SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh:
Reval Zakyal Govind
712018073
Pembimbing:
dr. Abdul Sahab, Sp.KJ. M.Kes
SKIZOFRENIA PARANOID
Pembimbing:
dr.Abdul Sahab, Sp.KJ. M.Kes
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Skizofrenia Paranoid” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasullullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir
zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. dr.Abdul Sahab, Sp.KJ. M.Kes, selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan Tim sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
HALAM PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I Laporan Kasus................................................................................. 1
BAB II Diskusi ............................................................................................. 13
Lembar Follow Up ........................................................................................ 18
Daftar Pustaka ............................................................................................... 19
iii
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PENDERITA
Nama : Nn. T
Usia : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Datang ke RS : Kamis, 7 November 2019
Cara ke RS : Diantar keluarga
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang.
A. Sebab Utama
Pasien mengamuk dan membanting barang di rumah.
B. Keluhan Utama
Pasien tidak merasa ada keluhan
1
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ernaldi Bahar
dibawa oleh keluarganya karena pasien mengamuk dan membanting barang
dirumahnya. Pasien mengatakan jika penyebab ia membanting barang dan
mengamuk karena kesal dengan seorang lelaki yang ditunggu tidak datang
menjemput ke rumahnya. Lelaki tersebut adalah pacar pasien. Pasien telah
berpacaran ± 5 tahun dan telah dijanjikan akan dinikahi. Selain itu pasien
mengatakan kesulitan untuk tidur karena mendengar suara – suara berupa
perintah. Perintah suara yang didengar oleh pasien menyuruh pasien untuk
bangun dan mencuci serta membersihkan rumah. Pasien mengatakan bahwa
memiliki dua orang ayah. Pasien mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal
pada tahun 2012. Pasien merasa bahwa dirinya merupakan seorang
penyanyi yang terkenal sehingga sering bernyanyi sendiri dan pasien telah
berkeliling dunia terutama luar negeri. Pasien tampak gelisah dan ketakutan
ketika ditanya mengenai riwayat.
Menurut ibu pasien, pasien sering mengurung diri di kamar. Kurang lebih
5 bulan yang lalu pasien pernah berobat ke Rumah Sakit Ernaldi Bahar dan di
rawat dikarenakan pasien mengamuk. Saat itu ibu pasien mulai merasakan
pasien tampak diam dan mulai menarik diri dari lingkungan.
Pasien sebelumnya rutin kontrol dan minum obat, namun 3 hari yang lalu
pasien tidak mau minum obat karena merasa sehat.
2
5. Riwayat hipertensi (-)
6. Riwayat kejang (-)
7. Riwayatalkohol (-)
8. Riwayat NAPZA (-)
9. Riwayat merokok (-)
3
2. Anak :Menurut keluarga, pasien tidak pernah mengalami demam
tinggi dan kejang, pasien mudah bergaul
3. Remaja :Menurut keluarga, pasien pendiam dan sering di menarik diri
C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.
Keterangan:
: Pasien bernama Nn. T usia 18 Tahun
D. Riwayat Pendidikan
Pasien tamat sekolah hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)
E. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja
F. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah.
G. Agama
Pasien beragama Islam
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama dengan orang tua.
I. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah berurusan dengan pihak berwajib.
4
V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin perempuan, berusia 18 tahun, tampak sesuai
usia pasien, pada saat wawancara pasien menggunakan baju lengan
panjang berwarna kuning dan biru, celana training kuning. Perawatan diri
cukup, penampilan rapi.
C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kualitas : tidak baik
3. Kuantitas : kurang
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi : halusinasi auditorik.
2. Depersonalisasi dan derealisasi tidak ada.
E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran :
a) Kontinuitas : kontinu
5
b) Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran
Gangguan isi pikiran : waham rujukan
G. Pengendalian Impuls
Pasien tampak gelisah pada proses tanya jawab yang dilakukan namun
tidak terdapat gerakan involunter.
H. Daya Nilai
1. Penilaian realita : RTA terganggu
2. Tilikan : Derajat 2, ambivalensi terhadap penyakitnya
6
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda Vital : TD: 120/90mmHg, N: 90 x/menit, RR: 20 x/menit,
T: 36,7oC
3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-),
Sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung (-).
4. Thorax : BJ I dan II Normal, Gallop (-), Murmur (-), Vesikuler
normal (+), Wheezing (-), Ronkhi (-).
5. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-).
6. Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.
B. Status Neurologikus
1. GCS : 15
E : membuka mata spontan (4)
V : bicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik terganggu tidak terganggu.
3. Fungsi Motorik tidak terganggu
7
percaya bahwa dia adalah objek dari perhatian yang istimewa, biasanya dalam
makna yang negatif atau yang konten dari perhatiannya itu cenderung menyiksa
orang tersebut. Pasien merasa bahwa kakak pasien membencinya dan tetang
pasien berbicara buruk tentang dirinya. Didapatkan gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik . Pasien tidak pernah mengkonsumsi NAPZA, tidak
mengonsumsi alkohol dan tidak merokok.
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu kandungnya di rumah.
8
Gejala Pasien Keterangan
Thought
Thought echo Tidak ada
Thought insertion or with drawal Tidak ada
Thought broadcasting Tidak ada
Delusion
Delusion of control Tidak ada
Delusion of influence Tidak ada
Delusion of passivity Tidak ada
Delusion of perception Tidak ada
Halusinasi Auditorik Ada Pasien merasa mendengar
bisikan dari seseorang yang
memberikan perintah
Berdasarkan tabel diatas terdapat beberapa gejala yang amat jelas pada pasien
seperti halusinasi auditorik dan waham menetap sehingga dapat memenuhi
kriteria Skizofrenia (F.20). Pada kasus ini terdapat dua diagnosis banding
yang mendekati yaitu skizofrenia paranoid dan gangguan waham menetap.
9
Pada Skizofrenia Paranoid berdasarkan PPDGJ III. Diagnosis banding lain
yakni gangguan waham menetap dapat disingkirkan dengan adanya halusinasi
auditorik yang menetap.
Aksis II
Belum ada diagnosis
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Pada aksis 4 didapatkan diagnosis yakni masalah lingkungan sosial.
Aksis IV merupakan berbagai keadaan yang dapat menjadi faktor penyebab
seseorang mengalami gangguan kejiwaan. Keadaan-keadaan tersebut
misalnya masalah pada keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, interaksi dengan
hukum/kriminal, dan psikososial atau lingkungan lain. Pada kasus ini, yang
menjadi faktor pencetus gangguan kejiwaan adalah lingkungan sosial dimana
konflik teman sekolah.
Aksis V
Pasien mengalami gejala berat, disabilitas berat dalam fungsi sosial, GAF
Scale 60-51.
X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
B. Psikologik
Pasien mengalami halusinasi visual dan waham rujukan.
10
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya.
XI. PROGNOSIS
A. Quo ad Vitam : dubia ad bonam
B. Quo ad Functionam : dubia ad malam
C. Quo ad Sanationam : dubia ad malam
B. Psikoterapi
1. Terhadap Penderita
a. Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberi dukungan dan
perhatian kepada pasien dalam menghadapi penyakit.
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dengan cara
menjelaskan pada pasien bahwa obatnya memang bisa menyebabkan
rasa kantuk namun bisa diatur waktu meminumnya, misalnya dengan
dosis obat 2 kali sehari dimana bisa diminum 1 pada pagi hari dan 1 pada
malam hari sebelum tidur agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Terhadap Keluarga
a. Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
disertai dorongan untuk merawat pasien setelah kembali dari rumah
sakit sehingga tercipta dukungan sosial dalam lingkungan yang
kondusif dan membantu penyembuhan pasien.
b. Dapat membantu mengurangi dan menghadapi stres.
11
c. Meminta keluarga untuk mendukung pasien, mengajak pasien
berinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan sosial pasien
ketika pasien sudah kembali ke rumah.
BAB II
DISKUSI KASUS
12
mengakibatkan penarikan diri dari kehidupan sosial, tapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
i. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
tak bertuuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman Diagnostik
Persyaratan yang normal untuk diagnosis skiofrenia ialah harus ada
sedikitnya gejala tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejaa yang
termasuk salah satu dari kelompok gejala a sampai d diatas, atau paling sedikit
dua gejala dari kelompok e sampai h yang harus selalu ada secara jelas selama
kurun waktu satu bulan atau lebih. Bila kondisi memenuhi persyaratan gejala
tetapi lamanya kurang dari satu bulan maka harus didiagnosis pertama kali
sebagai gangguan psikotik skizofrenia akut (F23.2) dan diklasifikasi ulang bila
gejala-gejala tersebut menetap selama kurun waktu yang lebih lama.
Bila dilihat dari anamnesis, pasien mengalami halusinasi auditorik disertai
waham kebesaran (memenuhi kriteria a sampai e) selama lebih dari satu bulan
yang berarti memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia. Dari anamnesis juga
telah disingkirkan untuk diagnosis gangguan mental organik dan gangguan mental
akibat penggunaan zat psikoaktif, sehingga diagnosis pasien masuk ke dalam blok
F20.
Pola Perjalanan Penyakit
F20.x0 Berkelanjutan
F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif
F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil
F20.x3 Episodik berulang
F20.x4 Remisi tak sempurna
F20.x5 Remisi sempurna
F20.x8 Lainnya
F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
13
Bila dilihat dari pola perjalanan penyakit, pasien sudah mengalami 2 kali
gejala dari skizofrenia disertai periode normal (tanpa adanya waham dan
halusinasi), sehingga perjalanan penyakit dapat dikategorikan dalam episodik
berulang (F20.x3).
mengamuk (hiperaktivitas) : +
14
melamun, menyendiri (anhedonia) : +
berkata kasar dan menghina (koprolalia) : -
susah tidur : +
ADL agak terganggu : +
Stressor : +
susah tidur : +
Saat di IGD :
Memaksa dokter IGD memberikan obat (hiperaktivitas) : +
Menghina dan berkata kasar dan jorok (koprolalia) : -
Waham paaranoid : +
Halusinasi auditorik : +
Pada kasus ini, pasien diberikan terapi berupa Lodomer 1 ampul secara i.m.
Lodomer berisikan haloperidol, yang bila disuntikkan secara intramuskular dapat
digunakan dalam situasi gawat darurat bila pasien gaduh gelisah. Konsentrasi
plasma puncak dicapai 60 menit setelah pemberian parenteral.3
Setelah itu, pasien dapat diberikan terapi inisial untuk memperoleh dosis
optimal. Pasien dapat diberikan risperidon (first line) dengan dosis 2 x 2 mg per
hari (dosis terendah) dan dapat dinaikkan perlahan hingga 4 x 2 mg secara
bertahap dalam waktu 1-3 minggu hingga mencapai dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala. Kemudian dapat dilakukan observasi (pengawasan) dosis
selama 8-10 minggu.2
15
Pada pasien tidak dijumpai akatisia, distonia akut, parkinsonism, dan
sindromaneuroleptik maligna sehingga tidak diperlukan obat antikolinergik.
A. Psikoterapi
a. Terhadap pasien
Psikoterapi suportif, memberi dukungan berupa motivasi,
semangat, dan dorongan positif agar terjadi perbaikan fungsi sosial, dan
pencapaian kualitas hidup yang baik. Memberikan bimbingan dan terapi
kelompok kepada pasien agar pasien lebih terbuka dan tidak menyimpan
masalahnya sendiri.5,6
b. Terhadap keluarga
a. Menginformasikan kepada keluarga mengenai penyakit yang
dialami, penyebab, perjalanan penyakit, dan pengobatan yang dapat
dilakukan sehingga keluarga dapat memahami, menerima dan
membantu pasien. Edukasi keluarga agar mengawasi dan mengontrol
pasien saat minum obat serta agar keluarga memberikan dorongan
kepada pasien agar mau kontrol penyakitnya secara teratur.. Beri
tahu keluarga bahwa gangguan yang dialami pasien dapat dikontrol.
b. Memberikan pengertian kepada keluarga pasien bahwa dukungan
dari keluarga sangat penting.5,6
c. Menjelaskan serta meminta keluarga untuk membantu menghindari
stressor yang dapat menimbulkan kekambuhan gejala dari gangguan
jiwa yang dialami pasien.5,6
Prognosis pasien ini adalah bonam untuk quo ad vitam dan quo ad
fungsionam karena keadaan fisik dan fungsi sehari-hari pasien masih baik.
Sedangkan untuk quo ad sanationam pada kasus ini adalah dubia ad malam
karena walaupun sebagian besar penderita gangguan psikotik akut dan sementara
dapat sembuh sempurna, kemungkinan untuk gangguan ini berkembang menjadi
keadaan menetap dan berhendaya tetap ada, apalagi mengingat adanya riwayat
keluarga dengan gangguan jiwa.berdasarkan riwayat penyakit pasien, pasien tidak
16
mau kontrol ke dokter, pasien tidak minum obat secara teratur, suami pasien tidak
menganggap bahwa istrinya sakit, sehingga cukup sulit untuk memperkirakan
prognosis quo ad sanationam. Namun dengan tatalaksana yang adekuat
diharapkan gejala dapat dikendalikan, terutama jika pasien rutin mengkonsumsi
obat dan kontrol ulang ke dokter.
17
TABEL FOLLOW UP
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan B.J., SAdock. 2012. Kaplan & Sadock’s Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi ke 2. EGC.
2. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya.
3. Maslim, R. 2010. Panduan Praktis Penggunaan Klinik Obat Psikotropik.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
4. Nevid, J.S., Rathus, S.A., dan Greene, B. 2015. Psikologi Abnormal (Jilid I)
Alih Bahasa: Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama.
5. Rahmayani A, & Syisnawati. 2018. Mengontrol Pikiran Negatif Klien
Skizofrenia Dengan Terapi Kognitif. Journal of Islamic nurse Volume 3
Nomor 1.
6. Muhyi A, 2011. Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala
Depresi di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
19
20