Anda di halaman 1dari 9

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Definisi
Pertumbuhan Janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10 % dari berat yang harus
dicapai pada usia kehamilan tertentu. taksiran berat janin (TBJ) atau lingkar perut janin pada
pemeriksaan USG yang kurang dari persentil 10.

Penyebab
Penyebab PJT di antaranya ialah sebagai berikut.
Faktor Ibu
• Berat badan sebelum hamil dan status nutrisi yang kurang
• Berat badan yang kurang selama kehamilan
• Nutrisi yang kurang
• Pengguna obat-obatan dan alkoholik.
• Merokok
• Penyakit Paru
• Penyakit Jantung
• Penyakit Ginjal
• Diabetes Mellitus
• Anemia
• Infeksi: rubela, sifilis, CMV
• Asma
• Hipertensi
• Penyakit Autoimun : SLE, Sindrom Antifosfolipid

Faktor Uterus dan Plasenta


• Preeclampsia
• Kehamilan Multiple (Gemeli)
• Malformasi Uterus aktor Janin
Faktor janin
• Abnormal kromosom
• Infeksi Intaruteri

Pada kehamilan 16 - 20 minggu sebaiknya dapat ditentukan apakah ada kelainan/ cacat janin.
Apabila ada indikasi sebaiknya ditentukan adanya kelainan genetik.

Patologi
Pada kelainan sirkulasi ureroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang abnormal,
pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik menjadi ab-normal. Janin
menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester akhir sehingga timbul PJT yang asimetrik
yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah
mungkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler be-rupa kelainan nukleus dan mitokondria.
Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi sangat banyak dan
antioksidan yang relacif kurang (misalnya: preeklampsia) akan menjadi lebih parah.
Soothill dan kawan-kawan (1987) telah melakukan pemeriksaan gas darah pada PJT yang parah
dan menemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia, dan eritroblastosis.
Kematian pada jenis asimetrik lebih parah jika dibandingkan dengan simetrik.
Penyebab PIT simetrik ialah faktor janin atau lingkungan uterus yang kronik (diabetes,
hipertensi). Faktor janin ialah kelainan genetik (aneuplodi), umumnya trisomi 21, 13, dan 18.
Secara keseluruhan PJT ternyata hanya 20 % saja yang asimetrik pada penelitian terhadap 8.722
di Amerika".
Klasifikasi
Pertumbuhan janin terhambat dapat diklasifikasikan menjadi simetris dan asimetris.
PJT simetris adalah janin yang secara proporsional berukuran badan kecil. Gangguan
pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu yang sering disebabkan oleh
kelainan kromosom atau infeksi.
PJT asimetris adalah janin yang berukuran badan tidak proporsional, gangguan pertumbuhan
janin terjadi pada kehamilan trimester III, sering disebabkan oleh isufisiensi plasenta.
Diagnosis
Screening PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini :
1. Gerak janin berkurang
2. TFU < 3 cm TFU normal sesuai usia kehamilan
3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau < 8 kg pada usia
kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
4. Taksiran berat janin < 10 persentil
5. HC/AC > 1
6. Volume cairan ketuban berkurang (ICA < 5 cm atau cairan amnion kantung tunggal terdalam <
2 cm)
Secara klinik awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal setelah 28 minggu.
Namun, secara ultrasonografi mungkin sudah dapat diduga lebih awal dengan adanya biometri
dan caksiran berat janin yang tidak sesuai dengan usia gestasi. Secara klinik pemeriksaan tinggi
fundus umumnya dalam sentimeter akan sesuai dengan usia kehamilan. Bila lebih rendah dari 3
cm, patut dicurigai adanya PJT, meskipun sen-sitivitasnya hanya 40 %12, Smich dan kawan-
kawan|S melakukan observasi pada 4.229 kasus dan menemukan bahwa pertumbuhan yang
suboptimal sejak trimester pertama berkaitan dengan kelahiran preterm dan kejadian PT.
Sebaiknya kepastian PJT dapat dibuat apabila terdapat data USG sebelum 20 minggu sehingga
pada kehamilan 32 - 34 minggu dapat ditentukan secara lebih tepat.
Biometri yang menetap terutama pengawasan lingkar abdomen yang tidak bertam-bah
merupakan petanda awal PJT; terlebih diameter biparietal yang juga tidak bertam-bah setelah
lebih dari 2 minggu.
Pemeriksaan secara Doppler arus darah: a. umbilikal, a. uterina dan a. spiralis mungkin dapat
mencurigai secara awal adanya arus darah yang abnormal atau PJT.
Berikut ini gejala kelainan arus darah.

arus darah a.umbilikal abnormal di mana diastolik mengalami arus terbalik menandakan
resistensi vaskular yang tinggi pada plasenta dan membahayakan janin
Cairan amnion merupakan petanda kesejahteraan janin. Jumlah cairan amnion yang normal
merupakan indikasi fungi sirkulasi janin relatif baik. Bila terdapat oligohidram-nion, patut
dicurigai perburukan fungsi janin.
Patut difahami, sekalipun tidak ditemukan kelainan mayor pada USG, ternyata ma-sih mungkin
ditemukan kelainan bawaan sebanyak 20 %"*,
Manajemen

Setelah ditetapkan tidak ada kelainan janin, perlu dipertimbangkan bila janin akan di-lahirkan.
Bagi situasi di Indonesia, saat yang tepat ialah bergantung pada arus darah arteri umbitikal dan
usia gestasi. Arteri umbilikal yang tidak memiliki arus diastolik (absent diastolic flow) bahkan
adanya arus terbalik (reverse flow) akan mempunyai prognosis buruk berupa kematian janin
dalam < 1 minggu. Usia optimal untuk melahirkan bayi ialah 33 - 34 minggu dengan
pertimbangan sudah dilakukan pematangan paru. Pemeriksaan kardiotokografi akan membantu
diagnosis adanya hipoksia janin lanjut berupa deselerasi lambat denyut jantung. Skor fungsi
dinamik janin pla-senta yaitu upaya mengukur peran PJI pada profil biofisik akan membantu
menen-tukan saatnya melakukan terminasi kehamilan

Penggunaan stimulasi akustik penting meningkatkan sensitivitas, mengingat terdapat positif


palsu pada janin yang tidur. Dengan stimulasi, janin terpaksa dibangunkan se-hingga terhindar
dari gambaran non reaktif. Skor maksimum ialah 10 di mana diang-gap janin masih baik.
Dengan demikian, bila hasil penilaian ditemukan < 6, maka dapat dicurigai adanya asidosis
(sensitivitas 80 %, spesifisitas 89 %), sehingga sebaiknya dipi-lih melahirkan dengan seksio
sesarea. Sebaliknya bila ditemukan nilai yang 2 6 maka perlu dipertimbangkan melahirkan bayi
dengan induksi. Akibat oligohidramnion, mung-kin terjadi kompresi tali pusat atau sudah terjadi
insufisiensi plasenta (deselerasi lambat) sehingga dapat membahayakan janin yang mengalami
asidosis. Dalam hal itu sebaiknya dipertimbangkan seksio sesarea. Pemeriksaan gas darah tali
pusat sangat dianjurkan un-tuk membantu manajemen pascakelahiran.
Pengobatan dengan kalsium bloker, betamimetik, dan hormon ternyata tidak mem-punyai dasar
dan bukti yang bermakna.
Penatalaksanaan pada Kehamilan <32 minggu
Usia kehamilan merupakan hal penting pertama yang harus diperhatikan terutama pada PJT<32
minggu, karena terkait masalah etiologi dan fungsi plasenta. Setelah melakukan klasifikasi
berdasarkan etiologi, maka harus ditentukan tipe PJT apakah termasuk tipe simetris atau
asimetris. Kemudian dilakukan penatalaksanaan terhadap semua kondisi maternal seperti
mengurangi stress, meningkatkan asupan nutrisi, mengurangi rokok dan/atau narkotika, dan
anjurkan istirahat tidur miring. Setelah digali berdasarkan anamnesis, maka dilakukan
pemeriksaan US untuk evaluasi pertumbuhan dan Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap 3
minggu sampai usia kehamilan 36 minggu atau sampai timbul keadaan oligohidramnion dan
dilakukan pemeriksaan profil biofisik setiap minggu termasuk NST, dilkuti dengan NST saja
pada minggu yang sama."
Jika ditemukan keadaan seperti ICA < 2,5 persentil dengan Doppler velocimetry arter umbilikalis
normal dan Doppler velocimetry arteri umbilikalis hilang (AEDF) atau terbalik (REDF), maka
pasien memerlukan pemantauan ketat di rumah sakit. Jika pada pasien ditemukan keadaan
seperti Anhydramnion (tidak ada poket) pada usia kehamilan 30 minggu atau lebih, adanya
deselerasi berulang, selama 2 minggu tidak ada pertumbuhan janin dan paru janin sudah matang,
dan pada pemeriksaan Doppler velocimtery adanya AEDF atau REDF, maka sudah terpenuhi
syarat untuk dilakukan terminasi kehamilan segera. Secara garis besar, perawatan konservatif
pada kehamilan <32 minggu, sangatlah kontroversial karena diragukan manfaatnya, sehingga
sebagian besar kasus berakhir dengan terminasi kehamilan."

Penatalaksanaan usia kehamilan > 32 minggu


Seperti halnya PJT <32 minggu, pemantauan PJT yang ditemukan pada usia kehamilan 2: 32
minggu seharusya berdasarkan berdasarkan etiologi, maka harus ditentukan tipe PJ apakah
termasuk tipe simetris atau asimetris. Kemudian terapi semua keadaan matemal seperti
mengurangi stress, meningkatkan asupan nutrisi, mengurangi rokok dan/atau narkotika, dan
anjurkan istirahat tidur miring. Setelah digali berdasarkan anamnesis, maka dilakukan
pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap
3 minggu pemeriksaan profil biofisik setiap minggu termasuk NST, diikuti dengan NST saja
pada minggu yang sama. Jika ditemukan keadaan sepérti ICA S 5 cm atau profil biofisik yang
equivokal (6/10) pasien memerlukan perawatan di rumah sakit untuk dilakukan observasi ketat.
Jika pada pasien ditemukan keadaan seperti oligohidramnion (ICA < 5 cm), umur kehamilan 36
minggu atau lebih, Oligohidramnion pada usia kehamilan < 36 minggu dikombinasi dengan
Doppler velocimetry arteri umbilikalis, adanya abnormalitas Doppler velocimetry a. umbilikalis
seperti: Doppler velocimetry a. umbilikalis REDF setelah 32 minggu, Doppler velocimetry a.
umbilikalis AEDF setelah 34 minggu, jika AEDF pada S 34 minggu, maka penilaian profil
biofisik dilakukan dua kali seminggu,. AEDF dan NST abnormal dan AEDF dan
oligohidramnion, merupakan beberapa indikasi dilakukannya terminasi segera.
Pemeriksaan profil biofisik dikatakan abnormal apabila kurang atau sama dengan 4/10, dan jika
profil biofisik equivokal (6/10), pasien dapat diobservasi dan pemeriksaan diulangi 4-6 jam, jika
hasilnya mash equivokal maka kehamilan segera diterminasi. Secara garis besar, pada usia
kehamilan 32-36 minggu perawatan konservatif masih dapat dipertimbangkan.
Terminasi kehamilan bisa dilakukan dengan induksi persalinan maupun Seksio sesarea,
tergantung kondisi feto-maternal, namun umumnya kondisi gawat janin akan mengarahkan pada
persalinan perabdominal. Kondisi PJT berat akan lebih baik bila berada di luar lingkungan
intrauterin yang tidak bisa dikoreksi, meski prognosisnya turut ditentukan oleh maturitas/kondisi
akhir janin dan etiologi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai