Oleh :
Erlieza Rosdania, S. Ked
J510165052
J510165052
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pembimbing
Nama
(___________________)
(___________________)
Penguji
Nama
(__________________)
BAB I
PENDAHULUAN
Gastritis
adalah
proses
inflamasi
pada
lapisan
mukosa
dan
yaitu
yang
merupakan
mediator
inflamasi
dan
BAB II
ANALISIS KASUS
A.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. T
Usia
: 63 tahun
Jenis Kelamin
Pekerjaan
: Laki-Laki
: Swasta/Buruh
Alamat
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Anamnesis
Keluhan Utama : BAB berwarna hitam
C.
dikedua lutut.
D.
: disangkal
E.
F.
G.
Riwayat operasi
Riwayat hipertensi
Riwayat DM
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
Riwayat Pribadi
Riwayat Merokok
: diakui
Riwayat konsumsi obat : pasien sering mengkonsumsi oabt
Anamnesis Sistem
System cerebrospinal
(-)
System respirasi
ronkhi (-)
System urinarius
System gastrointestinal
System musculoskeletal
H.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Vital sign
88x/menit; S:36C.
Kepala
: Bentuk normocephal, rambut rontok (-)
Mata
: simetris, conjungtiva anemis (+/+), sklera
(-)
Ekstremitas
Leher
tidak meningkat.
Thorax:
o Cor:
- Inspeksi
: iktus cordis tampak
- Palpasi
: iktus cordis kuat angkat
- Perkusi
: batas atas jantung
SIC
III
linea
midklavicularis sinistra.
Auskultasi : suara jantung S1-S2 reguler, cepat, suara
tambahan (-)
o Pulmo:
- Inspeksi
: simetris, tidak terdapat ketinggalan gerak (-/-)
- Palpasi
: tidak terdapat ketinggalan gerak, fremitus
normal.
- Perkusi
: sonor.
- Auskultasi : SDV (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen:
- Inspeksi
: cekung, bekas luka (-) sikatrik (-)
- Auskultasi : hiperperistaltik (-), bising usus (+)
- Palpasi
: supel, nyeri tekan (+), hepatomegali (-),
-
splenomegali (-)
Perkusi
: tympani (+)
I.
Pemeriksaan Penunjang
a. EGD
1. Tanggal 8 agustus 2016
Hasil :
-
Esophagus :
Mukosa diameter lumen dan tonus spincter esofaus
bawah dalam batas normal
Gaster :
Mukosa
antrum
tampak
hiperemis
dengan
erosi
Duodenum :
Mukosa dan lumen dalam batas normal.
Kesimpulan :
Ulkus gaster (antrum) kelas III
(Forrest) dengan terapi Hemoclip
Gastritisa Erosif (Antrum)
Saran :
Medikamentosa
2. Tanggal 31 agustus 2016
Hasil :
-
Esophagus :
Mukosa dan lumen baik
Gaster :
Tampak healing ulkus (riwayat pemasangan hemoclip,
8 agustus 2016)
Hiperemis daerah antrum
Gambaran skin snake
Fundus mukosa baik
6
Duodenum :
Mukosa dan lumen baik
Kesimpulan :
Healing ulcus antrum
Gastropati hipertensi portal
Saran :
Medikamentosa adekuat
b. Laboratorium
Tanggal 29 agustus 2016
Pemeriksaan
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Limfosit
Ureum
Creatinin
Hemoglobin
HBs Ag
HIV
Hasil
H 12,6
L 2,91
L 25,8
L 13,1
H 43,9
H 2,99
L 8,4
(-)
(-)
Satuan
10^3/ uL
10^6/ uL
%
%
mg/dL
mg/dL
g/dL
Nilai Nornal
3,8- 10,6
4,40- 5,9
40 52
25-40
0-31
0,60 - 1,10
13,2-17,3
Negatif
Negatif
Satuan
10^3/ uL
10^6/ uL
%
g/dL
detik
Nilai Nornal
3,8- 10,6
4,40- 5,9
40 52
13,2-17,3
26,4 37,5
Satuan
10^3/ uL
10^6/ uL
%
Nilai Nornal
3,8- 10,6
4,40- 5,9
40 52
Hasil
H 13,4
L 2,98
L 25,9
L 8,5
H 38,5
Hasil
H 11,1
L 3,35
L 22,6
7
Hemoglobin
J.
L 9,7
g/dL
13,2-17,3
Diagnosis
Gastritis Erosif
Anemia
K.
Follow Up:
29/8/2016
S:
obat (+), nyeri perut (+), mual (-), muntah (-) dan nyeri sendi (+)
O:
A:
P:
H 12,6
L 2,91
L 25,8
L 13,1
H 43,9
H 2,99
L 8,4
30/7/2016
S:
H 13,4
L 2,98
L 25,9
8
Hemoglobin
APTT
L 8,5
H 38,5
A:
P:
A:
P:
H 11,1
L 3,35
L 22,6
L 9,7
01/9/2016
S:
nyeri kedua lutut (+), pasien mual (-), nyeri perut (-)
belum BAB 4 hari, lutut udem (+), kemerahan (+)
O:
A:
P:
02/9/2016
S:
nyeri kedua lutut (+), pasien mual (-), nyeri perut (-)
belum BAB 4 hari, lutut udem (+), kemerahan (+) ,
badan kadang panas dan menggigil.
O:
A:
Gastritis
erosif
anemia
demam
typoid
hipeurisemia
P:
Konsul saraf
03/8/2016
S:
O:
A:
hipeurisemia
P:
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
B. Epidemiologi
Di negara barat insidensi perdarahan akut SCBA mencapai
100 per 100.000 penduduk/tahun, laki-laki lebih banyak dari
wanita.Insidensi ini meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Di Indonesia kejadian yang sebenarnya di populasi tidak diketahui.
Dari catatan medik pasien-pasien yang dirawat di bagian penyakit
dalam RS Hasan Sadikin Bandung pada tahun 1996-1998,pasien
yang dirawat karena perdarahan SCBA sebesar 2,5% - 3,5% dari
seluruh pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam.
Berbeda dengan di negera barat dimana perdarahan karena
tukak peptic menempati urutan terbanyak maka di Indonesia
perdarahan karena ruptura varises gastroesofagei merupakan
penyebab
tersering
yaitu
sekitar
50-60%,
gastritis
erosiva
C. Faktor Risiko
a. Lanjut usia
Lanjut usia meningkatkan resiko gastritis disebabkan karena
dinding mukosa lambung semakin menipis akibat usia tua dan pada
usia tua lebih mudah untuk terinfeksi helicobacter pyllori atau
penyakit autoimun daripada usia muda (Corwin, 2009).
Diperkirakan
lebih
dari
85%
dewasa
tua
mempunyai
gastritis
lebih
banyak
terjadi pada
perempuan
ulkus serta
darah
termasuk
pada
saluran
pencernaan
sehingga
dan
pada
piroxicam
lambung
dapat
dengan
menyebabkan
cara
mengurangi
obat
obat
tersebut
hanya
sesekali
maka
selama
lebih
dari
bulan.
Penelitian
tersebut
secara
berlebihan
Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan mengikis mukosa
pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih
rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal
sehingga dapat menyebabkan perdarahan (Sudoyo dkk, 2006)
E. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila
terdapat ketidakseimbangan faktor ofensif (penyerang) dan faktor
defensive
(pertahanan)
pada
mukosa
gastroduodenal,
yakni
terpenting
lapis
pertahanan
ini
ialah
mikrosirkulasi
bermacam-macam,
tergantung
kepada
jenis
(melena)-
yang
Muntah
sebagian
darah
sudah
(hematemesis)
dicerna,
yang
atau
menyerupai
endapan kopi.
Pemeriksaan fisik penderita perdarahan saluran makan bagian
atas yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum, kesadaran, nadi,
tekanan darah, tanda-tanda anemia dan gejala-gejala hipovolemik
agar dengan segera diketahui keadaan yang lebih serius seperti
adanya rejatan atau kegagalan fungsi hati. Disamping itu dicari tandatanda hipertensi portal dan sirosis hepatis, seperti spider naevi,
ginekomasti, eritema palmaris, caput medusae, adanya kolateral,
asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai untuk menyingkirkan
diagnosis banding lain.
Pemeriksaan fisik abdomen yang biasa ditemukan adalah nyeri
epigastrium dan pada pemeriksaan rectal touch dapat ditemukan
BAB yang berwarnahitam (Mubin AH, 2006).
Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat bermanifestasi
sebagai hematemesis, melena atau keduanya.
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan adalah :
1). Sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah
yang keluar
2). Riwayat perdarahan sebelumnya
3). Riwayat perdarahan dalam keluarga
4). Ada tidaknya perdarahan di bagian tubuh lain
5). Riwayat penggunaan obat-obatan NSAIDs dan anti koagulan
6). Kebiasaan minum alkohol
17
Status
hemodinamik
saat
masuk
ditentukan
dan
keperluan
klinik,
maka
harus
dibedakan
apakah
Perdarahan SCBB
klinik
Hematemesis
dan/melena
Hematokesia
Jernih
Rasio
(BUN/Kreatinin)
< 35
Meningkat > 35
menegakkan
diagnosa
gastritis,
dilakukan
dengan
tetapi
harus
menunggu
sampai
efek
dari
anestesi
ini
sebagian
besar
kasus
diagnosis
penyebab
asal
perdarahan,
juga
19
untuk
menentukan
aktivitas
perdarahan.
Forest
membuat
klasifikasi
perdarahan
tukak
Kriteri Endoskopis
Perdarahan merembes
Forest
1c
berhenti dan
masih
terdapat
tukak
sisa-sisa
perdarahan
Forest
1d
perdarahanLesi
berhenti tanpa
tanpa
tanda
sisa
perdarahan
sisa-sisa perdarahan
H. Terapi
Tujuan terapi adalah (Sastroasmoro S, dkk., 2007):
1. Menghilangkan keluhan/symptom
2. Menyembuhkan/memperbaiki kerusakan lambung
3. Mencegah kekambuhan
4. Mencegah Komplikasi
20
a. Penyebab OAINS
1. Jika mungkin
menghentikan
pemakaian
OAINS,
walaupun
1. Injeksi Kalnex
Digunakan untuk menghentikan perdarahan pada gastritis
erosif.
Diberikan 50 mg injeksi. Sehari 1-2 ampul (5-10 mL)
disuntikkan secara intravenous atau intramuskular, dibagi
dalam 1-2 dosis. Pada waktu atau setelah operasi, bila
diperlukan dapat diberikan intravenous sebanyak 2-10 ampul
(10-50 mL) dengan cara infus.
2. Injeksi Vitamin K
Membantu menyembuhkan luka. Inflamasi, infeksi, dan sebagai
hemostatik. Dapat diberikan oral ataupun intravena. Sediaan
tablet 10 mg (4xsehari) atau injeksi 10 mg (4 x sehari).
I. Komplikasi
Menurut sudoyo dkk, (2006)
Perdarahan kronik
Anemia
Kolik abdomen nyeri hebat
Dehidrasi yang disebabkn karena muntah
kurang.
J. Prognosais
Gastritis erosif akan memberikan prognosis yang baik apabila
menyebab dyang mendasari timbulnya gastritis di obati, dan
kebanyakan
penderita
sembuh
dengnterapi
infeksi
H.
Pylori,
22
BAB IV
KESIMPULAN
Gastritis
erosif
atau
ulserasi
duodenum
adalah
kondisi
dapat
terjadi
secara
akut
atau kronis.
tterdapat
(indigesti)
diperutsebelah
ghastritis
b e r w a rn a
gastritis
dan
mengalami
rasa
atas. Pe r d a r a h a n
dapat
hitam
memunculkan
(melena)
gangguan
tidak
pada
nyaman
penderita
manifestasi
tinja
Muntah
darah
(hematemesis)
atau
perdarahan
Menghilangkan
menyembuhkan/memperbaiki
kerusakan
23
keluhan/symptom,
lambung,
mencegah
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P., 2006., Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV., Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia., Jakarta., hal.289-292.
Ali, T., and Herty, R.F . 2009. Stress Induced Ulcer Bleding in
Critically III Patient. Gastroenterol clin N Am 245-265
Corwin. 2009., Buku Saku Patofuisiologi. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
2007.
Departemen
Kesehatan.
Direktorat
Jenderal
Bina
Kefarmasian. 2007.
Harison. 2000. Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume IV.
EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Hirlan, 2007., Gastritis dalam Bukun Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi 4, Internal publishing. Jakarta.
IDI, gastritis erosiva dalam (http://www.idionline.org) diakses pada
2 Agustus 2016.
Mansjoer, A dkk., 2001., Hematemesis Melena dalam Kapita
Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid I., Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Media Aesculapius hal.634-636
Mubin, AH., 2006., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2 :
Diagnosis dan Terapi, EGC : Jakarta
24
dkk.,
2007.,
Panduan
Pelayanan
Medis
25