Disusun Oleh:
201704011063
Diajukan Kepada:
i
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
HIPOALBUMINEMIA
Oleh :
201704011063
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan presus dengan
judul “Spinal Anestesi Pada Pasien Gangren Pedis dengan Riwayat Diabetes
Melitus, Unbalance Elektrolit dan Hipoalbuminemia”. Presus ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Anestesi di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Dalam penulisan presus ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu,
khususnya kepada:
1. dr. Totok Kristiyono., M.Kes.,Sp.An., selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik bagian Ilmu Anestesi sekaligus pembimbing presus di RSUD KRT
Setjonegoro, Wonosobo.
2. Ny. T selaku pasien operasi yang sudah bersedia meluangkan waktunya
untuk dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
3. dr. Zuhal selaku residen anestesi yang telah membagi ilmu, mengarahkan
dan membantu dalam proses Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Anestesi.
4. Seluruh penata anestesi, perawat IBS, dan tenaga medis lainnya yang telah
berkenan membantu berjalannya Kepaniteraan Klinik bagian Anestesi.
5. Ayah dan Ibu masing-masing dari kami yang telah mencurahkan kasih
sayang yang tiada henti bagi kami dan telah memberikan dukungan financial
dalam penyelesaian presus ini.
Semoga pengalaman dalam membuat presus ini dapat memberikan hikmah
bagi semua pihak. Mengingat penyusunan presus ini masih jauh dari kata
sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi masukan
berharga sehingga menjadi acuan untuk penulisan presus selanjutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Ny. T
Umur 55 th
Alamat Kalibawang
Berat badan 45 kg
Diagnosis Gangrene Pedis dengan unbalance elektrolit, hipo albumin, dan riwayat DM
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
1
4. Riwayat Keluarga
C. PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/mnt
RR : 17x/mnt
T : 36.8 0C
Status Generalisata
a. Kulit
pucat, tidak hipo atau hiper pigmentasi. Di tempat luka tampak terlihat warna
kehitaman.
b. Kepala
tidak terdapat luka maupun jejas, konjungtiva tampak anemis, sklera tidak ikterik,
bibir tampak pucat, jvp tidak meningkat, tidak terlihat adanya benjolan.
c. Thorax
2
Auskultasi : Vesikuler (+/+)
Cor :
Perkusi :
midclavicula kiri.
d. Abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
Perkusi : timpani
e. Ekstremitas
dan gangren.
3
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
E. DIAGNOSIS KERJA
F. PENATALAKSANAAN
1. Pre Operasi
- Koreksi kalium 1.5 x 40 x 0.4 = 24 mEq. Kcl 25 mEq dalam Nacl 0.9% 500 mL
4
2. Persiapan Operasi
5
14. Pemantauan Selama Tindakan Anestesi
- Pasien dilakukan anestesi pada tanggal 28 September 2017 pada jam 13.00 dan
- Pasien dipasang alat pantau untuk mengawasi tanda vital dan saturasi oksigen.
30 mg secara IV.
Awasi Tekanan darah post op : tiap 15 menit selama 2 jam, bila TD < 80/50
Terapo Efedrin 20 mg
20 tpm
6
B5 (Bowel) : BU (+)
B6 (Bone) : Intak
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sel saraf dengan tujuan untuk memblok saraf mengantarkan sensasi dan
spinal, anestesi epidural, anestesi kaudal dan kombinasi anestesi spinal- epidural.
Anestesi spinal adalah injeksi obat anestesi lokal ke dalam ruang intratekal
intratekal atau ruang subaraknoid di regio lumbal antara vertebra L2-3, L3-4, L4-5
untuk menghasilkan onset anestesi yang cepat dengan derajat keberhasilan yang
tinggi. Obat anestesi lokal adalah suatu senyawa amino organik. Anestesi lokal
akan bergerak oleh gaya gravitasi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan
menggantung dan jika larutan isobarik akan tetap dan sesuai dengan
tempat injeksi.
8
2. Postur tubuh : Makin tinggi tubuh seseorang, makin panjang medula
banyak sehingga penderita yang lebih tinggi memerlukan dosis yang lebih
besar jika tekanan dalam cairan serebrospinal meningkat yaitu dengan cara
mengedan.
7. Volume obat : makin besar volume obat makin tinggi level blok
sensoriknya.
dapat bekerja.
9. Posisi tubuh : Pada larutan hiperbarik posisi terlentang bisa mencapai level
bahwa 5 menit setelah penyuntikan obat, penyebaran obat pada sisi bawah
9
Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom yang ditandai dengan gangguan
metabolisme dan peningkatan gula darah secara tidak normal disebabkan oleh
level yang rendah dari hormon insulin atau resistensi abnormal terhadap insulin
adalah produksi urin, rasa haus dan lapar yang berlebihan, penglihatan kabur,dan
dan kebutaan.
Klasifikasi
pulau langerhans kelenjar pancreas, onset dapat terjadi saat anak-anak atau
dewasa, dapat dikontrol dengan pengaturan pola makan, olah raga, dan
keluarga.
10
4.Tipe lain, mencakup diabetes melitus yang penyebabnya tidak termasuk
pada ketiga tipe diatas seperti: mutasi gen, insulin abnormal, penyakit
Patofisiologi
adalah hormon utama yang meregulasi pengambilan darah ke hampir semua sel
tubuh (terutama otot dan jaringan lemak tapi tidak pada sel-sel saraf pusat).
juga dapat digunakan sel dan tidak dipengaruhi hormon insulin. Sebagai tambahan
karbohidrat selulosa tidak dikonversi menjadi glukosa dan tidak dapat dicerna
Insulin dibutuhkan oleh 2/3 sel-sel tubuh untuk menyerap glukosa dari dlm darah.
Insulin berikatan dengan reseptornya di dinding luar sel dan berperan seperti
kunci untuk membuka pintu masuk kedalam sel bagi glukosa. Sebagian glukosa
disimpan sebagai cadangan energy dalam bentuk glikogen atau asam lemak. Saat
produksi insulin tidak mencukupi atau saat kunci insulin sulit membuka pitu sel
banyak glukosa akan tinggal dalam darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel
11
menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia melebihi ambang batas reabsorbsi
ginjal oleh tubulus proksimal sehingga sebagian glukosa terbuang bersama urine.
Peningkatan osmotik urin menghambat seabsorbsi air oleh ginjal . Hal ini juga
dengan menyerap air dari dalam sel sehingga kadar glukosa darah mengalami
dilusi selanjutnya diekskresi di urin. Hal ini manyebabkan rasa haus yang menetap
dan produksi urine yang berlebihan. Pada saat yang sama terjadi “puasa” sel
terhadap glukosa dan memberi signal ke tubuh untuk mendapatkan makanan yang
Penguraian protein dan lemak menghasilkan kompleks asam yang disebut keton.
dan kematian.
Etiologi
memiliki tanda genetik yang sama. Pada tipe 1 sistim imun, sistim pertahanan
tubuh melewan infeksi yang disebabkan virus atau mikroorganisme lain, merusak
12
Pada tipe 2 DM, umur, kegemukan, dan riwayat keluarga memegang peranan
penting. Pankreas mungkin memproduksi cukup insulin tetapi sel menjadi resisten
sehingga kerja insulin tidak efektif. DM tipe 2 terjadi perlahan sehingga penderita
tidak menyadarinya. Tanda awal adalah badan lemah disertai rasa haus dan buang
badan >4kg.
trigliserida >250mg/dL
saat puasaa.
insulin) sekumpulan gejala yang saling berhubungan dengan penyebab yang tidak
13
diketahui . Gejala-gejala tersebut termasuk intoleransi glukosa atau diabetes,
Gejala Klinis
dewasa atau dapat terjadi perlahan-lahan pada penderita dewasa gemuk dgn usia
diatas 40 thn. Gejala klasik adalah rasa capek dan sakit, kencing berulang-ulang,
rasa haus dan lapar yang berlebihan dan berat badan menurun.
cepat dan lemah badan yang berlebihan yang bila tidak ditangani dapat menjadi
penderita sampai penderita tsb datang untuk pengobatan penyakit lain seperti
Diagnosa
retinopati, nefropati).
Diagnosis diabetes dapat ditegakkan metafii 3 cara. Dua dari 3 cara ini dapat
Gejala diabetes + konsentrasi glukosa plasma sewaktu >= 200 mg/dl (11,1
14
waktu terakhir makan. Kadar glnkosa plasma puasa >= 126 mg/dl (7,0
,mmmo/L). Puasa didefinisikan sebagai tidak ada asupan kalori dalam 8 jam
terakhir, atau
Kadar glukosa plasma 2 jam setelah minum 75 gram glukosa oral pada tes
dengan mengulang penilaian pada hari yang berbeda. Penilaian yang ketiga
(tes toleransi glukosa oral) tidak dianjurkan untuk penggunaan klinis rutin.
normal atau keadaan dimana kadar albumin serum <3,5 g/dL. Hipoalbumin
menunjukkan pasokan asam amino yang tidak memadai dari protein, sehingga
15
Hipoalbuminemia dalah suatu masalah umum yang terjadi pada pasien.
protein yang dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi medis kronis dan akut :
kanker
Preitonitis
Luka bakar
sepsis
Penyakit ginjal
TBC paru
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh
cairan tubuh.
16
dalam plasma darahyang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma
dari 145mEq/Lt.
dalam darah. Kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/Lt.
Umur
Iklim
diet
Stress
17
Kondisi sakit : yang berpengaruh terhadap keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Tindakan medis
Pengobatan
Pembedahan
mendapatkan hasil akhir yang sama dengan pasien yang bukan DM. Metaanalisa
menambah angka kematian pada pasien rawat inap dan juga insiden gagal jantung
pasien yang dirawat dengan infark miokard akut yang terdiagnosa DM secara
tersendiri .
direkomendasikan. Hubungan yang erat dan kompleks antar glukosa insulin serta
pengaruh anestesi dan operasi adalah hal yang pokok dalam penanganan dan hasil
18
>180mg/dL. Sebagai tambahan untuk informasi perioperatif yang standar,
informasi adanya kemungkinan pesien buta post operatif khususnya pada pasien
operasi spinal yang memanjang (posisi prone) dan operasi jantung bypass.
pemeriksaan funduskopi
penilaian airway
pemeriksaan jantung
pemeriksaan abdominal
pemeriksaan kaki
pemeriksaan kulit
pemeriksaan neurologis
konsentrasi gula serum, HbA1c, elektrolit, BUN, dan kreatinin. Sebagai tambahan
19
urinalisis seharusnya dinilai proteinuria an mikroalbuminuria.
pembedahan.
sebelumnya. Untuk bedah yang relatif kecil, jangan diberikan obat anti diabetes
oral kerja pendek pada hari operasi, dan obat kerja lama 2 hari sebelum
pembedahan. Untuk bedah besar, dosis kecil insulin mungkin dibutuhkan untuk
dari jalur pemberian cairan lain, periksa gula darah setiap 2 jam dimulai setelah
pemberian insulin, setiap 1 jam intra operasi dan 2-4 jam setelah operasi, bila
pasien mulai hipoglikemia, gula darah < 100mg/dL, berikan suplemen dextrose
(setiap cc glukosa 50% dapat menaikkan glukosa darah kira- kira sebesar 2 mg/dL
sliding scale. Satu unit insulin dapat menurunkan gula darah sebesar 20-30
mg/dL.
20
Terapi Hipoalbuminemia
albumin, dapat dilakukan dengan pemberian diet ekstra putih telur, atau ekstrak
albumin dari bahan makan yang mengandung albumin dalam kadar yang cukup
tinggi. Untuk terapi hipoalbuminemia (kadar albumin <3,5 g/dL) diberikan infus
dilarutkan dalam NaCl isotonik dengan perbandingan 20mmol Kcl dalam 100 ml
NaCl isotonik melalui vena besar. Jika melalui vena perifer pemberian Kcl
saja. Larutan yang diberikan adalah natrium hipertonik, bisa berupa NaCl 3% atau
5% NaCl. Koreksi pada hiponatremia kronik yang tanpa gejala, dapat diberikan
sediaan oral, yaitu berupa tablet garam. Koreksi natrium secara intravena harus
Untuk hiponatremia akut dengan gejala serius, koreksi dilakukan agak cepat.
21
Kadar natrium plasma harus dinaikkan sebanyak 1,5-2 mmol/L dalam waktu 3-4
jam pertama, sampai gejala menghilang. Kecepatan cairan infus diberikan 2-3
mmol/L.
22
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien pada kasus ini didiagnosis dengan gangren pedis sinistra dengan
riwayat DM, status fisik ASA III dan telah dilakukan amputasi. Pemeriksaan vital
sign pre-operasi dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
conjunctiva anemis, akral dingin dan pasien tampak lemah. Pada pemeriksaan
Hemoglobin, Hematokrit, dan Eritrosit lebih dari normal. Berdasarkan hasil dari
dalam ASA III. Pada pre-operatif pasien dilakukan koreksi kalium 1.5 x 40 x 0.4 =
24 mEq. Kcl 25 mEq dalam Nacl 0.9% 500 mL 30 tpm hingga > 3,0 dan koreksi
anestesi spinal dengan Bupivacain 12,5 mg pada L 4-5. Selama operasi, semua
tanda- tanda vital dipantau mulai dari tekanan darah, saturasi O2, dan nadi.
Pembedahan berlangsung kurang lebih 2 jam, tanda vital dan saturasi baik selama
23
Pada saat pasien sudah berada di recovery room (RR) oksigenasi dengan
24
BAB IV
KESIMPULAN
metabolisme dan peningkatan gula darah secara tidak normal disebabkan oleh
level yang rendah dari hormon insulin atau resistensi abnormal terhadap insulin
adalah produksi urin, rasa haus dan lapar yang berlebihan, penglihatan kabur,dan
dan kebutaan.
mendapatkan hasil akhir yang sama dengan pasien yang bukan DM. Sebelum
25
DAFTAR PUSTAKA
26