Anda di halaman 1dari 33

Preeklampsia dan Pertumbuhan

Janin Terhambat
Ratna Nancy
Smf Obsteri dan Ginekologi RSUD Nunukan
Preeklampsia

 Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada


kehamilan yang ditandai dengan adanya disfungsi
plasenta dan respon maternal terhadap adanya
inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan
koagulasi.
 Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan
adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan
disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada
usia kehamilan diatas 20 minggu.
Preeklampsia

 Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab


utama morbiditas dan mortalitas maternal, fetal dan
neonatal
 Risiko termasuk solusio plasenta, stroke, multiple
organ failure dan DIC
 Janin berisiko tinggi mengalami PJT (25% kasus PE)
prematuritas (27% kasus PE )dan KJDR (4% kasus PE)
 Konsensus (ASSHP) dan(RCOG) menetapkan
Proteinuria ditegakkan jika didapatkan secara
kuantitatif produksi protein urin lebih dari 300 mg per
24 jam, namun jika hal ini tidak dapat dilakukan,
pemeriksaan dapat digantikan dengan pemeriksaan
semikuantitatif menggunakan dipstik urin > 1+
Klasifikasi

 Pre Existing hypertension


 Hipertensi Gestasional
 Pre-eclampsia
 Pre-existing hypertension plus superimposed
gestational hypertension with proteinuria
 Antenatally unclassifiable hypertension:
Klasifikasi

 Pre Existing hypertension


 Hipertensi yang sdh ada sebelum kehamilan atau
berkembang sebelum usia 20 minggu, atau biasanya
yang menetap lebih dari 42 hari post partum dan
mungkin berhubungan dengan proteinuri
Klasifikasi

 Hipertensi Gestasional
 Berkembang setelah setelah 20 minggu kehamilan
dan biasanya sembuh dalam 42 hari post partum
Klasifikasi

 Preeklampsia
HG dengan proteinuri yang signifikan (>0.3 g/24 jam)
terjadi sering pada kehamilan pertama, mola hidatidosa,
AFS,hipertensi, penyakit ginjal, atau DM.
Proteiuri merupakan manifestasi lanjut dari preeklampsia
Dicurigai apabila disertai nyeri kepala, gangguan
penglihatn, nyeri perut atau tes laboratorium tidak
normal, khususnya trombositopenia dan atau fungsi hari
yg tidak normal
Klasifikasi

 Antenatally unclassifiable hypertension


Digunakan ketika BP pertama kali tercatat setelah 20
minggu kehamilan dan hipertensi didiagnosis, penilaian
ulang diperlukan setelah 42 hari post partum
Pencegahan

 Berbagai Randomized Controlled Trial (RCT) menyelidiki efek


penggunaan aspirin dosis rendah (60-80 mg) dalam mencegah
terjadinya preeklampsia (12 sampai 36 minggu)
 Penggunaan aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer
berhubungan dengan penurunan risiko preeklampsia,
persalinan preterm, kematian janin atau neonatus dan bayi
kecil masa kehamilan, sedangkan untuk pencegahan sekunder
berhubungan dengan penurunan risiko preeklampsia,
persalinan preterm < 37 minggu dan berat badan lahir < 2500 g
rendah (Level evidence I, Rekomendasi A)
Pencegahan

 Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari direkomendasikan


terutama pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah
(Level evidence I, Rekomendasi A)
Terapi anti hipertensi

 Calsium channel bloker


Nifedipine
 Dapat memberikan efek samping maternal, diantaranya
takikardia, palpitasi, sakit kepala, flushing, dan edema tungkai
akibat efek lokal mikrovaskular serta retensi cairan.
 Regimen yang direkomendasikan adalah 10 mg kapsul oral,
diulang tiap 15 – 30 menit, dengan dosis maksimum 30 mg
 Kombinasi nifedipin dan magnesium sulfat menyebabkan
hambatan neuromuskular atau hipotensi berat, hingga
kematian maternal.
Terapi anti hipertensi

 Nicardipine
 Bekerja lebih selektif pada pembuluh darah di miokardium,
dengan efek samping takikardia yang lebih rendah. Laporan
yang ada menunjukkan nikardipin memperbaiki aktivitas
ventrikel kiri dan lebih jarang menyebabkan iskemia jantung.
 Dosis awal nikardipin yang dianjurkan melalui infus yaitu 5
mg/jam, dan dapat dititrasi 2.5 mg/jam tiap 5 menit hingga
maksimum 10 mg/jam atau hingga penurunan tekanan
arterial rata –rata sebesar 25% tercapai. Kemudian dosis
dapat dikurangi dan disesuaikan sesuai dengan respon.
Terapi anti hipertensi

 Betabloker
 Atenolol merupakan beta-blocker kardioselektif (bekerja
pada reseptor P1 dibandingkan P2). Atenolol dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, terutama
pada digunakan untuk jangka waktu yang lama selama
kehamilan atau diberikan pada trimester pertama,
sehingga penggunaannya dibatasi pada keadaan
pemberian anti hipertensi lainnya tidak efektif.
Terapi anti hipertensi

 Metildopa
 Agonis reseptor alfa yang bekerja di SSP, adalah obat antihipertensi
yang paling sering digunakan untuk wanita hamil dengan hipertensi
kronis., metildopa mempunyai safety margin yang luas (paling aman).
 memiliki sedikit efek perifer yang akan menurunkan tonus simpatis
dan tekanan darah arteri. Frekuensi nadi, cardiac output, dan aliran
darah ginjal relatif tidak terpengaruh.
 biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2 atau 3 kali sehari,
dengan dosis maksimum 3 g per hari.
 Efek obat maksimal dicapai 4-6 jam setelah obat masuk dan menetap
selama 10-12 jam sebelum diekskresikan lewat ginjal.
Terapi Preeklampsia

 MgSo4
 Loading dose : 4 mg Mgso4 40 % dalam 100cc NaCl :
habis dala 30 menit ( 73 tpm)
 Maintenance : 6 gram MgSO4 40 % dalam 500 cc RL
selama 6 jam (28 tpm)
 Awasi : Volume urine, frekuensi napas dan refleks
patella setiap jam
 Bila ada kejang ulangan : berikan 2 gram MgSO4 40%
IV
Prognosis

 Wanita dengan riwayat preeklampsia memiliki risiko


penyakit kardiovaskular, 4x peningkatan risiko
hipertensi dan 2x risiko penyakit jantung iskemik,
stroke dan DVT di masa yang akan datang.
 Risiko kematian pada wanita dengan riwayat
preeklampsia lebih tinggi, termasuk yang disebabkan
oleh penyakit serebrovaskular
Kenaikan BB Bumil

18.5 – 24.9
• 11.3 – 15,9 kg

25 – 29,9
• 6.8 – 11,3 kg

< 18.5
• 12,7 – 18 kg

> 30
• 5 – 9 Kg
Pertumbuhan Janin Terhambat

 Pertumbuhan janin terhambat (PJT) tidaklah sama


dengan janin KMK. Beberapa PJT adalah janin KMK,
sementara 50-70% janin KMK adalah janin
konstitusional kecil dengan pertumbuhan janin yang
sesuai dengan ukuran dan etnis ibu
 Angka mortalitas PJT meningkat 3-8 kali dibandingkan
dengan bayi dengan berat lahir normal.
Definisi

 Pertumbuhan janin terhambat menunjukkan


terhambatnya potensi pertumbuhan secara genetik
yang patologis, sehingga didapatkan adanya bukti-
bukti gangguan pada janin seperti gambaran Doppler
yang abnormal, dan berkurangnya volume cairan
ketuban.
 PJT adalah ketidak mampuan janin mempertahankan
pertumbuhan yang diharapkan sesuai dengan kurva
pertumbuhan yang telah terstandarisasi dengan atau
tanpa adanya KMK.
Tipe PJT

 Tipe I (simetris)
 Janin yang secara proporsional berukuran badan kecil.
Gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur
kehamilan 20 minggu yang sering disebabkan oleh
kelainan kromosom atau infeksi.
 Tipe II (asimetris)
 Janin yang berukuran badan tidak proporsional,
gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan
trimester III, sering disebabkan oleh insufisiensi plasenta.
Faktor Risiko PJT
 Sosio ekonomi rendah
 BB sebelum dan selama hamil rendah
 Diabetes melitus yang tidak terkontrol.
 Tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Preeklamsia.
 Penyakit jantung.
 Penyakit ginjal.
 Penyakit paru-paru.
 Anemia.
 Infeksi, seperti rubella, cytomegalovirus, toxoplasmosis, dan sifilis.
 Malnutrisi selama kehamilan.
 Merokok, kecanduan alkohol, atau mengunakan narkoba
 Di RS Dr. Soetomo Surabaya penyebab PJT adalah
preeklamsia/ Eklamsi 79%, dan 17%, 3,4% dari kehamilan
dengan KMK di empat pusat fetomaternal menderita
cacat bawaan.
Penapisan dan Diagnosis

 Pada populasi umum penapisan PJT dilakukan dengan


cara mengukur tinggi fundus uteri (TFU), yang
dilakukan secara rutin pada waktu pemeriksaan
antenatal/ antenatal care (ANC) sejak umur kehamilan
20 minggu sampai aterm.
Penapisan dan Diagnosis

 USG Serial
 Trimester 1 , konfirmasi haid pertama yang terakhir
(HPHT)
 Trimester 2 (18-20 minggu), untuk mencari kelainan
bawaan dan kehamilan kembar.
 Trimester III (28-32 minggu ), untuk mendeteksi
gangguan pertumbuhan dan fenomena brain sparing
effect (oligohidramnion dan pemeriksaan Doppler
velocimetry yang abnormal).
Penapisan dan Diagnosis

 Diagnosis PJT ditegakkan berdasarkan taksiran berat janin


atau lingkar perut/abdominal circumference (AC) yang
sama atau kurang dari 10 persentil dari pemeriksaan USG
yang diakibatkan oleh proses patologis sehingga tidak
dapat mencapai potensi pertumbuhan secara biologis.
PENAPISAN PJT

 1. Gerak janin berkurang


 2. TFU < 3 cm TFU normal sesuai usia kehamilan
 3. Pertambahan berat badan < 5 kg pada usia
kehamilan 24 minggu atau < 8 kg pada usia kehamilan
32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
 4. Taksiran berat janin < 10 persentil
 5. HC/AC > 1
 6. Volume cairan ketuban berkurang (ICA < 5 cm atau
cairan amnion kantung tunggal terdalam < 2 cm
DIAGNOSIS

 Palpasi abdomen : Akurasinya terbatas namun dapat


mendeteksi janin KMK sebesar 30%
 Mengukur tinggi fundus uteri (TFU); akurasinya
terbatas untuk mendeteksi janin KMK, sensitivitas 56-
86%, spesifisitas 80-93%.
 Taksiran berat janin (TBJ) dan abdominal
circumference (AC)
 Mengukur indeks cairan amnion (ICA), Doppler,
kardiotokografi (KTG) dan profil biofisik.
Pemantauan fungsional Janin

 Non Stress Tes (NST / CTG)


 ICA (indeks cairan amnion)
 Penilaian kesejahteraan janin ( profil biofisik )
 Doppler Velocimetry ( arteri umbilicalis, arteri cerebri
media, cerebroplacental ratio, vena umbilikalis,
ductus venosus)
Tatalaksana persalinan
 Jika didapatkan AEDF atau REDF maka pemantauan janin
harus ketat. Jika didapatkan pemantauan lain (profil biofisik,
venous Doppler) abnormal maka segera dilakukan terminasi
kehamilan.
 Jika umur kehamilan > 34 minggu, meskipun yang lain
normal, terminasi perlu dipertimbangkan.
 Pemberian kortikosteroid dapat dipertimbangkan bila umur
kehamilan < 36 minggu untuk mengurangi kejadian RDS
(Peringkat bukti IA).
 Persalinan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas
resusitasi yang memadai dan sumber daya manusia yang
berpengalaman
TERAPI LAIN

 Terapi nutrisi dengan diet tinggi protein, balanced


energy/protein supplementation (protein < 25% energi total)
dikatakan dapat mengurangi PJT
 Meta analisis membuktikan bahwa pemberian aspirin dapat
mengurangi kejadian PJT tetapi tidak meningkatkan luaran
perinatal.
 Pemberian aspirin pada kehamilan risiko tinggi tidak
mengurangi kejadian PJT tetapi mengurangi angka preterm.
 Menurut The Cochrane Library, bed rest, nutrisi, oksigen,
betamimetic, Ca channel blocker dan hormon belum memiliki
cukup bukti mengenai efeknya untuk pengobatan kehamilan
dengan janin KMK.
PROGNOSIS

 Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan dengan PJT


lebih tinggi daripada kehamilan yang normal.
 Morbiditas perinatal antara lain prematuritas,
oligohidramnion, DJJ yang abnormal, meningkatnya angka
SC, asfiksia intrapartum, skor Apgar yang rendah,
hipoglikemia, hipokalsemi, polisitemi, hiperbilirubinemia,
hipotermia, apnea, kejang dan infeksi. Mortalitas perinatal
dipengaruhi beberapa faktor, termasuk derajat keparahan
PJT, saat terjadinya PJT, umur kehamilan dan penyebab dari
PJT. Makin kecil persentil berat badan makin tinggi angka
kematian perinatal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai