Anda di halaman 1dari 11

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TUMBUH KEMBANG ANAK

A. PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak, diperlukan berbagai macam
upaya, karena anak merupakan generasi penerus suatu bangsa; kalau anak-anak sehat,
bangsa pun akan kuat dan sejahtera. Karena itu, kita semua menaruh harapan agar anak-
anak dapat tumbuh kembang sebaik-baiknya, sehingga nantinya menjadi orang dewasa yang
sehat fisik, mental-spiritual, dan sosial. Dengan demikian, mereka dapat mencapai
produktivitas sesuai dengan kemampuannya dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Tumbuh kembang anak merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan – baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu
lahir. Betapa majemuknya faktor lingkungan ini, sehingga berdampak pada tumbuh
kembang anak optimal atau tidak. Ini semua tergantung dari bagaimana kita menangani
anak tersebut, karena anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak memerlukan perhatian
khusus karena mereka sedang bertumbuh kembang. Dalam bab ini, akan dibahas berbagai
usaha untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak.

B. FAKTOR PRANIKAH/PRAHAMIL
Upaya meningkatkna kualitas tumbuh kembang harus sudah dimulai sebelum anak lahir
ke dunia. Pasangan yang akan menikah sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter.
Apakah diantara mereka yang ada yang mengidap penyakit yang bisa diturunkan pada
anaknya kelak. Misalnya, penyakit yang bisa menurun adalah diabetes melitus,
fenilketonuria, thalasemia, dan lainnya. Dianjurkan pula pasangan tidak menikah antar
keluarga, untuk mencegah faktor yang resesif menjadi dominan.
Kelainan kromosom dapat terjadi pada kromosom seks maupun kromosom lainnya
yang dapat menimbulkan cacat bawaan. Kelainan pada kromosom seks seperti pada sindrom
Klinefelter atau sindrom Turner tidak selalu disertai retardasi mental, tetapi gangguan pada
kromosom autosom biasanya disertai gejala retardasi mental, tetapi gangguan pada
kromosom autosom biasanya disertai gejala retardasi mental, misalnya pada sindrom Down.
Sangat jarang pasangan orangtua yang normal menghasilkan sindrom Down. Namun, risiko
akan bertambah tinggi ketika umur ibu bertambah, misalnya, umur ibu pada waktu hamil
lebih dari 35 tahun. Tidak didapatkan bukti bahwa faktor umut ayah ikut berperan pada
kelahiran bayi dengan sindrom Down. Konsultasi genetik sangat penting bagi orangtua yang
pernah mempunyai anak dengan sindrom Down.
Terminasi kehamilan bisa dipertimbangkan, bila diketahui bahwa janin yang dikandung
ternyata menderita cacat bawaan yang berat. Namun, di negara yang maju, sudah mulai
dikembangkan operasi intrauteri pada janin dengan cacat bawaan tertentu, sehingga deteksi
dini sangat penting. Dianjurkan bagi wanita untuk tidak hamil sebelum usia 18 tahun atau
lebih dari 35 tahun, untuk mengurangi risiko bagi ibu maupun bayinya.
Gizi wanita sebelum hamil juga berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi. Wanita
penderita malnutrisi atau tinggi badan kurang dari 145 cm sering melahirkan bayi KMK (kecil
untuk masa kehamilan). Demikian pula penyakit-penyakit kronis yang diderita wanita
sebelum hamil, misalnya sakit jantung, asma, dan sakit ginjal. Selain itu, perilaku ibu yang
bisa mengganggu kehamilan antara lain perokok berat, pecandu minuman keras, dan asiksi
obat-obatan terlarang.

C. FAKTOR PRANATAL
Berhubungan dengan berbagai ciri pertumbuhan janin selama dalam kandungan dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi, maka masa pranatal dibagi :
 Masa embrionik/masa mudigah : sampai 8/12 minggu
 Masa fetal/masa janin : 12 sd 40 minggu
 Periode praviabel : sebelum 24/26 minggu
 Periode Viabel : dari 27/28 sd 40 minggu

Masa Mudigah
Masa mudigah adalah periode mulai dari saat pembuahan sampai umur kehamilan 8
minggu. Ada beberapa sarjana yang mengatakan masa mudigah sampai 12 minggu
(trimester I), karena organogenesis beberapa organ masih berlangsung setelah masa 8
minggu. Ciri pada masa mudigah ini adalah terjadinya diferensiasi yang cepat sel telur yang
telah dibuahi menjadi suatu organisme yang secara anatomik telah berbentuk manusia
(masa organogenesis). Masa ini merupakan masa yang rawan karena morbiditas dan
mortalitas pada masa ini paling tinggi. Tingginya morbiditas dan mortalitas ini disebabkan
oleh kelainan gen dan kromosom, status kesehatan ibu, atau keduanya. Boleh dikatakan
bahwa faktor lingkungan intrauteri dapat berperan menimbulkan kelainan bawaan pada
janin, terutama pada kehamilan trimester pertama ini.

Masa Janin
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan janin yang cepat dan peningkatan fungsi organ. Ditinjau
dari segi kemungkinan hidup janin di luar rahim, masa janin dapat dibagi menjadi masa
praviabel (masa sebelum 24/26 minggu) dan masa viabel (27 – 40 minggu). Namun, sekarang
dengan bertambah majunya ilmu kedikteran, ternyata bayi yang lahir kurang dari 24 minggu
kehamilan bisa dipertahankan hidup.
Pada masa trimester II sampai 28 minggu, mulai berfungsi beberapa organ dan janin
tumbuh dengan cepat, khususnya ukuran panjang. Pada akhir trimester II, berat badan fetus
sekitar 1000 gram dan panjangnya 35 cm. sementara itu, pertumbuhan janin selama
trimester III terutama terjadi pada ukuran besar, khususnya penambahan jaringan otot. Agar
janin selama dikandung dapat tumbuh dengan baik, harus dijaga agar setiap kelainan dapat
diketahui sedini mungkin dengan menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan secara teratur.

Hal-hal yang harus diperhatikan, meliputi :


1. Gizi ibu pada waktu hamil
Kenaikan berat badan wanita hamil selama kehamilan harus mencapai sekitar 10-12,5
kg agar tidak terjadi kelahiran BBLR. Untuk mencapai itu, ibu hamil dianjurkan untuk
meningkatkan kalori yang dimakan dengan tambahan 300 kkal/hari atau sekitar satu
porsi makanan lebih banyak daripada sebelum hamil. Pada saat ini, telah
dikembangkan KMS ibu hamil yang berguna untuk memonitor kenaikan berat badan
ibu hamil. Dengan KMS, sedapat mungkin dicegah kelahiran BBLR, karena kita tahu
bahwa morbiditas dan mortalitas BBLR lebih tinggi daripada bayi dengan berat lahir
cukup; sedangkan akibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak akan lebih
buruk bila kekurangan gizi intrauterin pada bayi KMK (kecil masa kehamilan) terus
berlanjut sampai 2 tahun setelah lahir. Karena proses proliferasi sel-sel otak berjalan
pesat sampai umur anak sekitar 2-3 tahun, kekurangan gizi ini berdampak buruk pada
struktur dan fungsi otak anak. Akibatnya gangguan bukan hanya terjadi pada
pertumbuhan fisik anak saja, melainkan juga pada perkembangan intelektual anak di
masa mendatang. Suplemen zat besi juga harus diberikan pada ibu hamil untuk
mencegah anemia pada ibu, yang berdampak negatif pada janin, seperti BBLR dan
anemia pada bayi.
2. Obat-obatan, toksin, atau zat kimia
Pengaruh obat yang diberikan kepada ibu hamil terhadap janin sangat tergantung
pada umur kehamilan, jumlah obat, serta waktu dan lamanya pemberian. Bila pada
kehamilan trimester I (masa organogenesis) ibu minum obat teratogenik, akan terjadi
keguguran atau cacat bawaan. Beberapa obat yang mempunyai efek sinergistik
dengan obat lainnya mungkin akan mempunyai efek teratogenik. Obat tertentu yang
diberikan pada beberapa minggu terakhir kehamilan atau pada waktu persalinan
dapat memengaruhi fungsi organ/sistem enzim tertentu pada bayi baru lahir.
Di bawah ini, contoh toksin/obat-obatan yang dapat menyebabkan kelainan pada
janin:
Alkohol/perokok berat : cacat bawaan (FAS = Fetal Alcohol Syndroms), KMK
Aminopterin : abortus, cacat bawaan
Kina/quinine : abortus, trombositopenia, tuli
Streptomisin : tuli (diragukan)
Tolbutamid : cacat bawaan
Talidomid : fokomelia dan malformasi lainnya
Tetrasiklin : gigi berpigmen, hipoplasi email
Propiltiourasil/metimazol : goiter
Trimetadion/para metadion : abortus, cacat mental dan fisik

Obat-obat yang mempunyai pengaruh buruk terhadap bayi baru lahir kalau diberikan
pada ibu hamil antara lain:

Anestesi yang menguap : depresi SSP (susunan saraf pusat)


Anestesi kaudal dengan mepivakain : bradikardi, apnea, kejang
Aspirin : perdarahan pada bayi, serotinus
Bromida : depresi SSP, ruam
Derivat morfin/adiksi : sindrom putus obat (bayi malas minum, muntah, diare,
gelisah, berkeringat, tremor, kejang)
Naftalen, nitrofurantoin, primaquin : anemia hemolitik/G6PD
Indometasin : PDA (patent ductus arteriosus)
MgSO4 : depresi pernafasan, hipotonia
Oksitosin : hiperbilirubinemia

Berhubung pengetahuan mengenai efek obat yang diberikan pada ibu hamil terhadap
janin/neonatus masih terbatas, hati-hati memberikan obat pada ibu hamil terutama
pada trimester I dan pada beberapa minggu sebelum lahir/pada waktu persalinan.

3. Endokrin
Bayi dari ibu yang menderita diabetes melitus dapat menderita organimegali, berat
lahir di atas 4000 gram, hipertrofi dan hiperplasia sel beta pankreas janin, dan
gangguan metabolik pada neonatus. Diabetes yang tidak dipantau dengan seksama
sering menyebabkan janin mati dalam kandungan bahkan cacat bawaan. Demikian
pula, angka kejadian cacat bawaan lebih tinggi pada ibu hamil yang mendapat terapi
hormon, pada ibu yang pada waktu hamil usianya lebih dari 35 tahun, dan pada
kelainan hormon tirod.

4. Mekanis
Kelainan posisi janin dan kekurangan cairan ketuban dapat mengakibatkan cacat
bawaan, misal kelainan talipes, mikrognatia dan lainnya. Kesalahan implantasi ovum
dapat mengakibatkan gangguan nutrisi sehingga terjadi retardasi pertumbuhan janin.
5. Penyakit pada ibu
a. Infeksi
Hampir semua penyakit infeksi berat yang diderita ibu pada waktu hamil dapat
mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau BBLR. Beberapa mikroorganisme
tertentu dapat menyebabkan infeksi pada janin, gangguan pertumbuhan janin,
bahkan cacat bawaan. Kadang-kadang, terjadinya infeksi pada janin tersebut tidak
tergantung pada berat ringannya infeksi pada ibu. Infeksi yang terkenal sering
mengakibatkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Others, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Infeksi lain pada ibu hamil yang dapat
menimbulkan penyakit pada janin atau neonatus adalah penyakit Chagas, varisela,
herpes zoster, virus Coxsackie-B, hepatitis, listerosis, malaria (abortus atau KMK),
poliomielitis (keguguran, paralisis bawaan, atau poliomielitis), campak (keguguran,
KMK, campak janin, mungkin juga cacat bawaan), sifilis, HIV, dan lain-lain. Untuk
mencegah tetanus neonatorum pada bayi, dianjurkan vaksinasi terhadap tetanus
pada semua wanita usia subur 15-44 tahun.
b. Bukan infeksi
Pada ibu yang menderita hipertensi yang tidak diobati, mungkin terjadi retardasi
pertumbuhan intrauteri dan lahir mati. Pada ibu menderita goiter endemik,
bayinya bisa menderita hipotiroid kongenital. Fenilketonuria pada ibu hamil yang
tidak diobati akan mengakibatkan keguguran, cacat bawaan, atau cedera otak pada
janin yang tidak menderita fenilketonuria.

6. Radiasi
Sebelum fase organogenesis, radiasi dengan dosis 10 rad dapat menyebabkan
kematian janin. Sebaiknya, hindari penyinaran pada waktu hamil muda karena dapat
mengakibatkan malformasi janin, seperti mikrosefali, spina bifida, dan retardasi janin.

7. Imunitas
Antagonisme rhesus dan ABO sering mengakibatkan hydrops foetalis, bayi lahir mati.
Pada umumnya, kematian terjadi setelah plasenta terbentuk, yaitu pada trimester II
kehamilan. Pada antagonisme rhesus, antibodi yang terbentuk berukuran kecil (7 S-
globulin) dan mudah menembus plasenta. Antibodi ini menyebabkan
“erythroblastosis foetalis”. Pada antaginisme ABO, antiodi yang terbentuk berukuran
19 S-globulin. Ukuran antibodi ini lebih besar sehingga tidak terlalu berat. Bila diduga
ada antagonisme rhesus, diagnosis dapat ditegakkan dengan analisis cairan amnion.
Penatalaksanaannya adalah melahirkan bayi sebelum waktunya, untuk menjaga
jangan sampai terjadi hydrops foetalis, atau melakukan transfusi sel darah merah yang
Rh negatif intraperitoneal, agar janin dapat tumbuh sempurna dan mempunyai
kemungkinan hidup lebih besar.

8. Anoksia
Menurunnya oksigenasi janin karena gangguan pada plasenta dan tali pusat dapat
mengakibatkan BBLR. Keadaan ini terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi, kehamilan
serotinus, kehamilan dengan penyakit jantung, ginjal, asma, diabetes melitus. Ibu yang
menderita toksemia pada waktu hamil akan melahirkan bayi KMK, prematur, atau
terjadi kematian intrauterin.
9. Stres
Keadaan kejiwaan ibu selama hamil dapat memengaruhi janin yang dikandungnya.
Suatu kehamilan sebaiknya adalah kehamilan yang benar-benar dikehendaki.

D. FAKTOR PERINATAL
Persalinan yang berjalan mulus tanpa komplikasi pada bayi (intact survival) akan
memberi dampak yang baik bagi tumbuh kembang anak di kemudian hari, karena berbagai
komplikasi persalinan seperti asfiksia dan trauma lahir dapat mengakibatkan kelainan
tumbuh kembang.
Masa perinatal merupakan masa yang penting juga dalam proses tumbuh kembang
anak, karena menentukan mutu kehidupan selanjutnya, apakah seorang anak akan tumbuh
dengan baik atau menjadi seorang yang cacat dengan segala hambatannya (masa perinatal
adalah periode dari kehamilan 28 minggu sampai 7 hari setelah bayi lahir). Bayi baru lahir
berhasil melewati masa transisi ini (7 hari setelah lahir), yaitu perpindahan dari suatu sistem
yang teratur dan sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya ke suatu sistem yang
tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Walaupun mempunyai sistem pengaturan sendiri, bayi dan anak-anak masih tergantung
pada anggota keluarga yang lebih tua. Pada waktu baru lahir, bayi manusia masih relatif
“imature”. Kemudian, beberapa tahun pertama kehidupan merupakan fase maturasi dan
sosialisasi yang intensif, yang ditandai oleh pertumbuhan pesat terutama otak.

Keadaan-keadaan penting yang harus diperhatikan pada masa perinatal tersebut


adalah:
1. Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan ketika bayi tidak dapat bernafas secara
spontan, teratur, dan adekuat. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan biokimiawi
dalam darah bayi, yang dapat menyebabkan kematian atau kerusakan permanen pada
SSP, sehingga bayi bisa cacat seumur hidup. Akibatnya, bayi-bayi ini mempunyai IQ
yang lebih rendah dan bahkan ada yang menderita retardasi mental. Karena itu,
sebaiknya kita mencegah terjadinya asfiksia neonatorum atau, kalau terjadi, harus
menolongnya dengan cepat dan tepat. Perawatan pranatal yang teliti untuk
menemukan ibu dengan risiko tinggi dan mengawasi sebaik mungkin akan mengurangi
angka kejadian asfiksia neonatorum. Demikian juga, kalau dijumpai persalinan
patologik, kita harus bersiap untuk melakukan resusitasi sebaik mungkin, agar
didapatkan bayi dengan keselamatan yang utuh.
2. Trauma lahir
Beberapa faktor risiko tinggi untuk terjadinya trauma lahir antara lain adalah
primigravida, partus presipitatus, letak janin abnormal, penilaian feto-pelvik yang
meragukan, dan oligohidramnion. Demikian pula, cara dan jenis persalinan akan turut
menentukan berat ringannya trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir masih tinggi
pada persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan. Di samping angka
kematian yang tinggi, trauma lahir juga dapat menghambat tumbuh kembang anak.
Dengan pengawasan pranatal yang baik, akan dapat dilakukan tindakan dini sehingga
bayi lahir dengan selamat.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi bila kadar glukosa darah kurang dari 20 mg% pada BBLR atau
kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan. Keadaan ini dapat disertai oleh gejala
klinik dan, bila tidak diobati dengan segera, dapat menyebabkan kematian atau
kerusakan berat pada otak. Kadar glukosa setiap bayi berisiko tinggi yang baru lahir
harus dimonitor.
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia akan berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek telah melewati
sawar otak, sehingga bisa terjadi Ikern ikterus atau ensefalopati biliaris yang bisa
menyebabkan atetosis yang disertai gangguan pendengaran dan retardasi mental di
kemudian hari. Karena itu, pada semua penderita hiperbilirubinemia, dilakukan
pemeriksaan berkala, baik dalam hal pertumbuhan fisik dan motorik, perkembangan
mental, dan ketajaman pendengarannya. Penatalaksanaan yang baik terhadap
penderita hiperbilirubinemia sangat penting untuk mencegah akibat tersebut di atas.
5. Bayi berat lahir rendah (BBLR= berat badan kurang dari 2500 gram)
BBLR tergolong bayi dengan risiko tinggi, karena angka kesakitan dan kematiannya
tinggi. Oleh sebab itu, pencegahan BBLR sangat penting yaitu dengan pemeriksaan
pranatal yang baik dan memperhatiakan gizi ibu. angka kesakitan dan kematian BBLR
dapat ditekan dengan penanganan yang baik atas dasar pengetahuan yang memadai
tentang seluk-beluk gizi ibu. mengenai prognosis kurang baik bila dibandingkan pada
bayi prematur, karena pada KMK telah terjadi retardasi pertumbuhan janin sejak di
dalam kandungan, lebih-lebih kalau bayi tersebut tidak mendapat nutrisi yang baik
setelah lahir.
6. Infeksi
Bayi baru lahir, terutama BBLR, sangat peka terhadap infeksi. Infeksi pada bayi baru
lahir ini pada umumnya menyebabkan mortalitas yang tinggi, sehingga pencegahan
sangat penting. Pencegahan dititikberatkan pada cara kerja yang aseptik, misalnya
alat-alat minum, alat-alat resusitasi, alat pemberi oksigen yang steril, perawatan tali
pusat yang baik, dan kebiasaan mencuci tangan oleh petugas di ruang perawatan bayi,
baik sebelum maupun sesudah memeriksa bayi. Ibu perlu diberi kesempatan untuk
menyusui seawal mungkin (inisiasi dini) dan rawat gabung, sehingga morbiditas dan
mortalitas perinatal dapat diturunkan.

E. FAKTOR PASCANATAL
Faktor pascanatal yang memengaruhi kualitas anak adalah faktor biofisikopsikososial.
Komponen biologis adalah kesehatan tubuh/organ, keadaan gizi, dan kekebalan terhadap
penyakit. Komponen fisik antara lain adalah perumahan, kebersihan lingkungan, sarana
kesehatan dan sarana pendidikan. Komponen psikososial berupa kesehatan jiwa, stimulasi
mental, pengaruh keluarga/sekolah/masyarakat, nilai sosial budaya, tradisi, adat dan agama,
dan sebagainya. Pertumbuhan pesat terjadi pada masa bayi dan prasekolah, ketika anak
sangat sensitif terhadap lingkungannya. Status pertumbuhan anak pada masa ini secara luas
dipakai untuk mengukur bagaimana kualitas lingkungan anak tersebut. Agar tumbuh
kembang dengan optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya, anak harus mendapat
dukungan yang positif dari lingkungan disekitar anak tersebut.
Berhubung majemuknya faktor-faktor lingkungan pascanatal yang memengaruhi
tumbuh kembang anak, pada bab ini akan dibahas hal-hal yang penting saja yaitu:
1. Gizi anak
Makanan memegang peranan yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena
anak sedang tumbuh, kebutuhannya akan makanan berbeda dengan orang dewasa.
Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan anak.
Makan yang berlebihan juga tidak baik, karena dapat menyebabkan obesitas. Kedua
keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak.
ASI (air susu ibu) dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas anak, karena ASI –
disamping nilai gizinya tinggi – juga mengandung berbagai macam zat anti yang
melindungi anak dari berbagai macam infeksi. Selain itu, dengan menyusui, hubungan
anak-ibu yang penting untuk perkembangan kejiwaan anak akan semakin dekat, bahkan
sejak hari-hari pertama setelah lahir. Karena itu, inisiasi dini serta rawat gabung antara
ibu dan bayi sangat menguntungkan. Agar produksi ASI lancar, dianjurkan ibu makan satu
porsi lebih banyak (tambahan 500 kkal/hari) dan minum 8-12 gelas/hari. Kepada ibu yang
menyusui, dianjurkan tidak minum obat yang bisa menurunkan produksi ASI, misal pil KB
yang mengandung estrogen atau obat-obat yang dikeluarkan melalui ASI, antara lain :
 Sulfa : jangan diberikan kepada ibu dengan bayi yang usianya terlalu muda,
karena merupakan kompetitor bagi bilirubin terhadap albumin
sehingga memudahkan terjadinya kern ikterus.
 Tetrasiklin : dapat menyebabkan “staining” pada gigi bayi
 Thiourasil : menekan fungsi kelenjar endokrin bayi
 Tolbutamid
Monitoring pertumbuhan anak dengan menggunakan KMS merupakan usaha untuk
mencegah terjadinya malnutrisi (retardasi pertumbuhan maupun obesitas) pada anak.
Sebaiknya, setiap anak pada masa balita ditimbang setiap bulan, karena periode umur
tersebut merupakan masa penyesuaian dengan makanan orang dewasa. Pada umur
tersebut, asupan makanan sering tidak adekuat, ASI mulai tidak mencukupi kebutuhan
anak dan anak mulai disapih, anak masih rentan terhadap penyakit, sehingga sering
terjadi gangguan pertumbuhan. Selain itu, dengan KMS, kita bisa mengetahui status
kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan anak.
Dengan KMS, kita bisa memberikan penyuluhan kepada ibunya, selain mengenai
pertumbuhan anaknya, juga mengenai cara pemberian makanan yang benar, status
kesehatannya, imunisasi, pencegahan dehidrasi dengan oralit, pemberian vitamin A dosis
tinggi, dan bahkan mengenai keluarga berencana. Kalau grafik berat badan pada KMS
tidak naik selama 2 bulan berturut-turut, kita harus mencari sebabnya. Mungkin anak
tersebut sakit, makannya kurang, cacingan, atau kurang mendapat perhatian. Seperti
yang dikatakan oleh James Grant dari UNICEF bahwa KMS dipakai untuk
mempertahankan kelangsungan hidup anak yaitu dengan GOBI-FFF (Growth monitoring,
Oral rehydration, Breast feeding, Immunization, Family planning, Female education dan
Food supplementation).
Sebaiknya, tidak ditambahkan makanan selain ASI sampai anak berumur 6 bulan dan
pemberian makanan pada anak usia di bawah 3 tahun bisa 5-6 kali per hari untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya. Setelah menderita sakit, anak perlu
mendapat makanan ekstra untuk mengganti berat badan yang hilang pada waktu sakit,
sehingga tumbuh kembang anak dapat dapat dipertahankan.

2. Kesehatan anak
Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orangtua dengan cara segera
membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Jangan
sampai penyakit sudah menjdai parah, yang bisa membahayakan jiwa anak. Pertolongan
pertama dengan oralit/cairan rumah tangga lainnya oleh ibu di rumah pada anak yang
diare dapat menurunkan angka kematian akibat diare. Demikian pula, penyakit ISPA yang
sering memberi dampak pada tumbuh kembang anak harus ditanggulangi sedini
mungkin.
Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik. Berbeda dengan anak
yang sering sakit, biasanya pertumbuhannya akan terganggu. Karena itu, kita perlu
memberikan makanan ekstra pada setiap anak sesudah menderita suatu penyakit.
Anak yang menderita penyakit menahun seperti asma, sakit jantung, sakit ginjal dan
sebagainya, tidak hanya terganggu tumbuh kembangnya tetapi juga pendidikannya. Oleh
sebab itu, kita harus memberikan perhatian ekstra pada anak-anak ini, misalnya dengan
mengupayakan pengobatan yang murah sehingga bisa dijamin kontinuitas pengobatan,
makanan ekstra, dan bahkan sarana pendidikan selama anak dirawat di Rumah Sakit.
Pendidikan di Rumah Sakit dapat diberikan melalui pemberian buku-buku bacaan, alat-
alat bermain, juga perhatian serta kasih sayang. Pada umumnya, anak yang berpenyakit
kronis disertai oleh gangguan kejiwaan akibat stres yang berkepanjangan karena
penyakitnya.
3. Imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak penting untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, misalnya
penyakit TBC (imunisasi BCG), rotavirus, dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak,
hepatitis B, MMR, HIB, Influenza, demam tifoid, hepatitis A, cacar air, IPD (invasive
pneumococcal disease), dan HPV (human papilloma virus). Dengan melaksanakan
imunisasi yang lengkap, kita harapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-penyakit yang
menyebabkan cacat dan kematian. (Lampiran Jadwal Imunisasi, IDAI).

4. Perumahan
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak
membahayakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya.
Misalnya, rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup, yang tidak penuh sesak
dan cukup leluasa bagi anak untuk bermain serta bebas polusi akan menjamin tumbuh
kembang anak.

5. Sanitasi lingkungan
Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun kebersihan lingkungan, memegang
peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan
memudahkan terjadinya penyakit kulit dan saluran pencernaan (diare, cacing, dan
lainnya). Sementara itu, kebersihan lingkungan erat berhubungan dengan penyakit
saluran pernafasan, saluran pencernaan, serta penyakit akibat nyamuk sebagai vektornya
(seperti malaria dan demam berdarah). Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan kepada
masyarakat harus ditujukan untuk membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh
kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak dalam
menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengekplorasi lingkungan.

6. Stimulasi
Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak. Stimulasi
merupakan hal yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai
penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi sensoris
seperti stimulasi visual, verbal, auditif, taktil, dan rasa (taste) dapat mengoptimalkan
perkembangan anak. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang penting
pada awal perkembangan anak, misalnya dengan mengajak bercakap-cakap, membelai,
mencium, bermain, dan sebagainya.
Beberapa tahun yang lalu, telah dikembangkan program BKB (Bina Keluarga dan
Balita) dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk anak-anak prasekolah yang bertujuan
untuk menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin. APEK adalah alat permainan
yang berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, antara lain
motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi. Program BKB merupakan program yang
menunjang program-program yang sudah ada di Posyandu, dalam upaya peningkatan
kualitas tumbuh kembang anak. Berbagai macam APEK, yang dibuat sesuai dengan
golongan umur anak, diperkenalkan kepada ibu-ibu kelompok BKB. Bermain, mengajak
berbicara, dan memberikan kasih sayang sangat diperlukan sebagai “makanan” yang
penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk pertumbuhan
fisik. Manfaat lain bermain adalah hubungan orangtua dan anak menjadi semakin akrab
dan upaya deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak dapat ditingkatkan. Dengan
adanya PAUD dan PG (Play Group) – yang pada saat ini sedang berkembang, baik di
pedesaan maupun di kota-kota besar – upaya stimulasi dini akan lebih lengkap dan
komprehensif. Namun, jangan lupa stimulasi di rumah jauh lebih penting.
Buku bacaan anak-anak juga penting untuk stimulasi perkembangan anak, karena
akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan
anak terhadap lingkungan di sekitarnya.
Morley (1986) mengatakan bahwa prioritas untuk anak adalah makanan, perawatan
kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik, pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan
yang terpelihara memang penting, tetapi perkembangan intelektual juga perlu. Bermain
merupakan “sekolah” yang berharga bagi anak, sehingga perkembangan intelektualnya
optimal.
Untuk perkembangan motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh, diperlukan
stimulasi yang terarah dengan bermain, latihan-latihan, atau olahraga yang teratur. Anak
perlu diperkanalkan dengan olahraga sedini mungkin, karena olahraga tidak hanya
membentuk fisik anak, tetapi juga membentuk mentalnya. Olahraga yang baik bagi anak
harus juga mempunyai nilai bermain. Olahraga untuk anak Balita antara lain adalah
melempar/menangkap bola, melompat/main tali, main “dengkleng/engklek” (bermain
dengan menggunakan satu kaki untuk berjalan), naik sepeda roda tiga. Harus dijaga
kemungkinan terjadinya cedera pada saat bermain/melakukan aktivitas.

7. Keluarga berencana
Dengan keluarga berencana (KB), sebuah keluarga dapat merencanakan kapan mulai
punya anak, berapa jumlah anak yang diinginkan, berapa tahun jarak antara anak satu
dengan lainnya, dan kapan berhenti tidak hamil lagi. Pada masyarakat yang mempunyai
kebiasaan kawin muda, pasangan suami-istri dianjurkan untuk menunda kehamilannya
sampai paling sedikit ibu berumur 18 tahun. Karena, kehamilan pada umur kurang dari 18
tahun sering melahirkan BBLR dengan angka kesakitan dan kematiannya tinggi.
Disamping itu, risiko terhadap ibunya juga tinggi. Demikian pula, perlu dianjurkan ibu
tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena risiko terhadap bayi maupun ibunya
meningkat lagi.
Untuk menjada kesehatan ibu dan anak, sebaiknya jarak antara kehamilan tidak
kurang dari 2 tahun. Karena kalau jaraknya terlalu dekat, tumbuh kembang anak dapat
terganggu, baik fisik maupun mentalnya, karena ASI terpaksa dihentikan, ibu tidak punya
banyak waktu untuk menyiapkan makanan anak lagi, perhatian dan kasih sayang juga
berkurang. Ibu memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk memulihkan kesehatannya
sebelum hamil lagi. Jika ibu hamil terlalu cepat, ia sering akan melahirkan BBLR.
Mempunyai anak lebih dari 4 orang atau dalam satu keluarga terdapat 3 balita akan
menambah risiko terhadap ibu dan bayinya. Lebih-lebih, kalau jarak antara kehamilan
kurang dari 2 tahun, ibu akan lemah akibat dari seringnya hamil, melahirkan, menyusui,
dan merawat anak-anaknya, sehingga sering timbul berbagai masalah, seperti ibu
menderita anemia, kurang gizi, dan bahkan mengalami perdarahan setelah melahirkan.

8. Keluarga
Suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting dalam tumbuh
kembang anak. Interaksi orangtua-anak merupakan suatu proses majemuk yang
dipengaruhi banyak faktor, yaitu kepribadian orangtua, sifat bawaan anak, kelahiran anak
yang lain, tingkah laku setiap anggota keluarga, interaksi antar anggota keluarga, dan
pengaruh luar. Beberapa faktor yang mempunyai dampak negatif terhadap pola interaksi
keluarga adalah perkawinan yang tidak harmonis, penyakit menahun yang diderita salah
satu anggota keluarga, dan gangguan jiwa pada salah satu anggota keluarga.
Interaksi antara orangtua-anak dapat dilihat sbb (Klaus, 1983) :

Latar belakang orangtua Pemberian kasih sayang

Orangtua Bayi

Perawatan yang efektif


Kegagalan peran orangtua
dan kasih sayang

F. FAKTOR RISIKO
Selain berbagai upaya yang telah kita bicarakan di atas, sebaiknya kita juga dapat
mengidentifikasi berbagai faktor risiko yang mungkin dapat mengakibatkan kelainan, baik
pada ibu maupun pada anaknya. Dengan demikian, kita dapat mencegah kelainan yang
mungkin terjadi dan menanganinya dengan baik. Di bawah ini adalah berbagai keadaan yang
mungkin membawa risiko, baik bagi ibu maupun bagi anaknya (dikutip dari Ebrahim, 1985):
1. Ibu yang berisiko, antara lain:
a. Umur ibu di bawah 18 dan ibu lebih dari 35 tahun;
b. Tinggi ibu kurang dari 145 cm;
c. Hamil pertama kali atau setelah kehamilan kelima;
d. Berat badan sebelum hamil kurang dari 40 kg atau kenaikan berat badan pada
waktu hamil kurang dari 7 kg;
e. Riwayat sebelumnya; anak yang lahir mati, kematian pada masa neonatal,
kesulitan partus, dan bayi berat lahir rendah;
f. Anemia pada waktu hamil;
g. Maslah sosial, seperti kecanduan alkohol, keluarga yang tuna karya;
h. Ibu yang terlantar;
i. Jarak antara anak satu dengan lainnya pendek, kurang dari 24 bulan.

2. Anak yang berisiko, antara lain:


a. Berat badan lahir rendah;
b. Bayi kembar 2, 3 atau lebih;
c. Anak ke 5 atau lebih;
d. Kehamilan pada ibu sebelum anak berumur 18 bulan;
e. Sedang menderita sakit pertusis, campak, diare, atau penyakit berat lainnya;
f. Riwayat malnutrisi atau ada saudaranya yang meninggal;
g. Tidak ada kenaikan berat badan pada 2 bulan terakhir;
h. Masalah sosial lainnya, misalnya anak yang tidak dikehendaki, satu orangtua, anak
yang terlantar, orangtua/anak menderita penyakit kronis, dll.

G. KESIMPULAN
Kualitas tumbuh kembang anak dapat ditingkatkan dengan berbagai usaha, baik yang
dilakukan oleh orangtua, masyarakat, maupun oleh pemerintah. Sebaiknya, setiap pasangan
yang akan menikah atau merencanakan punya anak berkonsultasi lebih dahulu dengan
dokter, untuk menghindari adanya kelainan-kelainan pada anaknya kelak.
Berbagai faktor baik genetik maupun lingkungan yang kompleks memengaruhi tumbuh
kembang anak sejak pranatal, perinatal, dan pascanatal. Perawatan pranatal yang baik pada
waktu kehamilan serta gizi ibu yang memadai, penting untuk tumbuh kembang janin.
Sebaiknya ibu melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten, untuk
menjamin proses kelahiran yang baik dan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
perinatal. Keluarga berencana penting untuk merencanakan kapan mulai punya anak,
berapa jumlah anak yang diinginkan, berapa tahun jaraknya, juga kapan sebaiknya ibu
berhenti tidak hamil lagi, sehingga kualitas anak dapat dioptimalkan. Selain itu, anak
memerlukan lingkungan yang memungkinkan untuk tumbuh kembang dengan optimal,
antara lain perumahan yang layak, gizi yang baik, pemeliharaan kesehatan yang memadai,
kasih sayang, serta stimulasi yang terarah. Semua usaha ini diharapkan dapatmeningkatkan
kualitas tumbuh kembang anak, sehingga anak dapat tumbuh kembang dengan optimal
sesuai dengan kemampuan genetiknya, dan berguna bagi nusa bangsa.

H. LAMPIRAN JADWAL IMUNISASI, IDAI

Anda mungkin juga menyukai