Anda di halaman 1dari 13

Haryadi

712018048
*Terapi dengan konvulsi sebenarnya telah
dikenal sejak abad 16.
*Paraselsus (140-1541) menggunakan
camphor atau kamper atau kini disebut
kapur barus. Kamper ini diberikan secara
oral untuk menginduksi kejang sebagai
terapi pada pasien gangguan mental.
*Pada sekitar tahun 1917, Julius Wagner-
Jaugregg, seorang psikiater dari Wina,
mulai menggunakan malaria sebagi
penginduksi demam untuk mengobati
pasien dengan paresis umum pada pasien
gangguan mental (sipilis terminal).
*Pada tahun 1093, mulai dikenal pula
penggunaan insulin dan psychosurgery.
Manfred Sakel dari Wina mengumumkan
kesuksesan pengobatan skizofrenia dengan
insulin.
*Pada tahun 1934, Ladislaus von
Meduna dari Budapest meninjeksi
kamper dalam minyak untuk
menginduksi kejang pada pasien
dengan skizofrenia katatonik.
*Pada tahun 1938, di Roma, Ugo
Cerleti dengan asistennya Lucio Bini
melakukan ECT pertama pada pasien
skizofrenia.
*Terapi ECT adalah suatu
pengobatan untuk menimbulkan
kejang grand mal secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik
melalui electrode yang dipasang
pada satu atau dua temples.
(Stuart Sundeen, 1998).
*Electro Convulsive Therapy/ ECT
merupakan suatu pengobatan untuk
penyakit psikiatri berat dimana
pemberian arus listrik singkat pada
kepala digunakan untuk kejang tonik
klonik umum. (Szuba and Doupe, 1997).
*Electroconvulsive therapy (ECT), adalah
suatu teknik terapi dengan
menggunakan gelombang listrik yang
dapat membantu kesembuhan klien
dengan depresi (Anonim. 2010)
*Persiapan alat
Alat alat yg disiapkan yaitu :
Kovulsator set (diatur intensitas dan
timer), tongue spatel, kain kassa, cairan
NaCl secukupnya, spuit disposible, obat
injeksi 1 ampul, tensimeter, stetoskop,
slim suiger, dan set konvulsator.
*Persiapan pasien
*Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan
beritahu prosedur tindakan yang akan dilakukan.
*Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
mengidentifikasi adanya kelainan yang merupakan
kontraindikasi ECT
*Siapkan surat persetujuan
*Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
*Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau
penjepit rambut yang mungkin dipakai klien
*Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih
dan defekasi
*Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg
diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT
*Jika klien menggunakan obat antidepresan,
antipsikotik, sedatif-hipnotik, dan
antikonvulsan harus dihentikan sehari
sebelumnya. Litium biasanya dihentikan
beberapa hari sebelumnya karena berisiko
organik.
*Episode Depresi mayor.
*Mania
*Schizophrenia
*Gangguan Postpartum
*ECT rumatan
Efek samping ECT secara fisik hampir mirip
dengan efek samping dari anesthesia umum.
Secara psikis efek samping yang paling sering
muncul adalah kebingungan dan memory loss
(75% kasus) setelah beberapa jam kemudian
(biasanya hilang satu minggu sampai beberapa
bulan setelah perawatan). Biasanya ECT akan
menimbulkan amnesia retrograde terhadap
peristiwa tepat sebelum masing-masing
pengobatan dan anterograde, gangguan
kemampuan untuk mempertahankan informasi
baru. Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa
ECT dapat merusak struktur otak.
Menurut perundangan WHO tentang kesehatan jiwa
menyatakan ECT harus diberikan hanya setelah
memperoleh informed consent. Sesuai dengan UU
No.29/2004 tentang Praktek Kedokteran, Pasal 52 :
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai hak mendapatkan penjelasan
lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), meminta pendapat
dokter, mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis, menolak tindakan medis, dan
mendapatkan isi rekam medis.

Anda mungkin juga menyukai