Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

VERUKA VULGARIS

Oleh:
Reval Zakyal Govind, S.Ked.
712018064

Dokter Pembimbing:
dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus yang Berjudul:


“Veruka Vulgaris”

Oleh
Reval Zakyal Govind, S.Ked.
712018064

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan


Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang periode Desember 2019-Januari 2020.

Palembang, 2 Januari 2020


Pembimbing,

dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
Veruka Vulgaris sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
3. dr. Nurita Bangun Hutahaean, Sp.KK selaku pembimbing Laporan
Kasus.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga
Laporan Kasus ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 2 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................…........ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ........................................................................................2
2.2 Epidemiologi ...............................................................................2
2.3 Etiopatogenesis ............................................................................2
2.4 Gambaran Klinis ..........................................................................3
2.5 Diagnosis......................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................5
2.7 Diagnosis banding .......................................................................5
2.8 Tatalaksana ..................................................................................8

BAB III. LAPORAN KASUS .......................................................................10


BAB IV. ANALISIS KASUS .........................................................................14
BAB V. KESIMPULAN .................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................22


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi virus pada kulit memberikan manifestasi yang luas dan virus
biasanya tidak dianggap sebagai komensal pada permukaan kulit. Infeksi
virus pada kulit bermacam-macam antara lain herpes zoster, moluskum
kontagiosum, variola, varisela dan veruka.1,2,3
Veruka Vulgaris atau kutil adalah papul verukosa atau proliferasi jinak
dari kulit atau mukosa akibat infeksi virus human papilloma virus (HPV).
sekarang lebih dari 100 tipe dari HPV yang telah di identifikasi. HPV tipe
tertentu cenderung menginfeksi kulit pada lokasi tertentu namun kutil dari
salah satu HPV dapat terjadi pada berbagai tempat.1,4
Veruka vulgaris dapat timbul pada segala usia tetapi jarang pada bayi
dan anak kecil. Kelainan ini meningkat selama usia sekolah dan menurun
setelah umur 20 tahun. veruka vulgaris biasanya ditandai dengan adanya
papul padat dengan ukuran 1-10mm, jarang sekali besar, hiperkeratosis, dan
terdapat vegetasi.1,2
Kutil tersebar luas di populasi dunia, frekuensinya tidak diketahui
namun diperkirakan mempengaruhi 7-12% populasi. Pada anak usia
sekolah, prevalensinya adalah 10-20%.4
Laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dan bahan pembelajaran pada
stase kulit kelamin di Rumah Sakit Daerah Palembang Bari karena menurut
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2012, veruka vulgaris merupakan
salah satu penyakit kulit dengan tingkat kemampuan 4A, yaitu lulusan
dokter dapat mendiagnosis klinis dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Veruka vulgaris atau kutil adalah papul verukosa atau proliferasi jinak
dari kulit atau mukosa akibat infeksi virus human papilloma virus (HPV).
sekarang lebih dari 100 tipe dari HPV yang telah di identifikasi. Jenis kutil
dari HPV apapun dapat terjadi di berbagai tempat seperti common wart dari
jenis HPV 2 & 4 (yang paling banyak) dan dapat timbul di tangan, kaki dan
lutut.1,4

2.2. Epidemiologi
Veruka vulgaris dapat timbul di segala usia, tetapi pada bayi dan anak
kecil jarang terjadi. Kelainan meningkat selama umur sekolah dan menurun
setelah umur 20 tahun dengan pucak usia pada 12-16 tahun.1,5
Kutil mempengaruhi sekitar 10% dari populasi, pada anak sekolah,
prevalensinya sekitar 10%-20%. Laki-laki dan perempuan dapat terkena
penyakit ini dengan persentase yang sama.1,4,5

2.3. Etiopatogenesis
Penyebab dari veruka vulgaris adalah HPV, terutama HPV 2 & 4,
tetapi dapat juga HPV tipe lain yaitu 4, 26, 27, 29, 41, 57, 65, dan 77. pada
HPV tipe 57 berpotensi ganas. Veruka vulgaris dapat menyebar karena
autoinokulasi DNA dalam masa 2 tahun 65% veruka vulgaris dapat
menghilang spontan. 1,2
Penyakit tersebut lebih mudah menular dan menyebar apabila terdapat
trauma lokal, oleh karena itu lebih sering terjadi pada tangan, kaki dan lutut.
Biasanya dapat ditularkan melalui fasilitas umum seperti pemandian umum,
kamar tidur hotel dan lain lain.7
Beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan peningkatan insiden
kutil adalah immunocompromise dan pekerjaan yang menangani atau lebih
banyak bersentuhan dengan daging seperti butcher.2

2.4. Gambaran Klinis

2
Kutil sering bertahan beberapa tahun apabila tidak ditatalaksana,
gejala yang biasanya terjadi adalah gangguan pada kosmetik atau
kecantikan, nyeri apabila kutil tumbuh di palmar dan plantar, kutil dapat
merusak kuku bila tumbuh pada lipatan atau bawah kuku. Lokasi dapat di
mana saja, tetapi sering di punggung, tangan dan jari tangan, daerah yang
sering terkena trauma ringan.1,2

Gambar 2.1. Veruka Vulgaris : Jempol.2

Gambar 2.2. Veruka Vulgaris : Tangan.2


Palmar dan dorsum manus

3
Gambar 2.3. common viral warts pada tangan.3
Pada veruka vulgaris, gambaran lesi biasanya ditemukan berupa papul
padat verukosa, permukaan tidak teratur, keratotik, dengan ukuran 1-10mm,
bila berkonfluensi dapat menjadi lebih besar, dalam waktu yang lama
terdapat kemungkinan untuk menyebar dan membesar. Biasa muncul pada
ekstremitas atas dan bawah, lesi pada palmar dapat mengganggu garis
normal sidik jari. Pada pemeriksaan menggunakan dermoskopi, didapatkan
gambaran “red or brown dots” dan sangat patognomonic mewakili adanya
thrombosed capillary loops. 1,2

Gambar 2.4. Thrombosed capillary loops yang diobservasi dengan dermoskopi.8


2.5. Diagnosis
Diagnosis veruka vulgaris ini dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Biasanya penderita mengeluhkan timbul benjolan, dapat
terasa nyeri apabila timbul pada telapak kaki. Dari pemeriksaan klinis
terlihat papul verukosa, keratotik dengan ukuran beberapa mm hingga 1 cm.
Biasanya diagnosis kutil sangat jelas. Bila perlu, dapat ditambahkan dengan
pemeriksaan histopatologis.1,2
2.6. Pemeriksaan Penunjang
Mengupas kutil dapat memperlihatkan titik hitam kecil, yang
mewakili trombosis kapiler. Biopsi kulit bila perlu untuk pemeriksaan
histopatologis yang akan menunjukkan adanya akantosis, hiperkeratosis,
papilomatosi, dan rete ridges memanjang mengarah ke medial. Terdapat
gambaran karakteristik koilocytosis.1,2,4
Deteksi imunohistokimia protein struktural HPV mengkonfirmasi
keberadaan virus, tetapi ini memiliki sensitivitas yang buruk. Identifikasi

4
DNA virus menggunakan hibridisasi Southern blot lebih sensitif dan
spesifik untuk tipe HPV. Meskipun HPV dapat dideteksi pada lesi yang
lebih muda, itu tidak selalu hadir pada lesi yang lebih tua.5

2.7. Diagnosis Banding


Diagnosis banding veruka vulgaris adalah keratosis seboroika dan
moluskum kontagiosum.2,5
a. Keratosis Seboroika
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang paling umum pada
orang tua dan berasal dari keratinosit. Sering di jumpai pada ras kulit putih
dengan jumlah pasien lelaki dan perempuan sebanding. Kelainan muncul
pada dekade 5. pada dekade 3 dan 4, dapat ditemukan bentuk yang agak
datar. Namun, kelainan ini dapat muncul sejak umur 15 tahun dan prevalensi
meningkat dengan bertambahnya umur. Keratosis seboroika lebih jarang
ditemukan pada anak-anak dan ras kulit hitam. Lesi dapat tumbuh di mana
saja, paling banyak wajah dan badan atas. Keratosis seboroik memiliki
beberapa penampilan klinis yaitu ditemukan lesi berupa plak verukosa,
papul, atau nodus menempel pada kulit dan hiperpigmentasi pada awalnya
berwarna coklat muda hingga menjadi hitam. Papul atau nodus dapat
berubah kubah dengan permukaan licin tidak berkilat dengan sumbatan pada
lubang folikel. Biasanya berbentuk oval dengan ukuran kurang dari 1 cm
namun lesi dapat tumbuh hingga beberapa sentimeter, seiring waktu lesi
menjadi lebih tebal dan memiliki permukaan yang halus hingga sangat
halus. Bila lesi multipel, lesi tersusun searah lipatan kulit. Beberapa lesi
ditutupi oleh sisik yang tampak berminyak dan terangkat di atas permukaan
kulit.1,9

5
Gambar 2.5. Keratosis seboroik menunjukkan permukaan yang tidak rata dan tampak terjebak
pada permukaan kulit.9

Gambar 2.6. Keratosis seboroik pada punggung orang dengan autosomal dominan multiple
keratosis seboroik.9
b. Moluskum Kontagiosum
Moluskum Kontagiosum adalah penyakit disebabkan oleh virus
pox, virus moluskum kontagiosum menyebabkan infeksi virus jinak dan
pada kulit. Penyakit ini terutama menyerang anak, kadang-kadang juga
orang dewasa, dan pasien dengan imunokompromais. Jika pada orang
dewasa digolongkan dalam penyakit infeksi menular seksual (IMS). secara
klinis perlu dibedakan dengan herpes fase awal. Transmisinya dapat melalui
kontak kulit langsung, otoinokulasi atau melalui benda yang terkontaminasi,
misalnya handuk, baju, kolam renang dan mainan. lesinya sangat khas yaitu
berupa papul tunggal atau lebih, bundar, berbentuk kubah, berwarna putih,
dengan ukuran 1-5 mm atau miliar sampai lentikular, dan bertangkai, dapat
juga berukuran besar hingga 10-15mm disebut giant molluscum, berkilat

6
seperti lilin, dan pada permukaannya terdapat lekukan (delle/umbilikasi),
berisi massa yang mengandung badan moluskum. Terkadang dapat timbul
infeksi sekunder akibat garukan.1,10

Gambar 2.7. Gambaran umbilikus pada tengah lesi dari moluskum kontagiosum.10
2.8. Tatalaksana
Tatalaksana pada kutil setelah ditegakkan diagnosis tergantung pada
gejala, preferensi pasien, dan biaya. Pada kutil, walaupun banyak tatalaksana,
tidak ada yang sangat efektif dan kekambuhan masih bisa terjadi.5
Nonmedikamentosa : menjaga higiene perorangan supaya tidak
tertular, misalnya dengan menghindari kontak langsung. Observasi juga
termasuk tatalaksana karena 2/3 kutil dapat hilang dalam waktu 24 bulan.
Apabila tidak dilakukan observasi, dapat memiliki sedikit risiko untuk
membesar dan menyebar ke daerah yang lain.5
Medikamentosa : Dapat destruksi dengan bahan keratolitik, kaustik,
atau lainnya secara topikal. Pada lesi yang kecil, 10-20% asam salisilat dan
asam lactic dalam collodion. Pada lesi yang besar, 40% asam salisilat plaster
untuk 1 minggu, lalu aplikasikan asam salisilat-asam lactic dalam collodion.
Lini pertama yang bisa diberikan biasanya asidum salisilikum 25-50%,
Terapi intralesi dapat menggunakan : bleomisin dan interferon. Bleomycin
adalah agen kemoterapi yang menghambat sintesis DNA dalam sel dan virus.
Tingkat penyembuhan berkisar antara 33-92%. dan Interferon-alfa adalah
sitokin yang terbentuk secara alami dengan efek antivirus, antibakteri,

7
antikanker, dan imunomodulator. Tingkat penyembuhan 36-63% telah
dilaporkan.1,2,4
Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua. Efeknya ialah
mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu.
Pada konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik, yaitu
menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi tinggi (3-20%)
bersifat keratolitik dan dipakai untuk dermatosis yang hiperkeratotik. Pada
konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kalinan yang dalam,
misalnya kalus dan veruka plantaris.1
Tindakan Operatif : destruksi dengan bedah listrik, bedah beku, bedah
laser. Bedah beku atau cyrosurgery menggunakan cairan nitrogen (-196 0 )
dengan mengoleskan ke tepi 1-2 mm disekitar kutil, ulangi setiap 1-4 minggu
selama 3 bulan, peringatkan pasien tentang rasa sakit dan kemungkinan lepuh
setelah perawatan. Gunakan hati-hati karena dapat melukai struktur dan saraf
yang mendasarinya. Efek samping lainnya termasuk jaringan parut, ulserasi
atau perubahan pigmen. Tingkat penyembuhan 50-80% telah dilaporkan.
Mengupas kutil, di samping 2 siklus pembekuan mencair, telah menjadi
tambahan yang berharga untuk cryosurgery untuk kutil plantar.1,4
Bedah Laser adalah perawatan yang mahal dan hanya untuk kutil
yang besar atau sulit disembuhkan. Diperlukan perawatan anestesi lokal dan
berisiko terkena infeksi nosokomial. Angka kesembuhan 64%.4
Bedah listrik biasanya lebih efektif dari cryosurgery namun
menyakitkan dan lebih memungkinkan meninggalkan bekas luka. Dan HPV
dapat diisolasi dari bulu-bulu. Dapat diberikan anestesi berupa injeksi
lidocaine pada lesi yang tebal, terutama pada palmar atau plantar.2,4

8
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. D
Tempat tanggal lahir : Palembang, 20 November 1987 (32 tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : 13 Ulu
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Bangsa : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 2 Januari 2020

3.2. Anamnesis
Alloanamnesis (2 Januari 2020, pukul 10.00 WIB)
3.2.1. Keluhan Utama
Timbul benjolan padat pada jari ke 1 kaki kiri.
3.2.2. Keluhan Tambahan
Kadang terasa gatal dan nyeri.
3.2.3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Palembang Bari
pada kamis, 2 Januari 2020 dengan keluhan timbul benjolan padat pada
jari ke 1 kaki kiri. Pasien sadar terdapat benjolan lebih kurang sejak 1
bulan yang lalu. Benjolan berjumlah 2 buah dan hanya terdapat pada jari 1
kaki kiri. Pasien mengatakan terkadang sedikit gatal sehingga pasien
menggaruk benjolan tersebut dan terkadang dirasakan sedikit nyeri.
Pasien merupakan seorang guru dan mengajar di Sekolah Menengah
Atas. Pasien belum pernah memeriksakan keluhannya.

3.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada jari ke 4 tangan
kanannya.

3.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit yang sama.

9
3.3. Pemeriksaan Fisik
3.3.1. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 55 kg
Tekanan Darah : Tidak diukur
Nadi : Tidak diukur
Suhu : Tidak diukur
Pernapasan : Tidak diukur
Keadaan Spesifik
Kepala : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thoraks : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thoraks posterior : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Lihat status dermatologikus

3.3.2. Status Dermatologikus

10
Gambar 3.1. Regio Digiti 1 Pedis Sinistra
Pada regio digiti 1 pedis sinistra terlihat nodus verukosa hiperpigmentasi,
multiple, iregular, lentikular dan numular, diskret, salah satunya disertai eksoriasi

11
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.

3.5 Diagnosa Banding


1. Veruka Vulgaris
2. Keratitis Seboroik
3. Moluskum Kontagiosum

3.6 Diagnosis Kerja


Veruka vulgaris

3.7 Penatalaksanaan
a. Non Medikamentosa
 Menjaga Higiene perorangan supaya tidak tertular, misalnya
dengan menghindari kontak langsung
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan
perjalanan penyakit pasien.
b. Medikamentosa
 Destruksi dengan bahan keratolitik, kaustik, atau bahan
lainnya secara topikal (misalnya : as. Salisilat 25-50%)
c. Bedah
 Destruksi dapat dilakukan dengan bedah listrik, bedah beku,
dan bedah laser.

3.8 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad comestica : bonam

12
BAB IV
ANALISA KASUS

Diagnosa pada kasus ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik dan


pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Pada laporan kasus ini membahas
mengenai pasien Ny.D berusia 32 tahun yang memiliki keluhan timbul benjolan
padat pada jari ke 1 kaki kiri. Pada teori Veruka vulgaris dapat timbul di segala
usia dan perbandingan jenis kelamin pria dan wanita 1:1.1,4,5
Dari anamnesis yang dilakukan, didapatkan bahwa timbul benjolan padat
pada jari ke 1 kaki kiri, Kadang terasa gatal dan nyeri, lebih kurang sejak 1 bulan
yang lalu. Benjolan berjumlah 2 buah dan hanya terdapat pada jari 1 kaki kiri.
Pasien mengatakan terkadang sedikit gatal sehingga pasien menggaruk benjolan
tersebut dan terkadang dirasakan sedikit nyeri. Pasien merupakan seorang guru
dan mengajar di Sekolah Menengah Atas. Pasien belum pernah memeriksakan
keluhannya. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada jari ke 4 tangan
kanannya. Dan tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarganya.
Berdasarkan teori, kutil biasanya terjadi pada daerah yang sering terkena trauma
seperti tangan dan kaki. Apabila tumbuh di plantar terkadang terasa nyeri, kutil
terkadang dapat bertahan hingga beberapa bulan. Salah satu faktor risiko
pekerjaan yang berhubungan dengan kutil adalah pekerjaan yang berhubungan
dengan daging.1,2
Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio digiti 1 pedis sinistra terlihat
nodus verukosa hiperpigmentasi, soliter, iregular, numular selain itu Pada regio
digiti 1 pedis sinistra terlihat nodus verukosa hiperpigmentasi, soliter, regular,
lentikular disertai eksoriasi. Menurut teori pada veruka vulgaris, gambaran lesi
biasanya ditemukan berupa papul padat verukosa, permukaan tidak teratur,
keratotik, dengan ukuran 1-10mm, bila berkonfluensi dapat menjadi lebih besar.
Biasa muncul pada ekstremitas atas dan bawah, Lesi pada palmar dapat
mengganggu garis normal sidik jari. Pada pemeriksaan menggunakan
dermoskopi, didapatkan gambaran “red or brown dots” dan sangat patognomonic
mewakili adanya thrombosed capillary loops. 1,2

13
Diagnosis banding pada kasus ini adalah veruka vulgaris, keratosis
seboroika dan moluskum kontagium.2,5
Berdasarkan epidemiologi, diagnosis banding belum bisa diarahkan
karena pada veruka vulgaris dapat timbul pada segala usia, tetapi jarang ada bayi
dan anak kecil, meningkat selama umur sekolah dan menurun setelah umur 20
tahun, pada moluskum kontagiosum biasanya menyerang pada anak-anak,
terkadang orang dewasa dan pasien imunokompromise, pada keratosis seboroika
biasanya muncul pada usia dekade 5, dekade 3 dan 4 dapat ditemukan bentuk
yang agak datar. Biasanya sudah dapat muncul pada usia 15 tahun dan prevalensi
meningkat dengan bertambahnya umur.1,4
4.1. Tabel Diagnosis Banding Berdasarkan Epidemiologi
Pembanding Kasus Veruka Moluskum Keratitis
Vulgaris Kontagiosum Seboroik
Epidemiologi Usia 32 tahun segala usia, Biasanya biasanya
tetapi jarang menyerang pada muncul pada
ada bayi dan anak-anak, usia dekade 5,
anak kecil, terkadang orang dekade 3 dan 4
meningkat dewasa dapat
selama ditemukan
umur bentuk yang
sekolah dan agak datar.
menurun Biasanya
setelah sudah dapat
umur 20 muncul pada
tahun, usia 15 tahun
dan prevalensi
meningkat
dengan
bertambahnya
umur

14
Berdasarkan gambaran klinis dari predileksinya sudah bisa di arahkan
karena veruka vulgaris dapat terjadi di mana saja namun lebih sering pada daerah
yang terkena trauma ringan seperti tangan dan kaki, pada moluskum kontagiosum
dapat terjadi di daerah wajah, leher, ketiak, badan, dan ekstremitas (jarang terjadi
di telapak tangan atau telapak kaki), sedangkan pada dewasa terkadang di daerah
pubis dan genitalia eksterna, pada keratosis seboroik dapat terjadi di bagian tubuh
mana saja, paling banyak terdapat pada daerah wajah dan badan atas.1,2,9,10

4.1. Tabel Diagnosis Banding Gambaran Predileksi


Pembanding Kasus Veruka Moluskum Keratitis
Vulgaris Kontagiosum Seboroik
Gejala Digiti 1 pedis dapat terjadi di daerah wajah, dapat terjadi di
Klinis: sinistra di mana saja leher, ketiak, bagian tubuh
Predileksi namun lebih badan, dan mana saja,
sering pada ekstremitas paling banyak
daerah yang (jarang terjadi di terdapat pada
terkena telapak tangan daerah wajah
trauma atau telapak dan badan atas
ringan kaki) ,
seperti sedangkan pada
tangan dan dewasa
kaki terkadang di
daerah pubis dan
genitalia
eksterna,

Berdasarkan gambaran lesi sudah bisa di tegakkan diagnosis karena


veruka vulgaris, gambaran lesi biasanya ditemukan berupa papul padat verukosa,
permukaan tidak teratur, keratotik, dengan ukuran 1-10mm, bila berkonfluensi
dapat menjadi lebih besar. Biasa muncul pada ekstremitas atas dan bawah, Lesi
pada palmar dapat mengganggu garis normal sidik jari. Pada pemeriksaan
menggunakan dermoskopi, didapatkan gambaran “red or brown dots” dan sangat

15
patognomonic mewakili adanya thrombosed capillary loops. Pada moluskum
kontagiosum didapatkan lesinya sangat khas yaitu berupa papul tunggal atau
lebih, bundar, berbentuk kubah, berwarna putih, dengan ukuran 1-5 mm atau
miliar sampai lentikular, dan bertangkai, dapat juga berukuran besar hingga 10-
15mm disebut giant molluscum, berkilat seperti lilin, dan pada permukaannya
terdapat lekukan (delle/umbilikasi), berisi massa yang mengandung badan
moluskum. Terkadang dapat timbul infeksi sekunder akibat garukan , pada lesi
keratosis seboroika Lesi dapat tumbuh di mana saja, paling banyak wajah dan
badan atas. Keratosis seboroik memiliki beberapa penampilan klinis yaitu
ditemukan lesi berupa plak verukosa, papul, atau nodus menempel pada kulit dan
hiperpigmentasi pada awalnya berwarna coklat muda hingga menjadi hitam.
Papul atau nodus dapat berubah kubah dengan permukaan licin tidak berkilat
dengan sumbatan pada lubang folikel. Pada awalnya, biasanya berbentuk oval
dengan ukuran kurang dari 1 cm namun lesi dapat tumbuh hingga beberapa
sentimeter, seiring waktu lesi menjadi lebih tebal dan memiliki permukaan yang
halus hingga sangat halus. Bila lesi multipel, lesi tersusun searah lipatan kulit.
Beberapa lesi ditutupi oleh sisik yang tampak berminyak dan terangkat di atas
permukaan kulit 1,2,9,10
4.1. Tabel Diagnosis Banding Gambaran Lesi

Pembandi Kasus Veruka Moluskum Keratitis Seboroik


ng Vulgaris Kontagiosum
Gejala regio digiti 1 gambaran papul tunggal plak verukosa,
Klinis : pedis sinistra lesi biasanya atau lebih, papul, atau nodus
Lesi terlihat ditemukan bundar, menempel pada
nodus berupa papul berbentuk kulit dan
verukosa padat kubah, hiperpigmentasi
hiperpigment verukosa, berwarna putih, pada awalnya
asi, soliter, berwarna dengan ukuran berwarna coklat
iregular, putih 1-5 mm atau muda hingga
numular permukaan miliar sampai menjadi hitam.
selain itu tidak teratur, lentikular, dan Papul atau nodus

16
Pada regio keratotik, bertangkai, dapat berubah
digiti 1 pedis dengan dapat juga kubah dengan
sinistra ukuran 1- berukuran besar permukaan licin
terlihat 10mm, bila hingga 10- tidak berkilat
nodus berkonfluens 15mm disebut dengan sumbatan
verukosa i dapat giant pada lubang folikel.
hiperpigment menjadi molluscum, Pada awalnya,
asi, soliter, lebih besar. berkilat seperti biasanya berbentuk
regular, lilin, dan pada oval dengan ukuran
lentikular permukaannya kurang dari 1 cm
dengan terdapat namun lesi dapat
eksoriasi. lekukan tumbuh hingga
(delle/umbilikas beberapa
i), berisi massa sentimeter, seiring
yang waktu lesi menjadi
mengandung lebih tebal dan
badan memiliki
moluskum permukaan yang
halus hingga sangat
halus. Bila lesi
multipel, lesi
tersusun searah
lipatan kulit.
Beberapa lesi
ditutupi oleh sisik
yang tampak
berminyak dan
terangkat di atas
permukaan kulit

17
Tatalaksana pada kutil setelah ditegakkan diagnosis tergantung pada
gejala, preferensi pasien, dan biaya. Pada kutil, walaupun banyak tatalaksana,
tidak ada yang sangat efektif dan kekambuhan masih bisa terjadi.5
Nonmedikamentosa : menjaga higiene perorangan supaya tidak tertular,
misalnya dengan menghindari kontak langsung. Observasi juga termasuk
tatalaksana karena 2/3 kutil dapat hilang dalam waktu 24 bulan. Apabila tidak
dilakukan observasi, dapat memiliki sedikit risiko untuk membesar dan menyebar
ke daerah yang lain.5
Medikamentosa : Dapat destruksi dengan bahan keratolitik, kaustik, atau
lainnya secara topikal. Pada lesi yang kecil, 10-20% asam salisilat dan asam
lactic dalam collodion. Pada lesi yang besar, 40% asam salisilat plaster untuk 1
minggu, lalu aplikasikan asam salisilat-asam lactic dalam collodion. Lini pertama
yang bisa diberikan biasanya asidum salisilikum 25-50%, Terapi intralesi dapat
menggunakan : bleomisin dan interferon. Bleomycin adalah agen kemoterapi
yang menghambat sintesis DNA dalam sel dan virus. Tingkat penyembuhan
berkisar antara 33-92%. dan Interferon-alfa adalah sitokin yang terbentuk secara
alami dengan efek antivirus, antibakteri, antikanker, dan imunomodulator.
Tingkat penyembuhan 36-63% telah dilaporkan.1,2,4
Tindakan Operatif : destruksi dengan bedah listrik, bedah beku, bedah
laser. Bedah beku atau cyrosurgery menggunakan cairan nitrogen (-1960 ) dengan
mengoleskan ke tepi 1-2 mm disekitar kutil, ulangi setiap 1-4 minggu selama 3
bulan, peringatkan pasien tentang rasa sakit dan kemungkinan lepuh setelah
perawatan. Gunakan hati-hati karena dapat melukai struktur dan saraf yang
mendasarinya. Efek samping lainnya termasuk jaringan parut, ulserasi atau
perubahan pigmen. Tingkat penyembuhan 50-80% telah dilaporkan. Mengupas
kutil, di samping 2 siklus pembekuan mencair, telah menjadi tambahan yang
berharga untuk cryosurgery untuk kutil plantar.1,4
Bedah Laser adalah perawatan yang mahal dan hanya untuk kutil yang
besar atau sulit disembuhkan. Diperlukan perawatan anestesi lokal dan berisiko
terkena infeksi nosokomial. Angka kesembuhan 64%.4

18
Bedah listrik biasanya lebih efektif dari cryosurgery namun menyakitkan
dan lebih memungkinkan meninggalkan bekas luka. Dan HPV dapat diisolasi dari
bulu-bulu. Dapat diberikan anestesi berupa injeksi lidocaine pada lesi yang tebal,
terutama pada palmar atau plantar.2,4

19
BAB V
KESIMPULAN

1. Pada kasus memiliki tiga diagnosis banding yaitu veruka vulgaris, moluskum
kontagiosum dan keratosis seboroika yang berdasarkan epidemiologi dan
gejala klinisnya yaitu predileksi dan elforesensinya
2. Diagnosis kerja pada kasus ini yaitu veruka vulgaris dengan lesi papul padat
verukosa, berwarna putih permukaan tidak teratur, keratotik, dengan ukuran
1-10mm, bila berkonfluensi dapat menjadi lebih besar. Keluhan yang
dirasakan penderita terkadang nyeri.
3. Tatalaksana veruka vulgaris non farmakologi adalah menjaga Higiene
perorangan supaya tidak tertular, misalnya dengan menghindari kontak
langsung dan menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan perjalanan
penyakit pasien. Tatalaksana medikamentosa dapat berupa destruksi dengan
bahan keratolitik, kaustik, atau bahan lainnya secara topikal (misalnya : as.
Salisilat 25-50%) Tatalaksana bedah yang dapat dilakukan adalah bedah
listrik, bedah beku, dan bedah laser.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-7. Jakarta: Balai
Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017.
2. Wolff dan Johnson. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisi keenam. US. 2009.
3. Gawkrodker, David J. Dermatology An Illustrated Colour Text. Third
Edition. UK. 2003.
4. Shenefelt, Phillip D. Nongenital Warts. Medscape. 5 Juni 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/1133317-overview diakses pada
tanggal 2 Januari 2020.
5. Abdullah, King. Warts (Plantar, Verucca Vulgaris, Verrucae). StatPearls. 27
September 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28613701 diakses
pada tanggal 2 Januari 2020
6. KKI. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2012.
7. Du vivier, A. Atlas of Clinical Dermatology. Edisi keempat. UK. 2013.
8. Mun Je-Ho dkk. Prevention of Possible Cross-infection Among Patients by
Dermoscopy: A Brief Review of the Literature and Our Suggestion. Dermatol
Pract Concept. 31 Oktober 2013.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3839829/ diakses pada
tanggal 3 Januari 2020.
9. Balin, Arthur K. Seborrheic Keratosis Clinical Presentation. Medscape. 30
Oktober 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1059477-clinical#b2.
diakses pada tanggal 3 januari 2020.
10. Bhatia, Ashish C. Molluscum Contagiosum. Medscape. 9 Agustus 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/910570-overview. diakses pada
tanggal 3 Januari 2020.

21

Anda mungkin juga menyukai