anak dengan dx ADD secara klinis memiliki gejala

1. Kesulitan memperhatikan sekitar secara detail


2. Tidak menyukai atau menghindari tugas yang berdurasi panjang
(seperti pekerjaan sekolah)
3. Kesulitan tetap pada tugas selama sekolah, di rumah, atau bahkan
bermain bersama teman
4. Tampak tidak teratur dan tampaknya pelupa
5. Tampaknya tidak mendengarkan ketika diajak bicara langsung
6. Memerlukan konsentrasi tinggi untuk menindaklanjuti instruksi
bertahap
7. Kontak mata tampak menghindar
PENTING
 Sebagai fisioterapis hendaknya kita memperhatikan gejala dan
memperbaiki gejala. Melihat diagnosa sebagai pendoman
dalam menentukan prognosa lanjutan atau konsul dengan
profesi lainnya
 Prinsip utama dalam penanganan anak dengan berkebutuhan
khusus melihat ASET dan STRATEGI pelaksanaan
 Setiap anak memiliki keunikan akibat factor lingkungan dan
gen
 Perhatikan setiap tindakan dilakukan dengan dasar keluhan
utama kemudian membuat goal yang dapat dijangkau dengan
batas waktu yang ditentukan.
CASE SCENARIO
 Seorang anak usia 2,5 tahun datang kepraktek mandiri fisioterapi bersama ibunya,
Menghindari kontak mata dengan kekhas “hand flapping” saat anak melihat mainan
mobil. Lalu fisioterapis pun memberikan mainan tersebut, dan si anak tidak memainkan
mainan mobil ini seperti anak tipikal. Saat diperintah mengambil barang anak tersebut
tidak mengerti.
 Seorang anak usia 3 tahun datang kepraktek fisioterapi, sesampainya disana anak tidak
betah mengantri. Anak pun senang mengetuk dinding dan selalu mengetuk benda
disekitarnya. Saat antriannya tiba anak itu pun sangat senang dan berlari disekitar sambil
mengucap kata “ambil-ambil” sambil menunjuk mainan. Setelah diberikan anak tersebut
pun cepat beralih dan menunjuk mainan lainnya.
 Seorang anak usia 4 tahun datang kepraktek mandiri fisioterapi bersama ibunya, tampak
patuh dengan duduk tenang. Sesekali anak meminta HP lalu menonton youtube. Saat
dilakukan assessment anak diminta mengembalikan HP kepada ibunya lalu anakpun
mau. Kemudian terapis bertanya apa yang dilakukan tadi pagi saat dirumah, anak pun
tampak cuek dan sesekali menjawab, anak pun kesulitan membangun komunikasi
dengan orangbaru. Lalu diberikan mainan balok susun anak pun menolak dan cenderung
menghindari, kemudian anak bermain bebas. Sesekali fisioterapis memerintahkan untuk
meniru gerakan, namun anak tidak bisa dan meminta anak menirukan gerakan lompat
satu kaki, anak pun terjatuh.
PENATALAKSANAAN

 ASSESMENT
1. RELASI TERHADAP ORANG (LINGKUNGAN)
2. KEMAMPUAN IMITASI (KETRAMPILAN GERAK)
3. KEMAMPUAN MEMAHAMI EMOSI
4. RESPON EMOSI
5. KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN
EKSPRESIF
6. RESPON RASA, PENCIUMAN, SENTUHAN,
PENDENGARAN, PENGELIHATAN,
KESEIMBANGAN.
TEST DAN PENGUKURAN
 IMPAIRMENT
 Dalam menentukan body structure and function seperti kekuatan
otot, ROM, tonus otot, atensi, kontak mata, dan keseimbangan bisa
sangat berpengaruh pada aktivitas anak (ASD, ADD, ADHD)
 Sensory Profile 2 adalah pengukuran mutlak dalam fisioterapi anak
 identifying six sensory processing factors using a short form
of the Sensory Profile, which may impact development,
learning, and social, interaction. These include low
energy/weak, tactile/movement sensitivity, taste/smell
sensitivity, auditory/visual sensitivity, sensory,
seeking/distractibility, and hyporesponsitivity.
AKTIVITY DAN PARTICIPATION
 Memeriksa apakah ada keterbatasan dalam aktivitas sehari-
hari
 Periksa rutinas perilaku anak, ketahui aktivitas normal
(tipikal) anak usianya dan bandingkan
 Test of Gross Motor Development
 Movement Assessment Battery for Children-2 (MABC-2)
 *bila aktivitas anak semakin meningkat pemeriksaan dengan
Children’s Assessment of Participation and Enjoyment
(CAPE)
MELAKUKAN EVALUASI DAN MENGINTERPRESENTASIKAN
PROBLEMATIKA FISIOTERAPI. APAKAH BENAR MEMERLUKAN
TINDAKAN FISIOTERAPI ?
 Melakukan intervensi dengan dasar intervensi dini (usia 2-3),atau
berbasis permasalahan di sekolah (anak tampak tidak fokus saat
guru menjelaskan)
 Semisal anak memiliki kesadaran rendah akan bahaya
 anak memiliki respon pemahaman gerakan yang lambat terhadap
perintah
 Anak cenderung tidak bisa diam atau terfokus pada suatu hal
 Anak terlihat kurang atensi atau menghindari kontak mata saat
berbicara
 Anak tampak kesulitan menerima perintah bertahap (ambil, lalu
taruh , dan ambil kembali)
MENCARI GOAL YANG KECIL UNTUK MERAIH GOAL YANG
BESAR

 Menentukan prioritas tindakan


MODEL INTERVENSI BERJENJANG
Tingkat 1
menggambarkan pengalaman umum dan
dukungan yang masuk akal untuk setiap anak
dengan ASD, terlepas dari kemampuan anak
tersebut.

Tingkat 2
melibatkan strategi yang dirancang untuk
meningkatkan perilaku anak. Mencegah perilaku
berulang. Level 2 digunakan saat strategi dari
level 1 tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
anak.

Tingkat 3
Digunakan ketika perilaku bermasalah tidak
teratasi dan menjadi hambatan untuk belajar dan
sosial yang berpengaruh perkembangan
emosional. Level 3 terdiri dari prosedur yang
dikaitkan dengan intervensi.
INTERVENSI TINDAKAN
 Motor Specific Interventions latihan terfokus
pada gerakan spesific seperti melompat dengan
variasi ditambah dengan perintah untuk
membangun komunikasi. Aktivitas ini efektif
dalam mengurangi perilaku berulang.
 Sensory processing intervention menggunakan
aktivitas input sensory seperti menggunakan
beban pasir, teknik brushing, menggunakan
media musik, ataupun media pasir.
INTERVENSI LANJUTAN
 Sensory Integrasi Ayres Therapy (SI/SIAT)
 Gait and Balance exercise
 Motorik exercise sesuai milestone
 Berikan pengalaman sensori dan motorik
CONTOH TREATMENT
 Deep presure dengan pressure garment, weighted vest
 Diberikan tugas untuk perintah sederhana, dan
bertingkat seperti : “ambil bola”, “taruh bola”.
 Diberikan reward
Strategi Eye contact
Perintah “Lihat’

Evaluasi dengan peningkatan kontak mata thd benda


(mainan, spt yg bersuara, bercahaya, dll), makanan
>2 tahun  kontak mata usia dikali 2 menit
 Strategi perintah sederhana
 Perintah ambil, perintah pasang, perintah harus
singkat konsisten agar mudah dipahami, dimulai
dengan perintah sederhana,
 penggunaaan jarak dan media

media seperti track dengan prosotan, papan titian,


wedges , tangga

Anda mungkin juga menyukai