Anda di halaman 1dari 9

KONDISI DAN KARAKTERISTIK ANAK AUTISME DI DESA PEMATANG JOHAR

Mikradjuna Nasiha1, Juli Meliza2*, Alya Dwiyani3, Ratu Valana Dewi4, Sulasmita Sari5

Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Sukma , Medan, Indonesia


Email : 1mikradjunanasiha@gmail.com,3alyadwiyani14@gmail.com,
4
ratuvalana1234@gmail.com, 5mikakisaran12@gmail.com,
Coresponding author*: 2newjuli07@gmail.com

ABSTRAK
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks, dan diklasifikasikan sebagai anak-
anak luar biasa yang sangat beragam. Pada anak autisme sering terjadi marah, gangguan
kognitif dan kemauan. Dalam hal perilaku, anak-anak dengan autisme sering melukai diri
mereka sendiri, kurang percaya diri, menjadi agresif, bereaksi yang berlebihan terhadap
rangsangan-rangsangan dari eksternal, dan menggerakkan anggota tubuh mereka secara
tidak wajar dan hal tersebut bisa mempengaruhi pada perilakunya yaitu tantrum (mengamuk).
Perilaku tantrum terjadi ketika anak terhalangi untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan.
Orang tua mempunyai peranan sangat penting karena yang merawat, mengasuh sehari-hari
terutama pada ibu. Ketika anak merengek meminta makanan sedangkan makanan itu tidak
boleh dikonsumsi, orang tua harus bijaksana, tidak mengikuti kemauan anak meskipun anak
tersebut merengek, berguling-guling, dan berteriak teriak. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeksripsikan kondisi yang terjadi pada anak autisme di Desa Pematang Johar, Sumatera
Utara. Metode yang di gunakan adalah metode deskriptif dengan pendek atan kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak autis menunjukkan pola-pola perilaku prososial yaitu
tampak ekspresi yang di tunjukan saat meniru guru atau orangtua, mampu menyapa teman
ketika diarahkan orangtua dan guru.
Kata Kunci: Autisme, Tantrum, Orang Tua, Kondisi

ABSTRACT
Autism is a complex developmental disorder, and is classified as an extraordinary child who is
very diverse. Children with autism often experience anger, cognitive impairment and willpower.
In terms of behavior, children with autism often hurt themselves, lack confidence, become
aggressive, overreact to external stimuli, and move their body members unreasonably and this
can affect their behavior, namely tantrums (tantrums). Tantrum behavior occurs when children
are prevented from doing something they want. Parents have a very important role because they
are those who take care of, take care of every day, especially mothers. When a child whines for
food while eating it cannot be consumed, parents must be wise, not follow the child's wishes
even if the child whines, rolls over rolled over, and shouted shouting. The purpose of this study
is to describe the conditions that occur in children with autism in Pematang Johar Village,
North Sumatra. The method used will be a descriptive method with an allitative approach. The
results of the study show that children with autism show patterns of prosocial behavior, namely
the appearance of expressions shown when imitating teachers or parents, able to greet friends
when directed by parents and teachers.
Keywords: Autism, Tantrums, Parents, Condition

8
I. PENDAHULUAN saat ini tentang gangguan spektrum autisme
masih belum banyak orang dan tidak
Kehadiran seorang anak merupakan melingkupi strata masyarakat, nyatanya
sesuatu yang sangat dinanti oleh para orang masih banyak orang diluar sana yang tidak
tua. Orang tua juga mengharapkan anak- dan bahkan tidak mengerti apa itu spectrum
anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang autistic disorder. Informasi tentang
berkembang sepenuhnya. Namun, hal ini gangguan spektrum autisme biasanya hanya
sering terjadi di mana anak-anak tidak diketahui oleh orang tua dengan status
menunjukkan perkembangan yang baik sosial ekonomi menengah ke atas.
sejak usia dini. Tentu hal ini akan membuat Sementara itu, masih banyak orang tua
orang tua bertanya-tanya ada apa dengan dengan status ekonomi menengah ke bawah
anaknya. Banyak sekali masalah yang belum memahami bagaimana gejala
perkembangan yang terjadi pada anak, baik yang ditimbulkan dan cara mengatasinya.
perkembangan fisik maupun psikis yang Oleh karena itu, gangguan spektrum
dapat dialami sejak anak masih dalam usia autisme ini ditandai dengan
dini. Anak dengan perkembangan yang ketidakmampuan dalam berkomunikasi dan
kurang baik dapat dikatakan sebagai anak berinteraksi dengan banyak orang, hal ini
berkebutuhan khusus, salah satunya adalah dianggap normal bagi sebagian orang yang
gangguan spektrum autisme. belum memahaminya. ini dan tidak
menyadari bahwa itu dapat
Autisme atau yang sering disebut
juga dengan Autism Spectrum Disorder mengidentifikasi bahwa anak tersebut
(ASD) merupakan salah satu dari gangguan memiliki gangguan spektrum autistik.
perkembangan saraf yang paling umum dan Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada tahun 2018 Kementerian
dikenal heterogen. Selain heterogenitas
fenotipik, anak-anak dengan ASD Pemberdayaan Perempuan dan
menunjukkan pola onset dan lintasan Perlindungan Anak (PPPA) RI, dalam situs
perkembangan heterogen (Kim et al., 20 15; resminya memprediksi ada sebanyak 2,4
juta anak autis di Indonesia dengan
Land a, 2.012; Ozonoff et al., 2010;
Shumwv. et al. , 2011 1). Ada fokus besar penambahan baru 5 00 anak setiap
pada pengembangan komunikasi sosial tahunnya. Data statistik Pendidikan Luar
Biasa (PLB) Kementerian Pendidikan dan
awal dengan ASD karena pemahaman yang
lebih dalam tentang kehilangan dan Kebudayaan menunjukkan jumlah siswa
pengembangan keterampilan dalam autisme pada tahun 20 18 -20 20 mencapai
beberapa tahun pertama kehidupan 17,76 6 anak. Data menunjukkan bahwa
dalam 3 tahun terakhir, terdapat 20 18
memiliki potensi untuk membangun
pengetahuan tentang bagaimana anak-anak sampai 20 20 angka penyandang autisme di
dengan ASD terungkap. Kondisi anak yang Indonesia melebihi prediksi Kementerian
memiliki gangguan spektrum autisme pada PPPA. Anak laki-laki dianggap lebih
berisiko terkena Autisme dengan
kelompok sosial ekonomi membuat mereka
tidak terlalu mengkhawatirkan. Selain itu, perbandingan 1:37 sedangkan anak
banyak orang tua yang memiliki anak perempuan lebih rendah dengan
dengan gangguan spektrum autisme namun perbandingan 1:151.
tidak menyadari dan tidak menyadari
bahwa anaknya memiliki gangguan
spektrum autisme. Informasi yang diperoleh

9
Factor-faktor Penyebab Anak Autis 1. Kurangnya komunikasi dan interaksi
sosial yang tepat dalam berbagai konteks
teks, seperti yang ditunjukkan di bawah
ini, sekarang atau masa lalu (contoh
akan ilustratif, bukan mendalam lihat
teks)
Gambar 1.1 (Faktor Penyebab) 2. Kurangnya timbal balik sosial-
emosional, misalnya dari pendekatan
Ada tiga faktor yang dapat
sosial yang tidak normal, kegagalan
menyebabkan anak mengalami gangguan
dalam percakapan; kurangnya berbagi
spektrum autisme menurut Guinchat,
minat, emosi atau perasaan; gagal untuk
Thorsen, Laurent, Cans, Bodeau, & Cohen
memulai atau menanggapi interaksi
(2012), yaitu:
sosial.
1. Faktor prenatal, yang meliputi kondisi
3. Kurangnya perilaku komunikasi
genetik dan kehamilan. Dimana usia ibu
nonverbal yang digunakan untuk
yang sudah tua pada saat hamil memiliki
interaksi sosial, misalnya dari
resiko yang lebih besar dibandingkan
komunikasi verbal dan non-verbal yang
dengan usia ibu yang masih muda.
sangat buruk; kelainan pada kontak mata
Bimbingan selama kehamilan juga dapat
dan bahasa tubuh atau kurangnya
menyebabkan gangguan spektrum
pemahaman dan penggunaan gerak
autisme.
tubuh; sangat sedikit ekspresi wajah dan
2. Faktor perinatal adalah kondisi pada saat
komunikasi non-verbal.
kelahiran. Bayi lahir prematur, terlalu
4. Kurang mengembangkan, memelihara,
lama di alam proses kelahiran,
dan memahami suatu hubungan,
kekurangan oksigen saat lahir, dapat
misalnya kesulitan dalam menyesuaikan
menyebabkan anak mengalami autisme.
perilaku dalam menghadapi berbagai
3. Faktor kelahiran adalah keadaan awal
situasi sosial; kesulitan dalam berbagai
setelah bayi lahir. Berat badan bayi
permainan imajinatif atau dalam
terlalu ringan, keracunan, infeksi, dan
berteman; tidak tertarik pada teman-
malnutrisi juga dapat menyebabkan
temannya.
autisme
5. Pola kebiasaan, minat, atau aktivitas
Kriteria Diagnostik
yang terbatas dan berulang, dinyatakan
Berikut ini adalah kriteria diagnostik
dalam setidaknya dua hal yakni sekarang
gangguan autis pada DSM-V (APA 2013).
atau masa lalu (contoh ilustratif, tidak
Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:
lengkap lihat teks):

10
6. Gerakan motorik stereotipik atau 8. Minat yang sangat terbatas, keterikatan
berulang, penggunaan objek, atau yang tidak normal dalam intensitas dan
keterampilan berbicara (misalnya fokus (misalnya, keterikatan yang kuat
gerakan stereotip sederhana, bermain atau keasyikan dengan objek yang tidak
game atau objek bermain, echolalia, dikenal, minat yang berlebihan).
kaya - kata-kata aneh). 9. Hiper atau hiporeaktivitas terhadap
7. Menuntut kesetaraan, kepatuhan saya stimulasi sensorik atau minat yang tidak
pada kebiasaan sehari-hari, pola perilaku biasa pada aspek sensorik lingkungan
verbal atau non-verbal yang gigih (misalnya, ketidakpedulian terhadap rasa
(misalnya, reaksi berlebihan terhadap sakit/suhu, respons yang buruk terhadap
perubahan kecil, kesulitan dengan suara atau teks tertentu, penciuman atau
beralih, pola pikir buruk saya, kebutuhan sentuhan berlebihan pada suatu objek,
untuk melakukan suatu aktivitas atau ketertarikan visual terhadap cahaya atau
makan makanan yang sama setiap hari). gerakan)

II. METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. daripada generalisasi. Penelitian deskriptif
Menurut Sugiyono (20 16:9) metode kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan,
deskriptif kualitatif adalah metode mendeskripsikan, menjelaskan,
penelitian yang didasarkan pada filosofi menjelaskan dan menjawab secara lebih
postpositivisme yang digunakan untuk rinci masalah yang akan diteliti dengan cara
mengkaji kondisi objek yang dialami mempelajari sebanyak-banyaknya. individu,
(sebagai lawan dari eksperimen) dimana kelompok atau peristiwa. Dalam penelitian
penelitian sebagai instrumen kunci teknik kualitatif, manusia adalah instrumen
pengumpulan data dilakukan dengan penelitian dan hasilnya ditulis dalam bentuk
trigulasi (gabungan), analisis data bersifat kata-kata atau pernyataan yang sesuai
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya.

Gambar 1. NR dan Bu Minarsi

11
III. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil observasi dan Pengamatan ini diperkuat dengan
wawancara, berikut adalah profil perilaku pernyataan wawancara dengan tetangga NR
prososial anak autis pada anak usia dini: yang biasanya membawa NR pergi ke
3. 1 Profil Anak Autis ( Subjek NR) sekolah. Hal yang sama diungkapkannya
Subjek berinisial NR, seorang gadis bahwa NR selalu ingin bermain air dan
berusia hampir tiga belas tahun yang saat sering bermain air liur untuk membasahi
ini bersekolah di SLB Pematang Johar. tubuhnya. Ia juga menjelaskan bahwa NR
Menurut klasifikasi SLB tempat anak memiliki perilaku seperti ini karena
bersekolah, NR termasuk dalam kebutuhan kebiasaan yang dilakukan setiap orang tua
khusus autisme ringan. Dari segi fisik, anak ketika masih kecil, dengan membiarkan NR
seperti anak normal lainnya, namun anak selalu bermain air.
tersebut memiliki kelainan perilaku yang 3. 2 Kondisi Subjek (Domain Kognitif)
sangat suka bermain air. Anak NR sangat Anak-anak NR dapat mengikuti instruksi
suka bermain air, ketika melihat air ia akan dan memiliki ingatan yang baik. Hal ini
berusaha keras untuk mendapatkan air ditunjukkan dengan kemampuan subjek
tersebut, karena dengan air ia dapat untuk mengikuti kegiatan di sekolah.
membasahi seluruh tubuhnya a. Keinginan Kemampuan kognitif subjek masih di
untuk bermain di air yang lestari ini bawah umur kronologis. Kemampuan
membuat kulit NR terlihat seperti terinfeksi akademik subjek masih dibawah usianya,
kutu air. Namun gejala yang dialami adalah subjek belum bisa mengenal angka dan
rasa lesu, kulit menjadi kering dan bintik- huruf. Namun, NR mampu mewarnai meski
bintik merah, namun ia tidak merasa gatal. terkadang pilihan warnanya masih original
Hanya terus-menerus ingin membasahi atau sesuai keinginan. Daya konsentrasi
tubuhnya dengan air. subjek juga kurang baik. Hal ini terlihat dari
Ketika dia bergabung dengan teman- perilaku subjek pada saat mengikuti
temannya, NR akan dijauhi oleh teman- pelajaran yang sering teralihkan oleh
temannya karena ketika dia bersama teman- kegiatan lain, seperti melamun.
temannya NR sering bermain dengan air b. Domain Afektif
liurnya hanya untuk membasahi tubuhnya. Anak-anak NR dapat mengekspresikan
Hal ini membuat teman-temannya menjauh perasaan mereka, tetapi mereka
darinya. Selain itu jika melihat air dia akan bertindak terlalu jauh dalam hal ekspresi
terus meminta air, jika tidak diberikan dia kegembiraan. NR akan melompat-
akan terus berteriak dan akan menangis. lompat saat senang. Kemampuan
mengontrol emosi masih kurang. NR

12
terkadang memaksakan kehendaknya, normal. Masa perkembangan NR diasuh
jika tidak diikuti subjek akan marah atau oleh ibunya, namun terkadang NR
menangis. NR menyukai hal-hal yang sering ditinggal sendiri oleh ibunya.
berhubungan dengan menyanyi. Selama diasuh oleh ibunya, NR sering
c. Domain Sosial dibiarkan berlama-lama di dalam air.
Kemampuan verbal NR cukup baik, Pada usia kurang lebih 5 tahun, NR
namun NR masih merasa takut untuk ditinggal oleh ibunya dan saat ini NR
berinteraksi dengan orang-orang di diasuh oleh ayahnya sendiri.
sekitarnya. NR masih kurang memiliki Berdasarkan wawancara dengan
kemampuan untuk beradaptasi dengan tetangga NR yang saat ini sedang
rutinitas, lingkungan, dan orang baru. mengantar NR ke sekolah, mereka
NR perlu didampingi orang tua beberapa mengatakan bahwa terkadang NR
kali terlebih dahulu. dilecehkan oleh ayahnya. Karena NR
d. Domain Perilaku akan sering bermain air, dan jika
NR lebih antusias saat pelajaran dilarang membuat NR menjerit atau
menyanyi, dibandingkan dengan merengek dan menangis. Inilah salah
pelajaran yang menggunakan kertas dan satu faktor terjadinya kekerasan
pensil seperti menggambar, mencoret- terhadap NR. Namun, ketika tetangga
coret, mencocokkan, atau menempel. NR mengetahui hal ini, para tetangga
Hal ini terlihat dari perilaku subjek memutuskan untuk mendaftarkan NR ke
selama pelajaran menyanyi, NR masih sekolah SLB di Desa Pematang Johar.
merasa kaku dalam menggerakkan Usia kronologis subjek pada saat
anggota tubuhnya untuk mengikuti penelitian adalah sekitar 13 tahun. Mata
instruksi yang diberikan, mengikuti pelajaran ini berkembang cukup pesat
pelajaran dengan senyuman dan sejak duduk di bangku sekolah. NR bisa
konsentrasi. bertahan lebih lama. Selama berkomunikasi dengan orang lain meski
pelajaran pensil kertas, NR tidak belum maksimal, bisa bermain dengan
mengikuti instruksi guru, matanya orang lain, dan subjek sudah bisa
beralih ke hal lain, wajahnya tampak menatap mata orang lain. Subyek dapat
putus asa, dan dia tidak duduk dengan berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah.
kepala tegak. Terlihat bahwa NR dapat mengikuti
e. Sejarah kasus gerakan senam sambil bernyanyi. NR
NR merupakan anak tunggal, lahir pada dapat melakukan gerakan sederhana. NR
usia 8 bulan. Saat lahir, NR menangis dapat mengikuti instruksi dari guru,
dan masa perkembangannya seperti anak meskipun instruksi tersebut diulang-

13
ulang. NR menyelesaikan instruksi bernyanyi. NR berpartisipasi aktif dalam
berulang dari guru tentang kegiatan kegiatan tersebut. Kemampuan motor
pensil dan kertas seperti mencoret-coret, kasar NR lebih baik daripada motor
menempel, dan menggambar. NR juga halus. Masalah yang muncul adalah NR
menunjukkan perilaku yang tidak hanya menyukai mata pelajaran tertentu
antusias dalam mengikuti kegiatan dan sulit untuk menarik perhatian NR
tersebut. NR sering melamun selama di pada mata pelajaran yang tidak mereka
kelas. N R mampu memegang pensil sukai. Guru mengalami kesulitan dalam
dengan baik, namun masih sulit untuk mengajarkan pengenalan huruf NR,
menghubungkan titik-titik menjadi garis, perhatian NR mudah teralihkan saat
dan keterampilan lain yang pelajaran pengenalan huruf. Berdasarkan
membutuhkan keterampilan motorik observasi dan wawancara yang
halus. Dalam senam, menyanyi dan dilakukan, dapat diketahui bahwa
bermain lempar bola, NR tampak metode pembelajaran pengenalan huruf
antusias. NR segera mengangkat yang dilakukan oleh guru adalah
kepalanya dan memperhatikan guru berbasis kertas dan pensil.
tersebut saat aktivitasnya sedang

Gambar 2. NR saat belajar mewarnai

14
st
ESCAF 1 2022
Mikradjuna Nasiha, Juli Meliza*, Alya Dwiyani, Ratu Valana Dewi, Sulasmita Sari

Meskipun masalah utama anak autis adalah interaksi anak autis dapat diprediksi dari
kemampuan untuk mengambil langkah- seberapa cepat orang tua atau pengasuh
langkah pendek sosial, mereka akan menerima berinteraksi. en gasu h interaksi dan hubungan
ajakan teman lain jika permainan yang dengan aktivitas anak.
ditawarkan sesuai dengan dunia mereka.
Mengutip penelitian yang dilakukan oleh IV. KESIMPULAN
Chusai Ri, Hamidah & Leonardi (2013) saat Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan eksperimen terhadap 11 anak autis mendeskripsikan kondisi yang terjadi pada
dengan menggunakan terapi group play anak autis. Dari hasil penelitian ini dapat
therapy untuk meningkatkan kemampuan dan disimpulkan bahwa terdapat aspek prososial
keterampilannya. keterampilan sosial. anak autis yang tidak menjaga g seperti yang
Percobaan ini menunjukkan hasil yang cukup telah dijelaskan sebelumnya. Anak autis
signifikan yaitu peningkatan keterampilan membutuhkan bimbingan, pengobatan dan
sosial anak autis setelah penerapan terapi dukungan dari orang terdekat agar tidak
bermain. Namun penulis membuat catatan merasa terasing dengan perilaku yang tidak
penting tentang terapi bermain sosial ini yaitu sesuai dengan norma masyarakat sekitar.
terapi perlu dilakukan secara intens dan dalam
jangka waktu yang lama (minimal 6 bulan) Intervensi yang ditujukan untuk
karena anak dengan gangguan autis memiliki mengembangkan perilaku yang diinginkan
kemampuan yang berbeda-beda. sosial dan juga dapat dilakukan asalkan dengan
komunikasi dengan ak no rmal. Pemilihan dukungan penuh dari orang-orang terdekat
timus yang tepat juga penting untuk anak. Penelitian lebih lanjut direkomendasikan
memastikan efektivitas intervensi yang untuk mengeksplorasi lebih lanjut karakteristik
diberikan (Kenzer et al., 2013). Variasi perkembangan autisme lainnya untuk
intervensi lain yang dapat diterapkan adalah menambah kumpulan bukti. Hasil dari
dalam bentuk pelatihan yaitu Child-Directed sejumlah besar penelitian ini akan membantu
Interaction Training yang telah diujicobakan penelitian lain yang fokus pada program
oleh Ginn et al. (2015) berhasil menghentikan pencegahan dan intervensi terkait anak autis.
perilaku disrupsi anak autis dalam berinteraksi
dengan orang tuanya. Pelatihan ini V. REFERENCES
memfokuskan intervensinya pada Americ an Psychiatric Associatio n. (20
pembentukan reaksi positif dari orang tua dan 13). Diagnostic and S ta tistical Man
anak. Peran keluarga juga menjadi penekanan ual of Me nta l Disorde rs Fifth Edi
penulis, semakin banyak melibatkan keluarga tion, DSM-5™. Arlington : VA,
dalam pelaksanaan terapi lanjutan di rumah American Psychiatric Association.
akan membantu meningkatkan keterampilan Chusai ri, A., Hamidah, & L eon ardi, T.
sosialnya. Keterlibatan dan penerimaan 201 3. Efe ktivitas Terapi Ber main
keluarga keluarga tidak hanya meningkatkan Sosial Un tu k Mening katkan Ke ma
keterampilan sosial anak, tetapi juga mpuan Dan Kete rampi lan Sosial
mengembangkan emosi positif bagi anak, Bagi Anak Dengan Gangguan
kepribadian yang kuat bagi anak (Ratnadewi, Autism . Insan Media Psikologi,
2008). Komitmen orang tua dalam mendukung 7(2). Http://Journal.Unair.Ac.I d/Filerp
tumbuh kembang anak juga penting untuk df/J u rnal%20diks -Hamidah.Pdf
mengembangkan tumbuh kembang anak Ginn, N. C., Clionsky, L. N., Eyberg, S.
secara komitif (Kiling & Bunga, 2014). Siller M., Warner-Metzger, C., & Abner, J.
dan Sigman (dalam Chusairi, Hamidah & 2015. Child-dir ected inte raction
Leon ardi, 2013) menemukan bahwa training for young children with
perkembangan keterampilan komunikasi dan autism spectru m disorders: Parent and

15
st
ESCAF 1 2022
Mikradjuna Nasiha, Juli Meliza*, Alya Dwiyani, Ratu Valana Dewi, Sulasmita Sari

child outcomes . Journal of Clinical 53( 9), 98 6–996. doi: 10.1111/j.1469-


Child & Adolescent Psychology, 76 10.2 012.0 25 58.x.
0(0), 1-9. Doi:10.1080/15374416.2 01 Ozonoff, S., Iosif, A., Baguio, F., Cook,
5.101 51 35 I. C., Hill, M., Hutman, T., Rogers,
S. J., Rozga, A., San gh a, S., Si
Guinchat V, Thors en P, Laurent C, Cans gman, M., Steinfeld, M. B., & Yo un
C, Bodeau N , Cohen D. 20 12. Pre-, g, G. S. (2 010). A prospective stud y
Peri-, and Neona tal Risk Factor for of the e mergence of ear ly behaviora l
Autism. ACTA Obstetricia et signs of autism. Jo urnal of th e Am
Gynecologica 91: 287-300 erican Ac ademy of Child & A
Kenz er, A. L., Bishop, M. R., Wilke, A. dolescen t Psychiatry, 49(3 ), 25 6 –
E., & T arbox, J. R. 2 013. Including 266. doi:10.1097/0000458 3-201 003
unfa miliars timu li in preference 00 0-0 00 09.
assess men ts for young childen with Ratnadewi. 2008. Peran Orang Tua dalam
autism. Journal of Applied Behavior Terapi Biomedis Pada Anak Autis.
Analysis, 46, 689-694. Doi: Artikel.
10.1002/jaba.56 Http://Www.Gunadarma.Ac.Id/Library
KEM ENTERIAN PEMB ERDA YA AN /Articles/Graduate/Psychology/2008/A
PER EMPUAN DAN PERL INDUN rtikel_1050 414 7.Pdf.
GAN ANA K REPUBLI K Shum way, S., Th urm, A., Sw edo, S. E.,
INDONESIA. 2 018. Hari Peduli Dep rey, L., Barn ett, L. A., Am aral,
Autisme Sedunia: D.G., & Ozonoff, S. (20 11). B rief R
Kenali Geja lanya, epo rt: Symp tom onse t patte rns and
Pahami Keadaannya. functional outcomes in young
https://w ww.kem en pp pa. go.id/in dex. children with au tism spectr um
php /p age/read /3 1/168 2/hari -p ed uli- disorders. Journ al of A utism and D
au tisme-sedu nia-k en ali- gejalanya- evelopm ental Disorders, 41(12), 172 7
pahami-k eadaan nya. –17 32. doi:10.1 00 7/s1 080 3- 011 -12
Kiling, I. Y., & Bunga, B. N. 20 14. 03 -3.
Persepsi orang tua terhadap komitmen Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
kerja ibu asuh di Panti Asuhan Pintu Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Pengharapan. Jurnal Transformasi PT Alfabet.
Pendidikan, 3(1), 5-15
Kim, S. H., Macari, S., Koller, J., &
Chawarska, K. (2015). Memeriksa
heterogenitas fenotipik dari gangguan
spektrum m autistik awal: Sub tipe dan
hasil jangka pendek. Jurnal Psikologi
Anak dan Psikiatri, 57(1), 93-102. doi:
10.1111/jcpp.12448
Lan da, R. J., Gross, A. L., Stuart, E. A.,
& Bauman, M. (2012). Laten t class
a nalysis of ear ly deve lopmen ta l
trajec tory in baby siblings of
children with a utism. Jo urnal of
Child Psychology and Psychiatry,

16

Anda mungkin juga menyukai