Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUNALIS SCROTALIS

Oleh :

Laksamana Bagus Kusuma (2371121087)

Pembimbing :

dr. Made Dwi Yoga Bharata, Sp.B-KBD

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF ILMU BEDAH


RSUD SANJIWANI GIANYAR
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karunia berlimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan
judul “Hernia Ingunalis Scrotalis ”. Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan serta melengkapi tugas dan memenuhi syarat kelulusan di kepaniteraan
klinik bagian / SMF ilmu bedah. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu serta berkontribusi dalam penulisan laporan kasus sehingga
laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih disampaikan pada:
1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
2. Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar yang telah memberikan izin dan fasilitas kepada
penulis dalam pembuatan laporan kasus.
3. dr. I Gusti Ngurah Anom Murdhana, Sp.FK selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Warmadewa.
4. dr. Made Dwi Yoga Bharata, Sp.B-KBD selaku ketua Komite Koordinasi Pendidikan RSUD
Sanjiwani Gianyar.
5. dr. Ni Putuh Indah Kusumadewi Riandra, Sp.A selaku dosen pembimbing akademik pada prodi
profesi yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
6. dr. Made Dwi Yoga Bharata, Sp.B-KBD selaku pembimbing dalam pembuatan laporan kasus
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Rekan – rekan sejawat Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
laporan kasus ini.
Gianyar, 19 Desember 2023
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


● Nama : LV
● Jenis kelamin : Laki-laki
● Umur : 53 tahun
● Agama : Islam
● Pekerjaan : Wiraswasta
● Alamat : Desa Serongga, Gianyar
● No. RM : 750188
3.2 Anamnesis
3.2.1 Riwayat penyakit sekarang
Keluhan Utama: Nyeri pada benjolan daerah ingunal
Autoanamnesis
Pasien laki – laki usia 53 tahun datang ke Poli Bedah RS Sanjiwani dengan keluhan nyeri
pada benjolan di daerah ingunalis sejak 2 hari yang lalu SMRS. Nyeri dirasakan terus
menerus apabila pasien beraktivitas dan nyeri dirasakan seperti ditekan terus menerus.
Awalnya pasien merasakan tonjolan kecil pada daerah sekitar ingunal, namun lama
kelamaan, nyeri yang dirasakan semakin hebat dan tonjolan semakin besar turun ke
daerah scrotum. Nyeri muncul pada saat pasien sedang tidak beraktivitas dan menganggu
aktivitas sehari-hari. Pasien memiliki riwayat hernia ingunalis sejak 2 tahun yang lalu
dan sudah di diagnosis oleh dokter spesialis. Keluhan lain seperti pusing, mual, muntah
dan gangguan berkemih disangkal oleh pasien.
3.2.2 Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliiki keluhan serupa sejak 2 tahun yang lalu, namun keluhan yang dirasakan
semakin berat sejak 2 hari yang lalu. Riwayat penyakit kronis seperti Diabetes Melitus,
Hipertensi, Asma disangkal oleh pasien. Riwayat alergi obat-obatan dan makanan juga
disangkal oleh pasien.
3.2.3 Riwayat penyakit keluarga
Keluhan serupa pada keluarga pasien disangkal, namun Ibu pasien memiliki riwayat
penyakit kronis yaitu jantung. Riwayat penyakit kronis lainnya pada keluarga seperti
hipertensi dan diabetes melitus disangkal oleh pasien
Riwayat sosial
Pasien saat ini bekerja sebagai wiraswasta. Dahulu pasien bekerja di bengkel kendaraan
bermotor dan sering mengangkat beban berat dengan aktivitas berat. Aktivitas tersebut
sudah dihentikan oleh pasien saat keluhan mulai muncul 2 tahun lalu. Pasien memiliki
riwayat konsumsi alkohol dan merokok.

3.3 Pemeriksaan fisik


3.3.1 Status present
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kesan umum : Tampak sakit sedang
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Denyut Nadi : 65 x/menit
• Laju Napas : 20 x/menit
• Suhu Tubuh : 36.3 °C
• Saturasi O2 : 99% udara ruangan

3.3.2 Status general


• Kepala : Normocephali
• Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
• THT : Kesan tenang, otorea (-/-) , Rinorea (-/-)
• Leher : jejas (-), deformitas (-), pembesaran KGB (-)
• Thorax : Inspeksi (simetris (+/+), deformitas (-), jejas (-), ictus cordis tidak tampak),
Palpasi (gerak dada simetris), Perkusi (sonor pada kedua lapang paru (+/+)), Auskultasi:
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-) ; Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
• Abdomen : Inspeksi (distensi (-), massa (-)), Auskultasi (BU(+) normal), Perkusi
(Timpani), Palpasi (nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-), massa (-))
• Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik
3.3.3 Status Lokalis :
• Status lokalis regio Inguinal
• Look : Pada regio scrotum ditemukan adanya Hiperemis (+), benjolan tampak pada
regio scrotalis dextra. Tidak ditemukan adanya jejas(-), perubahan warna (-), edema
(-)
• Feel : didapatkan nyeri tekan pada regio ingunal dan scrotalis (+) dan dilakukan
pemeriksaan
Finger test : impuls diujung jari
Zymen test : teraba di jari ke 2
Thumb test : tidak teraba tonjolan
Kesan Hernia Inguianlis Scrotalis
3.4 Pemeriksaan penunjang
DARAH LENGKAP
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Trombosit (PLT) 345 150 – 440 103/uL N
Hemoglobin (HGB) 12.0 11.0 – 16.0 g/dL N
Eritrosit (RBC) 4.93 3.8 – 5.2 106/uL N
Hematokrit (HCT) 5.35 3.50-5.50 % N
Leukosit (WBC) 6.00 4.00-10.00 103/uL N
LYM% 11.6 20.0-40.0 % N
NEU% 60.00 50.0-70.0 % N
EOS% 0.6 0.5 – 5.0 % N
BAS% 0.0 0.0 – 0.10 % N
MON % 5.3 3.0-8.0 % N
MCV 89.5 80.0-100.0 fL N
MCH 30.3 27.0-31.0 pg N
MCHC 33.8 32.0-36.0 g/dL N

3.5 Diagnosis
Diagnosis kerja :
● Hernia Ingunalis Scrotalis Dextra

3.6 Penatalaksanaan
Non Farmakologis :
● Pro Herniotomy dengan Mesh 14/11/2023
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hernia
Menurut kamus kedokteran Dorlan, hernia merupakan penonjolan abnormal bagian organ atau
struktur tubuh lain melalui lubang alamiah ataupun abnormal dalam selaput pembungkus,
membran, otot atau tulang. Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia
didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding.

Gambar, lokasi penonjolan hernia

2.2 Etiologi dari Hernia


Penyebab terjadinya hernia :
1. Lemahnya dinding rongga perut yang bisa didapatkan sejak lahir atau dalam hidup
2. Akibat dari komplikasi pembedahan sebelumnya
3. Kongenital
a. Hernia kongenital sempurna, yaitu bayi sudah menderita hernia karena adanya defek
pada tempat-tempat tertentu
b. Hernia kongenital tidak sempurna, yaitu bayi dilahirkan normal, namun mempunyai
defek pada tempat tempat tertentu dan dalam beberapa bulan pasca lahir, akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal
(mengejan, batuk dan menangis)
4. Aquisata /didapat, yaitu hernia yang disebabkan bukan karena defek bawaan tetapi oleh
faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi, banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan
baik saat defekasi maupun miksi. Juga dapat terjadi karena batuk yang kronis, dan juga
dapat terjadi karena faktor pekerjaan dan pola hidup
b. Kelemahan dari conjoined tendon/ ruptur beberapa serabut. Hal ini terjadi akibat
beberapa faktor seperti menangkat beban berat, post apendiktomi (trauma pada nervus
ilioingunalis), kelainan kronis/ penyakit kelemahan fisik yang menyebabkan kelemahan
fascia transversalis di area hasselbach
c. Banyaknya preperitoneal fat yang banyak terjadi pada orang gemuk
d. Sikatrik
e. Pola hidup dan lifestyle yang dapat menyebabkan kelemahan dinding perut
2.3 Jenis -jenis hernia
1. Menurut letak Anatomis
a. Hernia ingunalis, merupakan hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini merupakan
yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok
b. Hernia umbilicus, merupakan hernia ingunalis yang terjadi di pusar
c. Hernia femoralis, adalah hernia yang terjadi di bagian paha
2. Menurut sifatnya
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika
dirangsang dengan berdiri atau mengedan, dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga , dapat dibagi menjadi 3 yaitu
• Hernia akreata, yaitu hernia yang bila hanya perlekatan akibat fibrosis. Tanpa ada
gejala dan gangguan pasase usus
• Hernia inkaserata (terperangkap), yaitu bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
dan sudah mengalami gangguan pasase isi usus
• Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat menganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta
mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan
2.4 Hernia Ingunalis
Hernia ingunalis merupakan hernia yang terjadi pada dinding abdomen di regio ingunalis. Hernioa
ingunalis dapat dibagi menjadi dua yaitu Hernia ingunalis lateralis (HIL) dan Hernia ingunalis
medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang
artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen melainkan melalui cincin kanalis
ingunalis. Sedangkan hernia medialis mempunyai nama lain yaitu Hernia directa, yang artinya
keluar langsung menembus dinding abdomen.

2.5 Anatomi
Canalis inguinalis merupakan suatu saluran sempit yang terbentang dengan arah ke bawah dan
ke medial, tepat di atas dan paralel dengan ligamentum inguinale. Struktur ini dimulai pada
annulus ingunalis profundus dan berlanjut kira kira 4cm, berakhir di anulus ingunalis
superficialis.
• Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis musculus obliqus abdominis eksternus
• Posterior : dibentuk oleh aponeurosis musculus transversus abdominis yang bersatu
dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior di bagian lateral.
• Superior : dibentuk oleh serabut tepi bawah musculus obliqus internus dan muskulus
transversus abdominis dan aponeurosis
• Inferior : dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare
Ligamentum ingunale merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis musculus obliqus
eksternus. Terletak mulai dari Psias sampai ke ramus superior tulang pubis.
Segitiga hasselbach merupakan dasar dari segi tiga yang dibentuk oleh pekten pubis dan
ligamentum pektinea yang dibatasi oleh
• Supero-lateral : pembuluh darah epigastrika inferior
• Medial : bagian lateral rektus abdominis
• Inferior : ligamentum ingunale

2.6 Patofisiologi Hernia Inguinalis


A. Kongenital
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke
permukaan interna labia/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang mana
pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis merupakan
envaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculum bilateral.
Pada pria, testis awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun
melewati canalis ingunalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada wanita
ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior melalui ligamentum rotundum
yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Prosesus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang
melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal
dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia
inguinalis lateralis akan terjadi.
B. Akuisata
Biasanya terjadi pada orang usia lanjut dikarenakan dinding rongga perut melemah. Seiring
dengan bertambahnya usia, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua, kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris
resistentiae, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat,
kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali.
2.7 Jenis – Jenis Hernia Inguinalis
Hernia ingunalis dapat dibagi menjadi 2, yaitu hernia ingunalis medialis dan lateralis.
• Hernia inguinalis medialis merupakan hernia yang menonjol dari perut di bagian
medial dari pembuluh darah epigastrika inferior. Hernia ini disebabkan oleh
peningkatan tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hesselbach. Penonjolan terjadi langsung ke ventral melalui annulus inguinalis
subcutaneous.
• Hernia inguinalis lateralis merupakan hernia yang menonjol dari perut di bagian
lateral pembuluh darah epigastrika inferior, dikenal dengan indirek karena keluar
melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Onset hernia
inguinalis pada bayi terjadi apabila processus vaginalis peritonei sama sekali tidak
menutup, sehingga kavun peritonei tetaap berhubungan dengan rongga tunika
vaginalis testis.
2.8 Diagnosis Klinis Hernia Inguinalis
• Anamnesis : pada anamnesis didapatkan pembengkakan di daerah ingunal yang
semakin besar secara perlahan lahan. Pada mulanya pembengkakan hilang pada saat
pasien berbarng dan bertambah besar saat mengejan. Apabila sampai menimbulan
nyeri hebat yang mendadak dan hernia yang tidak dapat direduksi menandakan
adanya hernia obstruktif/inkaserata. Perlu digali mengenai riwayat sosial seperti
pekerjaan mengangkat berat, pola hidup dan riwayat batuk kronis/konstipasi.
• Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : dapat dilihat pada saat posisi berdiri atau berbaring. Dapat diamati pada
kedua sisi
- Palpasi :
1. Melakukan penekanan sesuai dengan posisi penonjolan (tangan kanan menekan
penonjolan pada bagian kanan)
2. Meminta pasien untuk batuk / mengejan sehingga teraba impulse yang mendorong
pada pangkal skrotum.
3. Melakukan pemeriksaan Finger test dengan cara menggunakan jari ke 2/5,
dimasukan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanalis ingunalis. Apabila
impuls diujung jari artinya HIL sedangkan impuls disamping jari HIM
4. Melakukan pemeriksaan Zymen test dengan cara menggambar garis imajines dari
symphisis pubis ke psias, lalu pasien diminta untuk batuk dan bila rangsangan
terdapat pada jari ke 2 (HIL), jari ke 3 (HIM) dan jari ke 4 femoralis.
5. Melakukan pemeriksaan thumb test dengan cara menekan anulus internis
menggunakan jempol. Bila benjolan keluar maka akan diasumsikan HIM sedangkan
sebaliknya HIL.
• Pemeriksaan penunjang : Pada pasien hernia diperlukan pemeriksaan Complete Blood
Count dan Radiologis. Pada pasien hernia yang mengalami strangulasi biasanya
ditemukan Leukositosis dengan shift to the left sedangkan pemeriksaan USG juga
penting untuk menegakkan diagnosis hernia dikarenakan untuk melihat adanya massa
pada lipat paha/dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan
testis.
2.9 Diagnosis Banding Hernia Ingunalis
• Hidrokel (pada laki-laki)
• Varikokel (pada skrotum sisi kiri)
• Limfadenitis
• Abses inguinal
• Tumor testis / Orchitis
3.0 Komplikasi
• Hernia irrepondible : perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukan kembali
• Hernia inkaserata : merupakan perlekatan pada cincin hernia akibat makin banyak usus
yang masuk sehingga menimbulkan jepitan pada usus mengakibatkan ileus obstruktif
• Hernia strangulata : terjeratnya usus disertai dengan gangguan vaskularisasi yang
menyebabkan nekrosis perforasi usus dengan gejala nyeri hebat
3.1 Penatalaksanaan
• Mengurangi nyeri/ memberikan sedasi
• Penanganan definitif
• Operasi Herniotomy
BAB III
KESIMPULAN

Pasien laki laki berusia 53 tahun datang ke Poliklinik Bedah RSUD Sanjiwani Gianyar dengan

keluhan nyeri pada benjolan di daerah Inguinalis sejak 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus

menerus apabila pasien beraktivitas dan nyeri dirasakan seperti ditekan terus menerus. Pasien

mengatakan bahwa sebelumnya sudah didiagnosis hernia inguinalis oleh dokter 2 tahun lalu.

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis dan dari keluarga yaitu ibu pasien memiliki riwayat

penyakit jantung. Pada saat dilakukan pemeriksaan status lokalis, ditemukan adanya penonjolan

hingga daerah scrotalis. Pada saat pemeriksaan fisik pasien dicurigai hernia scrotalis, yaitu hernia

ingunalis yang isinya masuk ke scrotum. Pada saat pemeriksaan fisik status generalis, bising usus

masih dalam batas normal dan pada status lokalis ditemukan sebagian penonjolan masih berada di

canalis ingunalis, belum sepenuhnya masuk ke daerah scrotum. Dilakukan pemeriksaan finger test

ditemukan impuls diujung jari dan pada pemeriksaan ziemen test didapatkan pada jari ke 2. Lalu

pada thumb test tidak didapatkan penonjolan menandakan bahwa pasien tersebut bukan hernia

ingunalis medialis. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik maka dilanjutkan dengan pemeriksaan

penunjang yaitu Complete Blood Count, dimana hasil pemeriksaan masih dalam batas normal,

tidak terdapat adanya peningkatan leukosit menunjukan belum timbulnya komplikasi, hal ini juga

didukung oleh pemeriksaan fisik pada abdomen menunjukan tidak ada kelainan kearah hernia

inkaserata. Setelah didapatkan diagnosis, maka tatalaksana selanjutnya adalah dilakukan Operasi

Herniotomy dengan mesh pada tanggal 14 November 2023.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Lusikooy, RE, Makmur, A. (2020). Profil Penderita Hernia Inguinalis Dewasa Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Wadi Husada. 2020;6(2):1-7.

Muharam, D. M. (2017). Karakteristik pasien hernia inguinalis di RSU Kota Tangerang Selatan
tahun 2015 [Skripsi]. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2017:1-72.

Sjamsuhidajat, R, De Jong, W. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2010. p.
619-29.

Townsend, CM, Beauchamp, RD, Evers, BM, Mattox, KL, editors. Sabiston Textbook of Surgery:
The Biological Basis of Modern Surgical Practice. Edisi 20. Philadelphia: Elsevier Health
Sciences; 2016 Apr 22

Anda mungkin juga menyukai