Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Tumbuh Kembang Dan Geriatri adalah Blok XXI pada Semester VII
dari sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu
strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini
adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan
pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam
tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap
kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk
memecahkan kasus yang ada.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran studi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari pembelajaran tutorial berdasarkan langkah-
langkah seven jumps.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.2 Skenario B blok 21

“Si Kurus Bona”

Bona, Anak perempuan usia 7 bulan, dibawa ibunya ke poli anak RSMP
denan keluhan diare sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 5-7 kali perhari
sebanyak 1-2 sendok makan. Diare berwarna kuning, tidak ada darah dan lendir,
cairan lebih banyak dari pada ampas. Menurut ibunya nafsu makan anak biasa.
Bona hanya 3 bulan mendapat ASI esklusif. Oleh karena ibunya merasa ASI
berkurang, selanjutnya Bona diberikan ASI + susu formula sampai sekarang, Susu
formula diberikan 2-3 kali sehari @60cc ( susu formula standar sebanyak 1 takar).
Ibu membuat susu formula dengan cara bubuk susu formula ditambah air panas
dan air dingin. ASI tetap diberikan dengan frekuensi sering (setiap bayi
menangis). Pada usia 6 bulan, Bona pernnh diberikan ibunya bubur susu “tetapi
bayi menolak” sehingga tidak pernah diberikan lagi. Sejka usia 4 bulan, Bona
sering mengalami diare 2 kali dalam sebulan

Pada usia 3 bulan, berat badan Bna 5,5Kg, selanjutnya pada usia 4,5,6
bulan dan sekarang adalah 5,4Kg, 5,3Kg, 5Kg dan sekarang 4,5Kg. panjang badan
saat ini 61cm. Lingkar kepala saat ini 42cm

Riwayat Kehamilan, Persalinan imunisasi dan perkembangan :

Bona anak pertama dari ibu usia 20 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa
hamil 4 kali ke bidan. Lahir spontan pada kehamilan 37 minggu. Segera setelah
lahir langsung menangis, skor APGAR menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir
3000gram. Panjang badan lahir 50 cm. lingkar kepala lahir 33cm.

 Riwayat imunisasi : BCG 1 kali, DPT 3kali, Polio 4 kali


 Riwayat perkembangan : saat ini bona belum bisa duduk

Pemeriksaan Fisik

2
Keadaan umum : Tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 4,5Kg, Panjang
badan 61 cm, lingakaran kepala 42 cm

Tanda Vital : HR : 112x/menit, RR: 32x/menit, T : 35,5oC

Keadaan spesifik :

Kepala :

 Wajah dismorfik tidak ada


 Wajah seperti wajah orang tua
 Rambut kepala tipis, jarang, kekuningan tidak mudah dicabut
 Tatapan mata sayu seperti mengantuk ketika melihat kepada pemeriksa
 Mukoosa mulut kering

Thorak : Iga Gambang

Abdomen : Datar, turgor kurang, bising usus meningkat

Ekstremitas

 Keempat ekstermitas tampak kurus


 Edema tidak ada
 Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki
 Baggy pants (+)

Kulit : Kelainan kulit (dermatosis ) tidak ada

Status neorologikus :

 Gerakan normal, kekuata otot motoric 4


 Reflek fisiologi normal
 Klonus dan tonus normal
 Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol
 Reflek patologis (-)

2.3 Klarifikasi Istilah

3
No Klarifikasi Arti

1 Diare Pengeluaran tinja berair yang tidak normal

2 Dismofrik Kelainan perkembangan morfologi

3 Asi Ekslusif Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makan


tambahan

4 Imunisasi proses membuat subjek menjadi imun dan


perangsang dari antigen spesifik untuk
menginduksi respon imun

5 Baggy Pants Kulit keriput yang tidak berlemak

6 Iga Gambang Tulang rusuk yang menonjol

7 Dermatosis Dermatosis : Penyakit kulit, terutama dermatosi


yang tidak ditandai dengan peradangan

8 Turgor Keadaan menjadi turgid, sensasi penuh yang


normal atau yang lain

2.4 Identifikasi Masalah

1. Bona, Anak perempuan usia 7 bulan, dibawa ibunya ke poli anak RSMP
denan keluhan diare sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 5-7 kali
perhari sebanyak 1-2 sendok makan. Diare berwarna kuning, tidak ada
darah dan lendir, cairan lebih banyak dari pada ampas.
2. Menurut ibunya nafsu makan anak biasa. Bona hanya 3 bulan mendapat
ASI esklusif. Oleh karena ibunya merasa ASI berkurang, selanjutnya Bona
diberikan ASI + susu formula sampai sekarang, Susu formula diberikan 2-
3 kali sehari @60cc ( susu formula standar sebanyak 1 takar). Ibu
membuat susu formula dengan cara bubuk susu formula ditambah air

4
panas dan air dingin. ASI tetap diberikan dengan frekuensi sering (setiap
bayi menangis)
3. Pada usia 6 bulan, Bona pernnh diberikan ibunya bubur susu “tetapi bayi
menolak” sehingga tidak pernah diberikan lagi. Sejka usia 4 bulan, Bona
sering mengalami diare 2 kali dalam sebulan
4. Pada usia 3 bulan, berat badan Bna 5,5Kg, selanjutnya pada usia 4,5,6
bulan dan sekarang adalah 5,4Kg, 5,3Kg, 5Kg dan sekarang 4,5Kg.
panjang badan saat ini 61cm. Lingkar kepala saat ini 42cm
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan imunisasi dan perkembangan :

Bona anak pertama dari ibu usia 20 tahun. Selama hamil ibu sehat dan
periksa hamil 4 kali ke bidan. Lahir spontan pada kehamilan 37 minggu.
Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR menit 9 dan 5
menit 10. Berat badan lahir 3000gram. Panjang badan lahir 50 cm. lingkar
kepala lahir 33cm.

 Riwayat imunisasi : BCG 1 kali, DPT 3kali, Polio 4 kali


 Riwayat perkembangan : saat ini bona belum bisa duduk
6. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 4,5Kg,


Panjang badan 61 cm, lingakaran kepala 42 cm

Tanda Vital : HR : 112x/menit, RR: 32x/menit, T : 35,5oC

Keadaan spesifik :

Kepala :

 Wajah dismorfik tidak ada


 Wajah seperti wajah orang tua
 Rambut kepala tipis, jarang, kekuningan tidak mudah dicabut
 Tatapan mata sayu seperti mengantuk ketika melihat kepada pemeriksa
 Mukoosa mulut kering

Thorak : Iga Gambang

5
Abdomen : Datar, turgor kurang, bising usus meningkat

Ekstremitas

 Keempat ekstermitas tampak kurus


 Edema tidak ada
 Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki
 Baggy pants (+)

Kulit : Kelainan kulit (dermatosis ) tidak ada

Status neorologikus :

 Gerakan normal, kekuata otot motoric 4


 Reflek fisiologi normal
 Klonus dan tonus normal
 Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol
 Reflek patologis (-)

2.5 Analisis Masalah

1. Bona, Anak perempuan usia 7 bulan, dibawa ibunya ke poli anak RSMP
denan keluhan diare sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 5-7 kali perhari
sebanyak 1-2 sendok makan. Diare berwarna kuning, tidak ada darah dan
lendir, cairan lebih banyak dari pada ampas.
1.a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ?
Jawab :
Dalam kasus ini, pada usia 6 bulan pertama kehidupan, merupakan
suatu periode pertumbuhan yang sangat cepat dan memiliki kebutuhan
relatif tinggi berdasarkan berat badan. Asupan makanan yang tidak
adekuat atau pilihan makanan yang tidak tepat berisiko gangguan
pertumbuhan dan penurunan status nutrisi yang dapat mengakibatkan
efek negatif terhadap perkembangan kognitif (Nelson.2012)

6
1.b. Apa kemungkinan penyebab diare sejak 3 hari yang lalu ?
Jawab :
Faktor Infeksi:
• infeksi enternal adalah infeksi gastrointestinal yang merupakan
penyebab utama diare pada anak-anak. Infeksi enternal adalah:
• Infeksi bakteri: Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
• Infeksi Virus: Enterovirus (ECHO Virus, Coxsackie, Poliomielitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
• Infeksi Parasitik: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia Lamblia, Tricomonas
Hominis), Candida Albicands.
2. Faktor Malabsorpsi:
• Malabsorpsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), Monosakarida (Intoleransi Glukosa, Fruktosa dan Galaktosa).
Pada bayi dan anak-anak yang paling penting dan paling umum adalah
intoleransi laktosa.
• Malabsorpsi Lemak
• Protein Malabsorpsi
3. Diare yang disebabkan oleh keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit singkat yang disebabkan oleh
racun yang dihasilkan oleh bakteri. Dengan beberapa bakteri, racun
diproduksi dalam makanan sebelum dimakan, sementara dengan bakteri
lain, racun diproduksi di usus setelah makanan dimakan.
4. Diare yang disebabkan oleh obat-obatan
5. Diare yang diinduksi obat sangat umum karena banyak obat
menyebabkan diare. Petunjuk untuk diare yang diinduksi obat adalah
bahwa diare dimulai segera setelah pengobatan dengan obat dimulai.
Obat-obatan yang paling sering menyebabkan diare adalah antasid dan
suplemen gizi yang mengandung magnesium. Kelas obat lain yang
menyebabkan diare termasuk:

7
• Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
• Obat kemoterapi
• Antibiotik
• Obat untuk mengontrol detak jantung yang tidak teratur (antiaritmia)
• Obat-obatan untuk tekanan darah tinggi
(Subagyo. 2010)

1.c. Apa makna diare sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 5-7 kali
perhari sebanyak 1-2 sendok makan. Diare berwaran kuning, tidak ada
darah dan lendir, cairan lebih banyak dari pada ampas ?
Jawab :
 Tidak ada lendir : berarti tidak ada iritasi/inflamasi pada lumen
usus.
 Tidak ada darah : berarti tidak adanya gangguan pada saluran
pencernaan (jika feses seperti tar/darah yang hitam sekali
menandakan terjadi ulkus pada lambung, jika feses masih
berdarah segar berarti gangguan pada colon hingga anus, bisa
ulkus, perforasi, hemorroid maupun keganasan).
 Diare yang mengandung darah dan lendir termasuk disentri.

1.d.Bagaimana patofisiologi diare pada kasus ?


Jawab :
Pemberian susu formula sebelum berumur kurang dari 6 bulan
membuat pencernaan bayi sulit mencerna dikarenakan fungsi
pencernaan dan imun bayi belum terbentuk secara sempurna jadi
apabila ada asupan makanan yang terlalu kental atau encer dapat
membuat usus bayi sulit mencerna, akibatnya susu akan dikeluarkan
kembali lewat anus dan bayi mengalami diare (Khasanah, A., 2011).
Selain fungsi pencernaan bayi yang belum terbentuk secara
sempurna pada usia < 6 bulan yang bisa menyebabkan diare, terdapat
faktor lain yaitu didalam susu formula tidak mengandung antibody yang

8
dapat melindungi tubuh bayi dari infeksi, akhirnya bayi dengan mudah
mengalami infeksi seperti diare, dalam berbagai penelitian juga
menyebutkan bahwa bayi yang diberikan susu formula sering
mengalami gangguan pencernaan seperti diare 3 sampai 5 kali lebih
sering (Maryunani, A., 2010)
Berbeda dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif akan lebih
rentan terhadap diare karena salah satu kandungan unik ASI adalah
oligosakarida yang akan menciptakan suasana asam dalam saluran
cerna. Suasana asam ini berfungsi sebagai sinyal untuk pertahanan
saluran cerna, yaitu SIgA (Secretory Imunnoglobulin A) yang juga
terdapat dalam ASI itu sendiri. SIgA dapat mengikat mikroba patogen,
mencegah perlekatannya pada sel enterosit di usus dan mencegah reaksi
imun yang bersifat inflamasi sehingga diare tidak terjadi (Rahmadhani,
E.P., Lubis, G, dan Edison, 2013).

1.e. Apa macam-macam diare ?


Jawab :

1) Diare akut
Diare akut adalah gerakan usus dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja lunak atau cairan dan tiba-tiba datang dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
2) Diare persisten
Diare terus-menerus adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan diare akut atau transisi antara diare akut dan
kronis.
3) Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang datang dan pergi, atau berlangsung
lama dengan penyebab yang tidak menular, seperti penyakit yang
sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
Durasi diare kronis lebih dari 30 hari.
(Suharyono, 2008)

9
2. Menurut ibunya nafsu makan anak biasa. Bona hanya 3 bulan mendapat
ASI esklusif. Oleh karena ibunya merasa ASI berkurang, selanjutnya Bona
diberikan ASI + susu formula sampai sekarang, Susu formula diberikan 2-3
kali sehari @60cc ( susu formula standar sebanyak 1 takar). Ibu membuat
susu formula dengan cara bubuk susu formula ditambah air panas dan air
dingin. ASI tetap diberikan dengan frekuensi sering (setiap bayi menangis)
2.a. Apa makna nafsu makan biasa dan hanya mendapat 3 bulan ASI
esklusif ?
Jawab :
Asi ekslusif diberikan seharusnya hingga bayi berumur 6 bulan. ASI eksklusif
yaitu hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman lain sampai Anak berumur 6
bulan, memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat dan adekuat
sejak usia 6 bulan dan tetap meneruskan pemberian ASI sampai usia anak 24
bulan (Nelson.2012)

2.b. Apa manfaat ASI esklusif ?


Jawab :
1. Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum
 Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama
diare.
 Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
 Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

10
 Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
2. Aspek Imunologik
 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas
kontaminasi.
 Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI
kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi
dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai
virus pada saluran pencernaan.
 Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen
zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
 Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.
coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI
300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
 Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari
4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-
Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan,
Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran
pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
 Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung
nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus
bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
3. Aspek Psikologik
 Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu
menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying
terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama

11
oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi
ASI.
 Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan
psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
 Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-
bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit
(skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas
karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar
denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih
dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
 Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat
dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang
dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
 Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan,
4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih
tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang
tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
 Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan,
menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir
dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
 Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi
berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan

12
 Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenorea Laktasi (MAL) (Nelson, 2012).

2.c. Apa dampak bayi tidak diberikan ASI esklusif ?


Jawab :
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI secara penuh sampai pada usia
6 bulan pertama kehidupan memiliki resiko diare yang parah dan fatal. Resiko
tersebut 30 kali lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI secara penuh. Dan
bayi tidak diberikan ASI eksklusif, memiliki risiko kematian lebih besar
karena terjadinya malnutrisi (Kemenkes, 2010). Hasil riset WHO (2005)
menyebutkan bahwa 42 persen penyebab kematian bayi di dunia yang terbesar
adalah malnutrisi (58%). Data dari Dinas Kesehatan tahun 2015 yakni balita
berumur 6-24 bulan yang mengalami gizi buruk terbanyak terdapat di
puskesmas guguk panjang yakni 0,16 % dan balita gizi kurang 13,5%. Balita
tersebut mengalami gizi buruk dan gizi kurang karena ibu mereka bekerja
sehingga proses pemberian ASI yang kurang efektif. (Kemenkes.2010)

2.d. Apa kandungan susu formula ?


Jawab :

Susu formula mengandung dua macam protein utama,


yaitu whey dan kasein (casein). susu formula yang utama adalah
kasein, susu formula mengandung lactoglobulin dan bovine serum
albumin yang sering menyebabkan alergi (Iskandar & Maulidar,
2016).
Menurut Khasanah (2011) ada beberapa kandungan gizi dalam
susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml,
protein berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar
antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml.

13
2.e. Apa dampak pemberian susu formula ?
Jawab :

Roesli (2008) menjelaskan berbagai dampak negatif yang terjadi pada


bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain:

1) Gangguan saluran pencernaan dan infeksi saluran pernafasan

2) Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)


3) Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula


yang tercemar

2.f. Apa makna susu formula diberikan 2-3 hari kali/hari @60 cc ( susu
formula standar sebanyak 1 takar )?
Jawab :
100 cc susu formula mengandung 67 kkal. Bona mendapat susu formula
3 kali @ 60 cc per hari.
Kalori bona = 3 x 60 cc / 100 cc x 67 kkal
= 1,8 x 67 kkal
= 120,6 kkal / hari
Sementara bona harus mendapatkan:
Kalori = berat badan ideal x RDA
= 8,5 X 100
= 850 kkal
Jadi, nutrisi harian bona tidak cukup.

2.g. Apa makna Ibu membuat susu formula dengan cara bubuk susu
formula ditambah air panas dan air dingin ?
Jawab :
Tidak sesuai dengan prosedur pembuatan susu formula yang baik.

14
2.h. Bagaimana cara membuat susu formula yang baik dan benar ?
Jawab :
cara menyiapkan dan menyajikan Susu Formula Bayi, meliputi :
a. membersihkan tempat penyiapan Susu Formula Bayi
b. mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian
keringkan
c. rebus air minum sampai mendidih dalam panci tertutup
d. biarkan air tersebut didalam panci tertutup selama 10-15 menit agar
suhunya turun menjadi tidak kurang dari 70°C
e. tuangkan air tersebut (suhunya tidak kurang dari 70°C) sebanyak
yang dapat dihabiskan oleh bayi (jangan berlebihan) ke dalam
botol susu yang telah disterilkan
f. tambahkan bubuk Susu Formula Bayi sesuai takaran yang
dianjurkan pada label
g. tutup kembali botol susu dan kocok sampai Susu Formula Bayi
larut dengan baik
h. dinginkan segera dengan merendam bagian bawah botol susu di
dalam air bersih dingin, sampai suhunya sesuai untuk diminum
(dicoba dengan meneteskan Susu Formula Bayi pada pergelangan
tangan, akan terasa agak hangat, tidak panas); dan
i. sisa Susu Formula Bayi yang telah dilarutkan dibuang setelah 2
(dua) jam. (Peraturan Menkes.2013)

2.i. Bagaimana cara pemberian ASI yang baik dan benar ?


Jawab :

Menurut IDAI (2013), cara menyusui yang baik dan benar adalah
1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya.
Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban
puting susu.

15
3. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung.
4. Posisikan bayi dengan benar
 Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat
lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
 Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
 Mulut bayi berada di depan puting ibu.
 Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara
tubuh ibu dan bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau
diletakkan di atas dada ibu.
 Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.
5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,
kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan
putting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
6. Cek apakah perlekatan sudah benar
 Dagu menempel ke payudara ibu.
 Mulut terbuka lebar.
 Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam
mulut bayi.
 Bibir bayi terlipat keluar.
 Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah
ASI).
 Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunti
menelan.
 Ibu tidak kesakitan.
 Bayi tenang.
(IDAI. 2013)

2.j. Bagaimana tanda-tanda bayi yg sudah cukup ASI ?


Jawab :
Tanda bayi cukup ASI adalah (1) Jumlah buang air kecilnya dalam
satu hari paling sedikit 6 kali; (2) Warna seni biasanya tidak bewarna

16
kuning pucat; (3) Bayi sering BAB bewarna kekuningan berbiji; (4)
Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur
dengan cukup; (5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam;
(6) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui; (7) Ibu
dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai
menyusui; (8) Ibudapat mendengar suara menelan yang pelan ketika
bayi menelan ASI; (9) Bayi bertambah berat badanya (Ambarwati.,
Wulandari. 2009, hlm. 29) Tanda kecukupan ASI menurut Utami.
(2007) adalah : (1) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8
kali dalam sehari; (2) Terutama bagi bayi yang berusia 6 minggu; (3)
Pertumbuhan berat badan bayi dan tinggi badan (TB) bayi sesuai
dengan grafik pertumbuhan; (4) Perkembangan motorik yang baik. Bayi
aktif, motoriknya sesuai dengan rentang usia (Kemenkes RI.2014)
2.k. Apa hubungan pemberian susu formula dengan diare ?
Jawab :
Bayi yang sering mengalami gangguan pencernaan seperti diare
salah satunya disebabkan oleh susu formula, karena susu formula tidak
mengandung antibody untuk melindungi tubuh bayi terhadap infeksi
dan juga fungsi pencernaan dan imun bayi belum terbentuk secara
sempurna jadi apabila ada asupan makanan yang terlalu kental atau
encer dapat membuat usus bayi sulit mencerna (Khasanah, A., 2011).
Dan juga Pemberian susu formula biasanya ibu-ibu
menggunakan botol dot sebagai alat untuk menyiapkan susu formula.
Terkadang para ibu-ibu tidak memperhatikan kebersihan dan cara
penyiapan susu yang baik dan benar sehingga rentan terkontaminasi
bakteri (Aningsih, F., Rahmadi, A., dan Lusiana, 2013).

3. Pada usia 6 bulan, Bona pernnh diberikan ibunya bubur susu “tetapi bayi
menolak” sehingga tidak pernah diberikan lagi. Sejka usia 4 bulan, Bona
sering mengalami diare 2 kali dalam sebulan

17
3.a. Apa makna pada usia 6 bulan, Bona pernah diberikan ibunya bubur
susu tetapi bayi menolak sehingga tak pernah diberikan lagi ?
Jawab :

Seharusnya ibu tetap memberikan makanan pendamping ASI walaupun


bayi menolak, dapat diberikan dengan variasi makanannya
MPASI harus di stimulasi pada awal bulan ke 6 untuk memperkenalkan jenis-
jenis makanan pada bayi dan memberikan nutrisi tambahan pada bayi.

3.b. Bagaimana cara pemberian makanan sesuai usia anak ?


Jawab :

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap


mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian
makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa,
dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Ada beberapa saran
untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI, yaitu: a.
Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan
atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1
tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta
teruskan pemberian ASI bila mungkin. b. Tambahkan minyak, lemak dan gula
ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan
susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna
hijau ke dalam makanannya.
(Kemenkes RI.2010)

4. Pada usia 3 bulan, berat badan Bna 5,5Kg, selanjutnya pada usia 4,5,6
bulan dan sekarang adalah 5,4Kg, 5,3Kg, 5Kg dan sekarang 4,5Kg. panjang
badan saat ini 61cm. Lingkar kepala saat ini 42cm
4.a. Apa makna usia 3 bulan , berat badan Bona 5,5 Kg, selanjutnya pada
usia 4, 5, 6 bulan dan sekarang adalah 5,4kg, 5,3 Kg, 5 Kg dan
sekarang 4,5 Kg ?
Jawab :

18
Bona mengalami penurunan berat badan.
Setiap bulan, berat badan bona menurun. Pada usia 3 dan 4 bulan, berat
badan bona masih sesuai, usia 5 dan 6 bulan, berat badan bona masuk
dalam kategori kurus dan pada usia 7 bulan berat badan bona masuk
dalam kategori sangat kurus.
(Soetjiningsih. 2016)

4.b. Apa makna panjang badan 61 cm ?


Jawab :
Mengalami gangguan pertumbuhan.
Untuk ukuran panjang badan 61cm pada usia 7 bulan, interpretasinya
pada z score adalah antara -2 SD dan -3 SD dengan makna sangat
pendek /severly stunted (Soetjiningsih. 2016)

4.c. Apa makna lingkar kepala 42 cm ?


Jawab :
Menurut grafik lingkar kepala Nelhaus untuk anak perempuan, lingkar
kepala 42 cm pada bayi usia 7 bulan masih normal (Soetjiningsih,
2016)

19
Gambar 2.1 Lingkar Kepala
Sumber : Soetjiningsih.2016

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan imunisasi dan perkembangan :

Bona anak pertama dari ibu usia 20 tahun. Selama hamil ibu sehat dan periksa
hamil 4 kali ke bidan. Lahir spontan pada kehamilan 37 minggu. Segera
setelah lahir langsung menangis, skor APGAR menit 9 dan 5 menit 10. Berat
badan lahir 3000gram. Panjang badan lahir 50 cm. lingkar kepala lahir 33cm.

 Riwayat imunisasi : BCG 1 kali, DPT 3kali, Polio 4 kali


 Riwayat perkembangan : saat ini bona belum bisa duduk
5.a. Bagaimana hubungan riwayat imunisasi dengan keluhan ?
Jawab :
Imunisasi adalah cara meningkatkan kekebalan terhadap antigen yang
dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif
adalah manfaat kuman atau racun yang telah dilemahkan atau dibunuh
untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri sementara
imunisasi pasif adalah suntikan kadar antibodi sehingga kadar antibodi

20
dalam tubuh meningkat. Kelompok yang paling penting untuk
mendapatkan imunisasi adalah bayi dan balita karena mereka yang paling
sensitif terhadap penyakit dan sistem tubuh anak balita belum matang.
Jika balita tidak diimunisasi, maka tubuh tubuh balita akan berkurang dan
akan rentan terhadap penyakit. Ini memiliki dampak tidak langsung
dengan kejadian gizi. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali
tetapi secara bertahap dan tuntas terhadap berbagai penyakit untuk
dipertahankan agar dapat bertahan dari paparan penyakit (Bratawidjaya.
2012)

5.b. Bagaimana riwayat imunisasi lengkap ?


Jawab :
Menurut Jadwal Imunisasi IDAI tahun 2017 anak usia 7 bulan
normalnya sudah mendapatkan 4 kali Imunisasi Hepatitis B, 4 kali
Imunisasi Polio, 1 kali Imunisasi BCG, 3 kali Imunisasi DTP, 3 kali
imunisasi Hib, 3 kali imunisasi PCV, 3 kali Imunisasi Rotavirus, dan 2
kali imunisasi Infuenza
Sedangkan menurut jadwal Imunisasi Depkes RI tahun 2009 anak
usia 7 bulan normalnya sudah mendapatkan 4 kali imunisasi Hepatitis
B, 1 kali imunisasi BCG, 4 kali imunisasi Polio dan 3 kali imunisasi
DPT

21
Gambar 2.2 Jadwal Imunisasi Anak Rekomendasi IDAI
Sumber : IDAI.2017

Gambar 2.3 Jadwal Imunisasi Dasar Depkes RI


Sumber : Depkes.2009

5.c. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai usia ?

22
Jawab :

Saat-Saat Penting Rata-Rata Umur YANG ADA


Pencapaian (bln)
PADA KASUS

MOTORIK KASAR

Kemantapan kepala saat duduk 2

Menark untuk duduk, kepala tidak 3


tinggal

Tangan bersama dalam garis tengah 3

Refleks tonus leher berjalan asimetri 4

Duduk tanpa bantuan 6

Menggulingkan punggung ke perut 6,5


(tengkurap)

Berjalan sendiri 12

Lari 16

MOTORIK HALUS

Memegang mainan 3,5

Mencapai objek 4

Berjalan menggenggam tangan 4

Pemindahan objek dari tangan ke 5,5


tangan

Memegang ibu jari 8

Membuka lembaran buku 12

23
Mencorat-coret 13

Membangun menara dua kubus 15

Menyusun menara enam kubus 22

KOMUNIKASI DAN BAHASA

Tersenyum dalam respon terhadap 1,5


muka, suara

Mengoceh satu suku kata 6

Mencegah pada “tidak” 7

Mengikuti perintah satu-tindakan 7


dengan gerakan

Mengikuti satu-perintah tanpa 10


gerakan

Berbicara kata yang sesungguhnya 12


pertama kali

Bicara 4-6 kata 15

Berbicara 10-15 kata 18

Berbicara kalimat dua kata 19

KOGNITIF

Menatap sebentar pada titik 2


kemana objek menghilang

Menatap pada tangannya sendiri 4

Membanting dua kubus 8

Menemukan mainan 8

24
Berpura-pura bermain egosentris 12

Menggunakan batang untuk 17


meraih mainan

Berpura-pura bermain dengan 17


boneka.

Tabel Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


(Ambarwati.2009)

5.d. Apa makna riwayat perkembangan pada kasus ?


Jawab :
Masa tumbuh kembang bayi 0-6 bulan membutuhkan asupan gizi yang
diperoleh melalui pemberian ASI eksklusif. Gangguan tumbuh kembang pada
awal kehidupan bayi dapat disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi,
pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini atau terlalu lambat dan
ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Beberapa penelitian
tentang pemberian ASI eksklusif dengan pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan
yang hasilnya adalah menurut penelitian Megawati (2012), didapatkan bahwa
bayi yang tergolong pertumbuhannya tidak normal paling banyak pada bayi
yang tidak diberi kolostrum yakni 58,8 %, dan menurut penelitian dari Sucipto
(2012), didapatkan hasil bahwa dari 122 bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif sebagian besar (95,10%) memiliki berat badan normal dan sebagian
kecil mengalami pertumbuhan berat badan lebih (2,45%) dan pertumbuhan
berat badan kurang yaitu sebesar 2,45 persen. Dan yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif sebagian besar (68,57%) mengalami berat badan yang kurang
dan sebagian kecil (5,71%) mengalami pertumbuhan berat badan yang normal,
sedangkan yang mengalami berat badan sangat kurang yaitu sebanyak 28,12
persen. (Megawati.2012)

6. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak kurus, apatis, cengeng, berat badan 4,5Kg,


Panjang badan 61 cm, lingakaran kepala 42 cm

25
Tanda Vital : HR : 112x/menit, RR: 32x/menit, T : 35,5oC

Keadaan spesifik :

Kepala :

 Wajah dismorfik tidak ada


 Wajah seperti wajah orang tua
 Rambut kepala tipis, jarang, kekuningan tidak mudah dicabut
 Tatapan mata sayu seperti mengantuk ketika melihat kepada pemeriksa
 Mukoosa mulut kering

Thorak : Iga Gambang

Abdomen : Datar, turgor kurang, bising usus meningkat

Ekstremitas

 Keempat ekstermitas tampak kurus


 Edema tidak ada
 Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki
 Baggy pants (+)

Kulit : Kelainan kulit (dermatosis ) tidak ada

Status neorologikus :

 Gerakan normal, kekuata otot motoric 4


 Reflek fisiologi normal
 Klonus dan tonus normal
 Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol
 Reflek patologis (-)

6.a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan Fisik ?


Jawab :
Keadaan umum

26
Pemeriksaan Normal Interpretasi
Tampak Tidak tampak Malnutrisi
Kurus kurus
Apatis Composmentis Penurunan kesadaran
Cengeng Tidak cengeng Lebih sering pada
anak malnutrisi
BB 4,5 kg 6 kg – 8 kg Gizi buruk
PB 60 cm 67,2-73,6 Perawakan Pendek
LK 45 cm 45-48 cm Normal
HR 112 109-169 Normal
x/menit kali/menit
RR 32 20-60 x/menit Normal
x/menit
36,50C 36,5-37,2oC Normal

Keadaan spesifik

Pemeriksaan Interpretasi
Kepala:
- Wajah dismorfik tidak Normal, tidak ada kelainan
ada kongenital
- Wajah seperti wajah Abnormal, elastisitas
orang tua kulit menurun
- Rambut kepala tipis Abnormal, malnutrisi
warna merah
kekuningan mudah
dicabut
- Tatapan mata sayu Abnormal, penurunan

27
seperti mengantuk ketika kesadaran
melihat kepada
pemeriksaan
- Melihat dan menangis Normal
kepada pemeriksa
- Menoleh ketika Normal
dipanggil namanya
Thoraks: Abnormal, klinis
Iga gambang (piano sign) Marasmus.

Abdomen Abnormal
Datar, turgor kurang, bising Diare
usus meningkat

Ekstremitas Abnormal, malnutrisi


- Keempat ekstremitas
tampak kurus
- Edema tidak ada Normal, menyingkirkan
kwarshiorkor
- Tidak ada kelainan Normal
anatomi pada kedua
tungkai dan kaki
- Baggy pants (+) Abnormal, Kulit di regio
gluteusberkeriput
Kulit: Normal
Kelainan kulit (dermatosis)
tidak ada
Status Neuroligus : Normal
- Gerakan normal,
kekuatan otot motoric 4

28
- Reflex fisiologis
normal
- Klonus dan tonus
normal
- Tidak ada gerakan
yang tidak terkontrol
- Reflex patologis (-)

6.b. Bagaimana mekanisme abnormal Pemeriksaan Fisik ?


Jawab :
1. Intake kalori inadekuat  energy menurun  simpanan cadangan
makanan (glikogen) menurun  dihati dan otot mengalami
gluconeogenesis  massa otot dan lemak berkurang  berat badan
menurun  kurus,turgor kulit kering dan baggy pants
2. Intake kalori inadekuat  energy menurun  simpanan cadangan
makanan (glikogen) menurun  dihati dan otot mengalami
gluconeogenesis  massa otot dan lemak berkurang  otot atrofi 
tulang-tulang terlihat jelas  iga gambang
3. Intake kalori yang inadekuat  bona menjadi lapar  mudah
menangis atau cengeng
4. Intake kalori yang inadekuat  hipoglikemi  kesadaran menurun
 apatis
5. Intake kalori inadekuat dan kekurangan protein  kurang nutrisi dan
asam amino tirosin  asam amino tirosin tidak bias menyintesis
melanin  sintesis pigmen melanin pada rambut berkurang 
rambut kepala tipis, jarang dan kekuningan.

Intake nutrisi inadekuat

Kekurangan
Marasmus
protein dan kalori

29
Kurang nutrisi dan
asam amino tirosin Protein untuk pembentukan
Mobilisasi karbohidrat,
sistem imun inadekuat
protein, dan lemak untuk
pembentukan kalori

Rambut kepala tipis, Sering disertai infeksi


jarang dan kekunigan dan diare

Iga Jaringan lemak


Baggy
Tampak pants subkutan
sangat kurus gambang minimal/tidak
ada

30
7. Bagaimana diagnosis banding pada kasus ?
Jawab :

Marasmic-
Marasmus Kwashiorkor
kwashiorkor
Edema seluruh
Tubuh Sangat kurus Edema
tubuh
Lemak
Hilang Berlipat-lipat Berlipat-lipat
subkutan
Satatus Lethargy, apatis, Lethargy, apatis, Lethargy, apatis,
mental iritabilitas iritabilitas iritabilitas
Penurunan Normal/Sedikit
BB Sedikit turun
drastis BB turun
Status gizi Buruk Buruk Buruk
Wajah Seperti orang tua Edema Seperti orang tua

8. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ?


Jawab :
Diagnosis malnutrisi dapat diketahui melalui gejala klinis,
antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometrik
lebih ditujukan untuk menemukan gizi buruk ringan dan sedang. Pada
pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuran-pengukuran fisik
anak (berat, tinggi, lingkar lengan, dan lain-lain) dan dibandingkan
dengan angka standar (anak normal). Untuk anak, terdapat tiga
parameter yang biasa digunakan, yaitu berat dibandingkan dengan umur
anak, tinggi dibandingkan dengan umur anak dan berat dibandingkan
dengan tinggi/panjang anak. Parameter tersebut lalu dibandingkan
dengan tabel standar yang ada. Untuk membandingkan berat dengan
umur anak, dapat pula digunakan grafik pertumbuhan yang terdapat
pada KMS. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah

31
pemeriksaan kadar hemoglobin darah merah (Hb) dan kadar protein
(albumin/globulin) darah (Krisnansari. 2010)

9. Bagaimana working diagnosis pada kasus ?


Jawab :

Gizi buruk marasmus kondisi II

10. Bagaimana tatalaksana pada kasus ?


Jawab :

Tatalaksana tergantung kondisi, pada kasus ini adalah marasmus


kondisi 2 yaitu
Kondisi II
Jika ditemukan: letargis, muntah dan atau diare atau dehidrasi.Lakukan
Rencana II,
dengan tindakan segera, yaitu:
1. Berikan bolus glukosa 10 % intravena, 5ml/kgBB
2. Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT
sebanyak
50ml

32
3. 2 jam pertama
 berikan ReSoMal secara Oral/NGT setiap 30 menit, dosis :
5ml/kgBB setiap pemberian
 catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30
menit
(Kemenkes. 2011)

11. Apa komplikasi pada kasus ?


Jawab :
Menurut Suariadi dan Rita (2010), komplikasi gizi kurang diantaranya :
a. Kwashiorkor (kekurangan karbohidrat) : diare, infeksi, anemia,
gangguan tumbuh kembang, hipokalemia, dan hipernatremia.
b. Marasmus (kekurangan protein) : infeksi, tuberculosis, parasitosis,
disentri, malnutrisi kronik, gangguan tumbuh kembang.
c. Marasmus-kwashiorkor (kekurangan karbohidrat dan protein) :
terjadi edema, kelainan rambut dan kelainan kulit
(Suriadi dan Rita. 2010)

12. Bagaimana prognosis pada kasus ?


Jawab :
Dubia ad Bonam

13. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus ?


Jawab :
Tingkat kemampuan 4. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis
klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri
dan tuntas.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

14. Bagaimana nilai-nilai islam pada kasus ?


Jawab :

33
Dan ayat yang membahas tentang ASI terdapat dalam ayat Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah: 233

Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah member makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya, dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

2.6 Kesimpulan
Bona, perempuan 7 bulan di bawa ke rsmp mengeluh letargi,diare,dehidrasi
karena mengalami gizi buruk tipe marasmus (kondisi 2)

34
2.7 Kerangka Konsep

Pemberian susu formula Tidak ASI Ekslusif Tidak diberikan MPASI

Mudah Terkena infeksi

Diare Inadekuat nutrisi

Malnutrisi

Diare marasmus (tipe 2) Dehidrasi

Letargi

35
Daftar Pustaka

Ambarwati. R,E., Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:


Mitra. Cendika Press
Aningsih, F., Rahmadi, A., dan Lusiana. 2013. Hubungan Pemberian Susu
Formula dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 0-24 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Banjarbaru. Jurkessia. Vol.III No.3. Hal : 6
Baratawidjaya K G. Imunologi Dasar. Edisi ke 7. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006
Behrman dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Essensial Edisi ke 6. Jakarta :
IDAI

Dorland, 2011. Kamus Saku Kedokteran .Jakarta :EGC

IDAI. 2013. Posisi dan Perlekatan Menyusui dan Menyusu yang Benar.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/posisi-dan-perlekatan-menyusui-dan-
menyusu-yang-benar

Iskandar, & Maulidar. (2016). Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan


Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan (Relationship formula milk
feeding with the incidence of diarrhea in infants 0-6 months). Jurnal Action:
Aceh Nutrition Journal, 1(2), 73–77

Kemenkes RI. 2010. Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak (PMBA).
Jakarta

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. .2011. Buku Pedoman Gizi Buruk.


Diakses pada tanggal 27 Oktober 2018. Dari
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/BUKU%20GIZI%20B
URUK%20I%202011.pdf

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Profil kesehatan Indonesia


tahun 2013. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2018
dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia -2013.pdf

36
Khasanah, A. 2011. Asi atau susu formula. Yogyakarta: FlashBooks. Hal : 185,
213.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.


Jakarta

Krisnansari, D. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. Vol 4 No 1. Hal
: 62-63

Maryunani, A. 2010. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media. Hal : 22, 24.

Megawati RA. (2012).Hubungan Pola Pemberian ASI dan KarakteristikIbu,Jurnal


Unimus (Online) (http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokte
ran/article/view/745/799, diakses12 Mei 2014).
Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:EGC.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 Tentang


Susu Formula Bayi Dan Produk Bayi Lainnya. Bab VI : Label Untuk Susu
Formula, Pasal 24

Rahmadhani, E.P., Lubis, G, dan Edison. 2013. Hubungan Pemberian ASI


Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di
Puskesmas Kuranji Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 2 No 2.
Hal : 65

Roesli, utami. 2008, Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif, Pustaka Bunda,
Jakarta.

Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak Ed 2. Jakarta : EGC. Hal 134


Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In: Juffrie M SS, Oswari H, Arief S,
Rosalina I, Mulyani NS, , ed. Buku Ajar Gartroenterologi Hepatologi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010
Suharyono, 2008, Diare Akut, Jakarta : Gramedia
Suriadi & Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : CV Sagung
Seto

37
38

Anda mungkin juga menyukai