Anda di halaman 1dari 33

PRESENTASI KASUS

Tumor Anus dengan Metastasis ke Hepar

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian


Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada:
dr. Kus Budayantiningrum, Sp. Rad.

Disusun Oleh:
Rizka Ayuditha Putri
20174011063

BAGIAN ILMU RADIOLOGI RSUD KRT SETJONEGORO WONOSOBO


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
Tumor Anus dengan Hepatomegali
Telah dipresentasikan pada tanggal:
18 November 2017
Bertempat di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

Disusun oleh:
Rizka Ayuditha Putri
20174011063

Disahkan dan disetujui oleh:


Dokter Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Radiologi
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

dr. Kus Budayantiningrum, Sp.Rad

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk dan
kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi
kasus Tumor Anus dengan Hepatomegali.
Presus ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak
ternilai kepada:
1. dr. Kus Budayantiningrum, Sp.Rad selaku dosen pembimbing bagian
Ilmu Radiologi RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah
mengarahkan dan membimbing dalam menjalani stase Ilmu Radiologi
serta dalam penyusunan presus ini.
2. dr. Anies Indra Kusyati, Sp.Rad selaku dosen pembimbing bagian Ilmu
Radiologi RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang telah mengarahkan
dan membimbing dalam menjalani stase Ilmu Radiologi serta dalam
penyusunan presus ini.
3. Perawat bagian instalasi radiologi RSUD Setjonegoro Wonosobo.
4. Rekan-rekan Co-Assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
5. Dan seluruh pihak-pihak terkait yang membantu penyelesaian presus ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan presentasi kasus ini, penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun
demi kesempurnaan penyusunan presus di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Wonosobo, 13 November 2017

Rizka Ayuditha Putri

iii
DAFTAR ISI

PRESENTASI KASUS................................................................................................. i
Tumor Anus dengan Metastasis ke Hepar................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I ..................................................................................................................... 1
STATUS PASIEN ..................................................................................................... 1
A. IDENTITAS................................................................................................... 1
B. ANAMNESIS................................................................................................. 1
C. PEMERIKSAAN FISIK ............................................................................... 3
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................. 4
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI .................................................................. 6
F. DIAGNOSIS .................................................................................................... 10
BAB II ...................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................11
A. DEFINISI ..................................................................................................... 11
B. ETIOLOGI .................................................................................................. 14
C. EPIDEMIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI............................................. 16
D. PENEGAKAN DIAGNOSIS ...................................................................... 18
E. PENATALAKSANAAN ............................................................................. 21
BAB III ..................................................................................................................23
PEMBAHASAN ......................................................................................................23
BAB IV ..................................................................................................................27
KESIMPULAN ........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................29

iv
BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS

Nama : Tn. S

Umur : 45 th

Jenis Kelamin : Laki- laki

Alamat : Sipring 01/15 Ropoh

No. RM : 709470

B. ANAMNESIS

1. Keluhan utama

Pasien datang ke IGD RSUD KRT Setjonegoro dengan keluhan

nyeri perut, kembung dan perut terasa keras sejak 2 bulan

belakangan. BAB cair selalu cair dan disertai darah.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh kembung- kembung pada perut sejak 2 bulan

belakangan. Sejak 2 bulan ini pasien juga mengeluh BAB selalu

cair. Pasien juga mengeluh setiap BAB disertai darah. Terdapat

penurunan berat badan yang signifikan dalam 2 bulan ini. Demam

terjadi pada awal keluhan muncul. Sekarang pasien tidak

mengeluhkan adanya mual, muntah, dan pusing.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan serupa

sebelumnya.

1
4. Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama,

Riwayat keluarga dengan hipertensi dan DM disangkal.

5. Anamnesis Sisitem

Sistem serebrospinal : sadar, compos mentis, demam (-), nyeri

kepala (-)

Sistem Indra :

Mata : Tidak ada keluhan

Telinga : Tidak ada keluhan

Hidung : Tidak ada keluhan

Mulut : Tidak ada keluhan

Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar (-)

Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)

Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (+), kembung (+), BAB cair

(+), mual (-), muntah (-), perut

membesar (+), BAB disertai darah (+)

Sistem Urogenital : BAK (+) normal, BAK merah (-), nyeri

saat BAK (-)

Sistem Integumentum : gatal (-)

2
Sistem Muskuloskeletal : gerak bebas (+), kelemahan anggota

gerak (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-),

edema (-), kesemutan (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital

Tekanan Darah: 90/60 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36,8

Kepala : Mesosefal

Mata : conjunctiva palpebra pucat (-/-),

Hematopalpebra (-/-), ikterik (-)

Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), SD (-)

Telinga : discharge (-/-), hematom aurikula (-)

Mulut : bibir sianosis (-)

Tenggorokan : faring hiperemis (-), nyeri telan (-)

Leher : simetris, pembesaran limfonodi (-)

Thorax : dinding dada simetris kanan- kiri, tidak ada

Retraksi dinding dada

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis kuat angkat di ICS V, 2 cm ke

medial Linea midclavicularis sinistra.

3
Perkusi : konfigurasi jantung sulit dinilai

Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut terlihat cembung

Auskultasi : Bising usus menurun

Perkusi : Timpani dan pekak pada hypocondria kanan

Palpasi : Distended

RT : Tampak benjolan warna kehitaman di daerah

anus, benjolan teraba padat, M.spicter ani kuat, ampula recti

colapse, terasa massa pada mucosa arah jam 7 dan 11, tinja (+),

sarung tangan lendir darah (-)

Status Lokalis : Perut terlihat cembung, saat dipalpasi

ditemukan pekak pada hypocondria kanan. Terdapat massa

pada daerah anus berwarna kehitaman dan teraba padat.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi

Hemoglobin 10,7 11,7-15,5 g/dL Low

Leukosit 16,8 x 10^3/Ul 3,6-11 10^3/ul High

Eosinofil 0.20 % 2-4 % Low

Basofil 0.10 % 0-1 % Normal

Netrofil 72,10% 50-70% High

Limfosit 17,70% 25-40% Low

Monosit 6,70% 2-8% Normal

4
Hematokrit 33% 35-47% Low

Eritrosit 3,9 x 10^6 /Ul 3,8-5,2 10^6/ul Low

Trombosit 538 x 10^3/Ul 150-400 10^3/ul High

MCV 84 fl 80-100 fL Normal

MCH 27 pg 26-34 Pg Normal

MCHC 33 g/dL 32-36 q/dL Low

Ureum 152,8 mg/dl <50mg/dL High

Kreatinin 1,63 mg/dl 0,4-0,9 mg/dL High

HBsAg Negatif Negatif Negatif

Natrium 123,0 mmol/L 135,0147,0 Normal


mmol/L
SGOT 332,5 U/L 0-35 U/L High

SGPT 123,4 U/L 0-35 U/L High

5
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

1. USG Abdomen

Gambar 1: Hasil USG

6
Interpretasi

Hepar : Membesar, permukaan berbenjol, struktur

echoparenchyma kasar heterogen, systema vascular &

biliare tak melebar, tampak nodul hypoechoic, tepi

ireguler, batas tidak tegas pada lobus kanan & nodul- nodul

kecil- kecil hyperechoic & hypoechoic pada seluruh lap

hepar.

V Fellea : Besar normal, sludge (-), batu (-)

Lien : Besar normal, struktur echoparenchyma

homogen

Pankreas : Besar normal, struktur echoparenchyma

homogen

Ren DX : Besar normal, PCS tak melebar, batu (-),

parenchyma dbn

Ren SN : Besar normal, PCS tak melebar, batu (-),

parenchyma dbn

Gaster : Dinding menebal ireguler, udara & cairan

meningkat

Usus : Udara usus dbn, dilatasi (-), tampak gambaran

seperti massa hyperechoic pada daerah recti, CDUS

tampak hypervascularisasi

VU : Dinding reguler, massa (-), batu (-), endapan

(-)

7
Tampak ascites (+++++)

Kesan : Hepatomegali dengan multiple nodul hyperechoic besar

dan kecil DDx : Hepatoma. Nodul/ massa dengan

hypervascularisasi pada daerah rectum DDx : Hemoroid

internal. Peningkatan udara gaster dengan dinding menebal

irregular cenderung Gastritis. Ascites (+++++)

2. Foto Thorax AP

Gambar 2: Foto Thorax

Interpretasi :

Corakan bronkovaskuler normal

Tak tampak penebalan pleural space bilateral

Kedua diafragma licin. Diafragma dekstra letak tinggi

Cor, CTR <0,56

Sistema tulang yang tervisualisasi intak

8
Kesan :

Pulmo tenang

Diafragma dekstra letak tinggi

Cor dalam batas normal

3. Foto Abdomen 2 Posisi

Gambar 3: Abdomen LLD

Gambar 4: Abdomen Erek

9
Interpretasi :

Tak tampak distensi cavum abdomen

Distribusi udara usus merata, fecal material tak prominent

Tak tampak adanya distensi sistema usus, coil spring

appearance, herring bone appearance maupun air fluid

level

Tak tampak area lusensi di tempat tertinggi pada posisi

LLD

Sistema tulang yang terisualisasi intak

Kesan : tak tampak gambaran ileus maupun

pneumoperitoneum

F. DIAGNOSIS

Tumor anus dengan Metastasis pada Hepar

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Tumor adalah suatu massa yang memiliki ketebalan bervariasi, disebabkan

karena sel tubuh mengalami transformasi dan tumbuh tak terkendali, sehingga

sel tersebut lain dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara klinis

tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan non-neoplasma. Pada

neoplasma dibagi lagi menjadi dua yaitu neoplasma jinak (benign) dan ganas

(maligna). Pada tumor non-neoplasma dibagi lagi menjadi tiga yaitu kista,

radang, dan hipertrofi (Taylor,2000).

Kanker merupakan neoplasma ganas yaitu suatu kelainan keganasan pada

sel yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan mampu

menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di

jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang

jauh (metastasis). Kanker disebabkan adanya perubahan (mutasi) pada gen-

gen, tetapi hanya sebagian kecil mutasi yang diwarisi dari generasi ke

generasi. Gen-gen yang terlibat dalam perkembangan kanker adalah onkogen,

gen-gen supresor tumor (tumor suppressor genes) dan gen-gen untuk

perbaikan kerusakan DNA (DNA repair genes). Beberapa jenis kanker

tertentu diakibatkan oleh mutasi kromosom, seperti delesi dan translokasi atau

disebabkan oleh penggandaan gen (gene amplification). Karakter ganas itulah

yang membedakan tumor ganas dengan tumor jinak (Wulandari, 2008).

11
Anus/ anal merupakan bagian paling akhir dari saluran pencernaan.

Terletak di antara perineum dibagian bawah dan rectum dibagian atas. Anus

berada di ekstraperitoneum. Panjang dari saluran anus berkisar antara 3-5 cm,

dengan dua pertiga bagian berada di atas pectinate line dan sepertiga berada

di bawah pectinate line (Gray, 2000).

Gambar 5 : Anatomi Anus

Ada 6 bagian dari anus yakni : (Chin, 1998)

1. Kanalis Anal

Kanalis anal (anal canal) adalah saluran dengan panjang sekitar 4 cm

yang dikelilingi oleh sfingter anus. Bagian atasnya dilapisi oleh

mukosa glandular rektal. Fungsi kanalis anal adalah sebagai

penghubung antara rektum dan bagian luar tubuh sehingga feses bisa

dikeluarkan.

2. Rektum

Rektum (rectum) adalah sebuah ruangan dengan panjang sekitar 12

sampai 15 cm yang berada di antara ujung usus besar (setelah kolon

12
sigmoid) dan berakhir di anus. Fungsi rektum adalah menyimpan feses

untuk sementara waktu, memberitahu otak untuk segera buang air

besar, dan membantu mendorong feses sewaktu buang air besar. Ketika

penuh dengan feses, maka rektum akan mengembang dan sistem saraf

akan mengirim impuls (rangsangan) otak sehingga timbul keinginan

untuk buang air besar.

3. Sfingter Anal Internal

Sfingter anal internal adalah sebuah cincin otot lurik yang mengelilingi

kanalis anal dengan keliling 2,5 sampai 4 cm. Sfingter anal internal ini

berkaitan dengan sfingter anal eksternal meskipun letaknya cukup

terpisah. Tebalnya sekitar 5 mm. Fungsi sfingter anal internal adalah

untuk mengatur pengeluaran feses saat BAB.

4. Sfingter Anal Eksternal

Sfingter anal eksternal adalah serat otot lurik berbentuk elips dan

melekat pada bagian dinding anus. Panjangnya sekitar 8 sampai 10 cm.

Fungsinya adalah untuk membuka dan menutup kanalis anal.

5. Pectinate Line

Merupakan garis yang membagi antara bagian dua pertiga (atas) dan

bagian sepertiga (bawah) anus. Fungsi garis ini sangatlah penting

karena bagian atas dan bawah pectinate line memiliki banyak

perbedaan. Seperti perbedaan asal embriologinya, bagian atas dari

endoderm sedangkan bagian bawah dari ektoderm.

13
6. Kolom Anal

Kolom anal atau kolom Morgagni adalah sejumlah lipatan vertikal

yang diproduksi oleh selaput lendir dan jaringan otot dibagian atas

anus. Fungsinya adalah sebagai pembatas dinding anus.

Kanker anus merupakan keganasan yang terjadi di anus, yang merupakan

bagian akhir dari saluran pencernaan. Kanker pada anus biasanya adalah jenis

squamous cell carcinoma yang tumbuh pada squamocolumnar junction. Yang

sering dihubungkan dengan infeksi dari HPV. Tipe lain dari kanker anus yaitu

adenocarcinoma, lymphoma, sarcoma atau melanoma (SEER, 2014).

B. ETIOLOGI

Kanker anus terbanyak adalah jenis squamouse cell carcinoma yang

sering dikaitkan dengan infeksi oleh Human Papilloma Virus (HPV).

Peradangan terkait HPV menyebabkan dysplasia dan perkembangan

kanker.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena kanker anus

yaitu :

- Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)

Data terakhir menunjukkan bahwa kebanyakan kanker

anus merupakan jenis kanker sel squamosa yang terkait

dengan infeksi HPV, virus yang menyebabkan kanker

serviks pada wanita. Wanita dengan riwayat kanker

serviks/ pre-kanker memiliki paningkatan risiko kanker

anus. HPV menyebar dari satu orang ke orang lain jika ada

14
kontak kulit ke kulit dengan area yang terinfeksi di tubuh.

HPV dapat ditularkan saat berhubungan seks yang meliputi

hubungan seksual pervaginam, hubungan seks dubur, dan

seks oral. Cara pencegahan infeksi HPV secara menyeluruh

adalah penghindaran mutlak kontak oleh orang yang

terinfeksi dengan area anogenital (Stanley,2010).

- Infeksi HIV

Infeksi HIV telah ditemukan sebagai faktor risiko

independen untuk kanker anus, dan kanker ini telah

mencapai proporsi epidemi di antara laki- laki yang

terinfeksi HIV yang berhubungan seks dengan laki- laki.

- Aktivitas Seksual

Perilaku seksual promiscuous meningkatkan risiko infeksi

HPV dan HIV, sehingga meningkatkan risiko kanker anus.

Hubungan seks melalui dubur juga meningkatkan risiko

kanker anus pada pria dan wanita terutama yang berusia di

bawah 30 tahun.

- Merokok

Merokok telah dijelaskan dalam literatur sebagai faktor

independen untuk meningkatkan risiko kanker anus

(Daling, 1992). Berhenti merokok telah terbukti dapat

mengurangi risiko terkena penyakit ini (Phillips,2004).

- Imunosupresi kronis bukan karena HIV

15
Orang dengan kekebalan tubuh yang berkurang, seperti

kasus transplantasi organ tubuh terhadap imunosupresan

memiliki risiko terkena kanker anus lebih tinggi

(Patel,2007).

- Gender

Wanita cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena

kanker anus dibandingkan laki- laki dengan perbandingan

5:1. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat infeksi

HPV pada wanita (Martin,2009).

- Ras

Pria dengan Latin cenderung lebih jarang terkena SCC

(squamouse cell carcinoma) dibandingkan dengan pria

bukan Latin, namun tidak dengan wanita.

- Chrons Disease

Kasus dengan penyakit Chron yang sudah berlangsung

lama, terutama yang memiliki penyakit perianal aktif,

memiliki risiko lebih tinggi untuk pengembangan kanker

anus secara stastistik (Kang,2010).

C. EPIDEMIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Berdasarkan data dari Suerveillance, Epidemiology and End Result

(SEER). Tingkat kejadian kasus kanker anus tahunan dari 2010 2014

adalah 1,8 per 100.000 pria dan wanita per tahun, sementara jumlah

16
kematian adalah 0,2 per 100.000 pria dan wanita. Risiko seumur hidup

terkena kanker dubur, menurut data SEER 2012-2014 adalah 0,2%.

American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 8.200 kasus

baru (5.250 wanita dan 2.950 pada pria) akan didiagnosis pada tahun

2017, dan 1.100 kematian akan terjadi (650 pada wanita dan 450 pada

pria). Kanker anus menyumbang 2,6% dari semua keganasan sistem

pencernaan.

Kanker sel squamous anus diyakini terkait langsung dengan adanya

proses peradangan kompleks yang disebabkan oleh infeksi HPV

(terutama serotipe 16 dan 18) pada daerah epitel squamocolumnar dari

anus. Dalam satu penelitian di Skandinavia, serotipe DNA HPV 16

terdeteksi pada 73% spesimen kanker anus, dan serotipe 16 dan 18 atau

keduanya terdeteksi pada 84% spesimen (Frisch,2002).

Perkembangan kanker dimulai dari Anal Intraepithelial neoplasia

(AIN) grade I yang merupakan displasia rendah (Low-grade

dysplasia/LGAIN) yang kemudian dapat berkembang menjadi AIN II dan

AIN III yang merupakan dysplasia parah (High-grade

Dysplasia/HGAIN) yang dapat berkembang menjadi kanker invasif,

seperti pada kanker serviks. Beberapa kriteria yang digunakan untuk

menilai keparahan dari kanker anus yaitu dengan melihat adanya :

Kelainan dalam diferensiasi dan pematangan lapisan skuamosa,

Kedalaman dari kelainan tersebut, aktivitas mitosis, dan perubahan

membran nukleus (Bean,2010).

17
Penyebaran dari kanker anus umumnya lokal seperti ke jaringan

disekitarnya. Kanker anus berasal dari sel epitel basal saluran anus dan

sering tumbuh sebagai tumor ulserasi. Bisa menyebar secara melingkar di

saluran anus, tumbuh ke dalam rektum, atau keluar melalui anus.

Penyebaran melalui seluran getah bening terjadi pada 30% pasien

dengan kanker anus. Penyebaran secara anterior yaitu menyebar di

selangkangan melalui jalur getah bening subkutan di dasar panggul.

Menyebar ke kelenjar getah bening perirectal (di luar mesorektum) dan

kelenjar getah bening mesorektal (di jaringan lemak mesorektal disekitar

rektum) dan kelenjar getah bening presacral. Hal ini terutama pada tumor

besar.

Penyebaran secara hematogen terjadi kurang dari 10% pasien. Dan

paling sering untuk tumor primer besar. Umunya metastasis ke : hati

(organ paling sering terkena), paru (kedua paling sering), tulang, otak.

D. PENEGAKAN DIAGNOSIS

Sering terjadi keterlambatan diagnosis pada kanker anus dikarenakan

lokasi dan tidak khasnya gejala. Durasi gejala sebelum diagnosis berkisar

antara 2 sampai 60 bulan. Kanker anus berkembang sangat lambat dan

biasanya keliru dengan wasir. Gejala yang menyertai dapat mencakup

massa yang nyeri, perdarahan, pruritus, tenesmus, discharge, atau

perubahan kebiasaan buang air besar (Welton,2007).

18
1. Anamnesis

Keluhan perdarahan dari lubang anus, rasa sakit, ketidaknyamanan

atau gatal di sekitar lubang anus merupakan gejala yang umum

terjadi. Dalam beberapa kasus, terdapat adanya benjolan dan rasa

nyeri. Terjadi kesulitan defekasi dan perubahan defekasi seperti

feses yang mengecil sampai diare.

2. Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan pada kanker anus bervariasi. Akan

ditemukan massa di kanal anus atau di ambang dubur, atau di kulit

perianal. Terlihat adanya distensi perut dikarenakan kesulitan

untuk membuang angin dan kotoran. Dilakukan pemeriksaan colok

dubur untuk mengetahui keadaan dan letak massa. Massa biasanya

memiliki tekstur nodular dan mungkin menempel pada struktur di

daerah sekitarnya seperti kompleks sfingter, dinding samping

pelvis, vagina atau area tulang ekor.

3. Pemeriksaan penunjang

- Laboratorium : tidak ada yang spesifik dari hasil tes darah,

namun tes darah rutin harus dilakukan untuk melihat

keadaan dari pasien.

- Ano/protoskopi : saluran anus diperiksa dengan anoskop.

Rektum diperiksa dengan protoskop untuk melihat letak

kelainan.

19
- USG endoanal : untuk menilai kedalaman dari kanker, dan

untuk mengukur secara akurat respon tumor terhadap terapi

kemoradiasi.

- Pemeriksaan radiologi abdomen/thorax : untuk melihat

kemungkinan metastasis

4. Staging

Klasifikasi TNM digunakan untuk membagi kanker anus menjadi

beberapa tahap. TNM menilai tumor (T), kelenjar getah bening

(N), dan metastasis (M), pada saat diagnosis (Wanderas,2014).

Gambar 6: Staging Tumor Anus

- Tumor infiltrasi (T) Tis karsinoma insitu

- T1 tumor berdiameter </= 2cm

- T2 tumor >2cm, tapi <5cm

- T3 tumor >/= 5cm

- N0 tidak ada kelenjar getah bening regional

- N1 metastasis di kelenjar getah bening peri atau mesorektal

20
- N2 metastasis pada kelenjar getah bening unilateral

internal dan/ atau inguinal

- N3 metastasis pada kelenjar getah bening periodik atau

mesorektal dan atau kelenjar getah bening illiaca bilateral

dan/ atau kelenjar inguinal

- NX kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai

- M0 tidak metastasis

- M1 metastasis

E. PENATALAKSANAAN

1. Pembedahan : pembedahan primer mungkin dilakukan pada kanker

dengan ukuran kecil (<1 cm) tanpa keterlibatan sfingter, pada beberapa

kasus diikuti dengan kemoterapi dan terapi radiasi.

2. Obat- obatan Kemoterapi : sampai tahun 2000 pengobatan kemoterapi

menggunakan MiFu (mitomycin C dan 5-fluorouracil). Sekarang

menggunakan Cisplati yang dikombinasikan dengan 5-FU

neoadjuvant dan adjuvant.

- Tumor T1 <1 cm N0 : kemoterapi tidak dilakukan

- Tumor T1 >1cm dan T2 N0 : menggunakan MiFu

bersamaan dengan terapi radiasi yang dimulai di hari

pertama pengobatan.

- Tumor Primer tingkat lanjut (T3-T4,N0 dan semua N+) :

dua siklus MiFu bersamaan dengan terapi radiasi. Siklus

21
pertama dimulai hari ke 1 dan siklus ke dua pada hari ke 29

(radiasi minggu ke lima).

- Metastasis pada paru dan hati : operasi kuratif

dikombinasikan dengan kemoterapi pra operasi. Dua siklus

MiFu atau CiFu diberikan tergantung pada kemoterapi

sebelumnya yang diberikan sebagai pengobatan dan respon

utama (Wanderas, 2014).

3. Radiasi : terapi radiasi menggunakan sinar dengan energi tinggi yang

bertujuan untuk menghancurkan sel kanker atau memperlambat laju

pertumbuhannya. Yang bisa digunakan adalah : sebagai bagian dari

pengobatan utama (bersama dengan kemoterapi), setelah operasi untuk

menuntaskan kanker. Mengobati relapsnya dari kanker di kelenjar

getah bening (Wanderas,2014).

22
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD RSUD KRT Setjonegoro dengan keluhan nyeri

perut, kembung dan perut terasa keras sejak 2 bulan belakangan. BAB cair dan

disertai darah. Terdapat penurunan berat badan yang signifikan dalam 2 bulan

ini. Demam terjadi pada awal keluhan muncul. Perut pasien terlihat cembung

dan distended pada pemeriksaan fisik, pada auskultasi ditemukan bising usus

yang menurun dan pada perkusi terdapat suara pekak pada hipokondria kanan.

Pada pemeriksaan RT ditemukan adanya massa di anus berwarna hitam, dan

teraba massa pada arah jam 7 dan jam 11.

Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan adanya gambaran

diafragma kanan letak tinggi. Pada pemeriksaan USG didapatkan

hepatomegali dan massa hyperechoic dengan vascularisasi di daerah rectum.

Namun pada pemeriksaan foto polos abdomen 2 posis tidak ditemukannya

kelainan.

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien sesuai dengan

kriteria diagnosis pada tumor anus menurut Welton yaitu adanya perubahan

kebiasaan buang air besar seperti diare yang dialami oleh pasien, juga durasi

gejalanya yang lama yakni 2-60 bulan sama seperti yang dialami oleh pasien

yang telah berlangsung selama 2 bulan. Pada pemeriksaan pasien juga sama

seperti pada gejala klinis dari kanker anus yakni seperti adanya massa pada

anus, dan adanya distensi perut.

23
BAB cair atau diare bisa disebabkan oleh sekresi air yang berlebihan

oleh usus besar sebagai suatu respon terhadap adanya iritasi, bias juga

disebabkan oleh terganggunya penyerapan air oleh usus karena adanya

disfungsi usus besar. pada pemeriksaan fisik rectal toucher ditemukan adanya

massa pada anus berwarna hitam dan didapatkan massa pada arah jam 7 dan

11 yang mengarah pada diagnosis tumor anus curiga ganas. Pada USG

didapatkan adanya gambaran massa dengan vascularisasi di daerah rectum

curiga keganasan metastasis dari tumor pada anus dimana carcinoma anus

dapat bermetastasis ke jaringan disekitarnya termasuk rectum. Massa yang ada

tersebut kemungkinan mempengaruhi terjadinya disfungsi penyerapan air

oleh colon dimana colon, rectum, dan anus saling berhubungan. Pertumbuhan

massa pada GI tract juga dapat menyebabkan perlukaan di daerah tersebut

sehingga BAB disertai darah karena permukaan dari massa tersebut rapuh dan

dilalui oleh banyak pembuluh darah yang juga menandakan bahwa massa

yang ada itu ganas.

Keluhan nyeri perut dan kembung yang dialami oleh pasien dapat

disebabkan oleh adanya massa di anus dan rectum. Dimana adanya massa

tersebut dapat menghalangi udara yang ada di colon untuk keluar sehingga

membuat perut menjadi kembung dan membuat perut terasa penuh dan sakit.

Selain itu juga didapatkan adanya gambaran hepatomegaly pada USG yang

juga menyebabkan perut pasien terlihat membuncit serta pada perkusi

ditemukan suara pekak pada hypokondria kanan yang menunjukkan bahwa

terdapat benda padat di daerah perkusi yaitu hati yang membesar atau

24
hepatomegaly. Yang juga terlihat pada foto thorax pasien yakni peninggian

diafragma sebelah kanan yang bias disebabkan kerena desakan dari organ di

bawahnya yakni hati. Munculnya hepatomegaly pada pasien dapat disebabkan

oleh metastasis dari massa yang ada di anus dimana carcinoma anus

bermetastasis paling sering ke hati secara hematogen yang dapat dilihat juga

dengan kenaikan angka SGOT dan SGPT pada hasil laboratorium. Yang

menandakan bahwa terjadi gangguan pada fungsi hati.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bertujuan untuk melihat

apakah terdapat metastasis dari tumor anus tersebut yang menunjukkan bahwa

tumor tersebut ganas. Seperti yang telah dilakukan pada pasien yakni

pemeriksaan foto thorax, foto polos abdomen dan USG.

Penurunan berat badan yang signifikan dalam 2 bulan ini merupakan

efek dari adanya penyakit kronis yang diderita oleh pasien yaitu tumor ganas

pada anus dan di rectum. Dimana penyakit kronis dapat menyebabkan nafsu

makan berkurang dan perubahan dari metabolism tubuh sehingga berdampak

pada penurunan berat badan. Pasien mengalami demam pada awal gejala

muncul dapat disebabkan dari pertumbuhan dari tumor yang dapat

menimbulkan reaksi inflamasi dimana inflamasi juga dapat berdampak pada

kenaikan suhu tubuh.

Pada hasil laboratorium ditemukan angka eritrosit, hematocrit, dan Hb

dari pasien rendah yang menandakan pasien mengalami anemia. Dimana

anemia juga merupakan tanda dari penyakit kronis yakni keganasan.

25
Dikarenakan pada pasien dengan keganasan mengalami ketidakseimbangan

cytokine sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia.

26
BAB IV

KESIMPULAN

Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluh kembung- kembung

pada perut sejak 2 bulan belakangan. Sejak 2 bulan ini pasien juga mengeluh

BAB selalu cair. Pasien juga mengeluh setiap BAB disertai darah. Terdapat

penurunan berat badan yang signifikan dalam 2 bulan ini. Demam terjadi pada

awal keluhan muncul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perut pasien terlihat

buncit, pada auskultasi didapatkan bising usus menurun, pada palpasi perut

distended, pada perkusi ditemukan adanya suara pekak pada hypochondria

kanan. Pada pemeriksaan colok dubur, terlihat massa berwarna hitam pada

anus dan terdapat massa pada arah jam 7 dan 11.

Pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran udara usus dbn, dilatasi

(-), tampak gambaran seperti massa hyperechoic pada daerah recti, CDUS

tampak hypervascularisasi. Hepar membesar, permukaan berbenjol, struktur

echoparenchyma kasar heterogen, systema vascular & biliare tak melebar,

tampak nodul hypoechoic, tepi ireguler, batas tidak tegas pada lobus kanan &

nodul- nodul kecil- kecil hyperechoic & hypoechoic pada seluruh lap hepar.

Dengan kesan hepatomegali dengan multiple nodul hyperechoic besar dan

kecil DDx : Hepatoma. Nodul/ massa dengan hypervascularisasi pada daerah

rectum DDx : Hemoroid internal. Peningkatan udara gaster dengan dinding

menebal irregular cenderung Gastritis. Ascites (+++++)

27
Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan diafragma kanan letak

tinggi. Pada pemeriksaan abdomen 2 posisi tidak ditemukan adanya ileus

maupun pneumoperitoneum.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang mengarah ke diagnosis adanya massa pada anus mengarah pada

keganasan dengan metastasis pada hepar.

28
DAFTAR PUSTAKA

Taylor, E. (2000). Dorland's Illustrated medical dictionary. (29 ed.). Philadelphia:


Saunders.
Wulandari, R. D. (2008). Genetika Kanker. Surabaya
Kang J, Min BS, Lee KY, Jang SJ, Kim WH, Kim NK. Squamous cell carcinoma
of the anus in a patient with perianal Crohn's disease. Int J Colorectal Dis. 2010;
25(3):411-13

Stanley M. Pathology and epidemiology of HPV infection in females. Gynecologic


Oncology 2010; 117(2 Suppl):S510

Goldie SJ, Kuntz KM, Weinstein MC , Freedberg KA, Welton ML, Palefsky JM.
The clinical effectiveness and cost- effectiveness of screening for anal squamous
intraepithelial lesions in homosexual and bisexual HIV-positive men. JAMA 1999;
281:182229

Frisch M. On the etiology of anal squamous carcinoma. Dan Med Bull. 2002;
49(3):194-209.

Daling JR , Sherman KJ, Hislop T G. Cigarette smoking & the risk of anogenital
cancer. Am J Epidemiol 1992; 135:180-89

Patel H S, Silver A R, Northover J M. Anal cancer in renal transplant patients. Int


J Colorectal Dis.2007; 22(1):15

Martin F T, Kavanagh D, Waldron R . Squamous cell carcinoma of the anal canal.


Surgeon 2009 ; 7(4) :232-37

Wanderas, E H. Oncology Encyclopedia. Oslo University Hospital HF. Oncologist


2014.

29

Anda mungkin juga menyukai