Anda di halaman 1dari 24

No. ID dan Nama Peserta : dr.

Hanifratiwi
Internship 2016
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Brigjend H Hasan Basry HSS
Topik : Ileus obstruktif
Tanggal (kasus) : 3 September 2016
Pembimbing: dr. Rizal B., Sp. B
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Nani Pudji Hastuti
Tempat Presentasi :
Objektif Presentasi :
Tinjauan Pustaka
Keilmuan Keterampilan Penyegaran

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Dewasa
Neonatus Bayi Anak Remaja Lansia Bumil

Deskripsi : Nyeri seluruh lapang perut, BAB (-), flatus (-)
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan ileus obstruktif
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos
Membahas :

Data Pasien : Nama : Tn. U, 54 tahun No. Registrasi : 124254


Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Diagnosis / Gambaran Klinis :
Pasien merupakan rujukan dari RS Pratama dengan diagnosis susp. ileus obtruktif dirawat 5 hari.
5 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh muntah (+) > 3x isi seperti yang dimakan da
diminum, darah (-), mual (+), nyeri seluruh lapang perut (+), demam (+) kadang-kadang naik turun
BAB cair (+) 1x warna kuning, ampas (-), lendir (-), darah (-), kentut (+), BAK tidak ada keluhan
nafsu makan berkurang, perut terasa kembung.
2 hari sebelum dirujuk pasien mengeluh perut semakin kembung, mual (+), muntah (+) > 3x caira
warna kuning, darah (-), BAB (-), kentut (-), BAK tidak ada keluhan, pasien merasa lemas, maka
<< , kemudian pasien dirujuk ke UGD RS Hasan Basry.
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Kesehatan / Penyakit : riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat keganasan (-)
Riwayat Keluarga : -
Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai petani di perkebunan kelapa sawit
Riwayat Sosial dan Ekonomi :
Pasien menggunakan JAMKESMAS

1
Daftar Pustaka :
Internship 2016
1. Rani, Aziz A, Simadibrata K Marcellus, SyamFahrial Ari. 2011. Buku Ajar Gasteroenterolog
edisi 2. Jakarta Pusat. Interna publishing.
2. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Bal
Penerbit FKUI.
3. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergenc
Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
4. Sjamsuhidajat R, Dahlan M, Jusi D. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidaja
R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. dan (Jones & Claridge, 2004).
5. Faradilla, Nova 2009. Ileus Obstruksi .http:// www.scribd.com /ileus_obstruktif .
6. Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke- 9. Jakarta : EGC
7. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A Spectrum of cause
JPMI 2009 Volume 23 No 2 page 188-92
8. Thompson, J. S. 2005. Intestinal Obstruction, Ileus, and Pseudoobstruction. In R. H. Bell, L
F. Rikkers, & M. W. Mulholland (Eds.), Digestive Tract Surgery (Vol. 2, p. 1119
Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher
9. Simatupang O N. 2010. Ileus Obstruktif. Samarinda: UNMUL Retrieved June 6th, 2011
Available at: http://www.scribd.com/doc/28090500/ileus-obstruksi
10. Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price, S.A., McCart
L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC, 1994
11. Maulana, Razi. 2011. Ileus Obstruktif http://razimaulana.wordpress.com.
12. Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstruction
by Means of DirectRadiography. Volume XXII No. 253.
13. Sabiston, D.C, 1995, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta.
14. Whang, E. E., Ashley, S. W., & Zinner, M. J. 2005. Small Intestine. In B. e. al (Ed.
Schwatz`s Principles Of Surgery (8 ed., p. 1018). McGraw-Hill Companies.
15. Moses, S. 2008. Mechanical Ileus. Retrieved July 16, 2010, Available at
http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/MchnclIls.htm
16. Nobie, B. A. (2009, November 12). Obstruction, Small Bowel. Retrieved June 6th, 2011
from emedicine: http:// emedicine. medscape.com /article/774140-overview
17. Bickle IC, Kelly B. 2002. Abdominal X Rays Made Easy: Normal Radiographs. studentBM
April 2002;10:102-3

2
18. Ullah S, Khan M, Mumtaz N, Naseer A. 2009. Intestinal Obstruction : A Spectrum of cause
Internship 2016
JPMI 2009 Volume 23 No 2 page 188-92

Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis ileus obstruktif
2. Tata laksana awal pasien ileus obstruktif

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif : Autoanamnesis dilakukan terhadap Tn. U, 54 tahun pada 2 September 2016
pukul 15.30 WITA di IGD
Keluhan utama : nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merupakan rujukan dari RS Pratama dengan diagnosis susp. ileus obtruktif dirawat 2 hari.
5 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh muntah (+) > 3x isi seperti yang dimakan dan
diminum, darah (-), mual (+), nyeri seluruh lapang perut (+), demam (+) kadang-kadang naik
turun. BAB cair (+) 1x warna kuning, ampas (-), lendir (-), darah (-), kentut (+), BAK tidak ada
keluhan, nafsu makan berkurang, perut terasa kembung.
2 hari sebelum dirujuk pasien mengeluh perut semakin kembung, mual (+), muntah (+) > 3x
cairan warna kuning, darah (-), BAB (-), kentut (-), BAK tidak ada keluhan, pasien merasa lemas,
makan << , kemudian pasien dirujuk ke UGD RS Hasan Basry.
Riwayat Kesehatan / Penyakit : riwayat trauma sebelumnya (-), riwayat kelainan atau keganasan
pada tulang (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat asma (-)

Riwayat Keluarga :
Riwayat DM (-), riwayat HT (-)

Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai petani di perkebunan kelapa sawit

Riwayat Sosial dan Ekonomi :


Pasien menggunakan JAMKESMAS

3
Internship 2016

4
2. Objektif: pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 15.30 WITA di
Internship 2016
IGD

Keadaan Umum : lemah, tampak nyeri VAS = 5


Kesadaran : kompos mentis, GCS E4M6V5 = 15
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 98 x/menit isi dan tegangan cukup
Laju pernafasan : 18 x/menit Suhu : 37,20C (axiler)
Kepala : mesosefal
Mata konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, reflek
cahaya (+/+)
Hidung epistaksis (-), discharge (-), napas cuping (-), septum deviasi (-)
Telinga darah(-), discharge (-), lesi (-)
Mulut bibir kering (-), sianosis (-)
Tenggorok T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : simetris, deviasi trakea (-), pembesaran limfonodi (-)
Dada
Pulmo, I : Saat statis, Hemithoraks dekstra = Sinistra
Saat dinamis : Tidak ada gerakan tertinggal
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : SD vesikuler +/+, ST (-)
Jantung, I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS, tidak kuat angkat, tidak melebar
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : BJ I-II reguler, gallop (-), bising (-)
Abdomen
I : datar, venektasi (-), darm contour (+), darm steifung (-)
Au : bising usus menurun, metalic sound (-)
Pe : hipertimpani
Leukosit : 21.600(4000-10.500)
Pa : supel, hepar/lien sulit dinilai, nyeri tekan (+) seluruh lapang perut, defance muscular (-)
Trombosit : 272.000 (150.000-300.000
Ekstremitas :
OT/PT : 26 mg/dL /29 mg/dL
5
UR/CR: 37/1.15
B20 : non reaktif
Internship 2016

6
TINJAUAN PUSTAKA
Internship 2016

a. Akut abdomen
Akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen sebagai penyakit yang
disebabkan oleh nyeri yang timbul akibat masalah bedah dan non bedah serta
terjadi secara tiba-tiba.1,2 Sindroma akut abdomen menghasilkan angka yang
cukup tinggi di ruang unit gawat darurat, presentasi pasien unit gawat darurat
sebesar 25% yang mengeluhkan nyeri abdomen.3
Akut abdomen merujuk pada gejala dan tanda dari adanya penyakit intra-
abdominal yang seringkali memerlukan diagnosis spesifik serta tindakan
pembedahan sesegera mungkin, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau
perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna. Infeksi, obstruksi atau
strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan
kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. 4
b. Ileus obstruktif
definisi
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan.
Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.5,6
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/ hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu.7
Etiologi
Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya disebabkan oleh tiga
mekanisme ; 1. blokade intralumen (obturasi), 2. intramural atau lesi intrinsik dari
dinding usus, dan 3. kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari
intestinal. Satu pertiga dari seluruh pasien yang mengalami ileus obstruktif,

7
ternyata dijumpai lebih dari satu faktor etiologi yang ditemukan saat dilakukan
Internship 2016
8
operasi.

Gambar 1,2. Penyebab ileus obstruktif 9


Penyebab terjadinya ileus obstruktif beragam jumlahnya berdasarkan
umur dan tempat terjadinya obstruksi. Adhesi post operatif merupakan

8
penyebab utama dari terjadinya obstruksi usus halus. Pada pasien yang tidak
Internship 2016
pernah dilakukan operasi laparotomi sebelumnya, adhesi karena inflamasi
dan berbagai hal yang berkaitan dengan kasus ginekologi harus dipikirkan.
Adhesi, hernia, dan malignansi merupakan 80 % penyebab dari kasus ileus
obstruktif. Pada anak-anak, hanya 10 % obstruksi yang disebabkan oleh
adhesi; intususepsi merupakan penyebab tersering dari ileus obstruktif yang
terjadi pada anak-anak. Volvulus dan intususepsi merupakan 30 % kasus
komplikasi dari kehamilan dan kelahiran. Kanker harus dipikirkan bila ileus
obstruktif ini terjadi pada orang tua. Metastasis dari genitourinaria, kolon,
pankreas, dan karsinoma gaster menyebabkan obstruksi lebih sering
daripada tumor primer di intestinal. Malignansi, divertikel, dan volvulus
merupakan penyebab tersering terjadinya obstruksi kolon, dengan karsinoma
kolorektal.8

Tabel 2.1. : Beberapa Penyebab Obstruksi Mekanik dari Intestinal8

Obturasi Intraluminal Lesi Ekstrinsik Lesi Intrinsik


Benda Asing Adhesi Kongenital
- Iatrogenik Benda Asing - Atresia, stenosis,
- Tertelan Hernia - Divertikulum
- Batu Empedu - Eksternal Meckel
- Cacing - Internal
Intususepsi Massa Inflamasi
Pengaruh Cairan - Anomali organ - Divertikulitis
- Barium atau pembuluh - Drug-induced
- Feses darah - Infeksi
- Meconium - Organomegali - Coliitis
- Akumulasi ulcerative
Cairan Neoplasma
- Neoplasma - Tumor Jinak
Post Operatif - Karsinoma
Volvulus - Karsinoid
- Limpoma
- Sarcoma
Trauma
- Intramural
Hematom

9
Patofisiologi Terjadinya Ileus Obstruktif
Internship 2016
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan
gas akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke
dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat.
Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan
penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek
lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam
rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.10
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,
distensi timbul tepat proksimal dan menyebabkann refleks muntah. Gerakan
peristaltik melawan obstruksi yang timbul dalam usaha mendorong isi usus
melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik (kram) dengan masa relatif tanpa
nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering, yang timbul setiap 3
sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas
peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan
gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya
obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan
atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum
merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila
terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung
kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari
kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.11,12
Ileus obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi
usus relatif sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium,
kehilangan asam lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi
menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar,
muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila ia timbul, biasanya kehilangan

10
isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan
Internship 2016
penurunan volume intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika
terapi tidak diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia,
penurunan curah jantung, hipotensi dan syok.13

MANIFESTASI KLINIS ILEUS OBSTRUKTIIF


Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston,
1995)
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).

Gejala ileus obstruktif

11
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada
Internship 2016
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan
obstipasi. Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala merupakan ciri
khas dari obstruksi parsial. Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala penyerta
yang berhubungan dengan hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi.
Nyerinya menyebar dan jarang terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada
bagian tengah abdomen. Saat peristaltik menjadi intermiten, nyeri kolik juga
menyertai. Saat nyeri menetap dan terus menerus kita harus mencurigai telah
terjadi strangulasi dan infark.14
Tanda-tanda obstruksi usus halus juga termasuk distensi abdomen yang akan
sangat terlihat pada obstruksi usus halus bagian distal ileum, atau distensi bisa tak
terjadi bila obstruksi terjadi di bagian proksimal usus halus, dan peningkatan
bising usus. Hasil laboratorium terlihat penurunan volume intravaskuler, adanya
hemokonsentrasi dan abnormalitas elektrolit. Mungkin didapatkan leukositosis
ringan.
Muntah terjadi setelah terjadi obstruksi lumen intestinal dan menjadi lebih
sering saat telah terjadi akumulasi cairan di lumen intestinal. Derajat muntah
linear dengan tingkat obstruksi, menjadi tanda yang lebih sering ditemukan pada
obstruksi letak tinggi. Obstruksi letak tinggi juga ditandai dengan bilios vomiting
dan letak rendah muntah lebih bersifat malodorus.8
Kegagalan untuk defekasi dan flatus merupakan tanda yang penting untuk
membedakan terjadinya obstruksi komplit atau parsial. Defekasi masih terjadi
pada obstruksi letak tinggi karena perjalan isi lumen di bawah daerah obstruksi.
Diare yang terus menerus dapat juga menjadi tanda adanya obstruksi partial.
Tanda-tanda pada pemeriksaan fisik dapat saja normal pada awalnya,
namun distensi akan segera terjadi, terutama pada obstruksi letak rendah. Tanda
awal yang muncul ialah penderita segera mengalami dehidrasi. Massa yang teraba

12
dapat di diagnosis banding dengan keganasan, abses, ataupun strangulasi.
Internship 2016
Auskultasi digunakan untuk membedakan pasien menjadi tiga kategori : loud,
high pitch dengan burst ataupun rushes yang merupakan tanda awal terjadinya
obstruksi mekanik. Saat bising usus tak terdengar dapat diartikan bahwa obstruksi
telah berlangsung lama, ileus paralitik atau terjadinya infark. Seiring waktu,
dehidrasi menjadi lebih berat dan tanda-tanda strangulasi mulai tampak.
Pemeriksaan lipat paha untuk mengetahui adanya hernia serta rectal toucher untuk
mengetahui adanya darah atau massa di rectum harus selalu dilakukan.
Tanda-tanda terjadinya strangulasi seperi nyeri terus menerus, demam,
takikardia, dan nyeri tekan bisa tak terdeteksi pada 10-15% pasien sehingga
menyebabkan diagnosis strangulasi menjadi sulit untuk ditegakkan. Pada
obstruksi karena strangulasi bisa terdapat takikardia, nyeri tekan lokal, demam,
leukositosis dan asidosis. Level serum dari amylase, lipase, lactate dehidrogenase,
fosfat, dan potassium mungkin meningkat. Penting dicatat bahwa parameter ini
tak dapat digunakan untuk membedakan antara obstruksi sederhana dan
strangulasi sebelum terjadinya iskemia irreversible.
Perbedaan gejala ileus obstruktif, paralitik, peritonitis dan perforasi

c. Diagnosis
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selalu harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus

13
dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang segera.
Internship 2016
Diagnosa ileus obstruktif diperoleh dari :
1. Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat
ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena
pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia.4 Pada ileus obstruktif
usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus
obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada
ileus obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif
usus besar onset muntah lama.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen
harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa
abdomen. Inspeksi pada penderita yang kurus/sedang juga dapat
ditemukan darm contour (gambaran kontur usus) maupun darm
steifung (gambaran gerakan usus), biasanya nampak jelas pada saat
penderita mendapat serangan kolik yang disertai mual dan muntah dan
juga pada ileus obstruksi yang berat. Penderita tampak gelisah dan
menggeliat sewaktu serangan kolik.

14
Internship 2016

Gambar 3 Gerakan Peristaltik Usus5

b. Palpasi dan perkusi


Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang
menandakan adanya obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya tanda
iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup defance
musculair involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa
yang abnormal.
c. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik
gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa
tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan
usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga
bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri
usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif
strangulata.
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah
pemeriksaan rectum dan pelvis. Pada pemeriksaan colok dubur akan
didapatkan tonus sfingter ani biasanya cukup namun ampula recti sering
ditemukan kolaps terutama apabila telah terjadi perforasi akibat
obstruksi. Mukosa rectum dapat ditemukan licin dan apabila penyebab

15
obstruksi merupakan massa atau tumor pada bagian anorectum maka
Internship 2016
akan teraba benjolan yang harus kita nilai ukuran, jumlah, permukaan,
konsistensi, serta jaraknya dari anus dan perkiraan diameter lumen yang
dapat dilewati oleh jari. Nyeri tekan dapat ditemukan pada lokal
maupun general misalnya pada keadaan peritonitis. Kita juga menilai
ada tidaknya feses di dalam kubah rektum. Pada ileus obstruktif usus
feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak dapat ditemukan pada
sarung tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan darah apabila
penyebab ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus.4
Diagnosis harus terfokus pada membedakan antara obtruksi
mekanik dengan ileus; menentukan etiologi dari obstruksi;
membedakan antara obstruksi parsial atau komplit dan membedakan
obstruksi sederhana dengan strangulasi. Hal penting yang harus
diketahui saat anamnesis adalah riwayat operasi abdomen (curiga akan
adanya adhesi) dan adanya kelainan abdomen lainnya (karsinoma
intraabdomen atau sindroma iritasi usus) yang dapat membantu kita
menentukan etiologi terjadinya obstruksi. Pemeriksaan yang teliti untuk
hernia harus dilakukan. Feses juga harus diperiksa untuk melihat
adanya darah atau tidak, kehadiran darah menuntun kita ke arah
strangulasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami
obstruksi intestinal terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea
Nitrogen, kreatinin dan serum amylase. Obstruksi intestinal yang
sederhana tidak akan menyebabkan perubahan pada hasil laboratorium jadi
pemeriksaan ini tak akan banyak membantu untuk diagnosis obsruksi
intestinal yang sederhana. Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal
dapat mendeteksi adanya hipokalemia, hipokhloremia dan azotemia pada
50% pasien.
4. Pemeriksaan Radiologi

16
a. Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau
Internship 2016
posisi dekubitus) dan posisi tegak thoraks
Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus
halus ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level pada posisi foto
abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas
foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai
70-80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat
ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4) Posisi supine dapat ditemukan :
a) distensi usus
b) step-ladder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang
berderet
6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi
udara dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari
dinding usus yang oedem.
7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.15
Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran
serupa dengan obstruksi usus halus. Temuan negatif palsu dapat ditemukan
pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di proksimal
usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak
ada udara. Dengan demikian menghalangi tampaknya air-fluid level atau
distensi usus. Keadaan selanjutnya berhubungan dengan obstruksi gelung
tertutup. Meskipun terdapat kekurangan tersebut, foto abdomen tetap
merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien dengan obstruksi usus
halus karena kegunaannya yang luas namun memakan biaya yang sedikit.
Gambaran Radiologi

17
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif
Internship 2016
dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
foto abdomen ini
antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal
junction) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)

2. Ileus obstruksi letak rendah :


- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada
tepi abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada
ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus
yangbmenyeluruh dari gaster sampai rectum.

Gambar 4. Dilatasi usus 16

18
Internship 2016

Gambar 5 Multipel air fluid level dan string of pearls sign 16

Gambar 6 Herring bone appearance 16

19
Internship 2016

Gambar 7 Coffee bean appearanc 17

Gambar 8 Step ladder sign 16

d. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari ileus obstruktif, yaitu16
1. Ileus paralitik

20
2. Appensicitis akut
Internship 2016
3. Kolesistitis, koleliathiasis, dan kolik bilier
4. Konstipasi
5. Dysmenorhoe, endometriosis dan torsio ovarium
6. Gastroenteritis akut dan inflammatory bowel disease
7. Pancreatitis akut

e. Penatalaksanaan
Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan
kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium yang membutuhkan penggantian
cairan intravena dengan cairan salin isotonic seperti Ringer Laktat. Urin
harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter. Setelah urin adekuat,
KCl harus ditambahkan pada cairan intravena bila diperlukan. Pemeriksaan
elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan leukosit, dilakukan untuk
menilai kekurangan cairan. Antibiotik spektrum luas diberikan untuk
profilaksis atas dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ostruksi
intestinal.
Dekompresi
Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain yang juga
penting untuk dilakukan ialah pemasangan nasogastric tube. Pemasangan
tube ini bertujuan untuk mengosongkan lambung, mengurangi resiko
terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan meminimalkan terjadinya
distensi abdomen. Pasien dengan obstruksi parsial dapat diterapi secara
konservatif dengan resusitasi dan dekompresi saja. Penyembuhan gejala
tanpa terapi operatif dilaporkan sebesar 60 85% pada obstruksi parsial.

Terapi Operatif

Secara umum, pasien dengan obstruksi intestinal komplit


membutuhkan terapi operatif. Pendekatan non operatif pada beberapa
pasien dengan obstruksi intestinal komplit telah diusulkan, dengan alasan

21
bahwa pemasangan tube intubasi yang lama tak akan menimbulkan masalah
Internship 2016
yang didukung oleh tidak adanya tanda-tanda demam, takikardia, nyeri
tekan atau leukositosis. Namun harus disadari bahwa terapi non operatif ini
dilakulkan dengan berbagai resikonya seperti resiko terjadinya strangulasi
pada daerah obstruksi dan penundaan terapi pada strangulasi hingga setelah
terjadinya injury akan menyebabkan intestinal menjadi ireversibel.
Penelitian retrospektif melaporkan bahwa penundaan operasi 12 24 jam
masih dalam batas aman namun meningkatkan resiko terjadinya strangulasi.

Pasien dengan obstruksi intestinal sekunder karena adanya adhesi


dapat diterapi dengan melepaskan adhesi tersebut. Penatalaksanaan secara
hati hati dalam pelepasan adhesi tresebut untuk mencegah terjadinya trauma
pada serosa dan untuk menghindari enterotomi yang tidak perlu. Hernia
incarcerata dapat dilakukan secara manual dari segmen hernia dan dilakukan
penutupan defek.

Penatalaksanaan pasien dengan obstruksi intestinal dan adanya


riwayat keganasan akan lebih rumit. Pada keadaan terminal dimana
metastase telah menyebar, terapi non-operatif, bila berhasil, merupakan jalan
yang terbaik; walaupun hanya sebagian kecil kasus obstruksi komplit dapat
berhasil di terapi dengan non-operatif. Pada kasus ini, by pass sederhana
dapat memberikan hasil yang lebih baik baik daripada by pass yang panjang
dengan operasi yang rumit yang mungkin membutuhkan reseksi usus.

Pada saat dilakukan eksplorasi, terkadang susah untuk menilai


viabilitas dari segmen usus setelah strangulasi dilepaskan. Bila viabilitas
usus masih meragukan, segmen tersebut harus dilepaskan dan ditempatkan
pada kondisi hangat, salin moistened sponge selama 15-20 menit dan
kemudian dilakukan penilaian kembali. Bila warna normalnya telah kembali
dan didapatkan adanya peristaltik, berarti segmen usus tersebut aman untuk
dikembalikan. Ke depannya dapat digunakan Doppler atau kontras
intraoperatif untuk menilai viabilitas usus.

22
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang
Internship 2016
dikerjakan pada obstruksi ileus.
1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena
keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula
dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan
anastomosis.17
f. Komplikasi
Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi gangguan
keseimbangan elektrolit dan cairan, serta iskemia dan perforasi usus yang
dapat menyebabkan peritonitis, sepsis, dan kematian.18
g. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda
ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif
yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Mortalitas
obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika
terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas

23
sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila diagnosis dan
Internship 2016
16
tindakan dilakukan dengan cepat.

24

Anda mungkin juga menyukai