VERUKA VULGARIS
Oleh:
Reval Zakyal Govind, S.Ked.
712018064
Dokter Pembimbing:
dr. Riliani Hastuti, Sp.KK
Oleh
Reval Zakyal Govind, S.Ked.
712018064
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas yang berjudul Veruka
Vulgaris sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Rivai Abdullah. Shalawat beriring
salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun
spiritual.
3. dr. Riliani Hastuti, Sp.KK selaku pembimbing Laporan Kasus.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga
Laporan Kasus ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................…........ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ........................................................................................2
2.2 Epidemiologi ...............................................................................2
2.3 Etiopatogenesis ............................................................................2
2.4 Gambaran Klinis ..........................................................................3
2.5 Diagnosis......................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................5
2.7 Diagnosis banding .......................................................................5
2.8 Tatalaksana ..................................................................................8
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Veruka vulgaris atau kutil adalah papul verukosa atau proliferasi jinak
dari kulit atau mukosa akibat infeksi virus human papilloma virus (HPV).
sekarang lebih dari 100 tipe dari HPV yang telah di identifikasi. Jenis kutil
dari HPV apapun dapat terjadi di berbagai tempat seperti common wart dari
jenis HPV 2 & 4 (yang paling banyak) dan dapat timbul di tangan, kaki dan
lutut.1,4
2.3. Etiopatogenesis
Penyebab dari veruka vulgaris adalah HPV, terutama HPV 2 & 4,
tetapi dapat juga HPV tipe lain yaitu 4, 26, 27, 29, 41, 57, 65, dan 77. pada
HPV tipe 57 berpotensi ganas. Veruka vulgaris dapat menyebar karena
autoinokulasi DNA dalam masa 2 tahun 65% veruka vulgaris dapat
menghilang spontan. 1,2
Penyakit tersebut lebih mudah menular dan menyebar apabila terdapat
trauma lokal, oleh karena itu lebih sering terjadi pada tangan, kaki dan lutut.
Biasanya dapat ditularkan melalui fasilitas umum seperti pemandian umum,
kamar tidur hotel dan lain lain.7
Beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan peningkatan insiden
kutil adalah immunocompromise dan pekerjaan yang menangani atau lebih
banyak bersentuhan dengan daging seperti butcher.2
2
Gambar 2.1. Veruka Vulgaris : Jempol.2
3
normal sidik jari. Pada pemeriksaan menggunakan dermoskopi, didapatkan
gambaran “red or brown dots” dan sangat patognomonic mewakili adanya
thrombosed capillary loops. 1,2
4
2.6. Pemeriksaan Penunjang
Mengupas kutil dapat memperlihatkan titik hitam kecil, yang
mewakili trombosis kapiler. Biopsi kulit bila perlu untuk pemeriksaan
histopatologis yang akan menunjukkan adanya akantosis, hiperkeratosis,
papilomatosi, dan rete ridges memanjang mengarah ke medial. Terdapat
gambaran karakteristik koilocytosis.1,2,4
Deteksi imunohistokimia protein struktural HPV mengkonfirmasi
keberadaan virus, tetapi ini memiliki sensitivitas yang buruk. Identifikasi
DNA virus menggunakan hibridisasi Southern blot lebih sensitif dan
spesifik untuk tipe HPV. Meskipun HPV dapat dideteksi pada lesi yang
lebih muda, itu tidak selalu hadir pada lesi yang lebih tua.5
2.7. Tatalaksana
Tatalaksana pada kutil setelah ditegakkan diagnosis tergantung pada
gejala, preferensi pasien, dan biaya. Pada kutil, walaupun banyak tatalaksana,
tidak ada yang sangat efektif dan kekambuhan masih bisa terjadi.5
Nonmedikamentosa : menjaga higiene perorangan supaya tidak
tertular, misalnya dengan menghindari kontak langsung. Observasi juga
termasuk tatalaksana karena 2/3 kutil dapat hilang dalam waktu 24 bulan.
Apabila tidak dilakukan observasi, dapat memiliki sedikit risiko untuk
membesar dan menyebar ke daerah yang lain. Kutil dapat hilang dengan
sendirinya, 65% kutil dapat hilang dalam waktu 2 tahun. Namun beberapa
kasus dapat menyebabkan kutil untuk membesar dan menyebar ke berbagai
daerah atau lokasi.5
Medikamentosa : Dapat destruksi dengan bahan keratolitik, kaustik,
atau lainnya secara topikal. Pada lesi yang kecil, 10-20% asam salisilat dan
asam lactic dalam collodion. Pada lesi yang besar, 40% asam salisilat plaster
untuk 1 minggu, lalu aplikasikan asam salisilat-asam lactic dalam collodion.
Lini pertama yang bisa diberikan biasanya asidum salisilikum 25-50%,
Terapi intralesi dapat menggunakan : bleomisin dan interferon. Bleomycin
adalah agen kemoterapi yang menghambat sintesis DNA dalam sel dan virus.
Tingkat penyembuhan berkisar antara 33-92%. dan Interferon-alfa adalah
sitokin yang terbentuk secara alami dengan efek antivirus, antibakteri,
5
antikanker, dan imunomodulator. Tingkat penyembuhan 36-63% telah
dilaporkan.1,2,4
Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua. Efeknya ialah
mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu.
Pada konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik, yaitu
menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi tinggi (3-20%)
bersifat keratolitik dan dipakai untuk dermatosis yang hiperkeratotik. Pada
konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kalinan yang dalam,
misalnya kalus dan veruka plantaris.1
Tindakan Operatif : destruksi dengan bedah listrik, bedah beku, bedah
laser. Bedah beku atau cyrosurgery menggunakan cairan nitrogen (-196 0 )
dengan mengoleskan ke tepi 1-2 mm disekitar kutil, ulangi setiap 1-4 minggu
selama 3 bulan, peringatkan pasien tentang rasa sakit dan kemungkinan lepuh
setelah perawatan. Gunakan hati-hati karena dapat melukai struktur dan saraf
yang mendasarinya. Efek samping lainnya termasuk jaringan parut, ulserasi
atau perubahan pigmen. Tingkat penyembuhan 50-80% telah dilaporkan.
Mengupas kutil, di samping 2 siklus pembekuan mencair, telah menjadi
tambahan yang berharga untuk cryosurgery untuk kutil plantar.1,4
Bedah Laser adalah perawatan yang mahal dan hanya untuk kutil
yang besar atau sulit disembuhkan. Diperlukan perawatan anestesi lokal dan
berisiko terkena infeksi nosokomial. Angka kesembuhan 64%.4
Bedah listrik biasanya lebih efektif dari cryosurgery namun
menyakitkan dan lebih memungkinkan meninggalkan bekas luka. Dan HPV
dapat diisolasi dari bulu-bulu. Dapat diberikan anestesi berupa injeksi
lidocaine pada lesi yang tebal, terutama pada palmar atau plantar.2,4
6
BAB III
KESIMPULAN
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-7. Jakarta: Balai
Pustaka Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017.
2. Wolff dan Johnson. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisi keenam. US. 2009.
3. Gawkrodker, David J. Dermatology An Illustrated Colour Text. Third
Edition. UK. 2003.
4. Shenefelt, Phillip D. Nongenital Warts. Medscape. 5 Juni 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/1133317-overview diakses pada
tanggal 2 Januari 2020.
5. Abdullah, King. Warts (Plantar, Verucca Vulgaris, Verrucae). StatPearls. 27
September 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28613701 diakses
pada tanggal 2 Januari 2020
6. KKI. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2012.
7. Du vivier, A. Atlas of Clinical Dermatology. Edisi keempat. UK. 2013.
8. Mun Je-Ho dkk. Prevention of Possible Cross-infection Among Patients by
Dermoscopy: A Brief Review of the Literature and Our Suggestion. Dermatol
Pract Concept. 31 Oktober 2013.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3839829/ diakses pada
tanggal 3 Januari 2020.
9. Balin, Arthur K. Seborrheic Keratosis Clinical Presentation. Medscape. 30
Oktober 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1059477-clinical#b2.
diakses pada tanggal 3 januari 2020.
10. Bhatia, Ashish C. Molluscum Contagiosum. Medscape. 9 Agustus 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/910570-overview. diakses pada
tanggal 3 Januari 2020.